Anda di halaman 1dari 3

Adopsi Anak, Mengapa Tidak?

(1) Mei 6, 2010


Posted by idayantie in pernikahan.
Tags: adopsi anak, cara mengadopsi anak, trik mengadopsi anak
1 comment so far
Jika buah hati yang dinanti tak jua datang, adopsi mungkin dapat menjadi jalan keluar yang
terbaik.
Coba, deh, kalian angkat anak. Siapa tahu nanti bisa cepat punya anak sendiri. Pernah, kan,
mendengar anjuran macam itu? Suami-istri yang sudah lama menikah tapi belum juga
dikaruniai keturunan, lantas mengangkat anak sebagai pancingan.
Umumnya suami-istri mengangkat anak lantaran belum juga dikarunia seorang anak pun
setelah sekian lama menikah. Di sisi lain, ada pula suami-istri yang meski sudah punya anak,
tapi masih mengadopsi anak. Misalnya, dengan alasan menjaga kelangsungan nama keluarga
karena kebetulan anak kandungnya semua berjenis kelamin perempuan. Atau karena alasan
menolong keluarga/saudara yang tak mampu.

adopsi anak
ADOPSI
Biasanya yang diangkat ialah anak saudara atau dari keluarga lain yang memang sudah
dikenal dekat. Pengangkatannya pun tanpa prosedur macam-macam. Tapi dengan makin
terbukanya masyarakat, anak yang diadopsi pun perlahan-lahan meluas. Misalnya, anak/bayi
di yayasan atau panti asuhan.
Seiring dengan itu, kesadaran akan hukum pun makin meninggi, sehingga banyak yang
tergerak untuk mensahkan pengangkatan anak lewat pengadilan, yang dikenal dengan istilah
adopsi.
Menurut Kanthi Lestari, SH dari Lembaga Konsultasi & Bantuan Hukum Indonesia untuk
Wanita & Keluarga (LKBHIuWK), tak masalah harus mengadopsi anak dari mana. Entah dari
anggota keluarga sendiri atau keluarga lain yang sudah dikenal dan merelakan anaknya untuk
diadopsi, maupun dari yayasan atau panti asuhan anak yatim-piatu.
Memang, diakui Khanti, kebanyakan orang tua lebih suka mengadopsi anak dari keluarga
yang sudah dikenal. Bila dari yayasan, orang tua kerap khawatir karena tak tahu asal-usul si
anak. Padahal, terangnya, pihak yayasan/panti asuhan pasti membeberkan latar belakang si

anak dengan jelas kepada calon orang tua angkatnya. Bahkan, Latar belakang penyakit
keluarga si anak juga dijelaskan. Jadi, tak ada lagi penyesalan atau keraguan dari pihak orang
tua yang akan mengadopsi.
Pihak yayasan/panti asuhan juga mengizinkan calon orang tua angkat membawa si anak lebih
dulu selama 6 bulan sebelum ada keputusan pengadilan (program foster care). Tujuannya,
agar si anak angkat dan calon orang tuanya bisa beradaptasi selama menunggu proses
pengadilan. Sangat jarang terjadi setelah 6 bulan si orang tua angkat mengembalikan anak
itu pada yayasan. Sebab pada umumnya, orang tua mengangkat anak lantaran jatuh sayang
pada anak tersebut.
Soal usia anak yang akan diadopsi, menurut Khanti, tak ada batasannya. Tapi peraturan itu
hanya berlaku untuk orang Indonesia. Lain halnya dengan orang asing atau WNA yang
hendak mengadopsi anak Indonesia, Si anak harus berusia di bawah 5 tahun.
ALASAN
Nah, jika kebetulan Anda tergerak untuk mengadopsi anak dari yayasan/panti asuhan, Lebih
bijaksana jika bersikap hati-hati, ujar Khanti mengingatkan. Sarannya, pilih yayasan/panti
asuhan yang sah di Departemen Sosial. Jangan mengambil di tempat yang tak jelas
statusnya. Masalahnya, bisa saja, kan, pihak itu memperoleh anak dengan cara tidak sah.
Tapi sebelum sampai pada keputusan mengadopsi anak, pahami benar, apa alasannya.
Terutama jika Anda ingin pengangkatan itu disahkan lewat pengadilan. Sebab, pengadilan
hanya mengabulkan permohonan pengesahan anak angkat jika semata-mata demi
kepentingan si anak. Misalnya, demi kesejahteraan si anak terlantar/yatim piatu. Jadi bila
alasannya cuma sebagai pemancing, misalnya, jangan harap pengadilan mau mensahkan.
Apalagi jika alasannya cuma agar di hari tua nanti ada yang mengurusi.
Alasan tersebut menjadi penting, karena setelah si anak diadopsi secara sah lewat pengadilan,
ia memiliki hak dan kedudukan yang sama seperti anak kandung. Baik dalam hal perawatan
dan pendidikan, maupun masalah waris. Jika si anak beragama Islam, ia pun tetap menjadi
ahli waris dari orang tua kandungnya. Sebab secara hukum, hubungan si anak dengan orang
tua kandungnya tak terputus, terang Khanti.
Jadi, dari orang tua angkat, si anak berhak mendapatkan sepertiga harta kekayaan orang tua
angkatnya yang disebut wasiat wajiba. Lalu bila ia menikah kelak, yang berhak menjadi wali
adalah orang tua kandungnya atau hakim jika si orang tua kandung sudah meninggal.
Bagaimana jika orang tua angkatnya bercerai? Orang tua angkat tetap mempunyai
kewajiban mengurus dan membiayai si anak hingga bisa mandiri, yakni usia 21 tahun,
terang Khanti. Di pengadilan pun akan ditentukan siapa yang berhak merawatnya. Biasanya
anak usia di bawah 13 tahun, hak perwaliannya ada di tangan si ibu. Sedangkan si bapak tetap
berkewajiban membiayai kehidupannya.
Hal lain, setelah si anak diadopsi secara sah lewat pengadilan, ia secara otomatis mengikuti
kewarganegaraan orang tua angkatnya. Jika si anak WNA dan diangkat oleh WNI, otomatis ia
menjadi WNI. Begitu pula sebaliknya. Hal ini tertuang dalam pasal 2 UU Kewarganegaraan.
(bersambung)

Anda mungkin juga menyukai