PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kejahatan seksual merupakan semua tindakan seksual, percobaan tindakan
Klasifikasi
Kejahatan seksual diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :
1. Perkosaan
Menurut KUHP pasal 285,
Perkosaan adalah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan. Termasuk dalam
kategori kekerasan disini adalah dengan sengaja membuat orang
pingsan atau tidak berdaya (pasal 89 KUHP). 1,4
Hukuman paling lama untuk kasus perkosaan ini adalah 12 tahun
kurungan penjara.
2. Persetubuhan di luar perkawinan
Persetubuhan diluar perkawinan antara pria dan wanita yang
berusia diatas 15 tahun tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan
tersebut dilakukan terhadap wanita yang dalam keadaan pingsan atau
tidak berdaya.
Untuk perbuatan yang terakhir ini, pelaku dapat dihukum paling
lama 9 tahun penjara (pasal 286 KUHP) jika persetubuhan dilakukan
terhadap wanita yang diketahui atau sepatutnya dapat diduga berusia
pemberian,
pengawasan,
pemeliharaan,
Undang-Undang, dapat dinilai pada pasal-pasal yang tertera pada Bab XIV
KUHP, yaitu Bab tentang kejahatan terhadap kesusilaan; yang meliputi baik
persetubuhan di dalam perkawinan maupun persetubuhan di luar perkawinan. 1,4
KUHP pasal 284
(1) Dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan :
1a. seorang pria yang telah kawin, yang melakukan gendak, padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya.
1b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya
2a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;
2b. seorang wanita yang belum kawin yang turut serta melakukan
perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah
kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukannya penuntutan melainkan atas pengaduan sua,i/istri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang
waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan untuk bercerai atau pisah-meja
dan ranjang karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemerikaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-istri itu berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan
selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum
putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. 3
BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu
orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang laki
sebagai suaminya. 3
KUHP Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
perempuan bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, karena perkosaan
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun.
KUHP Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang perempuan di luar perkawinan,
padahal diketahuinya bahwa perempuan itu dalam keadaan pingsan atau tidak
berdaya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun.
pasal 89 :
Membuat seseorang menjadi pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan
melakukan kekerasan.3
KUHP Pasal 287
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang perempuan di luar perkawinan,
padahal diketahuinya atau patut diduganya, bahwa unur orang perempuan
itu belum cukup lima belas tahun atau jika umurnya tidak jelas, bahwa
orang itu belum pantas untuk dikawin, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur orang
perempuan itu belum cukup dua belas tahun atau jika ada salah satu
berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.
KUHP Pasal 288
bawahannya yang belum dewasa, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya tujuh tahun.
(2) Dipidana dengan pidana yang sama :
1. Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena
jabatannya adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya.
2. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabaul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.
2.4
Umur
Status perkawinan
Haid : siklus dan hari pertama haid terakhir
Penyakit kelamin dan kandungan
Penyakit lain seperti ayan dan lain-lain
o Pemeriksaan fisik
Korban
Pemeriksaan pakaian :
Robekan lama / baru / memanjang / melintang
Kancing putus
Bercak darah, sperma, lumpur dll.
Pakaian dalam rapih atau tidak
Benda-benda yang menempel sebagai trace evidence
Pemeriksaan badan :
Umum :
1.
2.
3.
4.
paha
5.
6.
7.
8.
Bentuk Hymen
Keterangan
10
Hymen
Hymen anular dimana
lubang hymen, berbentuk
cincin. ketika hymen mulai
robek entah oleh karena
hubungan seksual atau
aktivitas lain, maka lubang
tersebut tidak berbentuk
cincin lagi.
yang
lunar.Berbentuk bulan
jarang,dikarakteristik
sabit
yang jarang,
berbentuk seperti
mengelilingi lubang
vagina
Hymen fimbria yang
jarang, dengan
melakukan aktivitas
mengelilingi lubang
vagina
kemasukan benda.
11
perempuan dilahirkan
sehingga
memerlukan operasi
Pemeriksaan Ekstra-Genital
1. Pemeriksaan terhadap pakaian dan benda-benda yang
melekat pada tubuh
2. Deskripsi luka
3. Pemeriksa rongga mulut pada kasus oral sex
4. Scrapping pada kulit yang memiliki noda sperma
12
Pelaku
Pemeriksaan tubuh
Untuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan
persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel
epitel vagina pada glans penis. Pemeriksaan sekret uretra untuk
menentukan adanya penyakit kelamin.
Pemeriksaan pakaian
Pada pemeriksaan pakaian, catat adanya bercak semen,
darah, dan sebagainya. Bercak semen tidak mempunyai arti dalam
pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan. Darah mempunyai
nilai karena kemungkinan berasal dari darah deflorasi. Penentuan
golongan darah penting untuk dilakukan. Trace evidence pada
pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan harus diperiksa.
Jika fasilitas pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium
forensik di kepolisian atau bagian Ilmu Kedokteran Forensik,
dibungkus, segel, serta dibuat berita acara pembungkusan dan
penyegelan.
Menurut Idries, terdapat beberapa hal penting yang harus ditentukan dan
dievaluasi pada korban kejahatan seksual, yaitu3
13
vagina
o Sperma di dalam vagina
Pancaran air mani o Asam fostase, kholin dan sperma di dalam
(ejakulasi)
Penyakit kelamin
vagina
o Kehamilan
o G.O. (kencing nanah)
o Lues (sifilis)
16
17
18
Gambar 1
Tabel 2
Tahap
Rambut Pubis
SMR
1
2
Pre-remaja
Payudara
Pre-remaja
Lebih gelap, mulai keriting, makin Payudara dan areola membesar, tidak
lebat
Kasar, keriting, lebat, tetapi kurang Areola dan papilla membentuk bukit
4
peminim
dewasa, Matur,
putting
menonjol,
bagian
dari
areola
kontur
payudara keseluruhan
19
o Pemeriksaan Laboratorium
o
o
o
o
o
o
2.5
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan cairan mani (semen)
Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan VDRL, GO, HIV
Pemerikaan serologi Hepatitis
Pemeriksaan rambut, air liur, dan pemeriksaan pria tersangka
20
seksual
Pemeriksaan genito-anal secara terperinci.
Mencatat dan mengkalisifikasikan cedera.
Mengumpulkan spesimen medis untuk keperluan diagnostik
Pelabelan, pengemasan, dan pengangkutan spesimen forensik.
Pemberian terapi
Follow up
Penyimpanan dokumentasi
Pembuatan laporan medikolegal
Penilaian Awal
Perhatian utama pada tahap awal dan harus dinilai sesegera mungkin.
Korban sering berada dalam tingkat emosional yang tinggi setelah serangan
akibat meningkatnya hormon stress. Untuk itu, pekerja kesehatan harus
memilih kata-kata yang lembut dan menenangkan dan hati-hati ketika
berhadapan dengan pasien korban kejahatan seksual. Penggunaan bahasa yang
sensitif dapat berkontribusi tekanan tidak hanya untuk pasien selama
pemeriksaan tetapi juga menghambat pemulihan jangka panjang. Sangat
penting bahwa semua korban kekerasan seksual diperlakukan dengan hormat
dan bermartabat seluruh pemeriksaan seluruh terlepas dari mereka status
sosial, ras, agama, budaya, orientasi seksual, gaya hidup, seks atau pekerjaan.8
o Persetujuan Medik
Persetujuan medik merupakan bukti persetujuan sebelum melakukan
pemeriksaan dan untuk mendapatkan informasi
dialami oleh pasien, yang merupakan bagian medikolegal yang penting, dan
pasien menandatangani formulir persetujuan tersebut. Pasien dijelaskan jika
dia memutuskan untuk mengejar tindakan hukum terhadap pelaku, informasi
21
apapun yang diberikan kepada Anda dalam pemeriksaan dapat menjadi bukti.
8
melahirkan ?
Penggunaan alat kontrasepsi
Jumlah anak saat ini
Riwayat operasi panggul
Rincian mengenai
aktivitas seksual
Gejala yang
ditimbulkan setelah
kejadian
22
Tanggal,
waktu,
termasuk
tempat
lokasi, Penetrasi
deskripsi
terjadinya
vagina oleh
Pendarahan genital,
keluarnya
jari,
objek
lainnya
cairan,
kejahatan
terhadap korban.
Nama, identitas dan jumlah Apakah terdapat penetrasi
pelaku.
anal terhadap korban.
nyeri.
Gejala berkemih
Nyeri anal ataupun
pendarahan.
Nyeri pada perut.
kekerasan
Selain
itu,
tanyakan
yang
dilakukan
Penggunaan senjata.
Penggunaan obat-obatan,
Tindakan
dapat
korban.
Adakah terdapat kontak
pelaku
mulut
yang
mengubah
bukti
Mandi
Membersihkan
daerah genito-anal
Mengganti pakaian.
pemaksaan
vagina
korban
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum pasien, sikap dan fungsi mental pasien.
Jika, fungsi mental terganggu, cari penyebab. Apakah akibat
penggunaan zat tertentu seperti alcohol atau gejala dari penyakit yang
23
Periksan pasien mulai dari kepala hingga kaki, termasuk area genito-
anal.
Catat dan deskripsi secara detail adakah terdapat luka pada tubuh.
Gunakan body map untuk menandakan lokasi dan ukuran dari luka
pendamping yang
Tahap II
25
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
Tahap VII
tangan.
Leher : jika terdapat memar dapat menunjukkan serangan ganas.
Jejak memar dapat dilihat dari kalung dan perhiasan pada telinga
dan leher.
Memar bekas gigitan harus di catat dan lakukan swab air liur
Tahap
VIII
daerah perut harus dilakukan kecuali ada cedera internal atau untuk
Tahap IX
mendeteksi kehamilan.
Kaki : di mulai dari bagian depan kaki.
Paha bagian dalam : adakah luka memar bekas jari-jari pelaku dan
26
Tahap X
pemeriksaan bokong.
Beberapa bukti harus dikumpulkan menggunakan kapas basah
( seperti semen, air liur dan darah ) atau pinse ( untuk rambut,
rumput, dan tanah.
Adanya tato juga harus didokumentasikan dalam catatan pemeriksa
bersamaan dengan deskripsi singkat tentang ukuran dan bentuk tato.
Lampu wood digunakan untuk mendeteksi adanya semen pada
kulit .
Pemeriksaan Genito-Anal
Pasien harus berbaring terlentang dengan posisi litotomi. Pencahayaan
harus diarahkan ke daerah vulva pasien. Cedera pada daerah genital atau anal
dapat menyebabkan rasa sakit ketika disentuh. Pada beberapa kasus daerah
pemeriksaan dapat terbatas, selain itu pemberian analgetik mungkin
diperlukan.10
Tahapan
Tahap I
Keterangan
Periksa genital bagian luar dan anus.
27
Tahap V
Tahap VI
28
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
Pemeriksaan Penunjang
Tergantung pada jenis kejahatan dan beratnya cedera yang terjadi,
beberapa pemeriksaan penunjang terhadap pasien mungkin dapat dilakukan
seperti pemeriksaan Rontgen, CT scan dan USG. Selain itu, beberapa
pemeriksaan spesimen dapat dilakukan tes medis seperti tes kehamilan dan
penyakit menular seksual.10
Pemeriksaan Spesimen Forensik
Tujuan
Tujuannya untuk membuktikan atau menyingkirkan kontak fisik antara
individu dengan objek/benda dan dengan suatu tempat. Temuan yang dekat
antara pemerkosa, korban dan tempat kejadian perkara dapat menunjukkan
titik temu dalam melacak jejak barang bukti (Locards principle).10
Spesimen biologi (seperti rambut, darah, semen, sisa-sisa kulit) dapat
ditemukan pada korban dan pelaku, misalnya, darah korban mungkin
30
menempel pada pakaian pelaku. Fragmen dari tempat kejadian perkara (seperti
lumpur, tumbuh-tumbuhan) menghubungkan antara korban, pelaku dengan
lokasi tertentu atau, mungkin saja bekas pakaian atau specimen biologi dapat
tertinggal di tempat kejadian perkara tersebut.10
Teknik Pengumpulan Spesimen Forensik
Hal-hal berikut harus diperhatikan dalam pengumpulan spesimen10-11
contaminatio
Collect early
menghilang
sesuai
dengan
berjalannya
waktu.
Idealnya,
appropriately
Label
accurately
Ensure
security
Maintain
continuity
Document
collection
Gunakan kapas swab yang steril. Jangan letakkan swab pada medium yang
akan menyebabkan tumbuhnya bakteri dan merusakan material yang telah
diperoleh. Swab yang ditempatkan dalam medium hanya digunakan untuk
pengumpulan spesimen bakteriologis.
Basahi swab dengan air steril atau larutan salin ketika mengumpulkan material
dari permukaan yang kering (e.g. kulit, anus).
Semua swab dan slide sebaiknya dikeringkan sebelum ditutup dalam wadah
yang tepat.
Jika ada kemungkinan material asing telah menempel pada kulit korban
ataupun pakaian korban, korban sebaiknya diminta melepaskan pakaiannya di
atas selembar kertas yang cukup lebar supaya material yang mudah lepas akan
jatuh ke atas kertas sehingga bisa di ambil dengan penjepit ataupun kertas
tersebut dapat langsung dilipat dan segera dikirim ke laboratorium.
Rambut pubis korban perlu disisir untuk menemukan rambut pubis pelaku,
dan sisir yang digunakan juga dikirim ke laboratorium dalam wadah yang
steril.
Pengambilan swab buccal (permukaan dalam pipi) yang cukup kuat akan
memberikan material selular yang cukup guna analisis DNA korban.
Kemungkinan lain adalah pengambilan darah korban untuk kemudian
32
Jika korban sempat mencakar pelaku, materi dari bawah kuku korban dapat
diambil untuk pemeriksaan analisis DNA.
Blind
BAB III
PENUTUP
33
Kejahatan seksual (sexual offences), sebagai salah satu bentuk dari kejahatan
yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia, mempunyai kaitan yang
erat dengan Ilmu Kedokteran Forensik, yaitu di dalam upaya pembuktian
bahwasanya kejahatan tersebut memang telah terjadi.
Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh
undang-undang , tertera pada pasal-pasal yang terdapat pada Bab XIV KUHP,
tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan, meliputi persetubuhan di dalam
perkawinan (pasal 288 KUHP) maupun di luar perkawinan yang mencakup
persetubuhan dengan persetujuan (pasal 284 dan 287 KUHP) serta persetubuhan
tanpa persetujuan (pasal 285 dan 286).
Upaya pembuktian secara kedokteran forensik pada setiap kasus kejahatan
seksual sebenarnya terbatas di dalam pembuktian ada tidaknya tanda-tanda
persetubuhan, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur serta
pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk
dikawin atau tidak.
Berbagai pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mendukung
adanya persetubuhan.
DAFTAR PUSTAKA
34
Abuse
Dari:
http://www.emedicinehealth.com/sexual_assault/article_em.html
10. http://whqlibdoc.who.int/publications/2004/924154628X.pdf?ua=1
11. http://www.who.int/publications/cra/chapters/volume2/1851-1940.pdf
35