Anda di halaman 1dari 8

2.2.

2 Pengukuran Kualitas Air


Alat dan Bahan:
1. Secchi disc, berfungsi sebagai alat untuk mengukur kekeruhan air pada
pengamatan
2. Tabung transparan dengan ukuran > 40cm, berfungsi sebagai wadah
untuk air yang diamati
3. Spidol permanen, berfungsi sebagai alat untuk memberikan tanda
4. Botol air mineral dengan ukuran 600 ml sebanyak 3 botol, berfungsi
untuk wadah air yang akan diamati
5. Kantong plastik besar, sebagai tempat untuk membawa botol yang
berisikan air pengamatan
6. Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu air
7. Air, berfungsi sebagai sampel pengamatan
8. Alat tulis, berfungsi sebagai alat untuk mencatat hasil pengamatan
Cara Kerja:
Pengambilan Contoh Air
Mengambil sampel air sungai, dengan kondisi sungai harus dalam keadaan
yang alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini untuk
menghindari kekeruhan air akibat adanya gangguan tersebut.

Mengambil sampel air sungai, dengan menggunakan botol air mineral


dengan ukuran 600ml (sampai penuh) dan tutup rapat-rapat. Lakukan
sebanyak 3 kali pengisian botol dengan letak pengambilan sampel berbedabeda.

Selanjutnya beri label berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun), tempat
pengambilan sampel, dan nama pengambilan sampel dengan menggunakan
spidol permanen.

Simpan baik-baik sampel air dan segera bawa ke laboratorium untuk segera
di analisa.
Pada saat pengambilan sampel air, sungai harus dalam kondisi yang
alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini bertujuan untuk
menghindari kekeruhan air akibat adanya gangguan tersebut. Selanjutnya
mengambil sampel air dengan menggunakan botol yang telah disediakan yaitu
berukuran 600ml (sampai penuh) dan tutup rapat-rapat. Lakukan sebanyak 3 kali
pengisian dengan botol yang berbeda-beda dengan letak pengambilan sampel juga
harus berbeda-beda. Setelah itu beri label pada pada botol dengan berisi waktu
(jam, tanggal, bulan, tahun) tempat pengambilan sampel, dan nama pengambil
sampel. Dan untuk selanjutnya simpan baik-baik sampel air dan segera bawa ke
laboratorium untuk dianalisis.
Pendugaan Kualitas air secara Fisik
Tuangkan sampel air ke dalam tabung/botol mineral yang telah disediakan
sampai ukuran 40 cm

Selanjutnya aduk air secara merata hingga beberapa menit

Setelah itu masukan alat secchi disc ke dalam tabung mineral yang
berisikan sampel air secara perlahan-lahan, dan amati secara tegak lurus
sampai warna hitam-putih pada secchi disc tidak dapat dibedakan.

Lalu baca berapa centimeter kedalaman secchi disc tersebut.

Dan catat dalam form pengamatan.


Pertama-tama tuangkan sampel air kedalam tabung/ botol yang telah
disediakan sebelumnya sampai sampel air berukuran 40 cm. Selanjutnya aduk
sampel air secara merata hingga beberapa menit. Setelah itu masukan alat secchi
disc ke dalam tabung mineral yang berisikan sampel air secara perlahan-lahan,
dan kemudian amati secara tegak lurus sampai warna hitam-putih pada secchi disc
tidak dapat dibedakan. Lalu yang terakhir baca berapa centimeter secchi disc
tersebut dan pindahkan hasil pengamatan pada form pengamatan yang telah
disediakan sebelumnya.
Pengamatan Suhu
Pertama-tama catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air

Selanjutnya masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit lamanya.

Lalu baca suhu saat termometer masih dalam air, atau secepatnya setelah
dikeluarkan dari dalam air.

Dan terakhir catat hasil pengamatan pada form pengamatan

Pertama-tama melakukan pencatatan suhu udara sebelum dilakukannya


pengukuran suhu udara didalam air sungai. Selanjutnya masukkan termometer air

sungai selama 1-2 menit lamanya. Lalu membaca hasil pengamatan suhu pada saat
termometer masih berada didalam sungai atau secepatnya setelah termometer
dikeluarkan dari dalam air sungai tersebut. Dan yang terakhir jangan lupa
mencatat hasil pengamatan pada form pengamatana yang telah disediakan
sebelumnya.
Pendugaan Kualitas Air secara Kimia
Memasukan alat multi water quality ke dalam sampel air sungai yang telah
diambil sebelumnya.

Selanjutnya lihat data hasil pengamatan analisis pada data logger (dengan
penggunaan alat akan dipandu oleh asisten laboratorium)

Lalu baca tingkatan DO, pH dan angka kekeruhan air sungai yang telah
tercatat (bandingkan data tingkat kekeruhan hasil pengukuran dari lapangan
dengan hasil pembacaan dari alat ini)

Dan kemudian isikan data pengukuran pada form yang telah disediakan dan
dikelaskan berdasarkan tabel kualitas air (PP No 82 Tahun 2001).

Pertama-tama memasukan alat multi water quality dalam sampel air


sungai yang telah diambil sebelumnya. Selanjutnya melihat data hasil
pengamatan analisis pada data logger (dengan penggunaan alat akan dipandu oleh
asisten laboratorium pada saat itu juga. Lalu membaca tingkat DO, pH dan angka
kekeruhan air sungai yang telah tercatat ( bandingkan data tingkat kekeruhan hasil
pengukuran dari lapangan dengan hasil pembacaan dari alat ini). Dan kemudian

isikan data pengukuran pada form pengamatan yang telah disediakan dan
dikelaskan berdasarkan tabel kualitas air (PP No. 82 Tahun 2001).
3.1.2.4 Cadangan Karbon
Plot 1. Hutan
No
1

Penggunaan

Tutupan

Lahan

Lahan

Manfaat

Posisi
Lereng

Tingkat Tutupan

Jumlah

Seresah Spesies
S
35%

Kerapatan

C-Stock

80

Agroforestri Pinus

Kanopi
S

Kopi

25%

80

Pisang

15%

50

Mahoni

5%

20

Durian

5%

20

Rumput

15%

50

Gajah
Total

300

Tabel. Cadangan karbon plot 1


Plot 2. Agroforestri
No
1

Penggunaan

Tutupan

Lahan

Lahan

Manfaat

Posisi
Lereng

Tingkat Tutupan

Jumlah

Seresah Spesies
R
30%

Kerapatan

C-Stock

20

B,D

Kanopi
R

Rumput

50%

80

Gajah
Kelapa

B,D

20%

20

Agroforestri Pisang

Total

120

Tabel. Cadangan karbon plot 2


Plot 3. Tanaman Semusim
No
1

Penggunaan

Tutupan

Lahan

Lahan

Manfaat

Posisi
Lereng

Tingkat Tutupan

Agroforestri Sengon

Kanopi
S

Durian

Jumlah

Seresah Spesies
S
75%

Kerapatan

C-Stock

80

50

25%

Semusim

Wortel

70%

Terong

10%

Kubis

10%

Cabai

10%

Total

134

Tabel. Cadangan karbon plot 3


Plot 4. Tanaman Semusim + Permukiman
No
1

Penggunaan

Tutupan

Lahan

Lahan

Manfaat

Posisi
Lereng

Tingkat Tutupan

Jumlah

Seresah Spesies
S
65%

Kerapatan

C-Stock

Semusim +

Jagung

Kanopi
R

Permukima

Pisang

5%

Jati

5%

Rumput

25%

Gajah
Total
Tabel. Cadangan karbon plot 4
Keterangan :
1. Manfaat: B (buah), D (daun), A (akar), K (kayu), B (biji)
2. Posisi Lereng: A (atas), T (tengah), B (bawah)
3. Tingkat tutupan kanopi dan seresah: T (tinggi), R (rendah)
4. Kerapatan: T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Cadangan karbon merupakan jumlah karbon yang tersimpan dalam setiap
penggunaan lahan tanaman, seresah, dan tanah (Hairiah et al., 2007), sehingga
cadangan karbon memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi
perubahan iklim di dunia, adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
cadangan karbon salah satunya adalah dengan memperbanyak penanaman pohon,
selain itu hal tersebut menjadi pelayanan terhadap lingkungan yang diharapkan
dapat mengurangi perubahan iklim yang semakin besar ini.
Adapun hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada 4 plot yang
berbeda, dengan masing-masing plot dibedakan berdasarkan penggunaan

lahannya. Pada plot 1 yaitu hutan dengan penggunaan lahan yang kami temukan
adalah agroforestri dengan tutupan lahan berupa tanaman pinus, kopi, mahoni,
durian dan rumput gajah, sehingga total cadangan karbon sebesar 300 ton/ha.
Kemudian pada plot 2 yaitu agroforestri dengan penggunaan lahan tetap
agroforestri serta tutupan lahan yang diperoleh yaitu tanaman pisang, rumput
gajah, dan kelapa sehingga total cadangan karbon sebesar 120 ton/ha. Pada plot 3
yaitu tanaman semusim dengan penggunaan lahan agroforestri dan tanaman
semusim serta tutupan lahan yang diperoleh yaitu tanaman sengon, durian, wortel,
terong, kubis, dan cabai sehingga total cadangan karbon sebesar 134 ton/ha. Dan
pada plot 4 yaitu tanaman semusim dan permukiman dengan penggunaan lahan
semusim dan permukiman serta tutupan lahan yang diperoleh yaitu tanaman
jagung, pisang, jati, dan rumput gajah sehingga total cadangan karbon sebesar 4
ton/ha.
Sehingga dengan hasil pengamatan yang kami peroleh dimasing-masing
plotnya, didapatkan total cadangan karbon yang paling tinggi yaitu pada plot 1
sebesar 300 ton/ha dan total cadangan karbon yang paling rendah yaitu pada plot 4
sebesar 4 ton/ha . Hal ini disebabkan karena pada plot 1 yaitu penggunaan lahan
agroforestri dengan terdapat berbagai jenis vegetasi yang beragam baik tanaman
kayu maupun tanaman non kayu lainnya dan tanaman dengan umur panjang yaitu
tanaman pinus, kopi dan durian, dengan adanya berbagai jenis vegetasi tersebut
akan menimbulkan serasah yang banyak yang mampu menyimpan cadangan
karbon yang tinggi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Hairiah dan
Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa dengan adanya jenis tumbuhan baik
berumur panjang dan serasah yang dihasilkan lebih banyak merupakan tempat
menyimpan cadangan karbon (C) yang paling tinggi. Dan pada plot 4 yaitu
penggunaan lahan semusim dan permukiman dengan dominan tanaman semusim
yang sangat berpengaruh dalam penyimpangan cadangan karbon, hal ini sesuai
dengan pernyataan Widianto et al (2003) yang menyatakan bahwa bila ditinjau
dari cadangan karbon agroforestri lebih menguntungkan daripada sistem pertanian
tanaman musiman, hal ini disebabkan oleh adanya biomassa yang tinggi dan
masukan serasah yang bermacam-macam kualitasnya serta terjadi terus- menerus.

DAPUS:
Hairiah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre, ICRAFSA.
Bogor.
Hairiah, K., et al. 2007. Methods for Sampling Carbon Stocks Above and Below
Ground. World Agroforestry Centre, ICRAFSA. Bogor.
Widianto, dkk. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre
(ICRAF), Southeast Asia Regional Office. Bogor

Anda mungkin juga menyukai