Selanjutnya beri label berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun), tempat
pengambilan sampel, dan nama pengambilan sampel dengan menggunakan
spidol permanen.
Simpan baik-baik sampel air dan segera bawa ke laboratorium untuk segera
di analisa.
Pada saat pengambilan sampel air, sungai harus dalam kondisi yang
alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini bertujuan untuk
menghindari kekeruhan air akibat adanya gangguan tersebut. Selanjutnya
mengambil sampel air dengan menggunakan botol yang telah disediakan yaitu
berukuran 600ml (sampai penuh) dan tutup rapat-rapat. Lakukan sebanyak 3 kali
pengisian dengan botol yang berbeda-beda dengan letak pengambilan sampel juga
harus berbeda-beda. Setelah itu beri label pada pada botol dengan berisi waktu
(jam, tanggal, bulan, tahun) tempat pengambilan sampel, dan nama pengambil
sampel. Dan untuk selanjutnya simpan baik-baik sampel air dan segera bawa ke
laboratorium untuk dianalisis.
Pendugaan Kualitas air secara Fisik
Tuangkan sampel air ke dalam tabung/botol mineral yang telah disediakan
sampai ukuran 40 cm
Setelah itu masukan alat secchi disc ke dalam tabung mineral yang
berisikan sampel air secara perlahan-lahan, dan amati secara tegak lurus
sampai warna hitam-putih pada secchi disc tidak dapat dibedakan.
Lalu baca suhu saat termometer masih dalam air, atau secepatnya setelah
dikeluarkan dari dalam air.
sungai selama 1-2 menit lamanya. Lalu membaca hasil pengamatan suhu pada saat
termometer masih berada didalam sungai atau secepatnya setelah termometer
dikeluarkan dari dalam air sungai tersebut. Dan yang terakhir jangan lupa
mencatat hasil pengamatan pada form pengamatana yang telah disediakan
sebelumnya.
Pendugaan Kualitas Air secara Kimia
Memasukan alat multi water quality ke dalam sampel air sungai yang telah
diambil sebelumnya.
Selanjutnya lihat data hasil pengamatan analisis pada data logger (dengan
penggunaan alat akan dipandu oleh asisten laboratorium)
Lalu baca tingkatan DO, pH dan angka kekeruhan air sungai yang telah
tercatat (bandingkan data tingkat kekeruhan hasil pengukuran dari lapangan
dengan hasil pembacaan dari alat ini)
Dan kemudian isikan data pengukuran pada form yang telah disediakan dan
dikelaskan berdasarkan tabel kualitas air (PP No 82 Tahun 2001).
isikan data pengukuran pada form pengamatan yang telah disediakan dan
dikelaskan berdasarkan tabel kualitas air (PP No. 82 Tahun 2001).
3.1.2.4 Cadangan Karbon
Plot 1. Hutan
No
1
Penggunaan
Tutupan
Lahan
Lahan
Manfaat
Posisi
Lereng
Tingkat Tutupan
Jumlah
Seresah Spesies
S
35%
Kerapatan
C-Stock
80
Agroforestri Pinus
Kanopi
S
Kopi
25%
80
Pisang
15%
50
Mahoni
5%
20
Durian
5%
20
Rumput
15%
50
Gajah
Total
300
Penggunaan
Tutupan
Lahan
Lahan
Manfaat
Posisi
Lereng
Tingkat Tutupan
Jumlah
Seresah Spesies
R
30%
Kerapatan
C-Stock
20
B,D
Kanopi
R
Rumput
50%
80
Gajah
Kelapa
B,D
20%
20
Agroforestri Pisang
Total
120
Penggunaan
Tutupan
Lahan
Lahan
Manfaat
Posisi
Lereng
Tingkat Tutupan
Agroforestri Sengon
Kanopi
S
Durian
Jumlah
Seresah Spesies
S
75%
Kerapatan
C-Stock
80
50
25%
Semusim
Wortel
70%
Terong
10%
Kubis
10%
Cabai
10%
Total
134
Penggunaan
Tutupan
Lahan
Lahan
Manfaat
Posisi
Lereng
Tingkat Tutupan
Jumlah
Seresah Spesies
S
65%
Kerapatan
C-Stock
Semusim +
Jagung
Kanopi
R
Permukima
Pisang
5%
Jati
5%
Rumput
25%
Gajah
Total
Tabel. Cadangan karbon plot 4
Keterangan :
1. Manfaat: B (buah), D (daun), A (akar), K (kayu), B (biji)
2. Posisi Lereng: A (atas), T (tengah), B (bawah)
3. Tingkat tutupan kanopi dan seresah: T (tinggi), R (rendah)
4. Kerapatan: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Cadangan karbon merupakan jumlah karbon yang tersimpan dalam setiap
penggunaan lahan tanaman, seresah, dan tanah (Hairiah et al., 2007), sehingga
cadangan karbon memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi
perubahan iklim di dunia, adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
cadangan karbon salah satunya adalah dengan memperbanyak penanaman pohon,
selain itu hal tersebut menjadi pelayanan terhadap lingkungan yang diharapkan
dapat mengurangi perubahan iklim yang semakin besar ini.
Adapun hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada 4 plot yang
berbeda, dengan masing-masing plot dibedakan berdasarkan penggunaan
lahannya. Pada plot 1 yaitu hutan dengan penggunaan lahan yang kami temukan
adalah agroforestri dengan tutupan lahan berupa tanaman pinus, kopi, mahoni,
durian dan rumput gajah, sehingga total cadangan karbon sebesar 300 ton/ha.
Kemudian pada plot 2 yaitu agroforestri dengan penggunaan lahan tetap
agroforestri serta tutupan lahan yang diperoleh yaitu tanaman pisang, rumput
gajah, dan kelapa sehingga total cadangan karbon sebesar 120 ton/ha. Pada plot 3
yaitu tanaman semusim dengan penggunaan lahan agroforestri dan tanaman
semusim serta tutupan lahan yang diperoleh yaitu tanaman sengon, durian, wortel,
terong, kubis, dan cabai sehingga total cadangan karbon sebesar 134 ton/ha. Dan
pada plot 4 yaitu tanaman semusim dan permukiman dengan penggunaan lahan
semusim dan permukiman serta tutupan lahan yang diperoleh yaitu tanaman
jagung, pisang, jati, dan rumput gajah sehingga total cadangan karbon sebesar 4
ton/ha.
Sehingga dengan hasil pengamatan yang kami peroleh dimasing-masing
plotnya, didapatkan total cadangan karbon yang paling tinggi yaitu pada plot 1
sebesar 300 ton/ha dan total cadangan karbon yang paling rendah yaitu pada plot 4
sebesar 4 ton/ha . Hal ini disebabkan karena pada plot 1 yaitu penggunaan lahan
agroforestri dengan terdapat berbagai jenis vegetasi yang beragam baik tanaman
kayu maupun tanaman non kayu lainnya dan tanaman dengan umur panjang yaitu
tanaman pinus, kopi dan durian, dengan adanya berbagai jenis vegetasi tersebut
akan menimbulkan serasah yang banyak yang mampu menyimpan cadangan
karbon yang tinggi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Hairiah dan
Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa dengan adanya jenis tumbuhan baik
berumur panjang dan serasah yang dihasilkan lebih banyak merupakan tempat
menyimpan cadangan karbon (C) yang paling tinggi. Dan pada plot 4 yaitu
penggunaan lahan semusim dan permukiman dengan dominan tanaman semusim
yang sangat berpengaruh dalam penyimpangan cadangan karbon, hal ini sesuai
dengan pernyataan Widianto et al (2003) yang menyatakan bahwa bila ditinjau
dari cadangan karbon agroforestri lebih menguntungkan daripada sistem pertanian
tanaman musiman, hal ini disebabkan oleh adanya biomassa yang tinggi dan
masukan serasah yang bermacam-macam kualitasnya serta terjadi terus- menerus.
DAPUS:
Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre, ICRAFSA.
Bogor.
Hairiah, K., et al. 2007. Methods for Sampling Carbon Stocks Above and Below
Ground. World Agroforestry Centre, ICRAFSA. Bogor.
Widianto, dkk. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre
(ICRAF), Southeast Asia Regional Office. Bogor