Anda di halaman 1dari 19

Luthfia Fitri

Kamis, 26 September 2013


askep batu ginjal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak
(sangatvaskuler) tugasnya pada dasarnya adalah menyaring/membersihkan darah.
Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut
disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan
filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin
sebanyak 1-2 liter/hari.

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status
gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana anatomi dan fisiologis organ ?
1.2.2
Pengertian dari penyakit batu ginjal ?
1.2.3
Apa saja yang penyebab dari batu ginjal ?
1.2.4
Apa saja tanda dan gejala dari batu ginjal ?
1.2.5
Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan penunjang dari batu ginjal ?
1.2.6
Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperwatan dari batu ginjal ?
1.2.7
Apa saja komplikasi dari batu ginjal ?
1.2.8
Bagaimana WOC dari batu ginjal ?
1.2.9
Bagaimana asuhan keperawatan dari batu ginjal ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologis organ
1.3.2
Untuk mengetahui pengertian dari batu ginjal
1.3.3
Untuk mengetahui penyebab dari batu ginjal
1.3.4
Untuk mengetahui tanda dan gejala dari batu ginjal
1.3.5
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnotik dan penunjang dari batu ginjal
1.3.6
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari batu ginjal
1.3.7
Untuk mengetahui komplikasi dari batu ginjal
1.3.8
Untuk mengetahui WOC dari batu ginjal
1.3.9
Untuk mengetahui landasan teori asuhan keperawatan dari batu ginjal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Organ
2.1.2 Anatomi Organ
1. Makroskopis
Ginjal

terletak

dibagian

belakang

abdomen

atas,

dibelakang

peritonium

(retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis,
kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm,
lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua
ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Jumlahnya
ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya
ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit
ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepatis dexter yang besar.
Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid
tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus

pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini
yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 :
773).
2. Mikroskopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada
tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman,
tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan
disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga
terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian
dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
3. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis
II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan
garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri
interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis
ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995).
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk
sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang
mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju
vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya
mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume
yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk
keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran
darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai
kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan

tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).
4. Persarafan Pada Ginjal
Menurut Price (1995) Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor),
saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
2.1.2 Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah menyaring/membersihkan darah. Aliran
darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi
cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses
dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.

Fungsi ginjal :
1)

Fungsi ekskresi

Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 m osmol dengan mengubah ekskresi air

Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.

Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk


kembali HCO3

Mengekskresikan produk akhir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam urat
dan kreatinin.
2)

Fungsi non ekskresi


Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah

a.

Menghasilkan eritropoietin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang
b. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif nya
c. Degradasi insulin
d. Menghasilkan prostaglandin

2.2 Landasan Teoritis Penyakit

2.2.1 Pengertian
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine
seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam
divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium
( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN &
Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).
2.2.2

Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status
gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik, meliputi:

a. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.


b. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor Ekstrinsik, meliputi:

a.

Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada

daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
d. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
e. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus
itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti, batu dapat berupa kristal atau benda asing
saluran kemih.
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein)
sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau
beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.

2.2.3 Manifestasi Klinis


a. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin

Salah satu Fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin) ,apabila ginjal manusia
mengalami gangguan,maka akan terjadi lah gangguan pada pembentukan urin,baik dari
warna,bau dan karakterisitiknya. Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan dalam
frekuensi buang air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan lebih banyak dari pada
biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan mungkin buang air kecil dalam jumlah sedikit
dari biasanya dengan urin yang berwarna gelap
b. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau
toksin dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan
terhadap beberapa bagian tubuh , diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki, wajah dan
atau tangan
c. Tubuh cepat lelah / kelelahan
Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut dengan erythropoietin yang
mempunyai fungsi sebagai memerintahkan tubuh untuk membuat oksigen yang membawa sel
darah merah. Ketika tubuh mengalami gagal ginjal, maka ginjal hanya memproduksi sedikit.
Dengan demikian karena sel-sel darah merah pembawa oksigen tadi berkurang sehingga otot
dan otak tubuh menjadi cepat lelah. Kondisi ini disebut juga sebagai anemia. Oleh karena itu,
apabila mengalami anemia yang berkelanjutan, hati-hati karena hal tersebut bisa saja
merupakan gejala penyakit ginjal.
d. Bau Mulut / ammonia breath
Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia) karena adanya gagal
ginjal dapat membuat rasa tidak enak dalam makanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa
mendadak berhenti menyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di beberapa kasus
ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum cairan besi
.
e. Rasa Mual dan Ingin Muntah
Gejala penyakit ginjal yang lainnya adalah rasa mual berkelanjutan dan selalu ingin
muntah. Gejala ini muncul disebabkan karena uremia tadi (penumpukan limbah dalam
darah). Gejala ini berhubungan dengan gejala penyakit ginjal sebelumnya yakni bau mulut.
Karena bau mulut,akan mengalami mual yang berakibat sulit makan dan kehilangan berat
badan yang sangat drastis.
2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa

Warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal (
sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali
( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam
:kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine)

sekunder

terhadap

tingginya

batu

obstruktif

pada

ginjal

menyebabkan

iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap
Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi
kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen
Menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang urewter.
5. IVP
Memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,abdominal atau
panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi
Visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
7. USG ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

2.2.5 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan
agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada
batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata
7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1.

Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan
suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II
2.2.6 Komplikasi
a.Infeksi
b.Obstruksi
c.Hidronephrosis.
2.2.7 WOC
( WOC terlampir )

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
1. Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
2. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
3. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama)
b. Sirkulasi

Tanda:
1. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
2. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
c. Eliminasi
Gejala:
1.
2.
3.
4.

Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya


Penurunan volume urine
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda:

1. Oliguria, hematuria, piouria


2. Perubahan pola berkemih
3. Makanan dan cairan:
Gejala:
1. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
2. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
3. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
1. Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
2. Muntah
d. Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
1. Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
2. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
e. Keamanan:
Gejala:
1. Penggunaan alkohol
2. Demam/menggigil
f. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
1. Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
2. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
3. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

Identitas
Nama
: Dengan inisial
Umur
: Paling sering 30 50 tahun
Jenis kelamin : Lebih banyak pada pria
Alamat
: Tinggal di daerah panas
Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang menyebar ke
paha dan genetelia.
Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita penyakit infeksi
saluran kemih.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi
2.3.2 Fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan management
Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini mengatasi penyakit yang di
deritanya,apakah langsung di bawa ke rumah sakit atau tidak.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami muntah. Dan biasanya klien sering
mengalami hidrasi
3. Pola eliminasi
Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Dan biasanya
klien terserang diare
4. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami nyeri dan bengkak pada
tungkai
5. Pola kognitif dan perceptual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami gangguan pada penglihatan, dan
pendengaran
6. Pola istirahat dan tidur
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan nyeri yang sangat hebat pada
daerah tungkai
7. Pola konsep diri dan persepsi
Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya
8. Pola peran dan hubungan
Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan perannya baik sebagai suami,
maupun ayah
9. Pola reproduksi dan seksual

Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami gangguan reproduksi dan seksual nya,
sehingga iya tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya
10. Pola coping dan toleransi
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas memikirkan penyakitnya,
yang tak kunjung sembuh
11. Pola nilai dan keyakinan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah sakit klien menggunakan
kateter
2.4 Diagnosa keperawatan (NANDA, NOC, NIC )
N

DIAGNOSA

NOC

NIC

O
1

Nyeri akut

Kontrol Nyeri

Manajemen Nyeri

Defenisi :

Klien diharapkan mampu untuk :

Intrevensi yang akan dilakukan :

Pengalaman

Menilai factor penyebab


Menilai gejala dari nyeri
Gunakan tanda tanda

Lakukan penilaian nyeri secara

emosional dan sensori


yang

tidak

vital

komprehensif dimulai dari

lokasi, karakteristik, durasi,


memantau perawatan
menyenangkan yang
Laporkan tanda / gejala nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
muncul
dari pada
tenaga
kesehatan dan penyebab.
Evaluasi bersama pasien dan
kerusakan
jaringan professional
tenaga kesehatan lainnya dalam
secara aktual dan Gunakan catatan nyeri
Tingkat Kenyamanan
menilai efektifitas pengontrolan
potensial
atau
menunjukkan adanya Klien diharapkan mampu untuk :
kerusakan

nyeri yang pernah dilakukan


Bantu pasien dan keluarga

Melaporkan Perkembangan Fisik


Melaporkan
perkembangan mencari dan menyediakan
dukungan.
kepuasan
Melaporkan
perkembangan Gunakan metoda penilaian yang
psikologi
Mengekspresikan

berkembang untuk memonitor


perasaan perubahan nyeri serta

dengan lingkungan fisik sekitar


mengidentifikasi faktor aktual
Menekspresikan
kepuasan
dan potensial dalam
dengan Kontrol nyeri
mempercepat penyembuhan
Pemberian Obat Penenang
Tingkatan Nyeri
Klien diharapkan mampu untuk:
Melaporkan Nyeri
Ekspresi nyeri lisan
Ekspresi wajah saat nyeri

Intrevensi yang akan dilakukan :


Kaji riwayat kesehatan pasien
dan riwayat pemakaian obat

Melindungi bagian tubuh yang penenang


nyeri
Perubahan frekuensi pernapasan

Tanyakan kepada pasien atau


keluarga tentang pengalaman
pemberian obat penenang
sebelumnya
Lihat kemungkinan alergi obat
Tinjau ulang tentang
contraindikasi pemberian obat

penenang
Pemberian Analgesic
Intrevensi yang akan dilakukan :
Tentukan lokasi , karakteristik,
mutu, dan intensitas nyeri
sebelum mengobati pasien
Periksa order/pesanan medis
untuk obat, dosis, dan frekuensi
yang ditentukan analgesik
Cek riwayat alergi obat

Kekurangan Volume

Cairan
Defenisi :
Keadaan
yang

individu
mengalami

penurunan
intravaskuler,

cairan

interstisial, dan atau


intrasel. Diagnosis ini
merujuk ke dehidrasi
yang

merupakan

Keseimbangan Elektrolit Asam

dan Basa
Klien diharapkan mampu untuk:
Denyut jantung
Irama jantung
Pernapasan
Irama napas
Kekuatan otot
Keseimbangan Cairan
Klien diharapkan mampu untuk:
Tekanan darah
Tekanan arteri
Tekanan vena sentral

Palpasi nadi perifer


Kesimbangan intake & output

(24jam)
Kestabilan berat badan
Konfusi yang tidak tampak
tanpa
perubahan
Hidrasi kulit
dalam natrium.
Hidrasi
Klien diharapkan mampu untuk:
kehilangan cairan saja

Manajemen Elektrolit
Intrevensi yang akan dilakukan :
Monitor

serum

elektrolit

abnormal
Monitor manifestasi imbalance
cairan
Pertahankan kepatenan akses IV
Berikan cairan sesuai kebutuhan
Catat intake dan output secara
akurat
Manajemen Syok
Intrevensi yang akan dilakukan :
Monitor tanda dan gejala
perdarahan yang konsisten.
Catat pendarahan tertutup pada

Hidrasi kulit
Kelembaban membran mukosa
Haus yang abormal (-)
Perubahan suara napas (-)
Napas pendek (-)
Mata yang cekung (-)
Demam (-)
Keringat

pasien.
Cegah kehilangan darah (ex :
melakukan

penekanan

pada

tempat terjadi perdarahan)


Berikan cairan IV, yang tepat/
Catat Hb/Ht sebelum dan
sesudah kehilangan darah sesuai
indikasi.
Berikan tambahan darah (ex :
platelet, plasma) yang sesuai.
Monitor

faktor

koagulasi,

termasuk waktu protombin (PT),


PTT,

fibrinogen,

degrtadasi

fibrin, den jumlah platelet, jika


diperlukan.
Gunakan celana MAST jika
perlu.

Pemantauan Cairan
Intrevensi yang akan dilakukan :
Kaji tentang riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan pola
eliminasi
Kaji kemungkinan factor resiko
terjadinya

imbalan

cairan

(seperti : hipertermia, gagal


jantung,

diaforesis,

diare,

muntah, infeksi, disfungsi hati)


Monitor BB, intake dan output
Monitor nilai elektrolit urin dan
serum
Monitor osmolalitas urin dan
serum
Monitor denyut jantung, status
respirasi

Gangguan Eliminasi
Defenisi :
disfungsi
eliminasi urine

dalam

Eliminasi urin

Klien diharapkan mampu untuk:


Pola eliminasi
Bau urin
Jumlah urin
Warna urin
Partikel urin yang bebas
Kejernihan urin
Pencernaan cairan yang adekuat
Keseimbangan intake dan output

Manajemen cairan
Intrevensi yang akan dilakukan :
Timbang BB tiap hari
Hitung haluran
Pertahankan intake yang akurat
Pasang kateter urin
Monitor
status
hidrasi
:kelebapan

mukosa

dalam 24 jam
Urin yang keluar disertai nyeri
Urin yang tak lancar keluar
Urin yang keluar dengan tergesa-

membrane, nadi)
Monitor TTV
Monitor adanya

indikasi

gesa
Pengawasan urin
Pengosongan kandung kemih

(seperti :edem, asites, distensi

dengan lengkap
Tahu akan keluarnya urin

(seperti

retensi/overload

cairan

vena leher)
Monitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah dialisa
Monitor status nutrisi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
Batu ini terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang
terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu bulibuli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status
gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.
Pencegahan dari batu ginjal ini dapat dilakukan dengan menghindari dehidrasi dengan minum
cukup upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari, diet rendah zat/komponen pembentuk
batu, aktivitas harian yang cukup dan medikamentosa.
3.2 Saran
Saya berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.

Diposkan oleh luthfia fitri di 20.13


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
1 komentar:

1.

Ace Maxs11 Juni 2015 20.50


terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat
http://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (4)
o September (4)

askep batu ginjal

askep batu ginjal

askep batu ginjal

askep batu ginjal

Mengenai Saya
luthfia fitri
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai