Anda di halaman 1dari 11

IDENTITAS PASIEN :

NAMA
UMUR
ALAMAT
AGAMA
PEKERJAAN
TANGGAL ANAMNESIS

: TN. A
: 35 TAHUN
: PANGERAN JAYAKARTA
: ISLAM
: BURUH
: 11 OKTOBER 2016

KELUHAN UTAMA
KELUHAN TAMBAHAN

: kedua mata merah


: kedua mata berair, belekan dan gatal

Laporan
kasus
IDENTITAS
MAHASISWA
Nama
NIM
: 406148124
: 20
Sulistio
Anita
2015
Februari
2016
Sp.A
TB
Paru
+
Gizi
Buruk
LAPORAN
KASUS
KESEHATAN
ANAK
UNIVERSITAS
KEDOKTERAAN
TARUMANAGARA
SULIANTI
SAROSO
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke Poliklinik mata RS Husada dengan keluhan kedua mata merah sejak 2 hari lalu.
Keluhan disertai dengan kedua mata berair dan mata terasa lengket terutama saat bangun tidur di
pagi hari. Kotoran mata berwarna kekuningan. Pasien juga mengeluh kedua mata terasa gatal.
Nyeri, rasa mengganjal, penglihatan kabur, silau disangkal pasien. Pasien tidak pernah
menggunakan kacamata sebelumnya. Pasien sering mengucek mata dengan tangan maupun
lengan baju serta jarang mencuci tangan setelah mengucek matanya.
Pasien hanya menggunakan Rohto untuk meringankan keluhan namun tidak membaik. Keluhan
serupa dialami oleh anak lelakinya 5 hari sebelumnya dan sudah di obati dengan obat dari
sekolah.
Riwayat alergi dan trauma di sangkal. Riwayat kencing manis, darah tinggi dan alergi obat
disangkal.

RIWAYAT PENYAKI DAHULU


Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat alergi disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Anak lelakinya memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat darah tinggi, kencing manis dan alergi obat di sangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Tanda vital
Kepala
Mulut

: Baik, Composmentis
:
:
:

THT
Thorax, jantung, paru
Abdomen
Ekstremitas

:
:
:
:

tidak dilakukan pemeriksaan

STATUS OFTALMOLOGIS
VISUS
Axis visus sc
Koreksi
Distasia pupil
Kacamata lama

: 6/6
:
:
:-/-

6/6
TIDAK
DILAKUKAN

KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmus
:-/Endoftalmus
:-/Deviasi
:-/Gerakan bola mata : Simetris
SUPERSILIA
Warna
Simetris

: Hitam
:+/+

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema
:-/Nyeri tekan
:-/Ektropion
:-/Entropion
:-/Blefarospasme
:-/Trikiasis
:-/Sikatriks
:-/Punctum Lacrimalis : + / +
Fissura Palpebrae
: Normal / Normal
Test anel
: TIDAK DILAKUKAN
KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis
:-/Folikel
:-/Papil
:-/-

Sikatriks
Hordeolum
Kalazion

:-/:-/:-/-

KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
:-/Injeksi konjungtiva : - / Injeksi siliar
:-/Perdarahan subkonjungtiva : - / Pterigium
:-/Pinguekula
:-/Nevus pigmentosus : - / Kista dermoid
:-/SKLERA
Warna
Ikterik
Nyeri Tekan

: Putih / Putih
:-/:-/-

KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arcus senilis
Edema
Test placido

: Jernih / Jernih
: Rata / Rata
:
TIDAK
:
DILAKUKAN
:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/: TIDAK DILAKUKAN

Laporan
kasus
IDENTITAS
MAHASISWA
Nama
NIM
: 406148124
: 20
Sulistio
Anita
2015
Februari
2016
Sp.A
TB
Paru
+
Gizi
Buruk
LAPORAN
KASUS
KESEHATAN
ANAK
UNIVERSITAS
KEDOKTERAAN
TARUMANAGARA
SULIANTI
SAROSO
BILIK MATA DEPAN
Kedalaman
: cukup / cukup
Kejernihan
: jernih / jernih
Hifema
:-/Hipopion
:-/Efek tyndall
:-/-

IRIS
Warna
Kripte
Bentuk
Sinekia
Koloboma

: Coklat kehitaman / coklat kehitaman


: normal / normal
: normal / normal
: -/: -/-

PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak langsung

: ditengah / ditengah
: bulat / bulat
: 4mm / 4mm
:+/+
: +/+

LENSA
Kejernihan
Letak
Test shadow

: Jernih / Jernih
: ditengah / ditengah
:-/-

BADAN KACA
Kejernihan

: Jernih / Jernih

FUNDUS OCCULI
Batas
Warna
Ekskavasio
Ratio arteri : vena
C/D ratio
Makula lutea
Retina
Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio

TIDAK DILAKUKAN

PALPASI
Nyeri tekan
Massa tumor
Tensi occuli
Tonometri Schiotz

:-/:-/: -/: TIDAK DILAKUKAN

KAMPUS VISI
Test konfrontasi

: TIDAK DILAKUKAN

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan slitlamp
Pemeriksaan mikroskopis sekret dengan pewarnaan gram / giemsa

RESUME
Telah diperiksa pria berusia 35 tahun dengan keluhan mata merah, gatal ,berair dan belekan sejak
2 hari lalu. Os sudah menetesi mata dengan rohto namun tidak ada perubahan. Riwayat dalam
keluarga ada yang mengalami kejadian serupa yaitu anak laki-lakinya mengalami mata merah 5
hari yang lalu dan sudah diobati di sekolahnya
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan :
Visus VOD SC : 6/6
Visus VOS SC : 6/6
Konjungtiva tarsalis superior dan inferior ODS: Hiperemis
Konjungtiva bulbi ODS : sekret kekuningan dan injeksi konjungtiva +

DIAGNOSIS KERJA
Konjungtiva bakteri ODS

DIAGNOSA BANDING
Konjungtivitis klamidia ODS
Konjungtivitis virus ODS

PENATALAKSANAAN
Farmakologi : Ciprofloxacin eyedrop 6 dd gtt I ODS
Non Farmakologi :
- cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah memegang mata ( membersihkan / mengobati
mata yang sakit )
- Bersihkan kotoran mata dengan kapas basah lalu di lap dengan tisu kering
- Hindari paparan asap, debu, angin/ ac langsung ke arah mata dan gunakan kacamata sebagai
pelindung

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam

: Bonam / Bonam
: bonam / bonam
: bonam / bonam

Laporan
kasus
IDENTITAS
MAHASISWA
Nama
NIM
: 406148124
: 20
Sulistio
Anita
2015
Februari
2016
Sp.A
TB
Paru
+
Gizi
Buruk
LAPORAN
KASUS
KESEHATAN
ANAK
UNIVERSITAS
KEDOKTERAAN
TARUMANAGARA
SULIANTI
SAROSO

KONJUNGTIVITIS
konjungtiva adalah jaringan ikat longgar yang menutupi permukaan bola mata
(bulbar konjungtiva) dan mencerminkan kembali pada dirinya sendiri untuk
membentuk lapisan dalam dari kelopak mata (palpebra konjungtiva). Jaringan ini
tegas menganut sklera di limbus, di mana itu memenuhi kornea. The lakrimal
kelenjar aksesori (Krause dan Wolfring), bersama dengan sel goblet, yang
terkandung dalam konjungtiva dan bertanggung jawab untuk menjaga mata tetap
basah.

Konjungtivitis adalah salah satu keluhan mata non traumatic paling umum
mengakibatkan presentasi ke gawat darurat (ED): 3% dari semua kunjungan UGD
adalah okular terkait, dan konjungtivitis bertanggung jawab untuk sekitar 30% dari
semua keluhan mata. Istilah ini menggambarkan proses inflamasi yang melibatkan
konjungtiva; Namun, untuk sebagian besar pasien, konjungtivitis (sering disebut
mata merah). Seperti halnya selaput lendir, agen infeksi dapat mengenai
konjungtiva, mekanisme pertahanan yang normal menghasilkan gejala klinis
kemerahan, belekan, iritasi, dan mungkin fotofobia.

infiltrasi selular dan eksudasi ciri konjungtivitis pada tingkat sel. Klasifikasi biasanya
didasarkan pada penyebabnya, termasuk virus, bakteri, jamur, parasit, racun,
klamidia, kimia, dan agen alergi. etiologi virus lebih umum daripada bakteri, dan
insiden meningkat konjungtivitis virus pada akhir musim gugur dan awal musim
semi. Klasifikasi juga dapat didasarkan pada usia terjadinya atau perjalanan
penyakit. etiologi sering dapat dibedakan atas dasar klinis. Dalam
keratoconjunctivitis, keterlibatan kornea terkait hadir.

Beberapa studi menunjukkan bahwa konjungtivitis akut terjadi dengan frekuensi


yang hampir sama antara penyebab bakteri dan virus. Konjungtivitis virus terjadi
lebih sering pada musim panas, dan konjungtivitis bakteri lebih sering terjadi pada
musim dingin dan musim semi.

Sebagian besar penyebab konjungtivitis akut,kejadiannya hampir sama apabila


penyebabnya virus maupun bakteri. Namun, tergantung pada status kekebalan
pasien dan etiologi, konjungtivitis dapat berkembang menjadi infeksi yang semakin
parah dan mengancam. Peran dokter darurat untuk memisahkan mereka beberapa
kondisi yang memerlukan pengobatan lebih kuat dari mayoritas yang dapat
ditangani secara memuaskan di UGD.konjungtivitis adalah penyakit mata umum,

terutama pada anak-anak. Ini dapat mempengaruhi satu atau kedua mata.
Beberapa bentuk konjungtivitis yang sangat menular dan dapat dengan mudah
menyebar di sekolah dan di rumah. Sementara konjungtivitis biasanya infeksi mata
ringan, kadang-kadang dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius.
Sebuah infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan konjungtivitis. Hal ini juga
dapat berkembang karena reaksi alergi terhadap iritasi udara seperti serbuk sari
dan asap, klorin di kolam renang, bahan dalam kosmetik, atau produk lain yang
menghubungi mata, seperti lensa kontak. penyakit menular seksual seperti klamidia
dan gonore adalah penyebab kurang umum dari konjungtivitis.

Dalam gejala klinis, pasien mengeluh kelopak mata menempel saat bangun tidur.
Mereka mungkin menggambarkan gatal dan terbakar atau berpasir, sensasi asing
tubuh. Pus meluncur di mata dapat mengganggu penglihatan, meski ketajaman
visual normal. Fotofobia minimal. anggota keluarga dengan keluhan serupa
biasanya hadir dengan konjungtivitis dari penyebab infeksi. Riwayat infeksi saluran
pernapasan atas biasanya terkait dengan penyebab virus.

Dalam setiap pasien dengan keluhan mata, melakukan pemeriksaan fisik lengkap
mata, termasuk ketajaman visual, pewarnaan fluorescein, pemeriksaan celahlampu, dan tonometry.

Dalam studi kohort prospektif observasional dari 368 pasien, Meltzer et al berusaha
untuk mengidentifikasi anak-anak beresiko rendah untuk konjungtivitis bakteri.
Kombinasi dari 4 faktor klinis ditemukan secara independen terkait dengan hasil
budaya konjungtiva negatif, sebagai berikut:

Usia 6 tahun atau lebih


Presentasi pada bulan April sampai November
Tidak ada atau cairan yang encer
Tidak ada mata terpaku di pagi hari
Ketika 3 faktor yang hadir, 76,4% dari pasien memiliki budaya negatif, dan ketika 4
faktor yang hadir, 92,3% dari pasien memiliki hasil budaya negatif. [1]

Bilateral vs penyakit unilateral

Penyakit bilateral biasanya infeksi atau alergi. Penyakit unilateral menunjukkan


beracun, kimia, mekanik, atau asal lakrimal. tekanan intraokular, ukuran pupil, dan
respon cahaya semua normal pada penyakit unilateral, dan silia flush, pewarnaan
kornea, dan COA tidak ada kecuali berhubungan dengan keratitis (seperti terlihat
pada epidemi keratokonjungtivitis [EKC]).

KONJUNGTIVITIS BAKTERI
Konjungtivitis bakteri ditandai dengan onset akut, rasa sakit yang minimal, gatal
sesekali, dan, kadang-kadang, ada riwayat terkena paparan. Penyakit permukaan
mata (misalnya, keratitis sicca, trichiasis, blepharitis kronis) predisposesi pasien
untuk konjungtivitis bakteri. spesies staphylococcal dan streptokokus adalah
patogen yang paling umum.

Preauricular adenopati kadang-kadang terjadi; chemosis (edema konjungtiva)


adalah umum. Sekret konjungtiva adalah berlebihan, tebal, dan purulen, dan injeksi
konjungtiva

konjungtivitis klamidia
konjungtivitis klamidia ditandai dengan onset kronis, tingkat rasa sakit yang
minimal, gatal sesekali, dan riwayat penyakit menular seksual (PMS). Kondisi ini
cenderung menjadi kronis dengan eksaserbasi dan remisi. Sesekali ada adenopati
preauricular, tapi chemosis jarang. Jumlah sekret konjungtiva minimal dengan
kualitas seropurulent. Ada sedikit injeksi konjungtiva.
KONJUNGTIVITIS VIRUS
konjungtivitis virus ditandai dengan onset akut atau subakut, tingkat rasa sakit yang
minimal, dan, kemungkinan orang terkena lebih sering. Gatal , dan sekret berair
encer. Kadang-kadang, fotofobia parah dan sensasi bedan asing terjadi, biasanya
disebabkan oleh adenovirus (epidemi keratokonjungtivitis [EKC]), bila dikaitkan
dengan keratitis.

Periksa adenopati preauricular dan perubahan konjungtiva folikular, terutama pada


konjungtiva palpebra. Jika ada, diagnosis mungkin adalah EKC. Sadarilah bahwa
herpes simpleks dan klamidia juga menyebabkan konjungtivitis folikuler dan
adenopati preauricular.

adenopati preauricular umum di EKC dan herpes, sedangkan chemosis adalah


variabel.
Jumlah sekret konjungtiva sedang, seropurulent . sedikit /banyak injeksi
konjungtiva.
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Konjungtivitis alergi ditandai dengan onset akut atau subakut, tidak sakit, dan tidak
ada riwayat paparan. Gatal adalah gejala umum dan gejala ciri khas dari kondisi ini.
Mata berair encer yang khas, dengan atau tanpa jumlah sedang produksi lendir.

konjungtivitis vernal (VKC) biasa anak-anak dan konjungtivitis atopik pada orang
dewasa. Konjungtivitis Vernal sering dikaitkan dengan ulkus kornea. Biasanya
mempengaruhi anak laki-laki, cenderung bilateral, dan terjadi pada cuaca hangat.
VKC diduga hipersensitivitas terhadap antigen eksogen dan mungkin terkait dengan
atau disertai dengan keratoconus.
adenopati preauricular tidak ada; chemosis umum. Jumlah sekret konjungtiva
sedang dan ada injeksi konjungtiva.

ULKUS MARGINAL
ulkus marginal (borok putih kecil yang muncul pada kornea di limbus) mungkin
menunjukkan reaksi alergi terhadap antigen stafilokokus.
Ini adalah komplikasi yang berhubungan dengan racun spesies staphylococcal yang
sering menyebabkan blepharitis.
Nyeri, fotofobia, dan sensasi benda asing . Ulkus steril dan diterapi dengan steroid
topikal.
GIANT PAPILLARY CONJUNCTIVITIS
Giant Papillary Conjunctivitis menyerupai penyakit vernal. Kondisi ini terjadi
terutama pada pemakai lensa kontak. Keluhan biasanya gatal yang berlebihan,
mata berair, dan meningkatnya intoleransi untuk pemakaian lensa kontak . Giant
papilla biasanya terdapat di konjungtiva tarsal superior dan dapat dilihat hanya
dengan eversi kelopak.
Pengobatan dengan antimikroba dan terapi simtomatis direkomendasikan untuk
semua pasien awalnya menyajikan ke gawat darurat (ED) dengan konjungtivitis
sederhana. Banyak agen antimikroba topikal dapat digunakan, termasuk
sulfacetamide topikal, eritromisin, gentamisin, siprofloksasin, atau ofloxacin. Hindari

solusi neomycin mengandung karena 8-15% dari pasien memiliki reaksi


hipersensitivitas. Menanamkan tetes setiap 2 jam. Salep dapat digunakan pada
malam hari atau setiap 4-6 jam sepanjang hari.

antibiotik sistemik
Pertimbangkan konjungtivitis gonokokal dari penyakit sistemik, sehingga
membutuhkan pengobatan sistemik. rejimen medis rawat inap termasuk cefoxitin,
ceftriaxone, sefotaksim, atau spectinomycin. Memperlakukan semua pasien yang
memiliki klamidia dengan tetrasiklin, doksisiklin, azitromisin, atau eritromisin. Terapi
rawat jalan dapat diterima dalam kasus-kasus yang kurang serius di mana
kepatuhan dapat dipastikan dan termasuk ceftriaxone intravena (50 mg / kg, tidak
melebihi 1 g) diikuti oleh doksisiklin 100 mg dua kali sehari atau eritromisin 500 mg
empat kali sehari. Mengidentifikasi dan mengobati sexual partners pasien.

Konjungtivitis klamidia bisa diobati dengan doksisiklin 100 mg dua kali sehari
selama 10 hari atau azitromisin 1 g. Eritromisin dapat digunakan pada pasien hamil
dan bayi. Terapi topikal dengan eritromisin juga dianjurkan dan dapat mempercepat
resolusi.
antibiotik tetes mata
antibiotik tetes mata digunakan untuk konjungtivitis yang menular. Terapi harus
mencakup semua patogen kemungkinan dalam konteks pengaturan klinis. Namun,
ketika meresepkan antibiotik, penyedia perawatan harus memperhitungkan bahwa
kejadian methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) terus meningkat dalam
beberapa tahun terakhir.

The Food and Drug Administration (FDA) menyetujui obat baru, besifloxacin, untuk
pengobatan konjungtivitis bakteri. [3] Studi klinis menunjukkan bahwa pasien
diacak untuk besifloxacin suspensi tetes mata 0,6% mengalami tingkat signifikan
lebih tinggi resolusi klinis dan pemberantasan mikroba dibandingkan pasien acak
untuk kendaraan. Besifloxacin ditemukan menjadi efektif dan ditoleransi dengan
baik sebagai moksifloksasin larutan tetes mata 0,5%. [4] Selain itu, sebuah studi
oleh Comstock dkk juga menunjukkan besifloxacin suspensi oftalmik 0,6% menjadi
aman dan efektif untuk pengobatan konjungtivitis bakteri. [5]
Dekongestan umumnya memiliki efek vasoconstriksi dengan kemampuan untuk
mengendalikan gatal. stabilisator sel mast menghambat degranulasi sel mast peka
berikut paparan antigen spesifik dan dapat membantu dalam mengendalikan
pruritus untuk alergi musiman.

agen anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang digunakan untuk pengobatan


konjungtivitis alergi. Meskipun sebagian besar NSAID digunakan terutama untuk
efek anti-inflamasi, mereka juga analgesik yang efektif dan berguna untuk
menghilangkan ringan sampai pruritus moderat. Ketorolac 0,4% juga telah terbukti
sebagai efektif dalam mengobati konjungtivitis alergi. [6]

Merujuk pasien ke penyedia perawatan primer mereka untuk tindak lanjut dalam 23 hari untuk memastikan mereka menanggapi pengobatan. Viral Konjungtivitis
biasanya diri terbatas pada 10-14 hari, tetapi gejala dapat bertahan selama
sebanyak 6 minggu.

Meresepkan salah satu antibiotik yang disebutkan sebelumnya untuk pasien habis.
Untuk sekresi mata berlebihan, pasien dapat menggunakan irigasi salin sering atau
air mata buatan. Hindari patch mata.

Mendidik pasien tentang mencuci tangan-hati dan sering menjadi perlu untuk
mengurangi penularan dari satu mata ke yang lain pada pasien dan dari kontak.
source : www.aoa.org/patients-and-public/eye.

Anda mungkin juga menyukai