Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Kebutuhan eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
membuang sisa-sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua, yaitu eliminasi urin (buang air kecil) dan
eliminasi alvi (buang air besar). Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya
eliminasi urin adalah ginjal, kandung kemih, dan uretra. Sedangkan sistem
tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)
adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
Pasien dengan gangguan eliminasi perlu dibantu pemenuhan
kebutuhannya oleh perawat. Sebelumnya perawat harus mengetahui dan
mengkaji pasien terlebih dahulu, sehingga muncul diagnosa keperawatan,
setelah itu perawat dapat merencanakan tindakan keperawatan untuk
menangani masalahnya.
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu:
Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, Perencanaan, Implementasi,
Evaluasi. Proses keperawatan tersebut perlu didokumentasikan untuk melihat
perkembangan dari pasien yang telah kita penuhi kebutuhannya.
B.

Rumusan masalah.
1. Bagaimana proses defekasi dan berkemih?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi?
3. Bagaimana masalah-masalah eliminasi?
4. Bagaimana asuhan keperawatan eliminasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses defekasi dan berkemih.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
3. Untuk mengetahui masalah eliminasi.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan eliminasi.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. SYSTEM PERKEMIHAN
System perkemihan atau sering disebut urinary system adalah suatu system
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan
internal atau hemeostatis.
1. Anatomi dan Fisiologi
a. Ginjal
Masing masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm.
lemak perinefrik adalah lemak dimana kedua ginjal tersebut melekat, ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal sebelah kiri karena adanya hepar pada sisi kanan.
Kalenjar adrenalin terletak pada bagian atas dari masing-masing ginjal. Bagianbagian dari permukaan ginjal, antara lain : fascies anterior, fascies posterior,
margo lateralis, margo medialis, polus kranialis, dan polus kradialis. Margo
lateralis konveks ke lateral, sedangkan margo medialis konkaf ke medial dan di
tengah-tengahnya tedapat tempat yang disebut hilus renalis. Hilus ini merupakan
pintu masuk kedalam suatu rongga yang dinamakan sinus renalis.
Bila dibuat irisan frontal ginjal dibagian tengah melalui hilus renalis, maka
akan tampak ginjal ada 2 bagian, yaitu :
1) Korteks renalis
Bagian luar ginjal yang berwarna merah coklat terletak langsung dibawah
kapsul fibrosa dan berbintik-bintik. Bintik-bintik pada korteks renalis karena
adanya korpuskulus renalis dari Malpighi yang terdiri atas kapsula bowmann dan
glomerulus.
a) Kapsul bowmann: permulaan dari saluran ginjal yang meliputi glomerulus.
b) Glomerulus: anyaman pembuluh-pembuluh darah pada ginjal. Bedasarkan
fisiologi gromerulus terjadi filtrasi darah mengeluarkan zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh.
c) Tubulus renalis : bagian korteks yang masuk ke dalam medulla diantara
piramida renalis, sering disebut kolumna renalis (bertini)
2) Medulla renalis :bagian paling dalam.

Medulla renalis terletak dekat hilus, sering terlihat garis putih oleh karena
adanya saluran-saluran yang terletak dalam piramida renalis. Tiap piramida renalis
memiliki basis yang menjurus kearah korteks dan aspeknya bermuara ke dalam
kaliks minor sehingga menimbulakan tonjolan yang dinamakan papilla renalis
yang merupakan dasar sinus renalis. Dalam I kaliks minor bermuara 1-3 papila
renalis. Pada papil ini terdapat lubang-lubang keluar dari saluran-saluran ginjal
sehingga disebut juga lamina kribrosa (jumlah duktus papilaris kurang lebih 18-20
buah). Jaringan medulla dari piramisa renalis ada yang menonjol masuk ke dalam
jaringan korteks disebut fascilus radiates ferreini.
Saluran-saluran di dalam medulla :
Gelung henle (pars aseden dan pars desenden), duktus koligentes, dan duktus
bellini (duktus papilaris). Nefron merupakan unit struktual dan fungsional ginjal.
Nefron merupakan tempat pembentukan urine awal. Masing-masing ginjal
terbentuk kira-kira satu juta nefron. Masing-masing nefron terbentuk dari tubulus
renalis, merupakan glomerulus dan berhubungan dengan pembuluh darah.
Masing-masing tubulus renalis merupakan tubulus yang berbelok-belok,
diselaputi oleh selapis sel-sel kuboid. Tubulus renalis mulai sebagai kapsula
bowman, dua lapisan berbentuk mangkuk menutupi glomerolus; saling melilitkan
diri membentuk tubulus kovulute proksimal; menjalar dari korteks kebagian
medulla dan kembali lagi kebagian korteks, membentuk hansa henle; saling
melilit kembali membentuk tubulus konvolute distal; dan berakhir dengan
memasuki tubulus pengumpul
Secara fisiologis ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan asam basa
di dalam darah (electrolyte balance) dengan jalan membuang metebolit dan
bahan-bahan yang tidak berguna lagi dari darah.

b. Ureter
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis
renalis yang merentang sampai kandung kemih. (Zuyina Luklukaningsih, 2011)
Ureter ini merupakan saluran untuk urine yang berasal dari ginjal menuju
kandung kemih atau vesika urinaria.
3

1) Panjang ureter 2-30 cm / 10-12 inchi dan diameter 4-6 mm.


2) Dinding ureter terdiri 3 lapisan :
a) Lapisan terluar adalah lapisan fibrosa.
b) Lapisan tengah adalah muskularis longitudinal kea rah dalam dan otot
polos sirkular kearah luar.
c) Lapisan terdalam adalah epithelium mukosa.
3) Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltic intrinsic.
c. Kandung kemih (vesika urinaria)
Secara anatomi vesika urinaria terletak didalam kavum pelvis subperitonealis
dorsal dari simfisis pubis. Bentuk dan posisinya tergantung isinya. Ketika
kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut terletak
dalam pelvis; ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka kandung
kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas pubis. (John
Gibson, 1995).
Lapisan-lapisan pada vesika urinaria adalah sebagai berikut (Sugeng mashudi,
2011) :
1) Mukosa :jaringan ikat kendur sehingga dalam keadaan kosong mukosa vesika
urinaria membentuk lipatan-lipatan yang disebut sebagai rugae vesikae.
Rugae vesikae ini menghilang bila vesika urinaria terisi penuh sehingga
mukosanya tampak licin.
2) Sub mukosa :submukosa terdiri atas jaringan ikat kendur dengan serabutserabut elastic kecuali pada trigonum lieutodi dimana mukosanya melekat
erat pada jaringan otot dibawahnya.
3) Muskularis :lapisan muskularis terdiri dari jaringan otot polos dengan
jaringan ikat fibrous di antaranya. Tebalnya tergantung dari vesika urinaria.
Otot-otot ini semua dinamakan muskuli detrussor.
Muskularis vesika urinaria tersusun dalam tiga lapis, yaitu :
a) Lapisan paling luar berjalan longitudinal menebal pada daerah kollum
melanjutkan diri ke prostat (pada pria) dan ke uretra plika rektovesikalis,
plika pubovesikalis (pada wanita).
b) Lapisan tengah berjalan sirkular dan membentuk mukulus sfingter uretra
internum pada daerah kollum (pada wanita lebih tebal.

c) Lapisan paling dalam berjalan sirkular dan paling tipis di antara lapisan
sebelumnya.
Dua fungsi kandung kemih :
a) Tempat penyimpanan urin sementara sebelum meninggalkan tubuh.
b) Mendorong urin keluar tubuh dengan bantu uretra.
d. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Pada pria panjang uretra 18-20 cm dan bertindak
sebagai saluran untuk system reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita
panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system perkemihan.
Pada uretra pria terdapat tiga bagian, yaitu (sugeng mashudi, 2011) :
1) Pars prostatika uretrae :bagian uretra yang dilalui prostat dimana lumennya
paling lebar dan paling elastic. Panjangnya kurang lebih 3 cm.
2) Pars membranase uretra :dimulai dari aspek prostat sampai setinggi bulbus
penis, dan merupakan bagian yang pendek dengan panjang 2 cm.
3) Pars karvenosa :letaknya didalam korpus spongiosum penis berjalan melalui
bulbus korpus dan gland penis (pars navikularis) lumen uretra melebar bulbus
(fossa intrabulbar) dan pada glandula (fossa navikularis).

2. Etiologi
1) Pertumbuhan dan
Usia dan berat

perkembangan
badan

mempengaruhi jumlah

pengeluaran urin. Pada

orang

bladder

tua

volume

dapat

berkurang

demikian juga wanita

hamil

frekuensi
berkemih
2) Sosiokultural
Budaya

juga akan lebih sering.

sebagian

hanya dapat miksi pada

masyarakat

masyarakat

sehingga

dimana

tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi
terbuka.
3) Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
4) Kebiasaan Seseorang
5

Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat


berkemih dengan emnggunkan pot urine.
5) Tonus Otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga
akan berkurang.
6) Intake Cairan Dan Makanan
Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urin. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapt meningkatkan
pembuangan dan eksresi urin.
7) Kondisi Penyakit
Pada pasien ynag demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menimbulkan retensi urin.
8) Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin
akan menurun.
9) Pengobatan
Penggunaan

diuretik

meningkatkan

output

urin,

antikolinergik

dan

antihipertensi menimbulkan retensi urin.


10) Pemeriksaan Diagnostik
Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urin. Cystocospy dapat menimbulkan edema lokal pada uretra,
spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urin.
3. Pola berkemih. (Yupi Supatini, 2009)
1. Frekuensi: meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
2. Urgency: perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak
karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria: rasa sakit dan kesulitan berkemih misalnya pada infeksi saluran
kemih, trauma, dan striktur uretra.
4. Polyuria (Diuresis): produksi urin melebihi normal, tanpa peningkatan Intake
cairan misalnya pada pasien DM.
5. Urinary Suppression: keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urin secara
tiba-tiba. Anuria (urin kurang dari 100 ml/24 jam), Olyguria (urin: 100-500
ml/24 jam).
4. Masalah-masalah Eliminasi Uri. (Yupi Supatini, 2009)
a) Retensi urin

Merupakan penumpukan urin dalam bladder dan ketidakmampuan bladder


untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi /bladder adalah urin
yang terdapat dalam bladder melebihi dari 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml.
b) Inkontensia urin
Adalah ketidakmampuan otot spinker eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urin. Ada 2 jenis inkontensia pertama, stres inkontensia yaitu
stres yan terjadi pada saat tekanan intra abdomen meningkat seperti pada saat
batuk atau tertawa. Kedua, urge inkontensia yaitu inkontensia yang trejadi saat
klien terdesak ingin kemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian
bawah atau spasme bladder.
c) Enurisis
Merupakan ketidaksamaan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada
anak-anak atau pada orang jompo.
B. SYSTEM PENCERNAAN.
1. Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan atau system gastrointestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi kedalam aliran serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (laring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. System pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pancreas, hati
dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari system pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan
masuk untuk system pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lender. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah.
Pengecapan relative sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Rongga mulut dilapisi sel-sel epitalium pipih, didalam rongga mulut terdapat
lidah, kelenjar ludah, dan gigi. Lidah tersususn oleh otot lurik yang diselubungi
oleh mukosa. Kelenjar ludah didekat telinga disebut glandula parotis, dirahang
bawah terdapat glandula submaksilaris dan glandula sublingualis, keduanya
menghasilkan getah yang mengandung air dan lender.
7

Gigi manusia berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Gigi manusia


tumbuh mulai usia 6 bulan. Gigi pertama disebut gigi suss, kemudian berturutturut diikuti tumbuhnya gigi sulung. Pada anak usia 6 tahun, gigi anak berjumlah
20 yakni 8 gigi seri yang berfungsi untuk memotong makanan, 4 gigi taring dan 8
gigi geraham kecil untuk mengunyah. Ludah juga mengandung anti bodi dan
enzim misalnya (lisozim) yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung.
b. Tenggorokan (faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan, didalam
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari (1) bagian
superior: bagian yang sangat tinggi dengan hidung; (2) bagian media: bagian yang
sama tinggi dengan mulut; (3) bagian inferior: bagian yang sama tinggi dengan
laring.
c. Kerongkongan (esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltic. Sering
juga disebut esophagus (dari bahasa yunani: oeso membawa dan phagus
memakan). Esophagus bertemu dengan faring pada ruas ke 6 tulang belakang,
menurut histology, esofagus dibagi menjadi 3 bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (camouran otot rangka dan otot halus)
3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
Dari mulut, makanan menuju ke esophagus yang dindingnya dilapisi
epitelium berlapis pipih. Kerongkongan berupa tabung otot yang panjangnya
sekitar 25 cm. oleh karena itu otot tersusun secara memanjang dan melingkar,
maka jika terjadi kontraksi secara bergantian akan terjadi gerak peristaltic.
Dengan gerak peristaltic, makanan terdorong menuju lambung.

d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting:
1) Lender
2) Asam klorida (HCL)
3) Precursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lender ini, bias menyebabkan keruskan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung. Makanan bergerak dari kerongkongan
menuju lambung, yaitu bagian saluran pencernaan melebar. Lambung berupa
kantong besar yang terdiri dari bagian-bagian:
a) Kardia, terletak disebelah atas dekat jantung
b) Fundus, bagian yang membulat dan terletak ditengah
c) Pylorus, bagian yang berada didekat usus.
Lambung menghasilkan getah lambung yang berasal dari dinding lambung.
Asam lambung mengandung HCl, enzim-enzim pencernaan dan mukosa. Dinding
lambung terdiri dari 3 lapis otot, yaitu otot memanjang (bagian luar), otot
melingkar (bagian tengah), otot miring (bagian dalam). Jika dinding lambung
berkontraksi, maka ketiga otot itu akan bergerak secara peristaltic menganduk dan
mencampur makanan dengan getah lambung.
Jadi, didalam lambung terjadi pencernaan secara mekanis dengan bantuan
gerak peristaltic dan pencernaan secara kimiawi dengan bantuan asam lambung
dan enzim pepsin serta renin.
e. Usus halus
Usus halus berupa tabung yang panjangnya 6-8 meter, terdirir atas 3 bagian,
yaitu duodenum (usus 12 jari) panjang kurang lebih 25 meter, jejenum kurang
kebih 2,5 cm dan ileum kurang lebih 3,6 meter. Dinding usus halus banyak
mengandung kelenjar mukosa halus yang menghasilkan 3 liter getah per hari.
Getah ini engandung enzim sakarase, maltase, lactase, serta erepsinogen.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam

duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan mengirim sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lender (yang
melumasi isi usus halus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
f. Pancreas
Pancreas adalah organ pada system pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormone penting seperti:
1) Insulin yang duhasilkan sel beta
2) GHS yang dihasilkan sel epsilon
3) GHIH yang dihasilkan sel delta
Pancreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). Beberapa fungsi dari pancreas adalah:
a) Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan
dari hati.
b) Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang
mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot,
insulin juga merangsang hati untuk merubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.
Fungsi pancreas
Pancreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari
duodenum sampai lima, dan dilukiskan sebagai terdiri atas tiga bagian. Jaringan
pancreas terdiri atas labula daripada sel sekretori yang tersusun mengitari saluransaluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil
dali lobula yang terletak di dalam ekor pancreas dan berjalan melalui badannya
dari kiri ke kanan.
Ada 2 fungsi pancreas
1.
2.
-

Eksokrin : fungsi sama seperti kelenjar ludah


Tiga jenis sel endokrin, terdiri dari :
Glucagon memproduksi
Glucagon meningkatkan

10

Kadar glukosa menurunkan


Terdapat pulau-pulau langerhands: kurang lebih 200 rb 2 juta sel. Ketiga
macam sel ini memiliki pulau Langerhans lebih banyak disbanding caput bagian
corpus dan cauda fisiologis.
Endokrin menghasilkan insulin
Menghasilkan glucagon, Eksokrin juga ikut membentuk protein, terdapat
kurang lebih 9 emzim yang mengandung banyak elektrolit (menetralisir asam
lambung yang masuk ke duodenum) menghasilkan bikarbonat sekresi pancreas
ada 3 hormon untuk menstimulasi:
1. Sekretin oleh duodenum dan merangsang dihasilkan pengeluaran bikarbonat
2. Pancreozymin oleh duodenum dan mungkin juga oleh jejunum dan anthrum
di lambung dihasilkan yang masuk akan merangsang sel-sel duodenum
mengeluarkan pancreozymin makanan merangsang pancreas.
3. Gastrin merangsang lambung dan pancreas I dan II terdapat gastrin Hormon
yang lain adalah cholecystokinin dan ductus choledochus menyebabkan
relaksasi sphincter pancreas.
Pancreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :

Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan


Pulau pancreas, menghasilkan hormone
Pancreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan

hormone ke dalam darah.


g. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan
diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan
vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Hati (bahasa yunani: hepar) merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh,
terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya dibawah diafragma. Lobus
hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel nonparemkimal. Sel parenkimal pada
hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan
berbagai fungsi utama hati. 40%sel hati terdapat pada lobus sinusoidal, lumen

11

lobus terbentuk dari SEC dan di tempati oleh 3 jenis sel lain, seperti sel kupffer,
sel ito, sel limfosit intrahepatic seperti sel pit.
Sel ito berada pada jaringan perisinusoidal, merupakan sel dengan banak
vesikel lemak didalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat kuat hingga
memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati berada pada
kondisi normal, sel ito menyimpan vitamin A guna mengendalikan kelnturan
matriks ekstraseluler yang dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan kelenturan
dari lumen sinusoid.
Sel kupffer berada pada jaringan intrasinusoidol, merupakan makrofag
dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangkan. Sel kupffer
sehari-hari berinteraksi dengan material yang berasal saluran pncernaan yang
mengandung larutan bacterial, dan mencegah activitas efek toksin senyawa
tersebut ke dalam hati. Paparan larutan bacterial yang tinggi, terutama paparan
LPS, membuat sel kupffer melakukan sekresi berbagai sitokina yang memicu
proses peradangan dan dapat mengakibatkan cedera pada hati.
Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang
bermukim dihati. Sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel tumor
tanpa bergantung pada ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas
utama,. Aktivias sel pit dapat ditingkatkan dengan stimulasi interferon-y.
Fungsi hati
Beberapa jenis tugas yang dijalankan oleh hati, dilakukan oleh hepatosit.
Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialysis hati, namun
teknologi ini masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal

hati.
Sebagai kelenjar hati menghasilkan
Empedu yang mencapai 1/2 liter setiap hari. Empedu merupakan cairan

kehijauan dan terasa pahit.


Sebagiam besar asam amino
Factor koagulasi I, II, III, V, VII, IX, X, XI
Protein C, protein S dan anti-trombin
Trigliserida melalui lintasan lipogenesis
Kolesterol
Insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang
berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan

tetap memiliki efek anabolic pada orang dewasa


Enzim arginase yang mengubah ornintina menjadi ornintina dan urea

12

Trombopoietin, semua hormone glikoprotein yang mengendalikan produksi

keeping darah oleh sumsum tulang belakang.


Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis
sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu

mengambil alih tugas ini.


Albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah.
Angiotonsinogen, sebuah hormone yang erperan untuk meningkatkan tekanan
darah ketika di aktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal

saat di tenggarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular.


Enzim glutamate-oxaloasetat transferase, glutamate-piruvat transferase dan
lactate dehydrogenase, Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam
sitrat seperti sel pada umumnya hati juga berperan dalam metabolism

karbohidrat, antara lain:


Gluconeogenesis, sintesis glukosa dari beberapa substrat amino, asam laktat,

asam lemak non ester dan gliserol


Glikogenilisis, lintasan katabolisme glikogen menjadi glukos untuk kemudian
dilepaskan ke darah sebagai respon meningkatnya kebutuhan energy oleh

tubuh.
Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa.
Hati juga berperan dalam system kekebalan dengan banyaknya sel imunologis

pada system retikuendotelial yang berfungsi sebagai tapis antigen yang terbawa ke
hati melalui system portal hati.
Regenarasi sel hati
Kemampuan untuk melakukan regenarasi merupakan suatu proses yang
sangat penting agar hati dapat pulih dari kerusakan yang ditimbulkan dari proses
deroksifikasindan imunologis. Kemampuan untuk melakukan regenerasi telah
diketahui semenjak jaman yunani kuno dari cerita mitos tentang titan yang
bernama Prometheus. Kemampuan ini dapat sirna, hingga hepatosit tidak dapat
masuk kedalam siklus sel, walaupun kehilangan sebagian massanya, apabila
terjadi fibrosis hati.
Regenarasi hati setelah hepatektomi parsial merupakan proses sangt rumit di
bawah pengaruh perubahan hemodinamika, modulasi sitokina, hormone factor
pertumbuhan dan aktivasi factor transkripsi, yang mengarah pada proses mitosis.
a. Sel punca

13

Selain hepatosit dan sel non parenkimal, pada hti masih terdapat jenis sel
lain yaitu sel intra-hepatik yang sering disebut sel oval, dan hepatosit duktural.
Regenerasi hati setelah hepatektomi parsial, umumnya tidak melibatkan sel
progenitor intra-hepatik dan sel punca ekstra-hepatik (hemopoietik), dan
bergantung hanya kepada poliferasi hepatosit. Sel oval merupakan bentuk
diferensiasi dari sel progenitor yang berada pada area portal dan periportal, atau
kanal hering, dan hanya ditemukan saat hati mengalami cidera. Hepatosit duktural
-

dianggap merupakan sel transisi yang terkait antara lain dengan:


Metaplasia duktural dari hepatosit parenkimal menjadi epithelium biliari-hepatik
Konversi metaplasia dari epetelium duktural menjadi hepatosit parenkimal
Diferensiasi dari srl punca dari silsilah hepatosit tergantung pada jenis gangguan
yang menyerang hati.
h. Kandung empedu dan saluran empedu
Empedu memilik 2 fungsi penting:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
i. Usus besar
Usus besar dilapisi oleh membrane mukosa tanpa limpatan, kecuali pada
bagian rectum. Fungsi utam organ ini adalah mengabsorbsi air, membentuk massa
feses, dan membentuk lender untuk melumasi permukaan mukosa. Usus besar
terdiri dari:
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum)
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi, bakteri didalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting seperti vitamin K. bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotic bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bias menyebabkan dikeluarkannya lender dan air, dan terjadilah
diare.

j. Rectum dan anus

14

Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja
disimpan ditempat yang tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih mudah
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh, sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu
cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
k. Usus buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (bahasa latin : caesus, buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolom
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptile. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan umbai cacing.
2. Etiologi
1. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula kontrol defekasi menurun.
2. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juag mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.

15

4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkna bahan feses bergerak sepanjang
kolon.
5. Fiologis
Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secar teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Prosedur diagnostik
Klien yang akandilakuakn prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
9. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
10. Anestesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi inplus parasimpatis, sehingga kadangkadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dpat berlangsug 24-48 jam.
11. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur
ospubis, epesiotomi akan emngurangi keinginan untuk buang air besar.
12. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
4. Pola Defekasi (Yupi Supatini, 2009)
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

16

Dalam proses defekasi terjadi 2 macam refleks yaitu:


1. Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi
distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara
sistematis spinker interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
2. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang
kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudia dikembalikan ke
kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltik,
relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen tekanan
diafragma dan kontraksi otot elevator ani. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot
femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan
normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO 2 metana, H2O,
O2, dan Nitrogen.
Feses terdiri dari 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna
coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas
karena mikrooorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
5. Masalah-masalah Eliminasi Alvi
1. Konstipasi: gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering
dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang
tidak teratur, pengguanaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan,
kurangaktifitas, usia.
2. Fecal imfaction: masa feses yang keras di lipaan rectum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya
disebabkan oleh konstipasi intake cairan yang kurang, kurang aktifitas, diet
rendah serat, dan kelemahan tonus usus.
3. Diare: keluarnya fese cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar
akiabt cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan
karena stres fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
4. Inkontinensia alvi: hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran
feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau
17

persarafan

di

daerah

anus.

Penyebabnya

karena

penyakit-penyakit

neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.


5. Kembung: flatus yang belebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obatobatan (barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktifitas intestinal),
mengkonsumsi makanan yang abnyak mengandung gas dapat berefek
anestesi.
6. Hemorroid: pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis,
peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan dan obesitas.

BAB III
APLIKASI TEORI
A. Kasus

18

Tn. P, 52 tahun, dirawat di ruang bedah karena cedera akibat terjatuh saat
turun tangga keika hendak shlat subuh. Keluarga segera membawa pasien ke
rumah sakit. Pasien mengalami fraktur pada bagian paha kanan atas, tdak ada luka
terbuka (fraktur tertutup), dan hanya terlihat memar pada bagian yang mengalami
fraktur. Besok pagi akan dilakukan operasi dan sudah dilakukan beberapa
persiapan. Pasien terlihat kesakitan terutama saat mengubah posisi. Dokter sudah
memberikan obat penurun sakit dan antibiotik, serta dianjurkan untuk
mengistirahatkan kakinya dengan tidak banyak bergerak. Sebelum masuk ke
ruang operasi pasien terlihat cemas dan stres. Pada saat perawat mengukur tandatanda vital, suhu pasien: 38oC, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 20x/menit,
Frekuensi Pernafasan: 86x/menit. pasien terlihat meringis dan memegang perut
bagian bawah. Saat ditanyakan ternyata pasien ingin BAK dan BAB. Namun ,
karena takut menimbulkan rasa sakit kalau menggerakkan kakinya, pasien terlihat
ragu-ragu mengemukakannya.

19

BAB IV
PEMBAHASAN
I. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
Tempat/Tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawian
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Pola berkemih
b. Pola defekasi
c. Deskripsi urin
sedikit keruh.
d. Deskripsi feses

: Tn. Paijo
: Sidoarjo, 14 februari 1961
: 52 tahun
: laki-laki
: Desa Karangrejo, Wonokromo
: Kawin
: Islam
: Jawa
: SD
: Petani
: <100 ml/hari
: tidak teratur
: berwarna oranye gelap, bau menyengat, dan
: berwarna hitam, adanya perubahan bau, padat dan

keras.
e. Faktor yang mempengaruhi berkemih: stres yang dialami pasien sebelum
dilakukan pembedahan, antibiotik penurun rasa sakit dan anestesi sebelum
pembedahan.
f. Faktor yang mempengaruhi defekasi : antibiotik penurun rasa sakit dan
anestesi sebelum pembedahan.
3. Pemeriksaan TTV
Nadi
: 86x/menit
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi Pernafasan: 18x/menit
Suhu/temperatur
: 380C
BB/TB

: 55 kg/160 cm

4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Kepala Leher
Rambut
: Hitam, lurus
Kepala
: Simetris, tidak ada benjolan
Mata
: Konjungtiva tidak anemis
Hidung
: Bersih, tidak ada polip
Bibir
: Mukosa bibir kering

20

b.

: Bersih
: Simetris
: Tidak ada benjolan
: Lidah tidak kotor

Pemeriksaan Integumen / Kulit

c.

Gigi
Telinga
Leher
Lidah

Turgor kulit baik


Warna kulit kuning langsat bersih dan tidak ada lesi

Pemeriksaan Payudara dan ketiak:


Bersih, normal, tidak ada kelainan

b. Pemeriksaan Thorak/dada
Inspeksi thorak
: Simetris bentuk dadanya, tidak ada kelainan
Paru
: Simetris, tidak ada suara tambahan
e.

Jantung

f.

Perkusi
Auskultasi

: Suara peka
: S1-S2 normal tidak ada suara tambahan

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Perut buncit
: Nyeri jika ditekan di left lower kuadran 4
: Suara kembung
: Bising usus menurun 10 x/menit

21

g. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya


Genetalia
Bersih, tidak ada kelainan pada genetalia, personal hygiene baik, setelah
buang air kecil bapak selalu membersihkan genetalianya

Anus
Anus pasien bersih, dan tidak ada bercakbercak di sekitarnya, tetapi ada rasa

keluh pada daerah rektum terasa penuh


h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Otot pasien kuat, sedikit merasa nyeri tangan sebelah kanan, karena dipasang
infus
i. Pemeriksaan Neurologi
Pasien sadar, GCS ( 4, 5, 6)
Membuka mata spontan
:4
Orientasi baik
:5
Menggerakkan otot sesuai perintah: 6
j. Pemeriksaan Status mental
Pasien menerima keadaan dengan ikhlas, cerna dan bisa menyesuaikan
keadaannya.

22

ANALISIS DATA
Data
Data subjektif:

Etiologi
nyeri pada femur

Masalah

Ny. S

mengatakan terasa
Imobilitas

sakit pada femur


dan pada saat
digerakkan.

Ny. S

mengatakan

Minum obat penurun


sakit anti biotik

perutnya kurang
terasa nyaman.

Ny. S

Akan dilakukan operasi

mengatakan ingin
BAK dan BAB
namun feces keras,

Pasien mengalami stres

dan mengejan lama.

dan tegang

Data objektif:

Pasien tirah
baring.

Suhu 38C

Diberi anestesi
sebelum operasi

Perut bagian
bawah terasa sakit
dan penuh.

Tekanan darah
120/80 mmHg.

23

Gangguan eliminasi.

24

DIAGNOSA
1. Gangguan eliminasi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk
pergi ke kamar mandi.
2. Stres berhubungan dengan adanya motivasi yang diberikan kepada
pasien oleh keluarga terdekat.
3. Rasa tidak nyaman berhubungan dengan retensi urin dan konstipasi
(menurunnya gerakan peristaltik).
4. Efek samping tindakan pengobatan berhubungan dengan konstipasi.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No

Diagnosa

Tujuan

Kriteria

.
1.

keperawatan
Gangguan

Kebutuhan

hasil
Tn. P dapat Bantu pasien

eliminasi

dasar

BAK

berhubungan

eliminasi Tn. BAB.

dengan ketidak P

Intervensi

dan saat
melakukan

selama

mampuan untuk sakit

eliminasi.

dan

pergi ke kamar imobilitas

2.

mandi.

terpenuhi.

Stres

Setelah

Tn.

berhubungan

dilakukan

menunjukk

dengan adanya intervensi

an

motivasi

tenang

yang pada

diberikan
kepada
oleh

keluarga,

ketika
dilakukan

keluarga merasa

tindakan

Rasa

tenang

tanda-tanda

sikap vital.

pasien pasien

terdekat.
3.

P Observasi

medis.

tidak Setelah

Tn.

P Kaji

kondisi

nyaman

dilakukan

merasa

ketidaknyama

berhubungan

intervensi,

perutnya

nan pasien.

25

4.

dengan

kebutuhan

lebih

gangguan

eliminasi

nyaman.

eleminasi.

dapat

Efek

terpenuhi.
samping Setelah

Intake

Dorong

tindakan

dilakukan

cairan/air

pasien

untuk

pengobatan

intervensi

putih

minum

air

berhubungan

kebutuhan

meningkat

putih

dengan

eliminasi

menjadi

banyak.

konstipasi.

pasien post- 3000 cc/24


operasi

jam.

terpenuhi.

26

lebih

IMPLEMENTASI
No
1

Tanggal/

Implemantasi

waktu
04-04-2012/
08.00

PEMASANGAN KATETER
Tujuan: untuk memenuhi kebutuhan eliminasi urin.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Prosedur :
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur.
Atur ruangan/ pasang sampiran.
Pasang perlak/ alas.
Gunakan sarung tangan steril.
Tangan kiri pegang penis lalu preputium ditarik
sedikit kepangkalnya dan bersihkan dengan kapas

sublimat/savlon.
7. Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada
ujungnya (kurang lebih 12,5-17,5 cm) lalu masukan
pelan-pelan kurang lebih (17,5-20 cm) dan sambil
anjurkan untuk tarik nafas.
8. Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan.
9. Setelah kateter masuk isi balok dengan cairan
aquades atau sejenisnya untuk dipasangkan tetap,
bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil
pasien disuruh nafas dalam.
10. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi
kearah ats paha/abdomen.
11. Rapikan alat.
12. Cuci tangan.
HUKNAH TINGGI/RENDAH
Tujuan huknah tinggi: untuk mengosongkan colon
asenden.
Tujuan huknah rendah: untuk mengosongkan colon
2

06-04-2012/
11.00

desenden.
Prosedur :
1. Identifikasi kebutuhan pasien.
2. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan

27

dilakukan.
3. Siapkan alat-alat sesuai kebutuhan pasien
4. Pasang sampiran dan cuci tangan.
5. Pasang selimut ekstra, peengalas, dan buka pakaian
bawah pasien.
6. Gantung irrigator pada standar infuse dengan
ketinggian 15-20 cm (klisma rendah) dan 45-50 cm
(klisma tinggi) dari bokong pasien.
7. Pasang kanul pada ujung selang, lalu diklem dan isi
irrigator dengan NaCl hangat/air hangat sebanyak :
1000 ml untuk klisma tinggi
500 ml untuk klisma rendah
8. Alirkan cairan kedalam bengkok untuk
mengeluarkan udara (posisi tegak lurus) dan diklem
kembali.
9. Berikan urinal (untuk pasien pria) jika ingin BAK
terlebih dahulu. Angkat jika sudah selesai.
10.
Atur posisi pasien pada posisi Sims, lalu :
Miring kanan untuk klisma tinggi.
Miring kiri untuk klisma rendah.
11.
Lumuri ujung kanul (7,5-10 cm) dengan
pelumas.
12.
Masukan ujung kanul mengarah ke umbilicus
pasies. Saat memasukan, anjurkan pasien untuk
tarik nafas dalam. Rasakan jika ada tahanan di
dalam rectum.
13.
Bila tidak ada tahanan, alirkan cairan dengan
membuka klem perlahan-lahan sampai cairan habis
(udara jangan sampai masuk ke dalam saluran
pencernaan dan pasien diingatkan untuk menahan
jika terlalu mulas).
14.
Lepaskan kanul, lalu lap dan rendam di dalam
bengkok berisi larutan desinfektan.
15.
Atur posisi pasien (dorsal recumbent).
16.
Pasang bed pan di bawah bokong pasien.
17.
Tinggalkan pasien, sebelumnya ingatkan pasien
untuk memanggil perawat jika BAB dan dekatkan

28

bel.
18.
Jika pasien selesai BAB, angkat bed pan, tutup,
lalu ganti dengan pispot yang kosong.
19.
Bersihkan daerah anus, genitalia, dan
perineum. Lalu keringkan dengan kertas toilet (jika
pasien bisa melakukan sendiri, anjurkan pasien
untuk membersihkannya).
20.
Angkat pispot dan tutup.
21.
Kembalikan pasien ke posisi semula.
22.
Angkat pengalas dan pasang kembali pakaian
bawah pasien.
23.
Rapikan alat-alat.
24.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
25.
Observasi keadaan pasien.
26.
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil
tindakan.
BOWEL TRAINING
Tujuan: melatih otot-otot sigmoid untuk BAB secara
normal.
Prosedur :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak
3

07-04-2012/
10.00

pelumas/jelly pada jari telunjuk.


4. Atur posisi miring dengan lutut fleksi.
5. Masukan jari kedalam rectum dan dorong dengan
perlahan-lahan sepanjang dinding rectum kearah
umbilicus (ke massa feses yang impaksi).
6. Secara perlahan-lahan lunakan massa dengan
masase daerah feses yang impaksi (arahkan jari
pada inti yang keras)
7. Gunakan pispot jika ingin buang air besar atau
bantu ke toilet.
8. Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah
feses yang keluar, warna, kepadatan, serta respon
pasien.
9. Cuci tangan.

29

30

EVALUASI
Tanggal/Ja

No. Dx.

m
21/2/2013

Per

Evaluasi
S: Tn. P mengatakan dapat BAB dan BAK
sudah lancar .
O: k/u membaik
S/n: 36,2 oC/86 x/menit
RR: 18 x/ menit
Inspeksi: Perut tidak buncit
Palpasi: Tidak nyeri jika di tekan di left lower
kuadran 4
Perkusi: Suara tidak kembung
Auskltasi: Bising usus 18 x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

31

BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalah yang berhubungan dengan pasien
berkebutuhan eliminasi uri dan alvi, sehingga penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kebutuhan eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia
untuk membuang sisa-sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh.
Ketika pasien yang mengalami gangguan dengan eliminasi maka tugas
dari perawat adalah melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang
berkebutuhan eliminasi uri ataupun alvi. Dan setelah dilakukan suhan
keperawatan tersebut, pasien tidak lagi mengalami gangguan eliminasi uri
atupun alvi.
1.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis kepada perawat yang
berkebutuhan eliminasi uri ataupun alvi yaitu perawat harus memiliki
keterampilan dalam menggunakan peralatan yang digunakan untuk membantu
pasien yang mengalami gangguan eliminasi uri ataupun alvi.
Dan hal yang harus diperhatikan adalah seorang perawat ketika melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien yang berkebutuhan eliminasi hrus mampu
untuk menjaga privasi pasien tersebut.

32

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.Aziz Alimul. & Musrifatul Uliyah. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya: Health Books Publishing.
Supartini, Yupi. 2009. Paduan Praktek Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Salemba Medika.

33

Anda mungkin juga menyukai