Oleh:
Dieni Rahmatika A 1110312072
Zikra Alfa Sani 1110312125
Pembimbing:
dr. Amilus Ismail, Sp. S
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epilepsi merupakan lepasnya muatan listrik abnormal yang disebabkan
gangguan sel-sel saraf otak yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi, yang
bersifat kronik dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam seranganserangan berulang secara spontan. WHO memperkirakan rata-rata terdapat 8,2
orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka
insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka insidensi dan prevalensi meningkat di
negara berkembang.1
International League Against Epilepsi (ILAE), mendefinisikan epilepsi
sebagai kecenderungan untuk terjadinya kejang tipe apapun secara klinis. Setiap
individu yang mengalami epilepsi mempunyai risiko yang bermakna untuk
mengalami kekambuhan kejang. Kejang terjadi secara mendadak, tidak disertai
demam berulang dan tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Kejang yang
menahun dan berulang dapat berakibat fatal dan mengakibatkan kematian, oleh
karena itu tujuan terapi utamanya adalah pengendalian penuh atas kejang.2
1.2 Batasan Masalah
Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, etiologi, patofisiologi,
gambaran klinis, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
pencegahan sekunder, dan prognosis epilepsi.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan case report ini antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di
bagian neurologi RSUD Achmad Muchtar Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang
2. Menambah pengetahuan mengenai epilepsi
1.4 Metode Penulisan
Penulisan case report ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang
merujuk pada berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epilepsi
2.1.1 Definisi
Epilepsi adalah suatu kelainan neurologis yang menyebabkan terjadinya
kecenderungan kejang yang tidak diprovokasi. Epilepsi merupakan lepasnya
muatan listrik abnormal yang disebabkan gangguan sel-sel saraf otak yang bersifat
reversibel dengan berbagai etiologi, yang bersifat kronik.1 Kejang biasanya
muncul tiba tiba dan berlangsung dalam waktu singkat. Kadang diikuti disertai
dengan penurunan kesadaran dan ganggual fungsi kandung kemih dan saluran
pencernaan.4 Kejang dan epilepsi bukan hal yang sama. Kejang didefenisikan
sebagai suatu gejala sementara yang bersifat fokal atau general karena aktivitas
neuronal otak yang berlebihan atau tidak sinkorn.3
Epilepsi dapat dibedakan menjadi symptomatic epilepsi yaitu epilepsi
muncul karena adanya kelainan atau penyakit pada otak (seperti asfiksia, trauma
kepala, meningitis). Disebut asymptomatic epilepsy jika penyebab dari epilepsi
tidak diketahui .5
2.1.2 Epidemiologi
Epilepsi merupakan suatu keadaan kelainan pada otak yang sering terjadi.
Prevalensi epilepsi diseluruh dunia sekitar 50 juta orang. Kejadian epilepsi
dinegara maju sebanyak 100/100000 penduduk dan di negara berkembang lebih
sering yaitu sebanyak 50/100000.4
Di negara berkembang sekitar 80-90% kasus epilepsi tidak mendapatkan
penatalaksanaan apapun. Epilepsi berdasarkan jenis kelamin, lebih tinggi pada
pria dibandingkan wanita. Insiden tertinggi epilepsi terjadi pada anak yang
berusia di bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan pada orang tua di atas 65
tahun (81/100.000 kasus). 4
2.1.3. Etiologi
Secara Etiologi epilepsi dibedakan menjadi:6
penurunan kesadaran. Jika yang terkena bagian tangan, maka hanya tangan yang
akan mengalami sensasi gerakan abnormal. 11
berlanjut menjadi kejang fokal kompleks dan menjadi kejang umum tonik-klonik.
Kejang mioklonik
Kejang mioklonik merupakan gerakan involunteer aritmik pada otot
atau pada sekelompok otot. berupa menyentak yang berlangsung selama 1 5
detik. Serangan biasanya terjadi berkelompok dalam beberapa menit.11
Kejang klonik
Serangan berupa gerakan motorik menyentak dan berirama, serangan
hampir sama dengan tipe mioklonik tapi durasi kejang lebih lama yaitu 2
menit. Kejang bisa disertai dengan penurunan kesadaran atau tanpa penurunan
kesadaran.11
Kejang tonik
Kejang tonik digambarkan seperti ekstensi dan fleksi kepala, badan atau
beraktifitas yang terjadi secara mendadak berlangsung selama beberapa detik.11
Kejang atonik
Kejang atonik terjadi karena hilangnya tonus secara mendadak, kejang
atonik ini disebut juga "serangan drop." Pada kejang ini tiba tiba pasien akan
terjatuh. Hilangnya tonus biasanya berlangsung secara singkat.11
2.1.7 Diagnosis
Epilepsi
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan neuroimaging baik brain CT Scan atau MRI bertujuan untuk
menilai struktur otak serta melengkapi data EEG.
2.1.8 Penatalaksanaan
pada
epilepsi
dapat
berupa
terapi
farmakologi
dan
nonfarmakologi.1
A. Terapi Farmakologi
Prinsip terapi farmakologi1
tujuan pengobatan serta efek samping yang mungkin timbul akibat OAE.
Bangkitan terjadi berulang walaupun faktor pencetus sudah dihindari
OAE lini kedua harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan
OAE pertama.
Pasien dengan bangkitan tunggal, diberikan terapi OAE jika
1. Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
2. Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang
berkorelasi dengan bangkitan; misalnya meningioma, neoplasma
otak, AVM, abses otak ensafalitis herpes
3. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah
pada adanya kerusakan otak
4. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang
tua)
5. Riwayat bangkitan simtomatis
6. Terdapat sindrom epilepsi yang berisiko kekambuhan tinggi
seperti JME (Juvenile Myoclonic Epilepsy)
7. Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan
kesadaran, stroke, infeksi SSP
8. Bangkitan pertama berupa status epileptikus
Dosis awal
(mg/hari)
Dosis
rumatan
(mg/hari)
Jumlah dosis
per hari
Titrasi OAE
Carbamazepin
400-600
400-1600
2-3x
(untuk
yang CR 2x)
Mulai
100-200
mg/hari sampai target
dalam 1-4 minggu
Fenitoin
200-300
200-400
1-2X
Asam valproat
500-1000
500-2500
2-3X
untuk
yang CR 1-2X
Fenobarbital
50-100
50-200
Klobazam
10
10-30
1-2X
Mulai 100mg/hari
sampai target dalam
3-7 hari
Mulai 500mg/hari
bila perlu setelah 7
hari
Mulai
3050mg/malam hari
bila perlu setelah 1015 hari
Mulai 10mg/hari bila
perlu
sampai
20
mg/hari setelah 1-2
minggu
Waktu
tercapainya
steady state
(hari)
2-7
3-15
2-4
8-30
2-6
Levetirasetam
1000-2000
1000-3000
2X
Lamotrigine
50-100
50-200
1-2X
Mulai
500/1000
mg/hari bila perlu
setelah 2 minggu
Mulai
25mg/hari
selama 2 minggu
sampai 50 mg/hari
selama 2 minggu,
50mg/2 minggu
2
2-6
Obat
Carbamazepine
aplastik,
hepatotoksisitas,
steven-johnson,
lupus
like
syndrome
ataksia,
diplopia,
mual,
Phenytoin
sindrom steven-johnson
Phenobarbital
Asam Valproate
Johnson
Hepatotoksisitas,
hiperamonemia,
seksual
Mual, muntah, rambut menipis, tremor,
amenorre,
peningkatan
berat
badan,
Levetiracetam
POS
mengantuk,
gangguan
agitasi,
ansietas,
perilaku,
Lamotrigine
Sindrom
Steven-Johnson,
gangguan
trombositopenia, leukopenia
Ruam, dizziness, tremor,
Oxcarbazepine
ataksia,
teratogenik
mual,
muntah,
trombositopenia,
8
ovarii
syndrome)
Mual, nyeri kepala, dizziness, tremor,
Belum diketahui
kelemahan,
(polycystic
Ruam, teratogenik
insomnia,
nystagmus,
truncal
ataxia, tics
Dizziness, ataksia, nyeri kepala, mual,
kelelahan,
hyponatremia,
10
insomnia,
Topiramate
Gangguan
kognitif,
kesulitan
terjadinya early PTSs adalah tipe perdarahan subdural akut dan perdarahan
intraparenkimal akut, sedangkan untuk late PTSs adalah hematom subdural akut,
perdarahan subdural akut dan kontusio serebri multipel. Beberapa penelitian
menemukan terjadinya early PTSs merupakan faktor risiko untuk terjadinya late
PTSs pada orang dewasa.
2.2.4. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kasus dari epilepsi post traumatik merupakan epilepsi tipe
fokal atau epilepsi fokal dengan perluasan sekunder. Status epileptikus tidak
umum terjadi, namun hanya pada 10% pasien dengan epilepsi post traumatik.
Kebanyakan epilepsi post traumatik terjadi dalam waktu 2 tahun setelah trauma.
Ketika suatu epilepsi post traumaik didiagnosa, angka remisi dari kejang
bervariasi antara 25-40%. Pasien dengan insiden kejang dalam tahun pertama
setelah trauma memiliki angka probabilitas remisi yang rendah.
2.2.5. Diagnosis
Pada pasien dengan onset kejang yang cepat setelah suatu trauma, penting
untuk disingkirkan kemungkinan penyebab lain dari tipe kejang yang
terprovokasi. Pasien dengan trauma selalu diiringi dengan ketidakseimbangan
kondisi metabolik dan sirkulasi yang mencetuskan tingginya kemungkinan
terjadinya ketidakseimbangan biokimia seperti hiponatremi yang menurunkan
ambang kejang.
EEG
EEG berguna untuk mencari fokus lesi dan untuk mengukur luasnya
kerusakan, tapi ini tidak bisa digunakan untuk memprediksi suatu perkembangan
dari epilepsi. Lebih dari 20% pasien dengan epilepsi post trauma memiliki
gambaran EEG yang negatif dalam 3 bulan pertama setelah trauma.
Radiologi
Dalam keadaan emergensi, CT scan adalah pemeriksaan utama untuk
melakukan investigasi secara cepat. Pada CT scan dapat terlihat ada atau tidaknya
fokus perdarahan intra atau ekstraparenkim. Brain MRI merupakan pilihan pada
pasien dengan late seizure. Pada gambaran MRI T2 akan tampak deposit
hemosiderin yang berperan dalam epilepsitogenesis.
2.2.6 Penatalaksanaan
a. Profilaksis
12
Hipoglikemi
Hipoksemia
Trauma
Infeksi
Tumor
Toksisitas obat
Gangguan metabolik
2.3.4.Klasifikasi
Dikenal dua tipe status epileptikus, yaitu ;
Status epileptikus konvulsif adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit,
atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran diantara
bangkitan.
13
2.3.5 Penanganan
1. Status epileptikus konvulsif
a.
Protokol penanganan status epileptikus konvulsif :
- Stadium 1 (0-10 menit) SE Dini
Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi
Berikan oksigen
Periksa fungsi kardiorespirasi
Pasang infus
-
14
b.
Stadium premonitor
SE dini
SE menetap
pemberian
Phenobarbital
SE refrakter
50mg/menit
10-15mg/kg
i.v
dan/atau
dengan
bolus
kecepatan
pemberian 100mg/menit
Anestesi umum dengan salah satu obat dibawah
ini:
-
mg/kg/jam
dititrasi
naik
sampai
SEterkontrol
-
15
Pemilihan terapi untuk status epileptikus nonkonvulsivus bermacammacam sesuai jenis bangkitannya.
2.3.6. Prognosis
Resiko kematian mendadak individu dengan pengobatan epilepsi 24 kali
lebih tinggi pada populasi pada umumnya. Penyebab kematian pada epilepsi yang
tidak dapat di jelaskan (SUDEP : sudden explained death in epilepsy). Hipothesa
termasuk didalamnya arrytmia, asphyxia, dan gagal nafas merupakan perkiraan
antara 2% dan 17% dari semua kematian pada individu dengan epilepsi
kemungkinan disebabkan karena SUDEP. Faktor resiko SUDEP termasuk
16
pengontrolan kejang yang buruk, onset awal dari kejang dan riwayat kejang tonikklonik.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny.D
: 27 tahun
Alamat
: Lubuk Sikaping
Pekerjaan
Agama
: Islam
No MR
: 453562
17
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: sedang
Kesadaran
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Napas
: 20x/menit
Suhu
: 36,7oC
Status gizi
: baik
Pemeriksaan Khusus
Kulit
: turgor baik
Kepala
: normochepal
Rambut
Mata
18
Telinga
Hidung
Leher
Status Internus
Kelenjar Getah Bening
Leher
Aksila
Inguinal
Thoraks
Paru
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Abdomen
: (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinki II
: (-)
Tanda Kernig
: (-)
19
Kanan
Kiri
baik
Baik
Tidak dilakukan pemeriksaan
N.II (Optikus)
Penglihatan
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat warna
Funduskopi
Kanan
Kiri
6/6
6/6
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak dilakukan pemeriksaan
N.III (Okulomotorius)
Bola Mata
Ptosis
Gerakan Bulbus
Strabismus
Nistagmus
Ekso/Endopthalmus
Pupil
Bentuk
Refleks Cahaya
Refleks Akomodasi
Refleks Konvergensi
Kanan
Ortho
bebas kesegala arah
-
Kiri
Ortho
bebas kesegala arah
-
Bulat
(+)
(+)
(+)
Bulat
(+)
(+)
(+)
N. IV (Troklearis)
Gerakan mata ke bawah
Sikap bulbus
Diplopia
Kanan
+
Ortho
-
Kiri
+
Ortho
-
Kanan
+
Ortho
-
Kiri
+
Ortho
-
N. VI (Abdusens)
Gerakan mata ke lateral
Sikap bulbus
Diplopia
20
N. V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut
Menggerakan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea
Kanan
Kiri
+
+
+
+
+
+
+
+
Tidak dilakukan pemeriksaan
N. VII (Fasialis)
Kanan
Raut wajah
Sekresi air mata
Fisura palpebral
Menggerakan dahi
Menutup mata
Mencibir/bersiul
Memperlihatkan gigi
Sensasi lidah 2/3 belakang
Hiperakusis
Kiri
Simetris
+
+
+
simetris, kuat
+
+
+
simetris, kuat
Simetris
Simetris
Baik
-
N. VIII (Vestibularis)
Suara berbisik
Detik Arloji
Nistagmus
Kanan
baik
baik
-
Kiri
Baik
Baik
-
N.IX (Glossofaringeus)
Kanan
Sensasi Lidah 1/3 belakang
Refleks muntah (gag refleks)
Kiri
baik
Tidak dilakukan pemeriksaan
N.X (Vagus)
Arkus faring
Uvula
Menelan
Artikulasi
Suara
Kanan
Simetris
Di tengah
Baik
Jelas
Baik
Kiri
21
Nadi
N. XI (Asesorius)
Menoleh kekanan
Menoleh kekiri
Mengangkat bahu kanan
Mengangkat bahu kiri
+
+
+
+
N. XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dalam
Kedudukan lidah dijulurkan
Tremor
Fasikulasi
Atropi
Kanan
Kiri
ditengah tidak ada deviasi
tidak ada deviasi
-
Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan
Romberg test
Ataksia
Rebound Phenomen
Tumit lutut
Sulit Dinilai
Ekstermitas
Gerakan
Kekuatan
Trofi
Tonus
Respirasi
Duduk
Baik
Tidak bisa
Gerakan spontan
Tremor
Atetosis
Mioklonik
khorea
Superior
Kanan
Aktif
555
Eutrofi
Eutonus
Sulit Dinilai
Kiri
aktif
555
Eutrofi
Eutonus
Inferior
Kanan
aktif
333
Eutrofi
Eutonus
Kiri
aktif
333
Eutrofi
Eutonus
22
Eksteroseptif`
Proprioseptif
: baik
: baik
Refleks fisiologis
Biseps
: ++ kiri dan ++ kanan
Triseps
: ++ kiri dan ++ kanan
KPR
: ++ kiri dan ++ kanan
APR
: ++ kiri dan ++ kanan
Refleks patologis
Hoffman-tromner : ( - ) kanan dan ( - ) kiri
Babinskys sign
: ( - ) kanan dan ( - ) kiri
Chaddocks sign
: ( - ) kanan dan ( - ) kiri
Gordons sign
: ( - ) kanan dan ( - ) kiri
Schaeffers sign
: ( - ) kanan dan ( - ) kiri
Oppenheims sign : ( - ) kanan dan ( - ) kiri
Fungsi Otonom
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi keringat
: baik
Fungsi Luhur
Kesadaran
Tanda Demensia
Reflek Bicara
Reflek Glabela
Reaksi intelek
Reflek Snout
Reaksi Emosi
Reflek Menghisap
Reflek Memegang
Reflek Palmomental
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
: Hb 11,3 gr/dl
Leukosit 10000/mm3
Trombosit 228.000/mm3
Ht 29,2 %
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
23
: Status Epileptikus
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
Pemeriksaan Anjuran :
- Pemeriksaan darah lengkap dan kimia klinik
Terapi
BAB IV
DISKUSI
24
DAFTAR PUSTAKA
1
25
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
26