Anda di halaman 1dari 9

Pancasila

Indonesia

merupakan

(NKRI)

sehingga

dasar

Negara

memiliki

fungsi

Kesatuan
yang

Republik

fundamental.

Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan


dipedomani oleh seluruh warga Indonesia dalam hidup dan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai
Pancasila

sepatutnya

menjadi

karakter

masyarakat

Indonesia

sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.


Karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental bagi
negara dan bangsa Indonesia, maka dalam pembangunan karakter
bangsa, Pancasila merupakan rujukan, acuan dan sekaligus tujuan
dalam

pembangunan

karakter

bangsa.

Pembangunan

karakter

bangsa memiliki makna membangun manusia dan bangsa Indonesia


yang berkarakter Pancasila. Berkarakter Pancasila berarti manusia
dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak religius, humanis,
nasionalis, demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat.
Nilai-nilai

fundamental

ini

mejadi

sumber

nilai

luhur

yang

dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa


Pancasila sebagai pandangan hidup mengandung makna bahwa
hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dijiwai oleh
moral dan etika yang dimanifestasikan dalam sikap, perilaku, dan
kepribadian

manusia

Indonesia

yang

proposional,

baik

dalam

hubungan manusia dengan yang maha pencipta, dan hubungan


antara manusia dengan manusia, serta hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat
prinsip tersebut tampak belum terlaksana dengan baik. Kekerasan
(domestik maupun nasional) dan hempasan globalisasi sampai
kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih belum dapat
diatasi. Masalah tersebut muncul karena telah terjadi disorientasi dan
belum dihayati nilai-nilai Pancasila yan diakui kebenarannya secara
universal.

Pancasila

sebagai

sumber

karakter

bangsa

yang

dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku,

kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola


pikir yang dimiliki oelh sekelompok manusia yang mau bersatu,
merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal keturunan,
bahasa dan sejarah Indonesia.
Memerhatikam situasi dan kondisi karakter bangsa yang
meprihatinkan

tersebut,

pemerintah

mengambil

insiatif

untuk

mempriorotaskan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan


karakter bangsa seharusnya menjadi arus utama pembangunan
nasional. Artinya, setiap upayapembangunan harus selalu dipikirkan
keterkaitan

dan

dampaknya

terhadap

pengembangan

karakter.

Pembangunan karater bangsa menjadi urgensi yamg sangat luas dan


bersifat

multidimensional.

Sangat

luas

karena

terkait

dengan

pengembangan multiaspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan


bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi yang
hingga saat ini sedang dalam proses menjadi.
Sebagaimana yang telah di uraikan diatas, berdasarkan latar
belakang dan rugensi masalah diatas maka tujuan penulisan esai ini
yaitu:1)untuk mengetahui permasalahan bangsa saat ini 2)untuk
mengetahui konsep jati diri dan esensi karakter bangsa 3)untuk
membahas

cara

penyelesaian

masalah

atau

soal

dengan

memaparkan strategi pembangunan karakter bangsa.


Berbagai

kebijakan

dan

produk

hukum

masih

belum

sepenuhnya dapat mengakomodasi kebutuhan untuk mewujudkan


nilai-nilai

esensi

Pancasila

sebagai

landasan

dalam

kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Akibatnya, penanaman nilainilai Pancasila sebagai wahana dan saran membangun karkter
bangsa, meningkatkan komitmen serta menumbuhkembangkan etika
kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia belum optimal.
Oleh karena itu, perwujudan nilai-nilai esensi Pancasila pada semua

lapisan masyarakat Indonesia perlu didukung perangkat kebijakan


terpadu.
Pembangunan nasional dalam segala bidang telah dilaksanakan
selama ini memang mengalami berbagai kemajuan. Akan tetapi, di
tengah-tengah kemajuan tersebut terdapat dampak negatif, yaitu
terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pergeseran sistem nilai ini sangat nampak
dalam

kehidupan

terhadap

nilai

masyarakat
budaya

dan

dewas

ini,

bahasa,

seperti

penghargaan

musyawarah

mufakat,

kekeluargaan, sopan santun, rasa malu, kejujuran dan rasa cinta


tanah air memudar. Ruang publik yang terbuka dimanfaatkan dan
dijadikan sebagai ruang pelampiasan kemarahan dan amuk massa,
juga benturan dan kekerasan masih terjadi dimana-mana sehingga
memberi kesan seakan-akan bangsa Indonesia sedang mengalami
krisis moral yang berkepanjangan. Banyak penyelesaian masalah
yang cenderung diakhiri dengan anarkis. Aksi demokrasi mahasiswa
dan masyarakat seringkali melewati batas-batas ketentuan, merusak
lingkungan,

bahkan

merobek

dan

membakar

lambang-lambang

negara yang seharusnya dijunjung tinggi.


Pembangunan di bidang budaya telah mengalami kemajuan
yang

ditandai

dengan

meningkatnya

pemahaman

terhadap

keberagaman nilai-nilai budaya bangsa. Namun arus budaya global


yang sering dikaitkan dengan kemajuan di bidang komunikasi
mencakup juga penyebran informasi secara mendunia melalui media
cetak dan elektronik berdampak terhadap ideologi agama, budaya
dan nilai-nilai yang dianut masyarakat Indonesia. Pengaruh arus deras
budaya global yang negatif menyebabkan kesadaran terhadap nilainilai budaya bangsa menjadi memudar. Arus globalisasi membawa
perubahan

terhadap

pola

berpikir

pada

masyarakat

Indonesia

terutama masyarakat kalangan generasi muda. Untuk itu diperlukan


upaya dan strategi yang tepat agar masyarakat Indonesia tetap

menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa sehingga tidak


kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
Jati diri menurut Mulyasa (2011:252), merupakan fitrah manusia
yang merupakan potensi dan bertumbuh kembang selama mata hati
manusia bersiih, sehat dan tidak tertutup. Jati diri yang dipengaruhi
lingkungan akan tumbuh menjadi karakter dan selanjutnya karakter
akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku manusia. Oleh karena
itu

tugas

kita

adalah

menyiapkan

lingkungan

yang

dapat

mempengaruhi jati diri menjadi karakter yang baik sehingga perilaku


yang dihasilkan juga baik.
Untuk kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diperlukan
karakter

bangsa

yang

tangguh,

kompetititf,

berakhlak

mulia,

bermoral, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa


petriotik, berkembang dinamis, yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasrkan Pancasila. Karakter
yang berlandaskan falsafah Pancasila artia setiap aspek karakter
harus dijiwai lima sila Pancasila seperti;
1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Ber-Ketuhanan Yang

Maha

perilaku

takwa,

iman

dan

adalah

bentuk

kesadaran dan

serta

akhlak

mulia

sebagai

karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Tercermin antara lain


saling menghormati dan berkerja sama antara pemeluk agama.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan itu, tidak memaksakan agama
dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil
dan beradap diwujudkan dalam perilaku hormat-menghormati
antarwarga

negara.

Misalnya,

seperti

pengakuan

atas

persamaan derajat merasa bahwa kita itu berada dalam posisi


yang sama dengan setiap orang, hak, dan kewajiban, saling
mencintai, tidak menyepelekan orang lain, berani membela
kebenaran dan keadilan.

3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam
suku dan ras, dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan
bangsa maka kita dapat menempatkan antara kepentingan
pribadi, kelompok, dan bangsa. Adanya rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa
Indonesia.
4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Karakter

kerayatan

mengutamakan

seseorang

kepentingan

tercermin

dalam

masyarakat

perilaku

dan

tidak

memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan


musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan.
5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan
tercermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan, kegotongroyong, suka bekerja
keras, tidak boros, menghargai karya orang lain.
Untuk mencapai karakter bangsa yang diharapkan sebaimana
tersebut diatas, diperlukan individu-individu yang mmiliki karakter.
Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya atau strategi dalam
pembangunan karakter bangsa yang baik. Langkah pertama yaitu
dengan diadakannya sosialisasi. Secara umum, sosialisasi diartikan

sebagai proses penyampaian suatu oesan oleh seseorang kepada


orang lain untuk mengubah sikap, perilaku, bahkan cara pandang
terhadap sesuatu, transfer kebiasaan, sehingga secara tidak langsung
sosialisasi ini akan membangun kesadaran (awareness) kepada
audience. Timbulnya kesadaran akan menjadi langkah awal dalam
pembangunan karakter, walaupun mungkin prosesnya tidak akan
instant melainkan membutuhkan proses yang panjang, diperlukan
usaha yang tiada henti. Tanpa sosialisasi, proses penyadaran akan
terabaikan dan selanjutnya dapat berujung pada hilangnya tradisi dan
hilangnya nilai-nilai sosial budaya dan lunturnya karakter dari sebuah
bangsa. Agar proses sosialisasi berlangsung efektif, pemilihan media
dan sasaran menjadi sangat penting. Jangan sampai masyarakat
terjebak pada kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya,
dan untuk target sasaran adalah seluruh warga negara Indonesia.
Langkah kedua yakni, strategi pembangunan karakter melalui
pendidikan.

Pendidikan

merupakan

tulang

punggung

strategi

pembentukan bangsa, peran pendidikan menjadi sangat strategis.


Pendidikan

karakter

dalam

kegiatan

belajar

mengajar

dikelas

contohnya, dapat dilaksananan dengan menggunakan pendekatan


dalam semua mata pelajaran, khususnya pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarnegaraan dan Pendidikan Agama karena memang
isinya adalah mengembangkan nilai dan sikap, mengembangan
karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan
berbagai strategi pendidikan karakter. Selain itu, pendidikan karakter
dapa dilakukan dengan pendidikan non formal yang diselenggarakn
oleh

masyarakat

misalnya

kursus

keterampilan,

pelatihan

kepemimpinan, bimbingan belajar, dan lain sebagainya. Dan dalam


kegiata korikuler atau ekstra-kuriluler seperi Palang Merah Remaja,
Pramuka,

Komunitas

Pencinta

Alam,

Paduan

Suara,

pelu

dikembangkan proses pembiaasaan dan penguatan dalam rangka


pengembangan

karakter.

Pembangunan

berkarakter

pun

dapat

dilakukan dengan berbagai prosedur, antara lain dengan cara


memotivasi. Peran motivasi menjadi sangat penting, motivasi dapat
memberikan

energi

untuk

memberikan

semnagat

untuk

melakasanakan sesuatu atau beberapa tugas pekerjaan dengan


adanya kepercayaan diri yang kuat, sehingga ada gairah untuk
mewujudkan suatu tujuan guna mewujudkan suatu tujuan. Apresiasi
juga merupakan hal yang harus diperhatikan, karena dengan adanya
apresiasi manusia akan merasa lebih dihargai sehingga timbul
keinginan untuk berksikap terus menerus dan lebih baik dari
sebelumnya.
Langkah ketiga yakni, strategi pembangunan karakter bangsa
melalui pemberdayaan. Pemerintahan merupakan unsur utama dalam
pembangunan karater bangsa. Hal ini karena pemerintah merupakan
salah satu unsur yang memiliki kemampuan atau kelengkapan paling
baik. Untuk itu pemberdayaan pada pemerintah adalah sangat
strategis

dengan

pemerintahan

cara

terkait

meningkatkan
dengan

kapasitas

pembangunan

penyelenggara
karakter,

dan

pemantapan peran pemerintah dalam pemberian fasilitasi dalam


rangka

pembangunan

karakter.

Setelah

pemberdayaan

pada

pemerintah berhasil lalu dilakukan kepada masyarakat Indonesia


lainnya.
Langkah

keempat

yakni,

strategi

pembangunan

karakter

bangsa melalui pembudayaan. Strategi ini dilakukan melalui keluarga,


pendidikan, masyarakat. Keluarga merupakan tempat pendidikan
pertama dan utama bagi seseorangg. Pendidikan dalam keluarga
sangat berperan dalam mengembangkan watak, kepribadian, nilainilai budaya, keagamaan dan moral, serta keterampilan. Hal ini
bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, tangguh, mandiri, kreatif,
inovatif, dan lain sebagainya. Peran orang tua dalam membentuk
karakter dan kepribadian anak sangat penting. Salah satunya dengan

mengajarkan cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada,


membiasakan

menghargai

hasil

karya

anak

bagaimana

pun

bentuknya dan tidak membandingkan hasil karya anak sendiri dengan


anak lain atau temannya. Keluarga dapat berperan sebagai fondasi
dasar untuk memulai langkah-langkah pembudayaan karakter melalui
pembiasaan bersikap dan berperilaku sesuai dengan karakter yang
diharapkan. Pembiasaan yang disertai dengan teladan dan diperkuat
dengan penanaman nilai-nilai yang mendasari secara bertahap akan
membentuk budaya, serta mengembangkan hubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan cara itu lingkungan berkeluaga dapat
menjadi pola penting dalam pembudayaan karakter bangsa bagi anak
dan generasi muda
Jadi, keberhasilan pembangunan karakter bangsa diarahkan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan Indonesia sebagai bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, mermoral, berbudi luhur,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis
dan berorientasi iptek yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Untuk itu
diperlukannya
keberhasilan

berbagai

strategi

pembangunan

atau

karangter

upaya

guna

bangsa,

mencapai

yakni

melalui

sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, dan pembudayaan.


Mengingat
karakter

bangsa

penting
dalam

dan

luasnya

rangla

cakupan

perwujudan

pembangunan

masyarajat

yang

berkeTuhaan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,


berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan
komitmen dari: lembaga penyelenggara negara, dunia usaha dan
industri, peran serta masyarakat, serta pemangku kepentingan
lainnya untuk menyusun program kerja dan mengkoordinasikan

dengan pihak terkait lainnya agar terjadi sinergi antara satu dengan
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai