Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Studi pemanfaatan batubara di pabrik pupuk dilakukan untuk mendapatkan


konfigurasi proses yang tepat. Pemanfaatan batubara di pabrik pupuk dilakukan
melalui proses gasifikasi menghasilkan gas produser. Gas produser ini selanjutnya
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar maupun sebagai gas sintesis. Studi
pemanfaatan batubara sebagai bahan baku amonia merupakan sebuah bahasan yang
cukup menarik mengingat harga batubara yang lebih murah dibandingkan dengan
gas alam, namun di lain pihak pemanfaatan gas produser hasil gasifikasi sebagai
sumber gas H2 membutuhkan pengolahan yang cukup rumit.
Pada tesis ini akan dilakukan pula studi mengenai pembandingan
pemanfaatan batubara melalui proses gasifikasi dengan pembakaran langsung, selain
itu juga akan dilakukan pembahasan mengenai pemanfaatan gas produser sebagai
bahan bakar unit-unit utilitas di pabrik pupuk.

III. 1 Pemanfaatan Batubara di Pabrik Pupuk


Pemanfaatan batubara dapat dilakukan melalui berbagai proses kimia
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pembakaran langsung, pemanfaatan melalui proses ini adalah mengubah energi
ikatan kimia menjadi energi panas melalui pembakaran, energi panas ini
digunakan untuk membangkitkan uap air yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai fluida penggerak turbin, utilitas panas ataupun bahan baku proses kimia.
2. Gasifikasi, melalui gasifikasi batubara diubah menjadi gas-gas CH4, CO, CO2
dan H2. Gas-gas ini dapat digunakan sebagai bahan baku bahan kimia lain seperti
metanol, amonia, maupun gas H2. Selain itu, gas-gas tersebut juga memiliki nilai
bakar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar baik untuk
pembangkitan steam maupun untuk turbin gas.
Tahapan pengerjaan penelitian ini secara umum adalah sebagai berikut :
1. Simulasi proses untuk menghitung neraca massa dan energi, neraca massa
steam dan konsumsi bahan bakar.
2. Studi kelayakan ekonomi dari masing-masing konfigurasi model.

Gas produser merupakan produk utama gasifikasi. Komponen yang


terkandung dalam gas produser diantaranya adalah CH4, CO, CO2 dan H2.
Komponen pada gas produser hampir serupa dengan gas sintesis, selain memiliki
nilai bakar hal ini menyebabkan gas produser juga memiliki potensi untuk diolah
menjadi bahan kimia lainnya. Pada studi ini dilakukan pemanfaatan batubara pada
berbagai konfigurasi proses. Masing-masing konfigurasi proses ini yang selanjutnya
kan dibandingkan satu sama lain untuk mendapatkan konfigurasi yang paling sesuai
untuk saat ini.

III. 2 Model Konfigurasi


Dari berbagai kemungkinan variasi konfigurasi pemanfaatan batubara di
pabrik pupuk dilakukan penyusunan 3 model konfigurasi pemanfaatan batubara.
Secara umum penjelasan mengenai model yang akan di simulasi dapat dilihat pada
Gambar III.1.
SKEMA SIMULASI PEMANFAATAN BATUBARA DI PABRIK PUPUK

Simulasi proses pembuatan gas sintesis


berbahan baku gas alam (konvensional)

Simulasi utilitas :
-Bahan bakar gas alam :
- Primary Reformer
- GTG
- WHB GTG
- Package Boiler
aliran proses syngas
- WHB steam system
Model Konvensional

Simulasi proses pembuatan gas


sintesis berbahan baku gas produser

Simulasi utilitas :
bahan bakar gas alam
- Primary Reformer
- WHB steam system aliran proses syngas
- Boiler batubara :
- Turbin uap pengganti GTG
- Steam utility pengganti WHB dan Package boiler

Model I

Simulasi utilitas :
bahan bakar gas alam
-Primary Reformer
aliran proses syngas
- WHB steam system
-Bahan bakar gas produser
- GTG
- WHB GTG
- Package Boiler
aliran proses gas produser
- WHB Gasifikasi
Model II

Simulasi utilitas :
- Bahan bakar gas produser :
- WHB steam system
- GTG
- WHB GTG
- Package Boiler
aliran proses gas produser
- WHB Gasifikasi

Model III

Gambar III. 1. Deskripsi umum model konfigurasi pemanfaatan batubara di pabrik


pupuk
Penjelasan untuk masing-masing model konfigurasi adalah sebagai berikut:
1. Konfigurasi konvensional, model ini merupakan model alur proses yang terjadi
di pabrik pupuk saat ini (existing). Model ini merupakan model dasar bagi
model-model selanjutnya. Kondisi proses yang digunakan pada mode ini akan
digunakan pada model-model selanjutnya. Selain itu model ini juga akan
digunakan untuk memvalidasi model simulasi yang dibuat dengan data
sebenarnya (PT PUSRI). Pada model ini gas alam digunakan di pabrik pupuk
baik sebagai bahan baku maupun bahan bakar untuk pemenuhan kebutuhan
utilitas. Skema model ini dapat dilihat pada Gambar III.2, sedangkan skema

30

model pemanfaatan gas alam sebagai utilitas bahan bakar dapat dilihat pada
Gambar III. 3.
CONVENTIONAL
H2O

Gas Alam

Udara + H2O

Primary
Reformer

Proses

Secondary
Reformer

Shift
Converter

CO2
Removal

Metanasi

To Ammonia
Converter

Primary Reformer ~ Q
Gas Turbine ~ Listrik

Utilitas

CO2

Boiler ~ Steam ~ W

Udara

WHB ~ Steam ~ W

Gambar III. 2. Skema proses konvensional (existing)

SKEMA PEMENUHAN UTILITAS STEAM DAN LISTRIK


Model Konvensional
WHB Tungku
Primary Reformer
WHB aliran 2nd
reformer

HPS, 100 bar, 460 0C

Steam system :
- kompresor syngas
- Steam proses 1st dan 2nd reformer
- utilitas

WHB aliran HTSC

GTG

Gas Alam

Listrik beban neto 15 MW


MPS, 625 psig, 401 0C

WHB GTG

Utilitas pabrik urea dll


MPS, 625 psig, 399 0C
Utilitas pabrik urea dll

Package Boiler

Gambar III. 3. Skema sistem utilitas listrik dan steam

2. Konfigurasi Model I, pada konfigurasi ini gas alam dimanfaatkan sebagai bahan
baku dan bahan bakar di primary reformer, sedangkan batubara dimanfaatkan
sebagai bahan baker pemenuhan utilitas melalui proses pembakaran dengan
udara. Skema Model I dapat dilihat pada Gambar III. 4.
Skema pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar via pembakaran
langsung dapat dilihat pada Gambar III. 5. Dengan digunakannya batubara
sebagai bahan bakar via pembakaran langsung otomatis unit-unit turbin gas,
WHB dan package boiler tidak digunakan lagi melainkan diganti dengan boiler
batubara dan turbin uap sebagai penghasil listrik dan steam. Terdapat dua
konfigurasi pemanfaatan batubara sebagai utilitas bahan bakar. Pertama, steam

31

dibangkitkan pada tekanan tinggi kemudian diekspansi hingga tekanannya


mencapai tekanan steam utilitas, kedua steam dibangkitkan pada tekanan steam
utilitas kemudian dibagi sebagaian untuk membangkitkan listrik dan sebagian
untuk utilitas.
Model I : Gas alam untuk proses dan bahan bakar Primary Reformer dan Batubara untuk bahan bakar utilitas
H2O

Proses

Gas Alam

Utilitas

Udara + H2O

Primary
Reformer

Secondary
Reformer

Shift
Converter

CO2
Removal

Metanasi

To Ammonia
Converter

Primary Reformer ~ Q

Udara
CO2

Batubara
+
Udara

Utilitas

Boiler ~ Steam ~ Listrik dan W


WHB ~ Steam ~ W

Gambar III. 4. Skema proses konfigurasi Model I

Gambar III. 5. Skema pemanfaatan batubara sebagai utilitas bahan bakar via
pembakaran langsung
3. Konfigurasi Model II, pada konfigurasi ini gas alam masih digunakan sebagai
bahan baku dan bahan bakar primary reformer namun batubara digunakan
sebagai bahan bakar setelah sebelumnya dikonversi menjadi gas produser
melalui proses gasifikasi. Skema Model II dapat dilihat pada Gambar III. 6,
sedangkan skema pemanfaatan gas produser sebagai utilitas bahan bakar pada
Gambar III. 7. Pemanfaatan gas produser sebagai bahan bakar gas pengganti gas
alam tidak memerlukan instalasi unit baru selain gasifier namun memerlukan

32

beberapa modifikasi perpipaan, kompresor dan ruang bakar. Selain itu


pembangkitan steam juga dibantu dengan adanya WHB dari unit gasifikasi yang
memanfaatan aliran keluaran gas produser.
Model II : Gas alam untuk proses dan bahan bakar Primary Reformer dan Batubara untuk bahan bakar utilitas via gasifikasi
H 2O

Proses

Gas Alam

Utilitas

Udara + H2O

Primary
Reformer

Secondary
Reformer

O2

Utilitas

CO2
Removal

Metanasi

To
Ammonia
Converter

Primary Reformer ~ Q

Udara

Batubara

Shift
Converter

Gasifikasi

Gas
produser

Gas Turbine ~ Listrik

CO2

Boiler ~ Steam ~ W
WHB ~ Steam ~ W

H2O

Gambar III. 6. Skema proses konfigurasi Model II

Gambar III. 7. Skema pemanfaatan gas produser sebagai utilitas bahan bakar

4. Konfigurasi Model III, konfigurasi ini merupakan konfigurasi pemanfaatan


batubara di pabrik pupuk yang paling lengkap. Pada konfigurasi ini gas produser
hasil gasifikasi batubara digunakan sebagai bahan bakar utilitas maupun bahan
baku sintesis ammonia. Sebagai sumber gas H2 gas produser yang masih banyak
mengandung S, CO dan CO2 harus melalui unit Sulfur Removal, Shift Converter,
CO2 Removal berturut-turut untuk meningkatkan kualitas gas sintesis. Unit-unit
ini merupakan unit yang pasti terdapat pada sebuah pabrik pupuk, namun

33

tingginya konsentrasi gas CO dan CO2 di gas produser mengharuskan dibangun


lagi unit-unit baru untuk mengolah gas produser menjadi gas sintesis. Pada
konfigurasi ini tidak diperlukan reformer lagi. Unit penghilangan sulfur (Sulphur
Removal) masih diperlukan pada upgrading gas produser karena walaupun
batubara Indonesia pada umumnya memiliki kandungan sulfur yang kecil namun
proses-proses

upgrading

selanjutnya

dan

ammonia

synthesis

memiliki

persyaratan kandungan sulfur yang cukup ketat sebesar maksimal 1 ppm. Skema
konfigurasi Model III dapat dilihat pada Gambar III. 8 dan III. 9. Pada
konfigurasi ini diperlukan boiler tambahan untuk membangkitkan steam pada
steam system karena tidak ada lagi unit reformer.
Model III : Batubara digunakan sebagai bahan bakar utilitas dan bahan baku ammonia via gasifikasi
H2O

Proses

Gas Alam

Utilitas

Primary
Reformer

Secondary
Reformer

Shift
Converter

CO2
Removal

Gas
Gasifikasi produser

CO2

New Shift
Converter

New CO2
Removal

Gas Turbine ~ Listrik


Boiler ~ Steam ~ W

H2O
Udara

To Ammonia
Converter

Primary Reformer
H2O

Batubara

Metanasi

O2

ASU

N2

WHB ~ Steam ~ W
To Ammonia
Converter

Gambar III. 8. Skema konfigurasi Model III

Untuk setiap konfigurasi proses diatas akan dilakukan penghitungan neraca


massa dan energi melalui simulasi termodinamika menggunakan program aplikasi
Aspen Plus. Nilai-nilai ini selanjutnya digunakan untuk menghitung beberapa
parameter-parameter proses sebagai berikut :
1. Perhitungan konsumsi produk dan energi per satuan bahan baku
2. Neraca massa steam

III. 3. Simulasi Proses


Simulasi proses dilakukan dengan menggunakan program aplikasi Aspen
Plus. Tahapan pengerjaan simulasi dimulai dengan melakukan simulasi proses
pembuatan gas sntesis konvensional (existing). Hasil simulasi ini kemudian
dicocokan dengan data literatur untuk memvalidasi model. Hal ini dilakukan untuk

34

menguji kehandalan model simulasi. Persamaan keadaan yang digunakan dalam


simulasi terbagi menjadi dua; yang pertama persamaan PR-BM (Peng Robinson dan
Boston Mathias) untuk proses gasifikasi dan gas sintesis dan yang kedua ElecNRTL
untuk absorbsi CO2. Penggunaan persamaan keadaan ini sesuai dengan rekomendasi
dari Aspen pada simulasi proses yang melibatkan gas sintesis maupun absorbsi CO2.

Gambar III. 9. Skema sistem utilitas pembangkitan listrik dan steam Model III

Secara umum simulasi model dilakukan dengan bagian-bagian sebagai berikut :


1. Simulasi pembuatan gas sintesis konvensional, simulasi ini meliputi unit-unit
reformer, shift converter, CO2 Removal dan Methanator. Kondisi tekanan dan
temperatur yang digunakan pada simulasi ini ditetapkan dan sama dengan
nilainya pada keadaan sebenarnya sedangkan approach temperature merupakan
parameter yang di ubah-ubah sedemikian sehingga neraca massa hasil simulasi
mendekati neraca massa data di PT PUSRI. Parameter-parameter kondisi proses
ini yang akan digunakan untuk simulasi model III. Besarnya beban panas untuk
setiap unit merupakan besaran yang terhitung pada simulasi. Spesifikasi gas alam
yang digunakan pada simulasi ini adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel
III. 1. Spesifikasi ini merupakan spesifikasi aliran gas alam pada PT PUSRI.

35

Tabel III. 1. Spesifikasi aliran gas alam


o

Temperatur, C
Heat loss, % thd bb
Rasio O2/bb (kg/kg)
Rasio steam/bb (kg/kg)
Tekanan , atm
Komposisi

CO
H2
CH4
C2H6
C3H8
i-C4H10
i-C5H12
C6H14
CO2
N2
H2S
H2O

GHV, kJ/Nm3
LHV, kJ/Nm3

Gas Alam
25
30
82,54%
6,46%
3,94%
0,63%
0,20%
0,07%
5,10%
8,44 ppm
40505

2. Simulasi pembakaran batubara, pada simulasi ini mulai dilibatkan batubara


sebagai komponen non konvensional, dalam hal ini diperlukan masukan berupa
analisis ultimat dan proksimat batubara. Besaran-besaran ini diperlukan Aspen
untuk melakukan perhitungan neraca massa dan energi proses-proses yang
melibatkan batubara. Pembakaran batubara dilakukan pada tekanan atmosferik
sedangkan temperatur pembakaran didapat dari hasil perhitungan. Besarnya
panas hilang yang digunakan pada simulasi ini adalah sebesar 10% dari panas
pembakaran batubara. Banyaknya udara yang ditambahakan diatur sedemikian
rupa sehingga konsentrasi O2 pada gas buang sebesar 2%. Gas buang yang masih
mengandung abu dan tar kemudian memasuki unit siklon untuk dipisahkan
abunya. Batubara yang akan digunakan pada simulasi ini adalah batubara
Tanjung Enim yang memiliki spesifikasi yang terlihat pada Tabel III. 2. Batubara
ini termasuk batubara jenis subbituminous yang memiliki kandungan energi yang
rendah namun memiliki kadar volatile matter yang cukup tinggi. Batubara jenis
seperti ini lebih baik jika dimanfaatkan menjadi gas produser melalui proses
gasifikasi.
3. Simulasi gasifikasi batubara, pada dasarnya simulasi ini hampir sama dengan
simulasi pembakaran batubara hanya saja terdapat perbedaan dari jumlah oksigen

36

yang digunakan. Perhitungan neraca massa unit ini dilakukan secara kualitatif
saja berdasarkan data literatur. Hal yang sama dilakukan untuk mengevaluasi
banyaknya tar dan abu yang dihasilkan dari pemrosesan batubara. Gasifikasi
batubara dilakukan pada tekanan 30 bar, perbandingan oksigen terhadap
batubara (O/C) sebesar 0.4 dan perbandingan steam terhadap batubara (S/C)
sebesar 0.1. Gasifikasi batubara dilakukan dengan media penggasifikasi oksigen
murni baik yang berasal dari unit ASU (Model III) ataupun dibeli dari luar pabrik
(Model II).
Tabel III. 2. Spesifikasi batubara Tanjung Enim
Batubara

Tanjung Enim
Ultimat, %berat (db)

Air Laya

Abu

5,29

2,78

63,6

58,06

3,8

6,89

0,55

0,36

0,7

0,93

26,1
Proksimat, %berat (db)
Moisture (wb)
18,7
Abu
5,29
VM
51,78
FC
42,93
HHV, kcal/kg
4860

30,98
21,37
2,78
44,5
52,72
5666

4. Simulasi pembersihan dan upgrading gas produser, simulasi ini meliputi simulasi
pembersihan gas produser dari abu, sulfur, kemudian shift converter dan CO2
Removal. Unit pembersihan abu dan sulfur tidak ikut disimulasikan namun hanya
diwakili oleh unit pemisah saja. Efisiensi pemisahan pada unit ini dianggap
100%.
5. Simulasi pemisahan udara melalui proses kriogenik, oksigen yang dihasilkan dari
unit ini digunakan untuk gasifikasi sedangkan nitrogen yang dihasilkan
digunakan sebagai bahan baku ammonia. Simulasi yang dilakukan pada proses
ini merupakan simulasi sederhana dari proses pemisahan udara, yang terdiri dari
kompresi udara, pendinginan dan distilasi.

37

Hasil simulasi masing-masing konfigurasi proses digunakan untuk menghitung


beberapa parameter yang akan digunakan sebagai parameter pembanding kinerja
setiap konfigurasi.
Unit-unit model Aspen Plus yang digunakan dalam simulasi ini diantaranya:
1. Reaktor: RStoic dan RGibbs. Model-model reaktor ini digunakan sebagai model
reaktor pengeringan batubara, gasifikasi, reformer dan shift converter.
2. Pemisahan: Flash2, Separator, DSTWU dan RadFrac. Model unit pemisah ini
digunakan sebagai model unit pemisahan uap-cair, gas-padat, distilasi dan
absorber.
3. Penukar panas: Heater dan HeatX. Proses penukaran panas antar aliran
disimulasikan dengan menggunakan model penukar panas HeatX sedangkan
penukaran panas dengan utilitas dimodelkan dengan menggunakan penukar
panas Heater.
4. Pengubah tekanan: Pump and Comp. Efisiensi unit ini menggunakan nilai
efisiensi yang telah ditetapkan oleh Aspen.
5. Pembagi dan penggabung aliran: FSplit dan Mixer. Mixer dioperasikan untuk
mencampurkan aliran-aliran dengan tekanan yang sama.
6. Fasilitas pendukung: beberapa fitur dalam Aspen yang sanagt berguna dalam
melakukan simulasi proses dinataranya sebagai berikut.
a. Design Spec, untuk melakukan spesifikasi variabel aliran dengan
memanipulasi satu variabel masukan
b. Sensitivity, untuk melihat pengaruh suatu variabel masukan terhadap besaran
lainnya.
c. Optimization, untuk melakukan optimisasi suatu parameter dengan
memaksimalkan atau meminimasi fungsi objektif tertentu. Pada fitur ini
dapat dilakukan manipulasi terhadap berbagai variabel.
d. Calculator,

digunakan

untuk

melakukan

perhitungan-perhitungan

berdasarkan persamaan tertentu dalam menspesifikasi variabel masukan,


maupun perhitungan lainnya.
e. Transfer, digunakan untuk mentransfer data suatu aliran ke aliran lainnya.

38

III. 4. Studi Kelayakan Ekonomi


Studi kelayakan ekonomi dilakukan dengan menghitung variabel-variabel
analisis ekonomi. Besaran-besaran yang dihitung diantaranya:
1. Investasi, perhitungan investasi meliputi perhitungan pembuatan unit baru seperti
boiler batubara, gasifier dan lain-lain termasuk biaya modifikasi peralatan lama.
Perhitungan investasi dilakukan terhadap peralatan utama, sedangkan harga
peralatan pendukung lainnya dihitung sebagai fraksi dari harga peralatan utama.
2. Modal kerja, dihitung berdasarkan fraksi dari investasi, atau dapat juga dihitung
berdasarkan biaya operasi selama tiga bulan pertama setelah pabrik dijalankan.
3. Biaya produksi, dihitung dengan mempertimbangkan biaya sebagai berikut:
a. Bahan baku: batubara, steam untuk gasifikasi dan O2
b. utilitas: udara tekan, steam, air pendingin dan listrik
c. upah buruh bulanan
d. plant overhead: biaya untuk keselamatan kerja, perawatan mesin,
transportasi dan lain-lain
e. marketing expenses
f. administration and office expenses
g. gaji pegawai:
h. asuransi
i. depresiasi peralatan
j. research and development
4. Pajak dan suku bunga
Penjualan, penjualan dihitung berdasarkan banyaknya produk yang dihasilkan
terhadap harga jual produk. Pada evaluasi ekonomi masing-masing model
produk merupakan komponen-komponen yang bernilai jual yang dihasilkan dari
lingkup simulasi.
Penghitungan harga peralatan utama dihitung berdasarkan kapasitas dari
peralatan yang didapat dari perhitungan neraca massa dan energi hasil simulasi.
Studi kelayakan ekonomi dilakukan dengan menghitung pay back period, ROI, IRR
dan NPV.

39

Anda mungkin juga menyukai