Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Uterus


Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah pear yang
sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7,0-7,5 cm, lebarnya adalah 5,25cm dan
tebalnya 2,5cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (dua pertiga bagian atas) dan serviks uterinya
(sepertiga bagian bawah).
Uterus terletak di dalam kavum pelvik diantara anterior dari vesika urinaria dan
posterior dari rektum. Hampir keseluruhan dinding posterior uterus diselaputi oleh serosa
atau pentoneum. Bagian bawah uterus membentuk batasan bagian antenor dari kavum
Douglas. Hanya bagian atas dan dinding anterior uterus yang tertutup. Bagian bawahnya
menyatu dengan bagian posterior dinding vesika urinaria.
Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fundus uteri adalah
bagian uterus proksimal dan merupakan tempat di mana kedua tuba Falloppii masuk ke
uterus. Korpus uteri adalah bagian yang terbesar dan rongga yang terdapat di korpus uteri
disebut kavum uteri atau rongga rahim. Serviks uteri terdiri dari pars vaginalis servisis uteri
yang dinamakan porsio dan pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang
berada di atas vagina. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis yang
berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5cm. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri ekstemum .
Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga;
yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang diantara kedua lapisan ini
saling beranyaman. Miometrium secara keseluruhannya dapat berkontraksi dan relaksasi.
Kavum uterus dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium.
Endometrium terdiri atas epitelkubik, kelenjar-kelenjar dan stroma yang kaya dengan
pembuluh darah yang berkeluk-keluk.
Arteri pada uterus masing-masing berasal dari arteri internal iliaka yang
memperdarahi bagian yang meluas dari ligamen hingga ke uterus. Setiap arcuate artery akan
membentuk suatu lingkaran yang memperdarahi uterus dan beranastomosis dengan arcuate

artery yang lain. Sepanjang perdarahan, arteri- arteri yang kecil akan penetrasi ke bagian
miometrium sehingga ke endometrium dan menghasilkan arteri spiral .

Anatomi Uterus

2.2. Mioma Uteri


2.2.1. Definisi Mioma Uteri
Leiomioma (dikenali sebagai fibroid atau mioma) merupakan proliferasi secara lokal
pada sel otot polos yang dikelilingi oleh kompresi otot fiber dari pseudokapsul. Prevalensi
tertinggi adalah pada dekade yang kelima dari usia wanita, kemungkinan muncul 1 pada 4
wanita kulit putih dan 1 pada 2 wanita kulit hitam .
Dalam Cunningham, F-G. et al (2005), leiomioma merupakan tumor jinak otot polos
yang sering ditemukan sewaktu kehamilan. Rice et al (1989) melaporkan sebanyak 1,4% dari
lebih 6700 kehamilan merupakan komplikasi dari mioma uteri. Sheiner et al (1989)
melaporkan 1 dari 500 wanita hamil mempunyai komplikasi yang berhubungan dengan
leiomioma. Mioma sering ditemui sekitar 1 hingga 2% pada kehamilan yang didiagnosis
menggunakan ultrasonografi. Risiko mioma mulai berkurang dengan peningkatan jumlah
paritas dan peningkatan usia kehamilan. Wanita dengan sekurang-kurangnya dua kehamilan
cukup bulan mempunyai separuh risiko untuk mendapat mioma. Merokok mengurangkan
risiko terjadinya mioma uteri karena adanya pengurangan tingkat estrogen, dan obesitas
meningkatkan resiko terjadinya mioma uteri akibat dari peningkatan tingkat estrogen.
Walaupun pengurangan resiko terjadinya mioma ada hubungannya dengan faktor

pengurangan tingkat estrogen, termasuk wanita yang kurus, merokok, dan olahraga, namun
penggunaan kontrasepsi secara oral tidak ada hubungan dengan peningkatan risiko mioma
uteri. Walau bagaimanapun, Nurses Health Study melaporkan terjadinya sedikit peningkatan
risiko apabila menggunakan kontrasepsi secara oral pada usia awal remaja .

2.2.2. Faktor Risiko Mioma Uteri


Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan pertumbuhan dari fibroid,
yaitu:
1. Umur
Wanita pada umur 30-an dan 40-an sering mengalami pertumbuhan fibroid. Namun
begitu, sebanyak 30% dan seluruh wanita mengalami pertumbuhan fibroid apabila umur
mereka mencapai 35 tahun. Dari hasil estimasi yang dilakukan, seramai 20% dari wanita kulit
putih dan 50% dari wanita kulit hitam dengan usia di atas 30 tahun mengalami fibroid .
2. Riwayat keluarga
Adanya ahli keluarga dengan fibroid meningkatkan faktor resiko Jika ibu kepada wanita
mempunyai fibroid, maka risiko yang dihadapinya sekitar 3 kali lebih tinggi berbanding
dengan tiada riwayat keluarga (National Women s Health Information Center).
3. Ras dan etnik
Statistik menggambarkan wanita dari Afrika-Amerika mempunyai 3 hingga 5 kali lipat risiko
mengalami fibroid berbanding wanita kulit putih.
4. Obesitas
Obesitas akan menjurus kepada peningkatan BMI sekaligus meningkatkan risiko kejadian
dan perkembangan fibroid.
5. Makanan
Makan daging yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya fibroid. Makan
makanan mengandungisayuran hijau dapat melindungi wanita dari pertumbuhan fibroid
(National Women's Health Information Center).
2.2.3. Karakteristik dan Klasifikasi Mioma Uteri

Leiomioma dapat membesar hingga lebih dari 45 kg. Setiap tumor dibatasi oleh
pseudokapsul, bidang pembelahan potensial yang berguna untuk enukleasi dengan
pembedahan. Leiomioma mungkin terjadi satu atau multinoduler dan biasanya berwarna
lebih muda dibanding miometrium normal. Pada irisan tertentu, leiomioma menunjukkan
pola trabekulasi atau pusaran (whorled) otot polos dan jaringan ikat fibrosa dengan
perbandingan yang bervariasi. Secara mikroskopis, dijumpai miosit yang sudah matang dan
berukuran seragam dengan penampakan jinak yang khas. Sel otot polos tersusun dalam
berkas-berkas dengan jaringan fibrosa berselang seling yang berhubungan dengan perluasan
atrofi dan degenerasi yang sudah terjadi.
Suplai darah biasanya melalui satu atau dua arteri besar dan tumor cenderung
memperbesar suplai darahnya dengan degenerasi berikutnya. Pada leiomioma yang lebih
besar, dua pertiga menunjukkan beberapa degenerasi. Degenerasi leiomioma akut relatif
jarang tetapi dapat menjadi nekrotik, hemoragik atau septik.
Menurut Beckmann et al (2010), leiomioma dapat diklasifikasikan ke dalam sub
kelompok berdasarkan hubungan anatomi terhadap lapisan dari uterus. Tiga jenis yang biasa
ditemui adalah:
a.

Intramural

yang

terletak

di

bagian

tengah

dari

dinding

otot

uterus;

b. Subserosal yang berada di bawah lapisan serosa uterus;


c. Submukosal yang letaknya berada di bawah endometrium.
Mioma submukosal dapat tumbuh bertangkai menjadi polips, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks yang dikenali sebagai myoma geburt. Mioma subserosal dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Selain itu,
mioma subserosal dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut sebagai
wandering atau parasitic fibroid. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran
serviks sehingga ostium uteri ekstemum berbentuk bulan sabit.

Gambar jenis mioma uteri berdasarkan letaknya terhadap lapisan uterus

2.2.4. Patofisiologi Mioma Uteri


Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh torsi, degenerasi atau perdarahan di dalam
tumor. Nyeri kram dapat disebabkan oleh kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan
suatu polip fibroid melalui kanalis servikalis.
Rasa nyeri bukan merupakan gejala khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore.
Lokasi mioma penting dalam menentukan tingkat keparahan perdarahan yang
berhubungan dengan fibroid. Mioma submukosa dapat meningkatkan terjadinya menoragia
baik secara efek lokal terhadap endometrium atau alterasi endometrium terhadap permukaan
fibroid. Namun, tiada bukti dari histeroskopik atau mikroskopik yang menyokong hipotesa
ini.
Perubahan dari vaskular dapat menjadi mekanisme yang berpotensi terhadap fibroid
dalam mempengaruhi menoragia. Miometrium yang berdekatan dengan mioma mengalami
kompresi vena yang mengarah kepada formasi venous lake di dalam miometrium sekaligus
mempengaruhi corak perdarahan.

Berhubungan dengan lokasi mioma diantara miometrium, fibroid dapat bertumbuh


besar sehingga menekan organ yang berdekatan dan mengganggu fungsi pelvik. Oleh itu,
penderita akan mengalami sakit di bagian bawah abdominal, sakit belakang atau masalah
berkemih .
Gangguan penekanan dari mioma tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum
dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Ukuran fibroid yang sangat besar dapat mengganggu kehamilan karena mioma
mengambil terlalu banyak ruang.Tambahan pula, fibroid dapat bertambah besar sehingga
penderita yang tidak hamil dapat menyerupai wanita hamil .
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
Wanita dengan mioma subserosa dan mioma intramural tidak mempunyai risiko
infertilitas walaupun subanalisis dari 4000 pasien mengarah kepada penurunan kadar
implantasi yang signifikan. Presentasi mioma submukosa menghasilkan 68% penurunan
implantasi dan 73% penurunan kehamilan klinis. Ini adalah penting bagi menunjukkan dari
meta-analisis bahwa tiada makna yang signifikan dalam peningkatan infertilitas pada wanita
dengan jumlah fibroid yang banyak atau lokasi leiomioma. Kebanyakan peneliti menyokong
kepada konsep fibroid dan fertilitas dengan penurunan signifikan dari lokasi anatomik
submukosa kepada intraraural kepada subserosa .
2.2.5. Patogenesis Mioma Uteri
Mioma uteri berkembang sebagai klon sel yang abnormal hasil dari satu sel progenitor
dimana tempat berlakunya mutasi. Penelitian menunjukkan bahwa mioma uteri adalah
monoklonal. Perbedaan kadar pertumbuhan menggambarkan perbedaan abnormalitas
sitogenetik pada suatu tumor. Kehadiran mioma multipel pada uterus yang sama tiada
hubungan klonisasi dan setiap tumor tumbuh tidak bergantungan antara satu sama yang lain.

Keadaan di dalam leiomioma adalah hiperesterogenik. Konsentrasi estradiol


meningkat, dan leiomioma mengandungi lebih banyak reseptor estrogen dan progesteron.
Tingkat ekspresi dari gen dan enzim aromatase meningkat pada leiomioma. Malah, tisu-tisu
leiomioma menjadi hipersensitifitas terhadap estrogen dan tidak dapat merangsang regulator
untuk membatasi respon dari estrogen. Pada miometrium dan leiomioma, puncak aktivitas
mitotik berlaku semasa fase luteal. Pemberian progestational agents dengan dosis tinggi dapat
meningkatkan aktivitas mitotik. Ini menunjukkan terdapat stimulus dari progesteron terhadap
peningkatan aktivitas mitotik dalam leiomioma, tetapi dalam penelitian terhadap binatang
menunjukkan terdapat stimulus dan inhibisi dari pertumbuhan miometrium . Konsentrasi
reseptor progesteron dijumpai meningkat pada leiomioma. Walaupun masih kontroversi,
konsentrasi reseptor progesteron pada fibroid meningkat sepanjang siklus menstruasi.
Penemuan ini patut diberi perhatian karena siklus menstruasi yang normal akan menstimulasi
peningkatan daripada reseptor progesteron. Tiada sistem regulator di dalam fibroid sehingga
konsentrasi reseptor progesteron akan tetap meningkat. Peningkatan progesteron akan
meningkatkan indeks mitotik dalam fibroid di mana potensiasi pertumbuhan fibroid sewaktu
perubahan siklus hormonal dari siklus menstruasi berlaku.
Estrogen dan progesteron saling berinteraksi dengan growth factors yang bervariasi di
dalam leiomioma untuk mempengaruhi dan menstimulasi pertumbuhan. Epidemial growth
factor (EGF) dan reseptomya (EGF-R) dapat dijumpai pada miometrium dan sel leiomioma.
Menurut Maruo et al dalam Bieber et al (2006), esterogen dapat meningkatkan produksi lokal
dari EGF dalam sel leiomioma, manakala progesteron secara sinergis meningkatkan EGF-R.
Faktor ini menyebabkan meningkatnya potensi mitogenik dari sel leiomioma.

2.2.6. Gejala Klinis Mioma Uteri


Sekitar dua pertiga wanita dengan leiomioma tidak menunjukkan gejala. Munculnya
gejala tergantung pada jumlah, ukuran, letak, keadaan dan kondisi. Gejala ginekologi yang
paling umum adalah perdarahan uterus abnormal, efek penekanan, nyeri dan infertilitas.
Perdarahan uterus abnormal dijumpai pada kira-kira 30% penderita leiomioma uteri.
Menoragia merupakan pola perdarahan uterus abnormal yang paling umum. Meskipun pola
apa saja mungkin terjadi, namun yang paling sering berupa perdarahan bercak premenstruasi
dan sedikit perdarahan terus menerus setelah menstruasi. Anemia defisiensi besi sering terjadi

akibat kehilangan darah menstruasi yang banyak.


Selain itu, gejala dari tekanan dan desakan leiomioma bervariasi. Paling umum adalah
pertambahan lingkar perut, rasa penuh atau berat pada pelvis, gangguan frekuensi miksi
akibat terdorongnya kandung kemih dan sumbatan ureter. Gejala lain yang lebih jarang
dijumpai adalah tumor besar yang menyebabkan bendungan pelvis dengan edema ekstremitas
bawah atau konstipasi. Tumor parasitik dapat menyebabkan sumbatan usus. Tumor pada
serviks pula dapat menyebabkan leukorea, perdarahan pervaginam, dispareunia atau
infertilitas. Abortus mungkin terjadi 2 hingga 3 kali lebih sering pada penderita leiomoma.

2.2.7. Pemeriksaan fisik


2.2.7.1. Palpasi abdomen
Kadang

adanya

mioma

uteri

dapat

diduga

dengan

pemeriksaan

luar,

sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
2.2.7.2. Pemeriksaan bimanual
Akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di garis
tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma
subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.

2.2.8. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri

Tergantung dan lokasi dan ukuran, leiomioma kadang kala dapat dipalpasi dengan
pemeriksaan pelvis bimanual atau pada pemeriksaan abdominal. Pemeriksaan bimanual
menemukan pada pembesaran uterus yang irregular dan mengeras dengan lumpy-bumpy
atau protrusi batu bulat (cobblestone) yang dapat teraba agak keras semasa palpasi .
Pemeriksaan ginekologik secara rutin kadang kala dapat menemukan fibroid. Semasa
pemeriksaan ini, pemeriksa memeriksa ukuran uterus dengan meletakkan dua jari dari
sebelah tangan ke dalam vagina manakala tangan yang berlawanan memberi sedikit
penekanan ke atas abdomen. Jika terdapat fibroid, uterus akan teraba lebih besar atau
uterus akan membesar mengarah ke kawasan yang tidak sepatutnya.
Semasa mengambil sampel endometrium kadang kala dapat ditemukan kavum uterus
yang irregular. Selalunya diagnosis menunjukkan adanya penilaian patologis terhadap
spesimen uterus dan indikasi yang berbeda. Pada pemeriksaan abdominal pelvis teraba
suatu massa pelvis yang besar, midline, irregular- contoured mobile dengan karakteristik
hard feel atau keras .
Pelvis ultrasonografi digunakan untuk memastikan (bila perlu) kehadiran mioma uteri,
tetapi biasanya ditegakkan secara klinis. Komponen kista sering terlihat hipoekogenik
dan penampakan yang konsisten dengan mioma yang melalui degenerasi. Struktur
adneksa termasuk ovari dapat dibedakan dari tumor. CAT dan MRI berguna untuk
evaluasi

mioma

yang

berukuran

besar

karena

ultrasonografi

tidak

dapat

menggambarkannya .
Histeroskopi dapat digunakan untuk evaluasi pembesaran uterus secara langsung dari
kavum endometrium dengan menggambarkan peningkatan ukuran kavum dan mioma
submukosal dapat divisualisasi dan diangkat.

Fig. 6. Cross section of a hysterectomy specimen obtained from a 40-year-old woman


who was a poor candidate for myomectomy because of extensive leiomyomatosis.
Wallach. Uterine Myomas. Obstet Gynecol 2004

2.2.9. Penatalaksanaan
Pemilihan penanganan dan mioma uteri tergantung pada usia penderita, paritas, status
kehamilan, ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan.
2.2.9.1. Terapi Konservatif dan Pemeriksaan Periodik
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari
semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika
ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun
demikian pada penderita-penderita ini tetap memerlukan pengawasan yang ketat sampai
3-6 bulan.
Bila seorang wanita dengan mioma mencapai menopause, biasanya tidak mengalami
keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu sebaiknya mioma uteri pada wanita
premenopause tanpa gejala sebaiknya diobservasi saja. Bila mioma uteri besamya
sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya di
lakukan tindakan operatif, walaupun tidak ada gejala atau keluhan, karena mioma yang
besar kadang-kadang memberikan kesukaran pada operasi .
Pada masa post menopause, mioma uteri biasanya tidak memberikan keluhan. Tetapi
bila ada pembesaran mioma pada masa post menopause harus dicurigai kemungkinan
keganasan (sarcoma). Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus
dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus

terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang
mengatur reseptor gonadotropin di hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang
mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya
menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang
lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa
penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.
2.2.9.2. Terapi Operatif
A. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosa pada myom geburt
dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat
mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Syarat untuk melakukan
miomektomi adalah kuretase sebelumnya untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan.
Kerugian dari miomektomi adalah:
-Melemahkan dinding uterus untuk mencegah terjadinya ruptura uteri pada
waktu hamil
-Menyebabkan perlengketan
-Residif.
B. Histerektomi
Perlu disadari bahwa 25-3-% dari penderita tersebut akan masih memerlukan
histeretomi.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan
terpilih terutama pada mioma yang besar sebesar uterus gravidarum 12- 14 minggu.

Histerektomi dapat dilakukan perabdominan atau pervaginam. Yang terakhir tersebut


jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
Pada wanita yang masih muda sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua ovarium,
maksudnya untuk:
1. Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya.
2. Menjaga gangguan coroner atau arteriosklerosis menurun.
2.2.10. Komplikasi
2.4.10.1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dan seluruh
kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dan semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini
dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama
jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause.
2.4.10.2. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi.
2.2.10.3. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual,
muntah dan shock. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga
peritoneum.

2.2.10.4. Nekrosis dan Infeksi Jaringan Mioma


Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metrorrhagia atau menorrhagia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dan uterus sendiri.
2.2.10.5. Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus
oleh karena distorsi rongga uterus.
2.2.10.6. Mioma Uteri dan kehamilan
Dalam banyak kombinasi mioma uteri dengan kehamilan tidak mempunyai arti apaapa. Di pihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang besar artinya.

2.2.11. Pengaruh Mioma Uteri pada Kehamilan dan Persalinan


Terdapatnya

mioma

uteri

mungkin

mengakibatkan

hal-hal

sebagai

berikut:

1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri submukosum
2. Kemungkinan abortus bertambahan
3. Kelainan letak jalin dalam lahir, terutama pada mioma yang besar dan letak subserous
4. Menghalang-halangi lahimya bayi, terutama pada mioma letaknya dan di serviks
5. Inersia uteri dan atonia uteri terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding tertama
atau apabila terdapat banyak mioma
6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan intramural.
2.2.12. Pengaruh Kehamilan Persalinan pada Mioma Uteri
1.Sebaliknya, kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri.
2.Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama
dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan
tumor tidak bertambah besar lagi.

3.Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadi
perdarahan dan nekrosis, terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi
merah) atau tampak seperti daging (degenerasi karnosa)- Perubahan ini menyebabkan rasa
nyeri perut disertai gejala-gejala rangsangan pentoneum dan gejala-gejala peradangan,
walaupun dalam hal ini peradangan bersifat steril. Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi
dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor berkurang akibat perubahan-perubahan
sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
4. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan
uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang
nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik perut mendadak (acute abdomen)

DAFTAR PUSTAKA

1.Adriaansz G, 2011. Tumor Jinak Organ Genitalia . Dalam Anwar M, Baziad A,Prabowo RP.
Ilmu Kandungan - Edisi Ketiga- Cetakan Pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo : Jakarta
2.Anonim, 2006. Biomolekuler Mioma Uteri - Available from
:http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri-pdf( Accessed on
September 01,2012).
3.Anonymous. Disorders Of The Ovary: Early Diagnosis Can Lead To Succesful
Treatment. Future medicine, viewed 12 November 2012, avalaible at:
http://12,31.13,50/healthnews/MedicmeontheHorizon/moth052003.htm,
4.Antoni S, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma) Rahim . Available from :
http://www.klinikandalas.wordpress.com. Accested : September 01,2012
5.Conrad, MS, 2008,Dilation and Curettage (D&C), Diunduh dari :
http://www.medicinenet.com/dilation_and_curettage/article.htm, September 01.2012
6.Edward E, 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from :
http://www.gynalternatives.com. Accested : September 01,2012.
7.Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri . Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3
September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan.
Available from :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/l/mkn-sep2005%20(9).pdf (Accessed on September 01,2012). Myoma Uteri, Kista Ovarium dan Tube
Ovarial Abses
8.Howe HL. Epidemiology of Ovarian Cancer in Illinois 1988-1991. viewed 12
November 2012, avalaible at: <http://www.idph.state.il.us>.
9.Jevuska 0, 2007. Mioma Geburt . Available from : http://oncejevuska.blogspot-com.
(Accessed: SeptemberOl, 2012).
10.Laurvick CL, Semmens JB, 1982. Ovarian Cancer In Western Australia: A Population-

Based Review Of The Rends And Outcomes, viewed 12 November 2012, avalaible at:
<http://www.publichealth.gov.au.>
11.Marret H. Doppler Ultrasonography In The Diagnosis Of Ovarian Cyst, J Gynecology and
Obstetry Biology Reproduction, Paris, 2001.
12.Poppy Kumala, dr., 2005, Kamus Saku Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta.
13.Sastrawinata, Prof. R. Sulaeman. Obstetri Patologi. Bandung. Elstar Offset. 1981
14.Sutoto J. S. M-, 2008. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu KandunganYayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,Jakarta.338- 3457.Marjono B. A, 2008.
Tumor Ginekologi- Available from :http://www.geocities.com. Accested : September
01,2012.
15.Sutoto, M.SJ. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam: Ilmu Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005, p : 346-365 Myoma Uteri, Kista Ovarium dan
Tube Ovarial Abses
16.Suwiyoga K, 2003- Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan Bagan
Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar-201-206
17.Widjanarko 2007, Ginekologi, Kelainan Utems, Diunduh dari: http: //reprod uksi umj
.blogspot-com/2009/1 0/hyperplasia- endometrium.html, September 01,2012
18.Wiknjosastro Hanifa, Anatomi Panggul dan Isinya, dalam: Ilmu Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005, p : 1-26

Anda mungkin juga menyukai