PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Kebutuhan eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
membuang sisa-sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua, yaitu eliminasi urin (buang air kecil) dan
eliminasi alvi (buang air besar). Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya
eliminasi urin adalah ginjal, kandung kemih, dan uretra. Sedangkan sistem
tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)
adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
Pasien dengan gangguan eliminasi perlu dibantu pemenuhan
kebutuhannya oleh perawat. Sebelumnya perawat harus mengetahui dan
mengkaji pasien terlebih dahulu, sehingga muncul diagnosa keperawatan,
setelah itu perawat dapat merencanakan tindakan keperawatan untuk
menangani masalahnya.
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu:
Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, Perencanaan, Implementasi,
Evaluasi. Proses keperawatan tersebut perlu didokumentasikan untuk melihat
perkembangan dari pasien yang telah kita penuhi kebutuhannya.
B.
Rumusan masalah.
1. Bagaimana proses defekasi dan berkemih?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi?
3. Bagaimana masalah-masalah eliminasi?
4. Bagaimana asuhan keperawatan eliminasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses defekasi dan berkemih.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
3. Untuk mengetahui masalah eliminasi.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan eliminasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. SYSTEM PERKEMIHAN
System perkemihan atau sering disebut urinary system adalah suatu system
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan
internal atau hemeostatis.
1. Anatomi dan Fisiologi
a. Ginjal
Masing masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm.
lemak perinefrik adalah lemak dimana kedua ginjal tersebut melekat, ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal sebelah kiri karena adanya hepar pada sisi kanan.
Kalenjar adrenalin terletak pada bagian atas dari masing-masing ginjal. Bagianbagian dari permukaan ginjal, antara lain : fascies anterior, fascies posterior,
margo lateralis, margo medialis, polus kranialis, dan polus kradialis. Margo
lateralis konveks ke lateral, sedangkan margo medialis konkaf ke medial dan di
tengah-tengahnya tedapat tempat yang disebut hilus renalis. Hilus ini merupakan
pintu masuk kedalam suatu rongga yang dinamakan sinus renalis.
Bila dibuat irisan frontal ginjal dibagian tengah melalui hilus renalis, maka
akan tampak ginjal ada 2 bagian, yaitu :
1) Korteks renalis
Bagian luar ginjal yang berwarna merah coklat terletak langsung dibawah
kapsul fibrosa dan berbintik-bintik. Bintik-bintik pada korteks renalis karena
adanya korpuskulus renalis dari Malpighi yang terdiri atas kapsula bowmann dan
glomerulus.
a) Kapsul bowmann: permulaan dari saluran ginjal yang meliputi glomerulus.
b) Glomerulus: anyaman pembuluh-pembuluh darah pada ginjal. Bedasarkan
fisiologi gromerulus terjadi filtrasi darah mengeluarkan zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh.
c) Tubulus renalis : bagian korteks yang masuk ke dalam medulla diantara
piramida renalis, sering disebut kolumna renalis (bertini)
2) Medulla renalis :bagian paling dalam.
Medulla renalis terletak dekat hilus, sering terlihat garis putih oleh karena
adanya saluran-saluran yang terletak dalam piramida renalis. Tiap piramida renalis
memiliki basis yang menjurus kearah korteks dan aspeknya bermuara ke dalam
kaliks minor sehingga menimbulakan tonjolan yang dinamakan papilla renalis
yang merupakan dasar sinus renalis. Dalam I kaliks minor bermuara 1-3 papila
renalis. Pada papil ini terdapat lubang-lubang keluar dari saluran-saluran ginjal
sehingga disebut juga lamina kribrosa (jumlah duktus papilaris kurang lebih 18-20
buah). Jaringan medulla dari piramisa renalis ada yang menonjol masuk ke dalam
jaringan korteks disebut fascilus radiates ferreini.
Saluran-saluran di dalam medulla :
Gelung henle (pars aseden dan pars desenden), duktus koligentes, dan duktus
bellini (duktus papilaris). Nefron merupakan unit struktual dan fungsional ginjal.
Nefron merupakan tempat pembentukan urine awal. Masing-masing ginjal
terbentuk kira-kira satu juta nefron. Masing-masing nefron terbentuk dari tubulus
renalis, merupakan glomerulus dan berhubungan dengan pembuluh darah.
Masing-masing tubulus renalis merupakan tubulus yang berbelok-belok,
diselaputi oleh selapis sel-sel kuboid. Tubulus renalis mulai sebagai kapsula
bowman, dua lapisan berbentuk mangkuk menutupi glomerolus; saling melilitkan
diri membentuk tubulus kovulute proksimal; menjalar dari korteks kebagian
medulla dan kembali lagi kebagian korteks, membentuk hansa henle; saling
melilit kembali membentuk tubulus konvolute distal; dan berakhir dengan
memasuki tubulus pengumpul
Secara fisiologis ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan asam basa
di dalam darah (electrolyte balance) dengan jalan membuang metebolit dan
bahan-bahan yang tidak berguna lagi dari darah.
b. Ureter
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis
renalis yang merentang sampai kandung kemih. (Zuyina Luklukaningsih, 2011)
Ureter ini merupakan saluran untuk urine yang berasal dari ginjal menuju
kandung kemih atau vesika urinaria.
3
c) Lapisan paling dalam berjalan sirkular dan paling tipis di antara lapisan
sebelumnya.
Dua fungsi kandung kemih :
a) Tempat penyimpanan urin sementara sebelum meninggalkan tubuh.
b) Mendorong urin keluar tubuh dengan bantu uretra.
d. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Pada pria panjang uretra 18-20 cm dan bertindak
sebagai saluran untuk system reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita
panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system perkemihan.
Pada uretra pria terdapat tiga bagian, yaitu (sugeng mashudi, 2011) :
1) Pars prostatika uretrae :bagian uretra yang dilalui prostat dimana lumennya
paling lebar dan paling elastic. Panjangnya kurang lebih 3 cm.
2) Pars membranase uretra :dimulai dari aspek prostat sampai setinggi bulbus
penis, dan merupakan bagian yang pendek dengan panjang 2 cm.
3) Pars karvenosa :letaknya didalam korpus spongiosum penis berjalan melalui
bulbus korpus dan gland penis (pars navikularis) lumen uretra melebar bulbus
(fossa intrabulbar) dan pada glandula (fossa navikularis).
2. Etiologi
1) Pertumbuhan dan
Usia dan berat
perkembangan
badan
mempengaruhi jumlah
orang
bladder
tua
volume
dapat
berkurang
hamil
frekuensi
berkemih
2) Sosiokultural
Budaya
sebagian
masyarakat
masyarakat
sehingga
dimana
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi
terbuka.
3) Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
4) Kebiasaan Seseorang
5
diuretik
meningkatkan
output
urin,
antikolinergik
dan
d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting:
1) Lender
2) Asam klorida (HCL)
3) Precursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lender ini, bias menyebabkan keruskan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung. Makanan bergerak dari kerongkongan
menuju lambung, yaitu bagian saluran pencernaan melebar. Lambung berupa
kantong besar yang terdiri dari bagian-bagian:
a) Kardia, terletak disebelah atas dekat jantung
b) Fundus, bagian yang membulat dan terletak ditengah
c) Pylorus, bagian yang berada didekat usus.
Lambung menghasilkan getah lambung yang berasal dari dinding lambung.
Asam lambung mengandung HCl, enzim-enzim pencernaan dan mukosa. Dinding
lambung terdiri dari 3 lapis otot, yaitu otot memanjang (bagian luar), otot
melingkar (bagian tengah), otot miring (bagian dalam). Jika dinding lambung
berkontraksi, maka ketiga otot itu akan bergerak secara peristaltic menganduk dan
mencampur makanan dengan getah lambung.
Jadi, didalam lambung terjadi pencernaan secara mekanis dengan bantuan
gerak peristaltic dan pencernaan secara kimiawi dengan bantuan asam lambung
dan enzim pepsin serta renin.
e. Usus halus
Usus halus berupa tabung yang panjangnya 6-8 meter, terdirir atas 3 bagian,
yaitu duodenum (usus 12 jari) panjang kurang lebih 25 meter, jejenum kurang
kebih 2,5 cm dan ileum kurang lebih 3,6 meter. Dinding usus halus banyak
mengandung kelenjar mukosa halus yang menghasilkan 3 liter getah per hari.
Getah ini engandung enzim sakarase, maltase, lactase, serta erepsinogen.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan mengirim sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lender (yang
melumasi isi usus halus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
f. Pancreas
Pancreas adalah organ pada system pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormone penting seperti:
1) Insulin yang duhasilkan sel beta
2) GHS yang dihasilkan sel epsilon
3) GHIH yang dihasilkan sel delta
Pancreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). Beberapa fungsi dari pancreas adalah:
a) Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan
dari hati.
b) Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang
mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot,
insulin juga merangsang hati untuk merubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.
Fungsi pancreas
Pancreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari
duodenum sampai lima, dan dilukiskan sebagai terdiri atas tiga bagian. Jaringan
pancreas terdiri atas labula daripada sel sekretori yang tersusun mengitari saluransaluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil
dali lobula yang terletak di dalam ekor pancreas dan berjalan melalui badannya
dari kiri ke kanan.
Ada 2 fungsi pancreas
1.
2.
-
10
11
lobus terbentuk dari SEC dan di tempati oleh 3 jenis sel lain, seperti sel kupffer,
sel ito, sel limfosit intrahepatic seperti sel pit.
Sel ito berada pada jaringan perisinusoidal, merupakan sel dengan banak
vesikel lemak didalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat kuat hingga
memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati berada pada
kondisi normal, sel ito menyimpan vitamin A guna mengendalikan kelnturan
matriks ekstraseluler yang dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan kelenturan
dari lumen sinusoid.
Sel kupffer berada pada jaringan intrasinusoidol, merupakan makrofag
dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangkan. Sel kupffer
sehari-hari berinteraksi dengan material yang berasal saluran pncernaan yang
mengandung larutan bacterial, dan mencegah activitas efek toksin senyawa
tersebut ke dalam hati. Paparan larutan bacterial yang tinggi, terutama paparan
LPS, membuat sel kupffer melakukan sekresi berbagai sitokina yang memicu
proses peradangan dan dapat mengakibatkan cedera pada hati.
Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang
bermukim dihati. Sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel tumor
tanpa bergantung pada ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas
utama,. Aktivias sel pit dapat ditingkatkan dengan stimulasi interferon-y.
Fungsi hati
Beberapa jenis tugas yang dijalankan oleh hati, dilakukan oleh hepatosit.
Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialysis hati, namun
teknologi ini masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal
hati.
Sebagai kelenjar hati menghasilkan
Empedu yang mencapai 1/2 liter setiap hari. Empedu merupakan cairan
12
tubuh.
Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa.
Hati juga berperan dalam system kekebalan dengan banyaknya sel imunologis
pada system retikuendotelial yang berfungsi sebagai tapis antigen yang terbawa ke
hati melalui system portal hati.
Regenarasi sel hati
Kemampuan untuk melakukan regenarasi merupakan suatu proses yang
sangat penting agar hati dapat pulih dari kerusakan yang ditimbulkan dari proses
deroksifikasindan imunologis. Kemampuan untuk melakukan regenerasi telah
diketahui semenjak jaman yunani kuno dari cerita mitos tentang titan yang
bernama Prometheus. Kemampuan ini dapat sirna, hingga hepatosit tidak dapat
masuk kedalam siklus sel, walaupun kehilangan sebagian massanya, apabila
terjadi fibrosis hati.
Regenarasi hati setelah hepatektomi parsial merupakan proses sangt rumit di
bawah pengaruh perubahan hemodinamika, modulasi sitokina, hormone factor
pertumbuhan dan aktivasi factor transkripsi, yang mengarah pada proses mitosis.
a. Sel punca
13
Selain hepatosit dan sel non parenkimal, pada hti masih terdapat jenis sel
lain yaitu sel intra-hepatik yang sering disebut sel oval, dan hepatosit duktural.
Regenerasi hati setelah hepatektomi parsial, umumnya tidak melibatkan sel
progenitor intra-hepatik dan sel punca ekstra-hepatik (hemopoietik), dan
bergantung hanya kepada poliferasi hepatosit. Sel oval merupakan bentuk
diferensiasi dari sel progenitor yang berada pada area portal dan periportal, atau
kanal hering, dan hanya ditemukan saat hati mengalami cidera. Hepatosit duktural
-
14
Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja
disimpan ditempat yang tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih mudah
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh, sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu
cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
k. Usus buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (bahasa latin : caesus, buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolom
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptile. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan umbai cacing.
2. Etiologi
1. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula kontrol defekasi menurun.
2. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juag mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
15
4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkna bahan feses bergerak sepanjang
kolon.
5. Fiologis
Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secar teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Prosedur diagnostik
Klien yang akandilakuakn prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
9. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
10. Anestesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi inplus parasimpatis, sehingga kadangkadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dpat berlangsug 24-48 jam.
11. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur
ospubis, epesiotomi akan emngurangi keinginan untuk buang air besar.
12. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
4. Pola Defekasi (Yupi Supatini, 2009)
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
16
persarafan
di
daerah
anus.
Penyebabnya
karena
penyakit-penyakit
BAB III
APLIKASI TEORI
A. Kasus
18
Tn. P, 52 tahun, dirawat di ruang bedah karena cedera akibat terjatuh saat
turun tangga keika hendak shlat subuh. Keluarga segera membawa pasien ke
rumah sakit. Pasien mengalami fraktur pada bagian paha kanan atas, tdak ada luka
terbuka (fraktur tertutup), dan hanya terlihat memar pada bagian yang mengalami
fraktur. Besok pagi akan dilakukan operasi dan sudah dilakukan beberapa
persiapan. Pasien terlihat kesakitan terutama saat mengubah posisi. Dokter sudah
memberikan obat penurun sakit dan antibiotik, serta dianjurkan untuk
mengistirahatkan kakinya dengan tidak banyak bergerak. Sebelum masuk ke
ruang operasi pasien terlihat cemas dan stres. Pada saat perawat mengukur tandatanda vital, suhu pasien: 38oC, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 20x/menit,
Frekuensi Pernafasan: 86x/menit. pasien terlihat meringis dan memegang perut
bagian bawah. Saat ditanyakan ternyata pasien ingin BAK dan BAB. Namun ,
karena takut menimbulkan rasa sakit kalau menggerakkan kakinya, pasien terlihat
ragu-ragu mengemukakannya.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
I. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
Tempat/Tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawian
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Pola berkemih
b. Pola defekasi
c. Deskripsi urin
sedikit keruh.
d. Deskripsi feses
: Tn. Paijo
: Sidoarjo, 14 februari 1961
: 52 tahun
: laki-laki
: Desa Karangrejo, Wonokromo
: Kawin
: Islam
: Jawa
: SD
: Petani
: <100 ml/hari
: tidak teratur
: berwarna oranye gelap, bau menyengat, dan
: berwarna hitam, adanya perubahan bau, padat dan
keras.
e. Faktor yang mempengaruhi berkemih: stres yang dialami pasien sebelum
dilakukan pembedahan, antibiotik penurun rasa sakit dan anestesi sebelum
pembedahan.
f. Faktor yang mempengaruhi defekasi : antibiotik penurun rasa sakit dan
anestesi sebelum pembedahan.
3. Pemeriksaan TTV
Nadi
: 86x/menit
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi Pernafasan: 18x/menit
Suhu/temperatur
: 380C
BB/TB
: 55 kg/160 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Kepala Leher
Rambut
: Hitam, lurus
Kepala
: Simetris, tidak ada benjolan
Mata
: Konjungtiva tidak anemis
Hidung
: Bersih, tidak ada polip
Bibir
: Mukosa bibir kering
20
b.
: Bersih
: Simetris
: Tidak ada benjolan
: Lidah tidak kotor
c.
Gigi
Telinga
Leher
Lidah
b. Pemeriksaan Thorak/dada
Inspeksi thorak
: Simetris bentuk dadanya, tidak ada kelainan
Paru
: Simetris, tidak ada suara tambahan
e.
Jantung
f.
Perkusi
Auskultasi
: Suara peka
: S1-S2 normal tidak ada suara tambahan
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Perut buncit
: Nyeri jika ditekan di left lower kuadran 4
: Suara kembung
: Bising usus menurun 10 x/menit
21
Anus
Anus pasien bersih, dan tidak ada bercakbercak di sekitarnya, tetapi ada rasa
22
ANALISIS DATA
Data
Data subjektif:
Etiologi
nyeri pada femur
Masalah
Ny. S
mengatakan terasa
Imobilitas
Ny. S
mengatakan
perutnya kurang
terasa nyaman.
Ny. S
mengatakan ingin
BAK dan BAB
namun feces keras,
dan tegang
Data objektif:
Pasien tirah
baring.
Suhu 38C
Diberi anestesi
sebelum operasi
Perut bagian
bawah terasa sakit
dan penuh.
Tekanan darah
120/80 mmHg.
23
Gangguan eliminasi.
24
DIAGNOSA
1. Gangguan eliminasi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk
pergi ke kamar mandi.
2. Stres berhubungan dengan adanya motivasi yang diberikan kepada
pasien oleh keluarga terdekat.
3. Rasa tidak nyaman berhubungan dengan retensi urin dan konstipasi
(menurunnya gerakan peristaltik).
4. Efek samping tindakan pengobatan berhubungan dengan konstipasi.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria
.
1.
keperawatan
Gangguan
Kebutuhan
hasil
Tn. P dapat Bantu pasien
eliminasi
dasar
BAK
berhubungan
dengan ketidak P
Intervensi
dan saat
melakukan
selama
eliminasi.
dan
2.
mandi.
terpenuhi.
Stres
Setelah
Tn.
berhubungan
dilakukan
menunjukk
an
motivasi
tenang
yang pada
diberikan
kepada
oleh
keluarga,
ketika
dilakukan
keluarga merasa
tindakan
Rasa
tenang
tanda-tanda
sikap vital.
pasien pasien
terdekat.
3.
P Observasi
medis.
tidak Setelah
Tn.
P Kaji
kondisi
nyaman
dilakukan
merasa
ketidaknyama
berhubungan
intervensi,
perutnya
nan pasien.
25
4.
dengan
kebutuhan
lebih
gangguan
eliminasi
nyaman.
eleminasi.
dapat
Efek
terpenuhi.
samping Setelah
Intake
Dorong
tindakan
dilakukan
cairan/air
pasien
untuk
pengobatan
intervensi
putih
minum
air
berhubungan
kebutuhan
meningkat
putih
dengan
eliminasi
menjadi
banyak.
konstipasi.
jam.
terpenuhi.
26
lebih
IMPLEMENTASI
No
1
Tanggal/
Implemantasi
waktu
04-04-2012/
08.00
PEMASANGAN KATETER
Tujuan: untuk memenuhi kebutuhan eliminasi urin.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Prosedur :
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur.
Atur ruangan/ pasang sampiran.
Pasang perlak/ alas.
Gunakan sarung tangan steril.
Tangan kiri pegang penis lalu preputium ditarik
sedikit kepangkalnya dan bersihkan dengan kapas
sublimat/savlon.
7. Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada
ujungnya (kurang lebih 12,5-17,5 cm) lalu masukan
pelan-pelan kurang lebih (17,5-20 cm) dan sambil
anjurkan untuk tarik nafas.
8. Jika tertahan jangan dipaksa/tegangkan.
9. Setelah kateter masuk isi balok dengan cairan
aquades atau sejenisnya untuk dipasangkan tetap,
bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil
pasien disuruh nafas dalam.
10. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi
kearah ats paha/abdomen.
11. Rapikan alat.
12. Cuci tangan.
HUKNAH TINGGI/RENDAH
Tujuan huknah tinggi: untuk mengosongkan colon
asenden.
Tujuan huknah rendah: untuk mengosongkan colon
2
06-04-2012/
11.00
desenden.
Prosedur :
1. Identifikasi kebutuhan pasien.
2. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan
27
dilakukan.
3. Siapkan alat-alat sesuai kebutuhan pasien
4. Pasang sampiran dan cuci tangan.
5. Pasang selimut ekstra, peengalas, dan buka pakaian
bawah pasien.
6. Gantung irrigator pada standar infuse dengan
ketinggian 15-20 cm (klisma rendah) dan 45-50 cm
(klisma tinggi) dari bokong pasien.
7. Pasang kanul pada ujung selang, lalu diklem dan isi
irrigator dengan NaCl hangat/air hangat sebanyak :
1000 ml untuk klisma tinggi
500 ml untuk klisma rendah
8. Alirkan cairan kedalam bengkok untuk
mengeluarkan udara (posisi tegak lurus) dan diklem
kembali.
9. Berikan urinal (untuk pasien pria) jika ingin BAK
terlebih dahulu. Angkat jika sudah selesai.
10.
Atur posisi pasien pada posisi Sims, lalu :
Miring kanan untuk klisma tinggi.
Miring kiri untuk klisma rendah.
11.
Lumuri ujung kanul (7,5-10 cm) dengan
pelumas.
12.
Masukan ujung kanul mengarah ke umbilicus
pasies. Saat memasukan, anjurkan pasien untuk
tarik nafas dalam. Rasakan jika ada tahanan di
dalam rectum.
13.
Bila tidak ada tahanan, alirkan cairan dengan
membuka klem perlahan-lahan sampai cairan habis
(udara jangan sampai masuk ke dalam saluran
pencernaan dan pasien diingatkan untuk menahan
jika terlalu mulas).
14.
Lepaskan kanul, lalu lap dan rendam di dalam
bengkok berisi larutan desinfektan.
15.
Atur posisi pasien (dorsal recumbent).
16.
Pasang bed pan di bawah bokong pasien.
17.
Tinggalkan pasien, sebelumnya ingatkan pasien
untuk memanggil perawat jika BAB dan dekatkan
28
bel.
18.
Jika pasien selesai BAB, angkat bed pan, tutup,
lalu ganti dengan pispot yang kosong.
19.
Bersihkan daerah anus, genitalia, dan
perineum. Lalu keringkan dengan kertas toilet (jika
pasien bisa melakukan sendiri, anjurkan pasien
untuk membersihkannya).
20.
Angkat pispot dan tutup.
21.
Kembalikan pasien ke posisi semula.
22.
Angkat pengalas dan pasang kembali pakaian
bawah pasien.
23.
Rapikan alat-alat.
24.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
25.
Observasi keadaan pasien.
26.
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil
tindakan.
BOWEL TRAINING
Tujuan: melatih otot-otot sigmoid untuk BAB secara
normal.
Prosedur :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak
3
07-04-2012/
10.00
29
30
EVALUASI
Tanggal/Ja
No. Dx.
m
21/2/2013
Per
Evaluasi
S: Tn. P mengatakan dapat BAB dan BAK
sudah lancar .
O: k/u membaik
S/n: 36,2 oC/86 x/menit
RR: 18 x/ menit
Inspeksi: Perut tidak buncit
Palpasi: Tidak nyeri jika di tekan di left lower
kuadran 4
Perkusi: Suara tidak kembung
Auskltasi: Bising usus 18 x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
31
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalah yang berhubungan dengan pasien
berkebutuhan eliminasi uri dan alvi, sehingga penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kebutuhan eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia
untuk membuang sisa-sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh.
Ketika pasien yang mengalami gangguan dengan eliminasi maka tugas
dari perawat adalah melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang
berkebutuhan eliminasi uri ataupun alvi. Dan setelah dilakukan suhan
keperawatan tersebut, pasien tidak lagi mengalami gangguan eliminasi uri
atupun alvi.
1.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis kepada perawat yang
berkebutuhan eliminasi uri ataupun alvi yaitu perawat harus memiliki
keterampilan dalam menggunakan peralatan yang digunakan untuk membantu
pasien yang mengalami gangguan eliminasi uri ataupun alvi.
Dan hal yang harus diperhatikan adalah seorang perawat ketika melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien yang berkebutuhan eliminasi hrus mampu
untuk menjaga privasi pasien tersebut.
32
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.Aziz Alimul. & Musrifatul Uliyah. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya: Health Books Publishing.
Supartini, Yupi. 2009. Paduan Praktek Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Salemba Medika.
33