Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dewanda Irawan
Duta Prima Putra
Ester Necessary
Novia Sundari
Nuraldyla Suciaty Saputri
Putu Yoga Sukmana

(061540421935)
(061540421941)
(061540421943)
(061540421946)
(061540421948)
(061540421963)

Instruktur

: Ibnu Hajar, S.T., M.T.

Judul Percobaan

: Fluidisasi I

Jurusan /Prodi

: Teknik Kimia/
Teknologi Kimia Industri (DIV)

Kelas

: 3 K.I B

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016

ALIRAN MELALUI UNGGUN DIAM DAN TERFLUIDISASI MENGGUNAKAN


UDARA SEBAGAI FLUIDA

I.TUJUAN PRAKTIKUM
- Menentukan penurunan tekanan (h) pada unggun dian dan terfluidisasi
- membuktikan persamaan CARMAN KONZENY
- mengamati kelakuan fluidisasi
II.
BAHAN dan ALAT yang DIGUNAKAN
- Balotini halus 1 kg
- Neraca Analitik
- Jangka Sorong
- Regulator
- Corong Plastk
- Gelas Piala 500 ml
- Peralatan fluidisasi
III.
DASAR TEORI
Fluidisasi (atau fluidisation) adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan
butiran dikonversi dari solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini
terjadi ketika sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan granular.
Sebagai aplikasi dengan apa yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana
dalam air dimana ditempatkan sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui unggun
padatan ini kemudian dialirkan gas dengan arah aliran dari bawah ke atas. Pada laju alir yang
cukup rendah partikel padat akan diam. Keadaan yang demikian disebut sebagai unggun diam
atau fixed bed. Kalau laju alir gas dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan
dimana unggun padatan tadi tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya.
Pada kondisi partikel yang bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai sifat-sifat suatu
cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecenderungan untuk mengalir, mempunyai
sifat hidrostatik. Keadaan demikian disebut fluidized bed. Ketika aliran gas diperkenalkan
melalui bagian bawah unggun berisi partikel padat, gas akan bergerak ke atas melalui unggun
melalui ruang-ruang kosong diantara partikel. Pada kecepatan gas rendah, hambatan
aerodinamika pada setiap partikel juga rendah, dan dengan demikian unggun tetap dalam
keadaan tetap. Meningkatkan kecepatan, kekuatan tarik aerodinamika akan mulai untuk
melawan gaya gravitasi, menyebabkan unggun untuk memperluas volume sebagai partikel
pindah dari satu sama lain. Selanjutnya meningkatkan kecepatan, maka akan mencapai nilai
kritis di mana kekuatan tarik ke atas persis akan sama dengan gaya gravitasi ke bawah,
menyebabkan partikel menjadi tersuspensi dalam fluida. Pada nilai kritis, unggun dikatakan

terfluidisasi dan akan menunjukkan perilaku fluidic. Dengan kecepatan gas selanjutnya
meningkat, kepadatan bulk unggun akan terus menurun, dan fluidisasi yang menjadi lebih.
Kehilangan Tekanan (Pressure Drop)
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam suatu percobaan fluidisasi adalah untuk
mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup penting
karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang diperlukan, juga bisa
memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Korelasikorelasi
matematik yang menggambarkan hubungan antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida
di dalam suatu sistem unggun diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris
dengan menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.
Penentuan besarnya hilang tekan dalam unggun terfluidakan terutama dihitung
berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam (persamaan Ergun) dan
diturunkan oleh Blake, Carman maupun peneliti-peneliti lainnya. Untuk aliran laminer
dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh viscous loses
Faktor- faktor Fluidisasi
1. Kecepatan Minimum Fluidisasi
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial
2.

fluida minimum dimana fluida mulai terjadi.


Karakteristik Unggun Terfluidakan
Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara
penurunan tekanan (P) dan kecepatan superficial fluida (Vo)

Evaluasi Parameter-parameter didalam Peristiwa Fluidisasi


1. Densitas partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air atau zat
cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedang untuk partikel berpori, cara
diatas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan
memasuki pori-pori didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel
(berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di muka, tetapi densitas
bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori didalamnya). Untuk partikel-artikel yang
demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode yang diturunkan
Ergun.
2. Bentuk partikel

Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap sebagai butiran yang
berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel bentuk lain, harus ada
koreksi yang menyatakan bentuknpartikel sebenarnya.
Faktor koreksi tersebut dinyatakan dengan :
1. Diameter partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).
2. Porositas unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara matematika
bila ditulis sebagai berikut:
-

granulasi unggun yang terfluidisasikan adalah pembesaran ukuran umum di industri


farmasi, di mana bubuk halus adalah diaglomerasi menggunakan pengikat cair

untuk memberikan butiran yang lebih besar.


Distribusi ukuran butiran selama granulasi adalah salah satu karakteristik utama
dari evaluasi proses. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk desain proses
pengendalian metode yang bertujuan untuk mengevaluasi distribusi ukuran pada
real-time. Beberapa dari gambar analisis dan NIR instrumentasi memiliki ditangani
ini masalah di barutahun 1-3. Namun, yang isu dengan yang handal data
penanganan dan probe kontaminasi masih perlu untuk diatasi.

Keuntungan dari fluidisasi


1. Sifatnya yang dapat dialirkan sehingga memungkinkan operasi menggunakan padatan
dapat bersifat kontinyu.
2. Terangkatnya butiran sampai mengapung, ini membuat luas permukaan kontak sangat
besar sehingga operasi menjadi sangat efektif.
3. Peristiwa fluidisasi dapat digunakan dalam industri petrokimia dalam reaktor
cracking, katalis padat dalam butiran dapat diregenerasi secara kontinyu dengan
mengalirkan katalis dari reaktor ke unit aktivasi katalis.
4. Sirkulasibutiran-butiran padat antara dua unggun

fluidisasi

memungkinan

pemindahan jumlah panas yang besar dalam reactor


5. Pemindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi,
perpindahan panas antara unggun terfluidisasi dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan
kecil.
Kerugian dari Fluidisasi

1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik


fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu
2. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan
3. Adanya erosi terhadap bejana dalam system pendingin
4. Terjadinya gelombang dan penorakan didalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi
pada reactor, konversi reaksi akan kecil.

Untuk menentukan penurunan tekanan (h) pada unggun diam (fixed) dapat digunakan
persamaan CARMAN KONZENY sebagai berikut:

( 1 )

Dp
2
x
x
=150
+1,75
2
2
L p ( V ) ( 1 )

Dimana :
Dp

= ukuran partikel (mikron)

= tinggi balotini dalam kolom (m)


w = viskositas air (10-3 Nsm-2)

vw

= viskositas kinematik air (10-6 Nsm-2)

w = density air (kgm-3)


s

= density partikel (kgm-3)

=porositas bed =

Re

Massa partikel
( Density partikel ) ( Volbed )

= bilangan reynold rata-rata yang dihitung berdasarkan kecepatan superfisial

. w
( dp .Vsm
)
w

dan tak berdimensi

Bila laju alir (Q diukur dalam L/s) dan Vsm (kecepatan superfisial rata-rata) dalam
maka:
Vsm=

Q x 103
A

/ s,

Dimana :
A

= luas penampasng unggun

Karena penurunan tekanan diukur dalam mmH2O, maka :


P
=h x 103
w . g

dimana g = 9,81 Nm-2

maka persamaan dasar dari CARMAN KONZENY akan menjadi :

150 l ( 1 )3 ( Vsm ) w 1,75 l ( Vsm )2 ( 1 )


h=
+
x 103 mmH 2 O
2 3
2
3
Dp . . w . g
Dp. . w . g
Penurunan tekanan pada fluidisasi dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan :
P=L ( 1 ) ( ps pw ) g
sehingga didapat :
h=

L
( 1 )( sw ) x 103 mmH 2 O
w
w dan Vm diukur dari data I.

Nilai

IV.

LANGKAH KERJA
a. Mengisi kolom pengatur ukuran air
b. Menutup keran pengatur air
c. Memeriksa apakah pembacaan manometer udara pada posisi nol, apabila tidak,
mengatur hingga posisi tersebut.
Menjalankan pompa air dan mengatur laju aliran udara pada kenaikkan 1 L/min
Mencatat unggun pembacaan manometer dan jet unggun
Mentabulasikan data pada sebuah table
Menentukan densitas partikel dengan menimbang sejumlah volume balatoni.

d.
e.
f.
g.
-

V.

DATA PENGAMATAN
Beda Tekan

Flow

Tinggi

(mmH2O)

(L/min)

(mm)

Keterangan

0
0,2
0,5
0,6
1
1,5
2
2
2,5
3
4
4,5
5
6
6,5
7
8
8
9,5
10
11
12
14

0
0,6
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,2
2,4
2,6
2,8
3
3,2
3,4
3,6
3,8
4
4,2
4,4
4.6
4,8
5

9,4
9,4
9,4
10,2
10,5
10,7
10,6
10,6
10,6
10,3
10,3
10,2
10,2
10,1
10
10
10
10,2
10,5
10,5
10,6
10,4
10,3

Diam

Terfluidisasi

VI.

PERHITUNGAN
A. Praktikum I
a. Laju alir = 0,6 m3/h dan 1 m3/h
1
d2
A =
4
1
.3 , 14 . ( 0 , 243 m)2
4

= 0,0463 m2
2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0094 m

3 ,14 . 0 ,0417 m2 .0 , 0094

4 ,3 x 104 m3

4 ,3 x 10 2 cm 3

massa partikel
.V bed

0 , 9 gram
2
3
2 , 5 gr /ml . 4 , 3 x 10 cm

8 , 3 x 104
0 ,0094 m
( 1 ) ( sa ) x 10 3 mmH 2 O
a

0 , 0094 m
( 10 ,0008372 ) ( 25001 , 2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 0078 ) ( 0 , 99916 )( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

19 , 472 x 103 mmH 2 O


3

Vsm (0,6 m /h) =

Vsm (1 m /h)

Q x 103
A

0 ,1666 m 3 /s x 103
2
0 ,0463 m

3 ,5982 x 10 m/s

Q x 10
A

0 ,2777 m 3 /s x 103
0 ,0463 m 2

3 ,5982 x 103 m/s

b. Laju alir = 1,2 m3/h, 2,8 m3/h, 3 m3/h dan 4m3/h


2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0102 m

3 ,14 . 0 ,0417 m .0 , 0102 m

4 ,72 x 10 m

4 ,72 x 10 cm

massa partikel
.V bed

=
=

0 , 9 gram
2
3
2 , 5 gr /ml . 4 , 72 x 10 cm

7 , 6 x 10

0 ,0102 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0102 m
( 10 ,00076 )( 25001 ,2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 0085 ) ( 0 , 99924 ) ( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

21 ,22 x 10 mmH 2 O

Vsm (1,2 m /h) =

Q x 103
A

0 ,3333 m 3 /s x 103
0 ,0463 m2

0 , 0154 x 103 m/ s
3

Vsm (2,8 m3/h) =

Vsm (3 m /h)

Q x 10
A

0 ,7777 m 3 /s x 103
0 ,0463 m2

16 , 79 x 103 m/ s

Q x 103
A

0 ,8333 m 3 /s x 103
0 ,0463 m 2

17 , 99 x 103 m/s

Vsm (4 m /h)

Q x 10
A

1 , 1111 m3 /s x 103
0 , 0463 m 2

23 , 99 x 103 m/s

c. Laju alir = 1,4 m3/h, 4,2 m3/h dan 4,4 m3/h


2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0105 m

3 ,14 . 0 ,0417 m .0 , 0105

4 ,86 x 10 m

4 ,86 x 10 cm

massa partikel
.V bed

=
=

0 , 9 gram
2
3
2 , 5 gr /ml . 4 , 86 x 10 cm

4 , 4 x 10

0 ,0105 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0105 m
( 10 ,00074 )( 25001 ,2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 00875 ) ( 0 ,99926 )( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

21 ,84 x 10 mmH 2 O

Vsm (1,4 m /h) =


=

Q x 103
A
0 ,3888 m 3 /s x 103
0 ,0463 m2

8 , 3974 x 10 m/ s
3

Vsm (4,2 m3/h) =

Q x 10
A

1 , 1666 m 3 /s x 103
0 , 0463 m 2

25 ,19 x 103 m/ s

Vsm (4,4 m /h) =

Q x 10
A

1 , 2222 m / s x 10
0 , 0463 m2

26 , 39 x 103 m/ s

d. Laju alir = 1,6 m3/h


2
Vbed = r t
2

3 ,14 . ( 0 ,1215 m ) . 0 , 0107 m

3 ,14 . 0 ,0417 m2 .0 , 0107

4 , 95 x 104 m3

4 , 95 x 102 cm3

massa partikel
.V bed

0 , 9 gram
2 , 5 gr /ml. 4 , 95 x 102 cm 3

7 , 2 x 104

0 ,0107 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0107 m
( 10 ,00072 ) ( 25001 , 2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

( 0 , 00891 )( 0 , 99927 )( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

22 ,24 x 103 mmH 2 O

Vsm (1,6 m /h) =

Q x 10
A

0 , 4444 m 3 /s x 103
2
0 , 0463 m

9 , 5982 x 103 m/ s

e. Laju alir = 1,8 m3/h, 2 m3/h, 2,2 m3/h dan 4,6 m3/h
2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0106 m

3 ,14 . 0 ,0417 m2 .0 , 0106

4 , 91 x 104 m3

4 , 91 x 10 2 cm 3

massa pa rtikel
.V bed

0 , 9 gram
2 , 5 gr /ml . 4 , 91 x 102 cm 3

7 , 3 x 104

0 ,0106 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0106 m
( 10 ,00073 )( 25001, 2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 00883 ) ( 0 ,99927 )( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

22 ,05 x 103 mmH 2 O


3

Vsm (1,8 m /h) =

Q x 10
A

Vsm (2 m3/h)

0 ,5 m /s x 10
2
0 ,0463 m

10 ,79 x 10 m/ s

Q x 10
A

0 ,5555 m 3 /s x 103
0 ,0463 m 2

11 , 99 x 103 m/s
Q x 10
A

Vsm (2,2 m /h) =

0 ,6111 m /s x 10
2
0 , 0463 m

13 ,19 x 10 m/ s

f. Laju alir = 3,2 m3/h


2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0101 m

3 ,14 . 0 ,0417 m .0 , 0101 m

4 ,68 x 10 cm

massa partikel
.V bed

=
=

0 , 9 gram
2
3
2 , 5 gr /ml . 4 , 68 x 10 cm

7 , 6 x 10

0 ,0101 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0101 m
( 10 ,00076 )( 25001 ,2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 00841 )( 0 , 99924 )( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

20 , 99 x 10 mmH 2 O

Vsm (3,2 m /h) =

Q x 103
A

0 ,8888 m 3 /s x 103
0 ,0463 m 2

19 ,19 x 103 m/s

g. Laju alir = 2,8 m3/h dan 3 m3/h

Vbed

r t

3 ,14 . ( 0 ,1215 m ) . 0 , 0102 m

3 ,14 . 0 ,0417 m2 .0 , 0102 m

4 ,72 x 10 m

4 ,72 x 10 cm

massa partikel
.V bed

0 , 9 gram
2 , 5 gr /ml . 4 , 72 x 102 cm3

7 , 6 x 104

0 ,0107 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0102 m
( 10 ,000762 ) ( 25001 , 2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 0085 ) ( 0 , 99923 )( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

21 ,22 x 103 mmH 2 O


3

Vsm (2,8 m /h) =

Vsm (3 m /h)

Q x 103
A

0 ,7777 m 3 /s x 103
2
0 ,0463 m

16 , 79 x 103 m/ s

Q x 103
A

0 ,8333 m 3 /s x 103
0 ,0463 m2

17 , 99 x 103 m/s

h. Laju alir = 3,4 m3/h, 3,6 m3/h dan 3,8 m3/h


2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m ) . 0 , 01 m

3 ,14 . 0 ,0417 m .0 , 01 m

4 ,63 x 10 m

4 ,63 x 10 cm

massa partikel
.V bed

0 , 9 gram
2 , 5 gr /ml . 4 , 63 x 102 cm 3

7 , 7 x 104

0,0106 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 01 m
( 10 ,00077 )( 25001 ,2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 00833 ) ( 0 ,99922 ) ( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

20 ,79 x 103 mmH 2 O


3

Vsm (3,4 m /h) =

Q x 10
A

0 ,9444 m3 /s x 103
0 , 0463 m2

20 , 39 x 10 m/ s

Vsm (3,6 m /h) =

Q x 103
A
3

1 m /s x 10
2
0 ,0463 m

21 ,59 x 10 m/s

Vsm (3,8 m /h) =

Q x 103
A

1 , 0555 m 3 /s x 103
2
0 , 0463 m

22 ,79 x 10 m/s

i. Laju alir = 4,8 m3/h


2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0104 m

3 ,14 . 0 ,0417 m .0 , 0104

4 ,82 x 10 cm

massa partikel
.V bed

=
=

0 , 9 gram
2
3
2 , 5 gr /ml . 4 , 82 x 10 cm

7 , 4 x 10

0 ,0101 m
( 1 ) ( s a ) x 1 03 mmH 2 O
a

0 , 0104 m
( 10 ,000746 )( 25001, 2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0 , 00866 ) ( 0 , 999254 ) ( 2498 , 4 ) x 103 mmH 2 O

21 ,62 x 10 mmH 2 O

Q x 103
A

Vsm (4,8 m /h) =


=

1 , 3333 m3 /s x 103
0 , 0463 m2

2 8 ,79 x 103 m/s

j. Laju alir = 5 m3/h, 2,4 m3/h, dan 2,6 m3/h


2
Vbed = r t
=

3 ,14 . ( 0 ,1215 m )2 . 0 , 0103 m

3 ,14 . 0 ,0417 m .0 , 0103

4 ,77 x 10 m

4 ,77 x 10 cm

massa partikel
.V bed

=
=

0 , 9 gram
2
3
2 , 5 gr /ml . 4 , 77 x 10 cm

7 , 5 x 10

0 ,0103 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0 , 0103 m
( 10 ,000754 )( 25001 ,2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1 , 2 gr /ml

=
=

( 0,00858 ) ( 0,999245 )( 2498,4 ) x 103 mmH 2 O

21,42 x 103 mmH 2 O


3

Vsm (5 m /h)

Q x 10
A

1,3888 m 3 /s x 103
0,0463m 2

30 x 103 m/s

k. Laju alir = 0 m3/h


2
Vbed = r t
=

3,14 . ( 0,1215 m)2 . 0,0094 m

3,14 . 0,0417 m . 0,0094

4,35 x 10 m

4,35 x 10 cm

massa partikel
.V bed

0,9 gram
2,5 gr /ml . 4,35 x 10 2 cm3

8,27 x 104

0,0094 m
( 1 ) ( s a ) x 103 mmH 2 O
a

0,0094 m
(10,000741 )( 25001,2 ) gr /ml x 103 mmH 2 O
1,2 gr /ml

=
=

( 0,0078 ) ( 0,99925 ) (2498,4 ) x 103 mmH 2 O

19,471 x 103 mmH 2 O


Q x 10
A

Vsm (0 m /h) =

0 m3 / s x 103
0,0463 m2

0 m/s

VII.

GRAFIK DATA
- Secara Teoritik

Grafik Hubungan Antara Laju Aliran dan Tinggi Fluida


6
5
4
3
Laju Aliran (L/min)

3
Tinggi Teoritik h (mm)2.62.8
2.22.4
2
1.8
1.41.6
1.2
1
0.6

2
1

5
4.64.8
4.4
4.2
3.84
3.6
3.23.4

0 0

Tinggi (mm)

Secara Praktik

Grafik Hubungan Antara Laju Aliran dan Tinggi Fluida


6
5
4
3
2
Laju ALiran (L/min)

1
0 0

3
2.62.8
2.4
2 2.2
1.61.8
1.4
1 1.2Tinggi Praktik h (mm)
0.6

Tinggi (mm)

4.85
4.44.6
4.2
4
3.63.8
3.23.4

VIII.

ANALISA DATA
Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu, aliran ungggun diam dan terfluidisasi
menggunakan udara sebagai fluida. Setelah melakukan percobaan dapat dianalisa
bahwa fluidisasi adalah metode pengamatan butiran-butiran padat dengan suatu fluida
baik cair maupun udara (gas). Pada percobaan ini digunakan balotini halus sebagai
bahan

padatnya.

Semakin tinggi laju aliran udara, maka pergerakan butiran-butiran padatan didalam
kolom semakin cepat, sehingga penurunan tekanan menjadi lebih besar. Hal utama
yang diamati dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai beda tekan didalam
unggun padatan yang terfluidisasikan pada laju alir udara yang berbeda-beda.
Jenis unggun terbagi menjadi dua yaitu, unggun diam dan unggun
terfluidisasikan. Unggun diam yaitu, pada laju alir yang cukup rendah butiran padat
akan tetap diam karena udara (gas) hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Sedangkan unggun terfluidisasi
yaitu, pada laju alir yang cukup tinggi dan menyebabkan perubahan susunan partikel
tersebut.
Pada percobaan pertama menggunakan interval pembacaan laju aliran udara
sebesar 0 l/min sampai dengan 5 l/min. Setelah diamati bahwa pada saat laju alir 0
l/min dan 0,6 l/min termasuk jenis unggun diam atau fixed bed. Sedangkan pada saat
1 l/min hingga 5 l/min termasuk jenis unggun terfluidisasikan. Butiran padat terlihat
hanya sedikit yang bergerak terangkat keatas, sedangkan unggun terfluidisasi banyak
butiran padat yang bergerak keatas. Saat ungggun terfluidisasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, laju aliran fluida, jenis fluida, ukuran partikel dan jenisnya,
densitas partikel, porositas unggun, serta diameter dan tinggi kolom.

IX.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

GAMBAR ALAT

Kompresor

1 Set Alat Fluidisasi

Anda mungkin juga menyukai