Proposal
Proposal
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembentukan karakter merupakan aspek belajar yang selama ini kurang
diperhatikan di Indonesia. Pembelajaran yang selama ini diterapkan di sekolah
kurang memperhatikan pembentukan karakter pada diri peserta didik, dan lebih
dominan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan semata. Mendidik
seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman
marabahaya kepada masyarakat. Tidak dimungkiri, sekolah sebagai lembaga
pendidikan cenderung mendidik peserta didik cerdas secara kognitif dan
mengabaikan aspek moral. Akibatnya, dekadensi moral telah melanda bangsa ini
(Wiyani, 2012).
Berbagai kejadian krisis karakter pada siswa dapat dengan mudah kita
jumpai, salah satu contohnya adalah tingginya angka kekerasan pada siswa di
sekolah. Data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
mengungkap bahwa sepanjang tahun 2011 sampai 2014 ada 369 pengaduan kasus
bullying di sekolah dan 179 kasus tawuran pelajar (Setyawan, 2014). Dalam rilis
yang berbeda,
Hal lain bukti dari terjadinya krisis karakter pada siswa diantaranya krisis
ketidakjujuran dan ketidakdisiplinan. Fakta-fakta mengenai krisis karakter
tersebut diungkapkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kautsar
(2009) pada SMA di Kota Semarang menunjukkan sebanyak 77% siswa
mencontek dan hasil penelitian Istiqomah (2013) pada SMA di Kota Magetan
menunjukkan 43 siswa membolos pada bulan Agustus, 38 siswa membolos pada
bulan September, dan 15 siswa membolos pada bulan Oktober. Data-data yang
diungkap di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara kenyataan di lapangan
dengan amanat pendidikan nasional dan menegaskan bahwa karakter siswa
Indonesia berada pada taraf kritis.
Sangat memprihatinkan ketika melihat penyimpangan pelajar, seperti
kasus
bullying,
tawuran,
penyalahgunaan
narkoba,
dan
penyimpangan-
penyimpangan yang lain yang seharusnya tidak terjadi karena dunia pendidikan
yang notabene lembaga tempat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang
seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat luas. Pembelajaran di sekolah
idealnya tidak hanya mengembangkan aspek kognitif, tetapi juga harus
menekankan proses pengembangan afektif peserta didik. Pembentukan karakter
bukan hanya tugas guru agama dan pendidikan kewarganegaraan, tetapi semua
bidang studi memiliki tanggungjawab yang sama. Demikian halnya dengan
bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) . Dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 disebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, maka pembelajaran
di sekolah perlu dirancang secara utuh, tidak hanya aspek kognitif dan psikomotor
tetapi juga sikap spiritual dan sikap sosial. Saat ini bangsa Indonesia sedang
menghadapi banyak tantangan dalam
inkuiri,
jam pelajaran terdapat 5 orang siswa merokok di belakang gedung sekolah dan
semuanya adalah siswa jurusan IPS. Melihat permasalahan tersebut, maka perlu
dikaji lebih lanjut bagaimana sebenarnya nilai-nilai karakter siswa jurusan IPS
Sekolah Menengah Atas. Karena mengingat begitu pentingnya pembentukan
karakter sejak dini melalui pembelajaran di sekolah, dan peran strategis bidang
studi IPS dalam pembentukan nilai-nilai karakter, maka dilakukan sebuah
penelitian dengan judul Studi Realitas tentang Nilai-nilai Karakter Siswa
Jurusan IPS di SMA Negeri 1 Kayu Agung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana nilai-nilai karakter siswa jurusan IPS di SMA
Negeri 1 Kayu Agung?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai nilai-nilai karakter siswa
jurusan IPS di SMA Negeri 1 Kayu Agung.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bersifat
teoritis dan praktis sebagai berikut:
1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
memperkaya khasanah pengetahuan tentang nilai-nilai karakter siswa.
2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
a. Pihak Sekolah: untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam upaya
meningkatkan nilai-nilai karakter siswa.
b. Guru: untuk membuat desain pelaksanaan proses pembelajaran yang
menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa.
c. Peneliti lain: sebagai bahan acuan penelitian lanjutan mengenai nilai-nilai
karakter siswa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pikiran sadar dan bawah sadar terus berinteraksi. Pikiran bawah sadar akan
menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui sistem kepercayaan
yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran sadar terhadap objek luar yang
diamatinya. Karena pikiran bawah sadar akan terus mengikuti kesan dari pikiran
sadar, maka pikiran sadar diibaratkan seperti nahkoda sedangkan pikiran bawah
sadar diibaratkan seperti awak kapal yang siap menjalankan perintah, terlepas
perintah itu benar atau salah. Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga
untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan
karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pembentukan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui
pembentukan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena
manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu,
maka pembentukan karakter individu seseorang hanya dapat
dilakukan
dalam
lingkungan
sosial
dan
budaya
yang
mampu meningkatkan rasa percaya diri, yang akhirnya akan membentuk karakter
yang baik dalam diri siswa.
2.3. Nilai-nilai Karakter untuk Siswa
Nilai-nilai karakter merupakan kandungan sikap, perilaku, dan tindakan
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai karakter dapat dikembangkan melalui
pendidikan. Kemendiknas (2010:8) menyebutkan nilai-nilai tersebut diidentifikasi
dari sumber-sumber berikut ini:
1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun
didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan
itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan
pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan
budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai
warga negara.
3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
10
8) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9) Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10) Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri maupun kepentingan
kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12) Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/ Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14) Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15) Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli Sosial
11
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan nilai-nilai yang telah dikemukakan di atas, maka diharapkan
pendidikan dapat mengembangkan nilai-nilai tersebut pada diri siswa sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilainilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan
warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.
12
yang
berdiri
sendiri)
tanpa
membuat
perbandingan,
atau
13
3.4.1. Populasi
Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individuindividu yang karakteristiknya ingin kita ketahui (Anggoro, 2011:4.2). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan IPS di SMA Negeri 1 Kayu
Agung, yang berjumlah 262 siswa, yang dapat dikelompokkan berdasarkan
jenjang kelas, yaitu kelas X berjumlah 101 siswa, kelas XI berjumlah 86 siswa,
dan kelas XII berjumlah 75 siswa.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2014:118). Jenis pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah probability sampling. Sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini sasarannya adalah siswa jurusan IPS kelas X, kelas XI, dan kelas
XII dimana ukuran sampelnya yaitu 149 siswa dari keseluruhan siswa jurusan IPS
yang ada di SMA Negeri 1 Kayu Agung tahun pelajaran 2014/2015.
Agar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi,
jumlah sampel dapat ditentukan dengan menggunakan teknik proportionate
stratified random sampling, sebagai berikut:
Kelas X
101
262
x 149 = 57,44 = 57
Kelas XI
86
262
x 149 = 48,91 = 49
Kelas XII
75
262
x 149 = 42,65 = 43
14
3.5.1. Kuesioner
Sugiyono
(2014:199)
menyatakan
kuesioner
merupakan
teknik
3.5.2. Wawancara
15
16
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian untuk membuktikan valid atau tidaknya item-item kuesioner
dapat dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi Pearson Product
Moment. Besaran nilai koefisien korelasi Peardon product Moment dapat
diperoleh dengan rumus seperti di bawah ini:
N XY ( X )( Y )
rx y
N X 2 ( X 2 ) N Y 2 ( Y 2 )
(Noor, 2014:169)
Dimana :
rx y
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = skor total yang diperoleh dari seluruh item
X
Y
N = Banyaknya responden
3.5.5. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemantapan suatu alat ukur untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan
secara berulang kali (Anggoro, 2011:5.31). Instrumen yang reliabel berarti
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama.
Teknik uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Spearman-Brown atau teknik belah dua. Untuk mencari besaran angka reliabilitas
17
rxy
r1/ 21/ 2
=
18
1 <X<
2 <X<
2,7 < X <
3,3 < X <
4 <X<
Rentang
2
2,7
3,3
4
5
Interpretasi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Muhammad Toha. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Terbuka.
19
20
Qodar, Nafiysul. 2015. Survei ICRW: 84% Anak Indonesia Alami Kekerasan di
Sekolah.
http://news.liputan6.com/read/2191106/survei-icrw-84-anak-