Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan perkembangan zaman, tindakan seksual di luar nikah semakin sering dilakukan.
Parahnya lagi disertai dengan tindakan hobi berganti-ganti pasangan. Bahkan daerah untuk
bermukimnya WTS(Wanita Tuna Susila) semakin banyak dibangun. Hal ini menjadi pemacu
kuat dalam meningkatnya Penyakit Menular Seksual (PMS). Selain itu, kurangnya higienitas
dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor pemicu dalam
meningkatnya PMS.
Seandainya saja masyarakat lebih mengerti higienitas dan menyadari penggunaan
kondom dapat membantu mengurangi PMS,1 maka kemungkinan besar PMS tidak begitu
banyak. Penyakit-penyakit kelamin tersebut banyak macamnya salah satunya Chancroid (Ulkus
Mole).
Chancroid adalah penyakit menular seksual (PMS) yang akut, ulseratif, dan biasanya
terlokalisasi di genitalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar di daerah inguinal.
Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.
Penyebaran infeksi chancroid (ulkus mole) dari kontak seksual dengan wanita pekerja
seks yang memiliki ulkus genital. Kemungkinan penyebaran chancroid setelah seseorang
berhubungan seksual adalah 0,35%.1
Chancroid termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual,
ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH pada tahun 1889. Penyakit ini lebih banyak terdapat
pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Laporan-laporan hanya datang dari
beberapa Negara yang sudah berkembang, karena kesukaran menemukan penyebabnya.karena
kurangnya fasilitas diagnostik, sering terjadi salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis stadium
pertamaa.. CHAPEL dkk. (1977) hanya dapat menemukan H.ducreyi pada sepertiga jumlah
kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai chancroid.2

Kemudian Penyakit ini juga banyak ditemukan di negara berkembang, khususnya di


negara tropis dan subtropis. Chancroid paling banyak terjadi di bagian dunia yang memiliki
sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia. Di Afrika bagian selatan
dan timur, dimana yang melakukan sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV yang tinggi,
menyebabkan daerah ini endemik terhadap chancroid. Daerah dimana kejadian ini masih kurang,
yaitu di Afrika Barat,. Di Kenya,chancroid menular melalui penderita HIV mulai muncul sejak
tahun 1980-an, diduga dari pekerja seks komersial dan pasien yang terkena penyakit infeksi
menular seksual. Dilaporkan, sejak terjadi peningkatan penggunaan kondom oleh pekerja seks
komersial maka kejadian dari ulkus genitalia mulai menurun. 1 Chancroid menyebabkan nyeri
ulkus pada genitalia, 50% kasus disertai dengan limfadenitis inguinal unilateral. Bila tidak
ditangani akan membentuk abses yang dapat ruptur secara spontan, menghasilkan ulkus yang
tidak bisa terobati. Chancroid juga diketahui menjadi kofaktor utama transmisi infeksi HIV-1.
Hubungan ini terutama pada penyebaran HIV heteroseksual di Afrika.
Untuk mencegah perkembangan Chancroid yang disebabkan oleh Haemophilus Ducrey,
maka harus dimengerti bagaimana etiologi, epidemiologi, pathogenesis, gejala klinis, komplikasi
yang dapat terjadi, prognosis dan pengobatan dari chancroid.

1. Irga.2010.Chancroid,(online),(http://www.irwanashari.com/2009/05/ulkus-mole.htmldiakses 28
Oktober2010).
2. Djuanda, A.2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah defenisi Chancroid ?
2. Bagaimanakah Epidemiologi Chancroid ?
3. Bagaimanakah Etiologi chancroid ?
4. Bagaimanakah Patogenesis dan Imonokimia Chancroid ?
5. Bagaimanakah gejala-jegala klinis Chancroid ?
6. Apakah jenis-jenis bentuk klinis dari penyakit Chancroid ?
7. Apakah komplikasi dari chancroid ?
8. Bagaimanakah cara mendiagnosis Chancroid ?
9. Apakah diagnosis banding dari Chancroid ?
10. Bagaimanakah Pengobatan chancroid ?
11. Bagaimanakah prognosis dari Chanccroid ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi Chancroid


2. Untuk mengetahui Epidemiologi Chancroid
3. Untuk mengetahui Etiologi chancroid
4. Untuk mengetahui Patogenesis dan Imonokimia Chancroid
5. Untuk mengetahui gejala-jegala klinis Chancroid
6. Untuk mengetahui jenis-jenis bentuk klinis dari penyakit Chancroid
7. Untuk mengetahui komplikasi dari chancroid
8. Untuk mengetahui cara mendiagnosis Chancroid
9. Untuk mengetahui diagnosis banding dari Chancroid
10. Untuk mengetahui Pengoibatan chancroid
11. Untuk mengetahui prognosis Chanccroid

1.4 Manfaat
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Dapat mengetahui defenisi Chancroid


Dapat mengetahui Epidemiologi Chancroid
Dapat mengetahui Etiologi chancroid
Dapat mengetahui Patogenesis dan Imonokimia Chancroid
Dapat mengetahui gejala-jegala klinis Chancroid
Dapat mengetahui jenis-jenis bentuk klinis dari penyakit Chancroid
Dapat mengetahui komplikasi dari chancroid
Dapat mengetahui cara mendiagnosis Chancroid
Dapat mengetahui diagnosis banding dari Chancroid
3

10 Dapat mengetahui Pengoibatan chancroid


11 Dapat mengetahui prognosis Chancroid

BAB II
ISI
2.1 Definisi
Chancroid adalah penyakit infeksi pada alat kelamin akut, setempat disebabkan oleh
streptobacillus ducrey ( Haemophilus ducreyi) dengan gejala klinis yang khas berupa ulkus
nekrotik yang nyeri pada tempaat inokulasi, dan sering disertai pernanahan kelenjar getah bening
regional. Biasanya disebut soft chancre, ulkus mole, soft sore.1

2.1 Contoh Penderita Chancroid2


2.2 Epidemiologi
Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik, terutama di
kota dan pelabuhan. Selain itu dapat terjadi di daerah yang memiliki sarana kesehatan yang
kurang misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia. Di Afrika bagian selatan dan timur, dimana yang
melakukan sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah ini
endemik terhadap ulkus mole.1

1. Djuanda, A.2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI
2. Taufik. 2010. Chancroid, (online),(http://www.clinicrak.com.html, diakses 31 Oktober 2010).

Pengaruh Sirkumsisi terhadap pengurangan risiko chancroid dibuktikan dengan 7


penelitian dari 5145 peserta, dengan hasil enam dari tujuh studi menemukan penurunan risiko
chancroid antara laki-laki disunat, dengan empat dari studi ini melaporkan hasil secara statistik
signifikan. Sementara bukti kuat diperlukan dari desain penelitian lebih ketat, bukti terbaik yang
tersedia saat ini mendukung promosi sunat untuk laki-laki sebagai strategi untuk mengurangi
risiko chancroid, dan harus dipromosikan terutama di daerah di mana prevalensi HIV dan infeksi
menular seksual tinggi. Akan tetapi, satu penelitian menetapkan chancroid serologis tidak
menemukan hubungan dengan sunat.1

Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya frekuensi penyakit ini di


negara-negara yang lebih maju.2 Akan tetapi, di amerika serikat, insidensi chancroid terus
meningkat sejak tahun 1980an. Data terakhir mengisyaratkan bahwa chancroid mungkin kurang
terdiagnosis di amerika serikat, karena sebagian besar klinik STD tidak memiliki fasilitas untuk
mengisolasi H. ducreyi, dan pemeriksaan yang didasarkan pada metode reaksi berantai
polymerase belum tersedia luas.3
Penyakit ini juga dijumpai sebagai kasus-kasus terisolasi di masyarakat industri dan
disebarkan oleh orang yang pernah berpergian ke daerah endemik. 4 Selain penularan melalui
hubungan seksual, secara kebetulan juga dapat mengenai jari dokter atau perawat.5

1. Weiss,A. 2010. Male circumcision and risk of syphilis, chancroid, and genital herpes: Evidence and implications
for public health. Health Evidence.ca(online), (http://www.health-evidence.ca/documents/18758/Weiss2006
Summary Statement English.pdf),diakase 29 Oktober.
2. Roy-Leon JE,dkk.2009 In Vitro In Vivo Activity Of Combination Antimicrobial Agents On Haemophilus Ducreyi.
J Antimicrobial Chemotherap,
(Online),http://Jac.oxfourdjournals.org/cgi/reprint/11/3/552/.pdf.html.diakses 28 Oktober 2010).
3. Robbins,dkk.2007.Buku Ajar Patologi edisi 7.Jakarta:EGC
4. Price,S.2006.Patofisiologi edisi 6. Jakarta:EGC
5. Djuanda, A.2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI

Frekuensi pada wanita dilaporkan lebih rendah, dimana perbandingan antara laki-laki dan
wanita yang berpotensi adalah 10 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesukaran dalam
membuat diagnosis dan pria sering melakukan prostitusi dibanding wanita. Penderita lebih
banyak terjadi pada laki-laki heterosexual dan biasanya pada wanita pekerja seks. 1 Selain itu,
penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa faktor menunjukkan
bahwa terdapat pembawa kuman ( carrier ) basil Ducreyi, tanpa gejala klinis.2
2.3 Etiologi

Basil Haemophilus. ducreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung membulat,
tidak bergerak dan tidak membentuk spora, gram negatif, anaerob fakultatif yang membutuhkan
hemin (faktor X) untuk pertumbuhan, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan mempunyai DNA
berisi guanosine plus-cytosine fraksi 0,38 mole2 dan tidak membutuhkan faktor V (dinukleotida
nikotinamid adenasin).3 Basil sering kali berkelompok, berderet membentuk rantai, terutama
dapat dilihat pada biakan sehingga disebut juga streptobacillus Basil ini pada lesi Basil ini pada
lesi terbuka di daerah genital sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih mudah
dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar
inguinal. Kuman ini sukar dibiak.2
Dalam karangan-karangan terakhir mengenai penyebab penyakit ini timbul keragukeraguan, apakah ulkus mole merupakan penyakit disebabkan oleh suatu organisme (H.ducreyi),
atau satu penyakit campuran yang disebabkan oleh lebih daripada satu organisme. CHAPEL
(1978) menyatakan bahwa organisme selain H. ducreyi dapat menimbulkan ulkus yang tidak
dapat dibedakan dengan ulkus mole, dan beberapa ulkus mengandung flora polimicrobial.2
Karena kesukaran menemukan penyebab dan ditemukannya organisme yang multiple
yang dapat diisolasi dari ulkus penis, timbul kesukaran mencari hubungan antara gambaran klinis
dan penemuan laboratorik.2
1.Irga.2010.Chancroid,(online),(http://www.irwanashari.com/2009/05/ulkus-mole.htmldiakses 28
Oktober2010).
2. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI
3. Jawetz,dkk. 2008. Mikrobiologi kedokteran edisi 23. Jakarta : EGC

2.4 Patogenesis dan Imunokimia


H. ducreyi (Gbr.2.2)1 menghasilkan toksin sitoletal, faktor virulensi penting pada
patogenesis ulkus mole. Diduga toksin ini yang meyebabkan prognosis ulkus pada genitalia sulit
untuk sembuh. Penyebaran ulkus mole melalui virus yang menyerang sistem imun manusia yang
menurun. Reseptor berupa simokin CCR5 dan CXCR4 yang termasuk kelas 7 transmembran Gprotein-reseptor, dan ikatan alami yang menyerang sel imun pada satu tempat dan terbentuk
inflamasi. CCR5 dan 2 co-reseptor penting, esensial keluar menjadi HIV.2 H. ducreyi
7

memfasilitasi penularan HIV dengan menyediakan entri portal diakses, mempromosikan


pelepasan virus, merekrut makrofag dan sel-sel CD4 pada kulit.3

2.2 Haemophilus Ducreyi Di Bawah Mikroskop Elektron


Dimana Makrofag yang terdapat di dalam lesi dari cancroid berpeluang besar
meningkatkan ekspresi dari CCR5 dan CXCR4 bersama dengan sel darah perifer, sel CD4 T
berpeluang menurunkan regulasi dari CCR5. Beta-simokin RANTES (mengaktifkan regulasi, sel
T normal dan sekretnya) dalam ikatan yang penting untuk CCR5. RANTES menimbukan papul
dan pustul dari infeksi ulkus mole tetapi tidak menyebabkan infeksi pada kulit. Bersama dengan
mukosa dan barier kulit, muncul sel dengan regulasi yang menurun dari HIV-1 co-reseptor dalam
lesi infeksi H ducreyi dengan lingkungan yang fasilitasnya buruk dan menyebabkan infeksi HIV1.2
1. . Taufik. 2010. Chancroid, (online),(http://www.clinicrak.com.html, diakses 31 Oktober 2010).
2. Crowe MA. 2007 Chancroid. (Online). (http://www.emedicine.com/derm/fulltopic/topic71.html.diakses 29
Oktober 2010,
3. Sarangi,A,Narayan. 2010. Mining the Proteome of Haemophilus ducreyi for Identification of Potential Drug
Targets.The Open Bioinformatics Journal (online). vol. 4, No. 1
(http://www.bentham.org/open/tobioij/articles/V004/1TOBIOIJ.pdf,diakses 29 Oktober 2010).

Pengobatan yang mudah dan efektif dari ulserasi genital, dan ulkus mole dari partikuler,
bagian yang penting dari beberapa strategi untuk mengontrol perkembangan dari infeksi HIV di
negara-negara tropis.1
Pada pemeriksaan biopsi dari ulkus mole dikalsifikasikan menjadi 3 daerah inflamasi
dibawah ulkus. Daerah pertama terdiri dari daerah yang nekrotik, fibrin, dan neutropil. Daerah
tengah adalah daerah dengan jaringan granulasi dan zona yang paling bawah terdiri dari limfosit

dan plasma sel. Gram-negatif dari basil hanya daapt ditemukan dengan menggunakan pewarnaan
Gram atau Giemsa dan dapat dilhat baik dengan Smears.2
Awalnya, mikroorganisme melakukan penetrasi pada defek pertahanan epidermis. Bakteri
yang masuk memberi rangsangan inflamasi sehingga terjadi infiltrasi limfosit, makrofag,
granulosit dengan mediator utama TH-1 sebagai respon imun dan inflamasi pyogenik.
Perkembangan ulkus mole disertai juga limfadenitis akibat inflamasi pyogenik.3
Sebagai contoh : Adanya trauma atau abrasi, penting untuk organisme melakukan
penetrasi epidermis. Jumlah inoculum untuk menimbulkan infeksi tidak diketahui. Pada lesi,
organisme terdapat dalam makrofag dan neutrophil atau bebas berkelompok (mengumpul) dalam
jaringan interstisial.4
Pada percobaan kelinci, seperti pada manusia, beberapa galur H. ducreyi diketahui
virulen, sedangkan yang lain kelihatannya avirulen. Beberapa penyelidik menyatakan bahwa
virulensi menyatakan bahwa virulensi dapat hilang dengan kultivasi serial sehingga kuman
kehilangan kemampuan untuk menimbulkan lesi pada kulit. Organisme yang avirulen dilaporkan
lebih rentan terhadap antimikroba terutama polimiksin.4

1.Crowe MA. 2007 Chancroid. (Online). (http://www.emedicine.com/derm/fulltopic/topic71.html.diakses 29


Oktober 2010).
2.Lewis DA. 2008. Chancroid clinical manifestations, diagnosis,
(http://sti.bmj.com/cgi/content/full/79/1/68.html diakses 29 Oktober 2010).

and

management

(Online),

3. Irga.2010.Chancroid,(online), (http://www.irwanashari.com/2009/05/ulkus-mole.htmldiakses 28

Oktober2010).
4. Djuanda,Adhi.2009.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Jakarta:Balai penerbit FK UI

Limfadenitas yang terjadi pada infeksi H. Ducreyi diikuti dengan respons inflamasi
sehingga terjadi supurasi. Kemungkinan terdapat sifat-sifat H. Ducreyi yang tidak diketahui dan
unik dan menimbulkan bubo supuratif. Respons imun yang berhubungan dengan pathogenesis
dan kerentangan penyakit tidak diketahui. Penyelidikan sebelumnya menemukan respons
hipersensitivitas lambat dan respons antibody pada penderita dengan chancroid dan pada
binatang percobaan. Antibodi ditemukan dengan cara fiksasi komplikasi komplemen, aglutinasi,
presipitasi, dan tes fluoresens antibodi indirek. Reaktivitas silang antara antisera yang dihasilkan
9

terhadap antigen H. Ducreyi murni dan ekstrak antigen dari spesies Haemophilus lain telah
ditemukan.1
2.5 Gejala Klinis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari atau 4-7 hari..
Lesi kebanyakan multiple(Gbr.2.3), jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada
daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian menjadi vesiko-pustul
pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.1

2.3 Gejala Ulkus Mole (chancroid)

1. Djuanda,Adhi.2009.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Jakarta:Balai penerbit FK UI

Ulkus; kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk cawan, pinggir tidak
rata, sering bergaung(Gbr.2.3)1 dan di kelilingi halo yang eritematosa dan mengalami ulserasi
dalam 24 jam. Ulkus sering tertutup jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan granulasi
yang mudah berdarah,1 ditutupi oleh eksudat abu-abu kuning berserat yang pirulen dan
limpodenopati,2(Gbr.2.4)3 dan pada perabaan terasa nyeri, biasanya lebih nyeri pada laki-laki
daripada perempuan.

10

2.4 Inguinal Limpodenopati


Tempat predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium, sulkus koronarius,
frenulum penis, dan batang penis. Dapat juga timbul lesi di dalam uretra, scrotum, perineum,atau
anus. Pada wanita ialah labia(Gbr.2.5)4, klitoris, Fourchette, vestivuli, anus, dan serviks.1

2.5 Lesi Chancroid Kecil Pada Labia Majora


1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin .Jakarta : Balai penerbit FK UI
2. Robbins,dkk.2007.Buku Ajar Patologi edisi 7.Jakarta:EGC
3. Mendscape today. 2010. Chancroid, (online), (http://www.medscape.com/viewarticle/433130_4.html, diakses 31
Oktober 2010).
4. Health organization. 2010. Chancroid, (online), (http://www.springerimages.com/Images/RSS/2-AID05E3-16017.html, diakses 31 Oktober 2010)

Kebanyakan gejala pada wanita asimptomatik walaupun kadang muncul gejala yang
kurang jelas, seperti disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahan rektal.
Gejala konstitusi seperti malaise dan demam ringan kadang-kadang terlihat.1
Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara, umbilicus dan
konjungtiva. Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat timbul lesi yang multiple,
dengan ini dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen, dan paha. Gejala sistemik jarang timbul,
kalau ada hanya demam sedikit atau malese ringan.2
2.6 Jenis-Jenis Bentuk Klinis
11

2.6.1 Ulkus Mole Folikularis


Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis yang disebabkan
oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini dapat timbul pada vulva dan pada daerah
berambut di sekitar genitalia dan sangat superfisial.2
2.6.2 Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi dasarnya tidak teratur
dan tepi berdarah.2
2.6.3 Transient chancroid (Chancre mou valant)
Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu kemudian diikuti timbulnya
bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran ini menyerupai limfogranuloma venerum.2
2.6.4 Papular Chancroid (ulkus mole elevatum)
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya. Gambarannya
menyerupai kondilomata lata pada sifilis stadium II.2

1.Crowe MA. 2007 Chancroid. (Online). (http://www.emedicine.com/derm/fulltopic/topic71.html.diakses 29


Oktober 2010,
2. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin .Jakarta : Balai penerbit FK UI

2.6.7 Giant Chancroid


Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan menutupi satu daerah, sering
mengikuti abses inguinal yang pecah, dan dapat meluas ke daerah suprapubis bahkan daerah
paha dengan cara autoinokulasi.1
2.6.8 Phagedenic chancroid
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang luas. Genitalia
eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi organisme Vincent.1

12

2.6.9 Tipe serpiginosa


Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke daerah lipat paha
atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap berbulan-bulan atau bertahun-tahun.1
Bubo adalah Adenitas daerah inguinal timbul pada tengah kasus ulkus mole. Sifatnya
unilateral, eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul beberapa hari sampai 2 minggu setelah lesi
primer. lebih daripada setengah kasus adenitis sembuh tanpa supurasi.1

1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI

2.7 Komplikasi
2.7.1 Mixed chancre
Kalau disertai sfilis stadium 1. Mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi setelah 15-20 hari
menjadi manifes, terutama jika di obati dengan sulfonamide.1 Dapat terjadipada bagian atas penis
dan kelenjar inguinal kanan. (Gbr.2.6)2

13

2.6 Fase Akhir Dari Penyakit Sifilis dan Infeksi chancroid


2.7.2 Abses kelenjar inguinal
Bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan sinus yang kemudian menjadi ulkus.
Ulkus kemudian membesar membentuk giant chancroid.1 (Gbr.2.7)3

2.7 Kelenjar Getah Bening Inguinal Meledak Akibat Chancroid

1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI
2. WD organisasi.

2010. PMS, (online),


(http://www.wrongdiagnosis.com/phil/html/chancroid/5169.html, diakses 31 Oktober 2010)
3. Bozley, E. 2010. Chancroid,(oonline),(http://std.about.com/od/gettingtested/ig/STD-Symptoms-Gallery/LateChancroid-Symptoms.html, diakses 31 Oktober 2010).

2.7.3 Fimosis parafimosis


Kalau lesi mengenai preputium.1
2.7.4 Fistula uretra
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat dekstruktif. (Gbr.2.8) 1 Dapat
mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut dapat menjadi stiktura
uretra.2
14

2.8 Ulkus Glans Penis


2.7.5 Infeksi campuran
Dapat disertai infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin parah dan bersifat
destruktif. Di samping itu juga dapat disertai penyakit limfogranuloma venereum atau granuloma
inguinale.2

1. Penulis.2010. Chancroid,(online).(http://aapredbook.aappublications.org/cgi/content/full/2003/1/3.25/025_04.
html, diakses 31 Oktober 2010).
2. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI

2.8 Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang lain. Harus
dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serelogik untuk menyingkirkan
sifilis juga harus dikerjakan. Sebagai penyokong diagnosis adalah:
1. Pemeriksaan sediaan hapus
Diambil bahan pemeriksaan (spesimen) dari tepi ulkus yang tergaung dengan
menggunakan apusan kapas, di buat hapusan pada gelas alas, Pemeriksaan langsung
ini dapat dilakukan dengan pewarnaan gram, giemsa atau mikroskop elektron.
Identifikasi yang cepat dapat dengan pewarnaan methylgreenpyronine pappenheim dan
Unna, juga dapat dilaksanakan dengan pewarnaan blue dan wright. Namun

15

pemeriksaan langsung tersebut dapat menyesatkan oleh karena banyaknya flora


polimikrobial ulkus genital. Hanya pada 30-50% kasus ditemukan basil berkelompok
atau berderet seperti rantai.1
2. Biakan kuman
H. ducreyi merupakan mikroorganisme yang sulit dikultur. Untuk mengkultur
bakteri tersebut diperlukan teknik dan keterampilan khusus. Pemeriksaan kultur
merupakan gold standard untuk mendeteksi H. ducreyi.(6,16) H. Ducreyi tumbuh pada
suhu terbaik 33oC kelembaban atmosfer yang mengandung karbondioksida 5%.(14)
Untuk mendapatkan sensitivitas yang tinggi pada isolasi primer, dirokemendasikan
penggunaan 2 media sekaligus yang ditambahkan dengan hemoglobin dan serum.1

1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI

Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada perbenihan atau
pelat agar khusus ( Chocolate Agar) yang ditambahkan darah kelinci yang sudah
didefibrinasi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa perbenihan yang mengandung serum
darah penderita sendiri yang sudah diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan.
Inkubasi membutuhkan waktu 48 jam. Medium yang mengandung gonococcal
madium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, iso-witalex 1 %, dan vankomisin 3
mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul. Pada biakan nampak koloni kecil,
non mukoid, abu-abu kuning, semi opak atau translusen dapat digeser pada permukaan
agar dalam keadaan utuh, nampak 2-4 hari, tetapi biasa 7 hari setelah inokulasi.1
3. Teknik imunofluoresens untuk menemukan antibody.
4. Biopsi

16

Biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada gambaran


histopatologik ditemukan:
a. Daerah superfisial pada dasar ulkus : neutrophil, fibrin, eritrosit, dan jaringan
nekrotik.
b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan proliferasi sel-sel
endotel sehingga lumen tersumbat

dan menimbulkan thrombosis. Terjadi

perubahan degeneratif pada dinding pembuluh-pembuluh darah.


c. Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan sel-sel limfoid.
5. Tes kulit ito-reenstierna
Sekarang tidak dipakai lagi karena tidak spesifik. Vaksin yang dipakai
(Dmelcos)terdiri atas 225 juta kuman mati/ml. Disuntikkan intradermal 0,1 ml pada
lengan bawah bagian fleksor, sebagai control disuntikkan cairan pelarut intradermal
pada sisi lain.1

1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI

Tes dinilai positif kalau timbul infiltrate berdiameter minimal 0,5 cm setelah 48
jam, sedangkan kontrol negatif. Tes ini menjadi positif 6-11 setelah hari timbul ulkus
mole, dan tetap positif sampai beberapa tahun bahkan seumur hidup.1
6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasi pada kulit sehat daerah lengan
bawah atau paha penderita yang digores lebih dahulu. Pada tempat tersebut akan
timbul ulkus mole. Sekarang cara ini tidak dipakai lagi.1
2.9 Diagnosis Banding
2.9.1 Herpes Genitalis

17

Pada herpes genitalis kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan jika memecah
menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole. Tanda-tanda radang akut lebih
mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole, pada sediaan hapus berupa bahan yang
diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan sel raksasa berinti banyak.1
2.9.2 Sifilis stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat indurasi, dan tandatanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional juga
tidak disertai tanda-tanda radang akut kecuali tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan.1
Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop lapangan gelap
sebanyak tiga kali berturut-turut negatif. T.S.S. yang diperiksa tiap minggu sampai satu bulan,
kemudian tiap bulan sampai tiga bulan , tetap negatif.1
2.9.3 Limfogranuloma venerium (L.G.V)
Pada L.G.V. afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi pembesaran kelenjar getah
bening ingunal, perlunakannya tidak serentak. Titer tes ikatan komplemen untuk L.G.V. kurang
dari 1/16 dan tes ulangan untuk meninggi.1
1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Jakarta : Balai penerbit FK UI
2.9.4 Granuloma inguinale
Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma. Pada sediaan jaringan tidak
tampak badan Donovan.1
2.10 Pengobatan
2.10.1 Sistemik
2.10.1.1 Sulfonamida
Misalnya sulfatiazol, sulfadiazine, atau sulfadimidin, diberikan dengan dosis pertama 24 gram dilanjutkan dengan 1 gram tiap 4 jam sampai sembuh sempurna (kurang lebih 10-14
hari). Tablet kotrimoksazol, ialah kombinasi sulfametoksazol 400 mg dengan trimetroprim 80
18

mg, diberikan dengan dosis 2 x 2 tablet selama 10 hari. Bila pengobatan berhasil, perlu dilakukan
drainase, dorsmsisi pada preputium. Pada bubo yang mengalami supurasi dilakukan aspirasi
melalui kulit yang sehat. MEHEUS dkk.(1981) menyatakan bahwa pemberian kontrikmosazol 2
x 4 tablet selama 2 hari, sangat efektif untuk ulkus mole.1
2.10.1.3 Penisilin
Sedikit efektif, terutama diberikan kalau terdapat organisme Vincent.1
2.10.1.5 Kanamisin
Disuntikkan 1.m. 2 x 500 mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai efek terhadap
T.pallidum.1
2.10.1.4 Tetrasiklin dan oksitetrasiklin
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/ hari selama 10-20 hari, antibiotik
golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium I. Di beberapa negara H. ducreyi sudah
resisten terhadap antibiotika golongan ini. STAMPS(1974) mengobati 32 penderita ulkus mole
dengan doksisiklin 300 mg dosis tunggal dan hanya menemukan kegagalan pada 1 orang.1

1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK
2.10.1.6 Kloramfenikol
Efektif terhadap H.ducreyi, tetapi karena mempunyai efek toksis tidak digunakan lagi.1
2.10.1.7 Eritromisin
Diberikan 4 x 500 mg sehari, selama seminggu. (KK). Eritromisin diekskresi terutama
melalui hati. Hanya 2-5% obat ini dieksresi dalam bentuk aktif melalui urin. Efek samping yang
berat akibat pemakaian eritromisin jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentk
demam, eosinofilia, dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan.1
2.10.1.8 Kuinolon

19

ofloksasin : cukup dosis tunggal 400 mg.


2.10.1.9 Azitromisin
`

1 g Dosis tunggal - Oral CDC, CEG*2

2.10.1.10 Seftriaksone
250 mg Dosis tunggal - IM WHO, CDC, CEG*2
2.10.1.11 Siprofloksasin
500 mg Dosis tunggal - Oral WHO, CEG*2
2.10.1.12 Siprofloksasin
500 mg 2 x 1 3 hari Oral CDC, CEG*2
2.10.1.13 Spectinomisin
2 g Dosis tunggal - IM WHO* 2
* Rekomendasi terapi pada ulkus mole berdasarkan World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), United Kingdom Clinical Effectiveness Group (CEG).*

1. Djuanda,A. 2009. Ilmu Peyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Balai penerbit FK UI
2. Irga.2010.Chancroid,(online), (http://www.irwanashari.com/2009/05/ulkus-mole.htmldiakses 28

Oktober2010).

Pilihan pengobatan untuk chancroid menjadi semakin terbatas karena perkembangan


resistensi untuk beberapa obat-obatan antimikroba. Hal ini telah menyebabkan pencarian untuk
pengobatan alternatif regimen untuk chancroid. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan tujuh hari perjalanan eritromisin secara oral sebagai baris pertama
pengobatan untuk chancroid. Meskipun efektif, kurangnya kepatuhan dan intoleransi gastrointestinal membuat alternatif terapi diinginkan. Pilihan lain yang disajikan sebagai perawatan
petama adalah 500mg dari ciprofloxacin diberikan dua kali sehari selama 3 hari atau dosistunggal 1 g azythromycin. Sejak munculnya era antimikroba, terapi dosis tunggal telah menjadi
alat yang berharga dalam pengelolaan infeksi kelamin.1

20

Azitromisin adalah terapi oral yang efektif untuk chancroid dan patogen penyakit
menular seksual. Namun biaya tinggi membuatnya kurang cocok di finansial menantang
Pengaturan dibandingkan dengan Thiamphenicol.1
2.10.2 Lokal
Jangan diberikan antiseptik karena akan mengganggu pemeriksaan mikroskop lapangan
gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I . Lesi dini yang kecil dapat sembuh setelah
diberi NaCl fisiologik.2
2.11 Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan tidak ditemukan
infeksi HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi
sembuh sempurna. Kontak seksual sebaiknya diperiksa dan diterapi. Tetapi, tanpa pengobatan,
ulkus genital dan abses inguinal dilaporkan kadang-kadang menetap.3

1. Walter B. Junior1, dkk. 2009. A Comparative Study of Single-Dose Treatment of Chancroid


Using Thiamphenicol versus Azithromycin. The Brazilian Journal of Infectious Diseases Vol. 13 No.3.
(http://www.scielo.br/pdf/bjid/v13n3/v13n3a12.pdf, diakses 29 Oktober 2010)
2. Djuanda ,A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta :Balai penerbit FK UI
3. Irga.2010.Chancroid,(online), (http://www.irwanashari.com/2009/05/ulkus-mole.htmldiakses 28 Oktober2010).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia disamping sifilis
dan herpes genitalia. Prostitusi merupakan media penularan penyakit ini. Secara epidemiologi,
insiden ulkus mole banyak terjadi di negara-negara berkembang dan menular melalui kontak
kulit serta mukosa pada saat melakukan aktivitas seksual. Pria lebih banyak daripada wanita
terkena dengan perbandingan 10:1. Karakteristik penyakit ini adalah ulkus yang nyeri dan
pembentukan bubo. Ulkus yang muncul sifatnya multipel, mudah berdarah, dan mengandung
21

pus. Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi. Diagnosis
ditegakkan melalui gambaran klinis dan pemeriksaan kultur laboratorium. Bakteri ini
membutuhkan keterampilan khusus ketika dikultur karena tanpa metode dan media yang tepat,
sangat sulit bagi bakteri ini untuk bertumbuh. Pengobatan yang dilakukan berupa terapi sistemik
dan terapi lokal dengan jalan mengompres kelenjar getah bening ingunal untuk mengurangi
edema. Terapi yang diberikan bervariasi, terdiri dari regimen WHO dan regimen CDC.
Umumnya terapi yang digunakan adalah azitromisin 1 g oral dosis tunggal, seftriakson 250 mg
intramuskular dosis tunggal, siprofolksasin 500 mg 2 x 1 selama 3 hari, dan eritromisin 500 mg 4
x 1 selama 7 hari. Prognosis ulkus mole adalah baik dan disarankan pasien dan pasangannya
diobati bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna.
3.2 Pesan dan Kesan
3.2.1 Pesan
Semoga makalah ini bermanfaat dan mohon kritikannnya jika banyak kekurangan.
3.2.1 Kesan
Tugas membuat makalah ini sangat melelahkan, tapi dibalik itu semua banyak manfaatnya,
khususnya dalam hal menambah ilmu tentang penyakit kelamin.

22

23

24

Anda mungkin juga menyukai