Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI KASUS

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI


Oleh dr. Ikasari
Self assessment
1. Apa yang biasa Anda lakukan untuk penanganan kasus tersebut?
a. Penegakan diagnosis hipertensi dengan cara
- Anamnesis : keluhan yang dirasakan, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga
- Pemeriksaan fisik : vital sign termasuk pengukuran tekanan darah
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TD 14/90 mmHg (pengukuran dilakukan
beberapa kali dalam waktu yang berbeda)
b. Tata laksana / pengobatan hipertensi dengan diet rendah garam, modifikasi gaya hidup
(olah raga, tidak merokok), dan obat antihipertensi
c. Edukasi pada pasien tentang penyakitnya, proses pengobatan, efek samping obat yang
mungkin timbul, dan perlunya kontrol ulang untuk evaluasi terapi.
2. Apa masalah yang sering Anda temui terkait kasus di atas?
a. Pengobatan jangka lama (kontinyu) sehingga banyak pasien kurang patuh dalam
menjalani pengobatan dan kontrol untuk evaluasi bahkan banyak kasus pasien berobat
jika hanya ada keluhan
b. Ketersediaan obat hipertensi di Puskesmas masih sangat terbatas, baik dalam jenis
maupun jumlahnya
c. Tata laksana hipertensi yang utama adalah diet dan modifikasi gaya hidup. Banyak
pasien yang belum bisa menjalankan sehingga terpai kurang maksimal
d. Pengetahuan pasien yang kurang terutama dalam hal perlunya pengobatan yang
kontinyu bagi penderita hipertensi
3. Apa yang Anda dapatkan terkait kasus tersebut pada Weekly Clinical Update?
a. Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan mencegah resistensi
kuman terhadap obat anti tuberkulosis ( OAT ).
b. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat, sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal ( monoterapi ). Pemakaian OAT - Kombinasi Dosis tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien minum obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT=Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat ( PMO ).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
c. Efek samping OAT berupa
- Efek samping ringan

- Efek samping berat

d. Penatalaksanaan pasien dengan efek samping gatal dan kemerahan kulit: Jika
seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu
kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT
dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun
pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini,
hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek
samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.
e. Pada UPK Rujukan penanganan kasus-kasus efek samping obat dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
- Bila jenis obat penyebab efek samping itu belum diketahui, maka pemberian kembali
OAT harus dengan cara drug challenging dengan menggunakan obat lepas. Hal ini
dimaksudkan untuk menentukan obat mana yang merupakan penyebab dari efek
samping tersebut.
- Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau karena
kelebihan dosis. Untuk membedakannya, semua OAT dihentikan dulu kemudian diberi
kembali sesuai dengan prinsip dechallenge-rechalenge. Bila dalam proses rechallenge
yang dimulai dengan dosis rendah sudah timbul reaksi, berarti hepatotoksisitas karena
reaksi hipersensitivitas. Bila jenis obat penyebab dari reaksi efek samping itu telah
diketahui, misalnya pirasinamid atau etambutol atau streptomisin, maka pengobatan
TB dapat diberikan lagi dengan tanpa obat tersebut. Bila mungkin, ganti obat tersebut
dengan obat lain. Lamanya pengobatan mungkin perlu diperpanjang, tapi hal ini akan
menurunkan risiko terjadinya kambuh.
- Kadang-kadang, pada pasien timbul reaksi hipersensitivitas (kepekaan) terhadap
Isoniasid atau Rifampisin. Kedua obat ini merupakan jenis OAT yang paling ampuh
sehingga merupakan obat utama (paling penting) dalam pengobatan jangka pendek.
Bila pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap Isoniasid atau Rifampisin tersebut
HIV negatif, mungkin dapat dilakukan desensitisasi. Namun, jangan lakukan
desensitisasi pada pasien TB dengan HIV positif sebab mempunyai risiko besar terjadi
keracunan yang berat.
4. Bagaimana seharusnya Anda menangani kasus tersebut?
a. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip:
- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat, sesuai dengan kategori pengobatan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien minum obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT=Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat ( PMO ).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
b. Jika dalam proses pengobatan dijumpai efek samping obat yang ringan maka dilakukan
penatalaksanaan efek samping berupa:
- Tidak nafsu makan, mual sakit perut obat diminum sebelum tidur dalam kondisi
perut kosong dan diberikan obat anti muntah (metoklopramid/ domperidon)
- Nyeri sendi diberikan analgetik (parasetamol, ibuprofen, aspirin, dll)
- Kesemutan/ rasa terbakar di kaki diberikan vitamin B6 100mg per hari
- Warna kemerahan pada urin penjelasan pada pasien (tidak apa-apa)
- Gatal dan kemerahan kulit diberikan antihistamin sambil dievaluasi
c. Jika dijumpai efek samping obat yang berat maka dilakukan rujukan.
d. Perlunya edukasi pada pasien tentang penyakitnya, proses pengobatan, pentingnya
pencegahan penularan, dan perlunya kontrol ulang untuk evaluasi terapi.

e. Melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi lingkungan pasien dan


kemungkinan adanya kontak dengan sekitar serta memberikan dukungan dalam
menjalani proses terapi
5. Referensi
Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, ed 2. Jakarta.
Schaberg T, Rebhan K, Lode H. Risk factors for side-effects of isoniazid, rifampin and pyrazinamide
in patients hospitalized for pulmonary tuberculosis. Eur Respir J 1996;9:20262030.
Inge LD, Wilson JW. Update on the Treatment of Tuberculosis. Am Fam Physician 2008;78(4):457465, 469-470.
Yee D, et al. Incidence of Serious Side Effects from First-Line Antituberculosis Drugs among Patients
Treated for Active Tuberculosis. Am J Respir Crit Care Med 2003;167:14721477.

Anda mungkin juga menyukai