Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang
Dewasa ini Indonesia sedang mengalami pembangunan di segala bindang,
diantaranya pembangunan pembangunan ekonomi. Sejalan dengan perkembangan
ini maka diperlukan sarana penunjang salahsatunya yaitu bank. Bank yang
memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia guna
meningkatkan elektabilitas kegiatan dan transaksi ekonomi.
BCA sebagai salah satu perusahaan perbankan swasra yang cukup besar di
Indonesia berusaha mengimbangi dan memfasilitasi kegiatan perekonomian di
Indonesia dengan cara mendirikan bangunan kantor cabang baru di salah satu kota
di Indonesia yaitu kota Bogor. Kota Bogor di pilih sebagai lokasi pembangunan
kantor cabang baru BCA dikarenakan geliat perekonomian di kota Bogor yang
semakin meningkat dari hari ke hari. Sehingga menjadi lokasi yang potensial
untuk dijadikan lokasi kantor cabang baru BCA.
Pembangunan kantor cabang baru BCA direncakan berrlokasi di Jl. Oto
Iskandar Dinata kota Bogor provinsi Jawa Barat. Kantor cabang BCA ini
ditargetkan rampung dalam waktu 8 bulan dengan jumlah lantai yaitu delapan
lantai. Guna mencapai target waktu yang ditentukan tersebut tentu diperlukan
manajemen proyek yang baik. Maka dari itu penulis memilih proyek
pembangunan kantor cabang BCA ini menjadi lokasi kerja praktek yang akan di
laksanakan dalam waktu kurang lebih tiga bulan. Adapun judul yang di buat oleh
penulis yaitu manajemen konstruksi pekerjaan pondasi pembangunan kantor
cabang BCA kota Bogor.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan di analsa dalam kerja praktek ini yaitu:
1. Bagaimana sistem manajemen dan organisasi di proyek pembangunan
kantor cabang baru BCA kota Bogor?
2. Permasalahan apa saja yang di hadapi dan bagaimana solusi
penyelsaiannya di proyek pembangunan kantor cabang baru BCA kota
Bogor?
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas di dalam kerja praktek ini di batasi pada
hal hal sebagai berikut:
1. Ruang lingkup kajian hanya pada pekerjaan pondasi tiang pancang beton
bertulang.
2. Membahas manajemen proyek pekerjaan pondasi tiang pancang beton
bertulang.
1.4 Tujuan kerja praktek
1. Untuk mengetahui manajemen proyek di pembangunan kantor cabang
baru BCA kota Bogor.
2. Untuk mengetahui masalah dan solusi masalah yang terjadi di proyek
pemabangunan kantor cabang BCA kota Bogor.
1.5 Lokasi Kerja Praktek
Proyek pembangunan kantor cabang BCA berlokasi di daerah dekat tugu
kujang tepatnya Jl. Oto Iskandar Dinata, kota Bogor.
1.6 Manfaat Kerja Praktek
1. Manfaat Teoritis
Dari

kerja

praktek

ini

mahasiswa

dapat

mengetahui

sistem

pengorganisasian dalam proyek, pelaksanaan manajemen proyek di


lapangan, serta permsalahan-permasalahan yang terjadi di proyek dan
bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Kemudian mahasiswa
dapat membandingkan hal yang di dapat di lapangan dengan teori yang di
dapatnya di perkuliahan.
2. Manfaat Praktis

Kerja praktek ini sebagai sarana efektif pembelajaran bagi mahasiswa.


Mahasiswa dapat melihat langsung permasalahan yang dihadapi di
lapangan karena mahasiswa dilabatkan langsung dalam kegiatan proyek.
1.7 Metodologi
1.7.1 Prosedur Kerja Praktek
1. Memilih salah satu proyek yaitu proyek pembangunan kantor cabang BCA
kota Bogor.
2. Meninjau ke lapangan untuk mendapatkan informasi lingkup pekerjaan
yang akan menjadi fokus dalam kerja praktek.
3. Melakukan pengumpulan data dan wawancara kepada pihak-pihak yang
akan membantu dalam menyusun laporan kerja praktek.
4. Menyusun laporan kerja praktek dan mempresentasikan hasil kerja
praktek.

1.7.2

Pengumpulan Data

Dalam kerja praktek ini pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber,
baik di lapangan maupun perkuliahan. Data-data diperoleh melalui cara:
1. Data Primer

a. Interview, yaitu melakukan tanya jawab yang sifatnya diskusi secara


langsung dengan pihak pihak yang mempunyai peranan penting
dalam pelaksanaan pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor.
b. Observasi, yaitu peninjauan secara langsung ke lapangan dengan
mengamati dan mengikuti proses pelaksanaan pekerjaan di proyek
pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor, serta melakukan
dokumentasi baik berupa foto maupun video.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data melalui makalah,
buku referensi, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan
pekerjaan pondasi tiang pancang. Data yang diperoleh yaitu:
a. Teori teori tentang pelaksanaan pondasi tiang pancang.
b. Data data yang menjadi referensi dengan data yang ada di lapangan.
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi 5 bab yaitu
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan kerja praktek, lokasi kerja praktek, manfaat kerja praktek,
metodologi, dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, membahas tentang teori dan konsep pekerjaan
yang berhubungan dengan manajemen proyek.
BAB III TINJAUAN PROYEK, membahas tentang hal-hal yang bersangkutan
di dalam proyek tersebut baik itu pelaksanaan maupun permasalahan yang
dihadapi.
BAB IV MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK, membahas mengenai
analisis manajemen proyek yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian proyek.
BAB V PENUTUP, memaparkan kesimpulan tentang manajemen proyek yang
berkaitan dengan materi kuliah dengan praktek di lapangan, masalah-masalah dan
solusi selama proyek berlangsung, serta saran-saran yang membangun untuk
pembuatan laporan dimasa mendatang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen proyek
Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk
menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu.
Manajemen proyek konstruksi mengacu pada sumber daya yang tersedia dalam
proyek, yaitu lima M:
1. Manpower (tenaga kerja).
2. Machiners (alat dan peralatan).
3. Material (bahan bangunan).
4. Money (uang).
5. Method (metode).

Gambar 2.1 Siklus manajemen proyek


2.2 Peranan Manajemen Proyek konstruksi
2.2.1

Pada tahap perencanaan dan perancangan


Perencanaan/planning merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan
data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan
pada masa mendatang. Kegiatan pada tahap ini meliputi preliminiary design,
development desain, dan finally design. Perananan menajemen proyek
konstruksi pada tahap ini yaitu :
a. Membantu pemilik dalam menentukan tujuan proyek yang ingin di
capai.
b. Membantu pemilik dalam menunjuk perencana.
c. Membantu dalam penyusunan studi kelayakan.

d. Membuat proyeksi arus dana.


e. Membuat usul usul konsep design dan prosedur pelaksanaan untuk
studi awal.
f. Membantu dalam menentukan sumber dana .
g. Membuat jadwal waktu yang terpadu untuk semua tahap perencanaan ,
parncangan, pelelangan dan pelaksanaan.
h. Memeriksa kriteria kriteria dan standar yang diminta oleh pemilik.
i. Mengkoordinasi kegiatan perencanaan yang terdiri atas konsultasi
pekerjaan, perencanaan dari segi effisiensi sumber daya dan
kemudahan pelaksanaan, penyusunan laporan kegiatan secara periodic,
perumusan evaluasi kemajuan pekerjaan perencanaan, koreksi teknik
bila terjadi pennyimpangan dan penelitian kelengkapan dokumen
pelelangan.
j. Mengendalikan program yang terdiri dari evaluasi program terhadap
hasil perencanaan, perubahan lingkungan, penyimpangan teknis, dan
managerial atas persoalan yang timbul dan akan timbul serta
pengusulan koreksi program.
k. Memberi rekomendasi mengenai gambar perencanaan dan spesifikasi.
Membahas rencana arsitektur, struktur mekanikal dan elektrikal.
l. Memberi rekomendasi mengenai perkiraan biaya atau bill of quantity.
m. Memeberikan rekomendasi mengenai pembelian material yang
memerlukan waktu penyerahan yang lama.
n. Membantu dalam survey lapangan.
o. Menentukan fasilitas penunjang untuk mengendalikan pelaksanaan di
lapangan.
p. Menyusun daftar proyek bersama- sama perencana
q. Memproses perizinan yang diperlukan.
2.2.2

Pada tahap pelelangan


Pelelangan adalah suatu proses pengajuan penawaran yang dilakukan oleh
pihak penyedia jasa kepada pengguna jasa tentang suatu rencana kerja yang
akan dilakukan dilapangan sesuai dengan dokumen tender (pelelangan).
a. Memeriksa kembali rencana akhir ( gambar dan spesifikasi).
b. Menyusun dan mebagi bagi peket pekerjaan yang akan dilelangkan.
c. Menyiapkan dokumen dokumen pelelangan.
d. Prakualifikasi calon peserta lelang.
e. Penyelengaraan rapat- rapat pelelangan.
f. Memberikan rekomendasi pada pemilik unntuk pemenang lelang.
g. Menyiapkan kontrak kontrak.

2.2.3

Pada tahap pengorganisasian


Pengorganisasian/organizing adalah

suatu

tindakan

mempersatukan

kumpulan kegiatan manusia yang mempunyai pekerjaan masing-masing


saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu. Peran dari
manajemen proyek konstruksi pada tahap ini yaitu:
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional.
b. Menggabungkan jabatan ke dalam unit yang terkait.
c. Memilih dan menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai.
d. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
2.2.4

personel.
Pada tahap Pelaksanaan/Actuating
Pelaksanaan/actuating adalah upaya untuk menggerakan anggota organisasi
sesuai dengan keinginan dan usaha mereka untuk mencapai tujuan
perusahaan serta anggota di organisasi karena setiap anggota juga memiliki
tujuan pribadi. Tindakan yang dilakukan antara lain:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun prosedur prosedur lapangan
c. Mengontrol rencana konstruksi agar sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan.
d. Menyusun perijinan yang diperlukan
e. Menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan.
f. Mengkoordinasikan pekerjaan pekerjaan servis pendukung seperrti
pengadaan air kerja, listrik, gudang semenrtara, jalan sementara dan

2.2.5

lainnya.
g. Mendistribusikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
h. Memberikan pengarahan, penugasan, dan motivasi.
i. Berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.
Pada tahap Pengendalian/Controlling
Pengendalian/controlling merupakan tindakan pengukuran kualitas dan
evaluasi kinerja. Tindakan ini juga diikuti dengan perbaikan yang harus
diambil terhadap penyimpangan yang terjadi, khususnya diluar batas-batas
toleransi. Tindakan tersebut meliputi:
a. Mengukur kualitas hasil.
b. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas.
c. Mengevalusi penyimpangan yang terjadi.
d. Memberikan saran-saran perbaikan.
e. Menyusun laporan kegiatan.

2.3 Manfaat manajemen proyek kosntruksi

2.3.1

Segi Biaya Proyek


a. Biaya optimal proyek dapat dicapai karena tim MK sedah
berpartisipasi pada tahap perencanaan.
b. Biaya pembangunan keseluruhan proyek dapat dihemat dibandingkan
dengan sistem tradisionil karena tidak ada pembebeanan ganda dari

2.3.2

keuntungan Kontraktor, dan Sub kontraktornya.


Segi Waktu
a. Dengan sistem Fast Track.
b. Waktu yang dipergunakan untuk perencanaan dan rancangan bangunan
dapat lebih panjang sebingga kualitas desain semakin sempurna.
c. Pengadaan material/peralatan import dapat diukur secara dini sebingga
kemungkinan terlambat karena proses import dapat dihindarkan.

2.3.3

Segi Kualitas
a. Mutu lebih terjamin karena tim MK ikut membantu kontraktor dalam
hal metode pelaksanaan , implementsi, dan Quality Control.
b. Mutu dan kemampuan kontraktor spesialis lebih terseleksi oleh
pemilik proyek dibantu dengan tim MK.
c. Kesempatan untuk penyempurnaan rancangan relative banyak karena

2.3.4

paket yang dilelang dilakukan secara bertahap dan paket per paket.
Segi Program Pemerintah
a. Pemerataan kesempatan pekerjaan dengan paket-paket kepada
pengusaha kontraktor yang baru berkembang dapat direalisir.
b. Pemilik proyek tidak perlu menyediakan banyak staf karena praktis
semua keinginannya dapat ditangani dengan baik melalui pendekatan

metode MK.
2.4 Tahapan operasional di dalam sistem manajemen proyek koonstruksi
2.4.1 Pengembangan Konsep
Tahap pengembangan konsep ini berupa :
a. Pengembangan sasaran proyek baik dilihat dari aspek biaya dan waktu.
b. Mengidentifikasikan batasan utama.
c. Membuat TOR dan organizing.
d. Saran-saran prinsip konsep desain kepada konsultan perencana.
e. Tahapan pekerjaan.
f. Master, coordinating schedule.
g. Membuat perkiraan biaya awal berdasarkan konsep awal konsultan

2.4.2

perencana.
h. Cash flow (Proyeksi Arus Dana).
Perencanaan

10

Tahap Perencanaan berupa :


a. Koordinasi dan pengawasan dalam hal pemetaan dan penyelidikan
tanah.
b. Menyusun jadwal review dan lelang (Master Coordinating Schedule).
c. Melakukan Review (peninjauan kembali)
d. Membuat RKS.
e. Membuat RAB tiap paket pekerjaan.
f. Membuat rekomendasi : aspek mutu, aspek biaya, waktu dan material.
g. Mengurus ijin-ijin yang diperlukan.
Sebelum memasuki tahapan pelelangan beberapa tahapan yang dilalui antara
lain :
a. Sketsa Rencana :
Inti dari sketsa rencana ialah menuangkan konsep-konsep
arsitektur, evaluasi terhadap beberapa alternative proses teknologi,
penetapan

dimensi

serta

kapasitas

ruangan-ruangan,

dan

mengetengahkan studi banding ekonomi bangunan.


Didalam proyek terdapat etimasi biaya proyek, etimasi biaya
proyek terdiri dari :
Etimasi biaya kasar untuk pemilik sebagai dasar untuk studi

kelayakan proyek.
Estimasi pendahuluan oleh konsultan perencana (dasar untuk

RAB Konsultan Perencanaan).


Estimasi detail oleh kontraktor (dasar untuk RAB Penawaran

Kontraktor).
Biaya sesungguhnya setelah proyek selesai (Real Cost).
b. Rencana Detail
Tahap rencana detail atau rancangan final mencakup kegiatan
menjabarkan seluruh perncanaan termasuk rancanan elemen bangunan
terkecil secara sistematis dan berurutan. Perancangan dan analisis yang
2.4.3

disajikan meliputi seluruh segi struktur bangunan.


Pelelangan
Tahap Pelelangan berupa :
a. Mengadakan pra kwalifikasi kontraktor.
b. Free tender meeting.
c. Menyusun daftar calon rekanan.
d. Bill of quality (jenis pekerjaan + volume).
e. Penjelasan
f. Menyiapkan dokumen lelang.
g. Menyusun RAB pasti untuk evaluasi penawaran.

11

h. Mengevaluasi setiap paket penawaran untuk direkomendasikan kepada

2.4.4

2.4.5

Pimro.
i. Menyiapkan dokumen kontrak antara Pimpro dengan Kontraktor.
Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan berupa :
a. Membuat rencana induk pelaksanaan.
b. Menyusun prosedur di lapangan.
c. Free construction meeting.
d. Mengkoordinasi membuat prasarana kerja.
e. Mengarahkan rencana kerja masing-masing kontraktor.
f. Mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan pekerjaan kontraktor
dilihat dari aspek waktu, mutu dan kesempatan kerja.
g. Memproses ijin yang diperlukan.
h. Mengkoordinir asuransi masing-masing pekerjaan.
i. Memeriksa gambar detail dan contoh material.
j. Memimpin rapat koordinasi proyek.
k. Laporan kemajuan pekerjaan dan laporan keuangan .
l. Change order : biaya, mutu, waktu.
m. Menghitung pekerjaan tambah kurang.
n. Mengevaluasi RAB secara periodic.
o. Memeriksa dan menyiapkan dokumen pembayaran.
p. Evaluasi terhadap klaim kontrak.
q. Dokumen pembangunan proyek berupa gambar dan foto-foto.
r. Pemeriksaan akhir sebelum serah terima pertama.
s. Memeriksa berita acara serah terima pertama.
Pemeliharaan dan pengoperasian
Tahap Pemeliharaan dan Pengoperasian berupa :
a. Mengkoordinir, mengarahkan, mengontrol.
b. Mengkoordinir pelaksanaan operasional.
c. Mengarahkan dan memeriksa as build drawing.
d. Mengarahkan dan memeriksa secara manual.
e. Memproses : garansi, jaminan, sertifikat, peralatan, dan training
operator.

2.5 Organisasi proyek


2.5.1

Organisasi
Bentuk organisasi akan terlihat dalam struktur organisasi. Secara fisik
struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik (bagan)
yang memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dan garis wewenang
yang ada, bagan ini merupakan suatu hasil keputusan tentang struktur
organisasi yang bersangkutan yang sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi

12

dan hubungan-hubungan kontraktual, dll yang menyatakan keseluruhan


kegiatan untuk mencapai suatu sasaran.
Bagan biasanya disusun secara piramida, di bagian atas menyempit
sedangkan bagian bawah melebar. Bagan tersebut memperlihatkan
tingkatan-tingkatan

yang ada

dalam organisasi dan pendelegasian

wewenang digambarkan dengan garis lurus dan koordinasi pekerjaan


digambarkan dengan garis putus-putus.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan bagan
organisasi, adalah:
a. Bagan organisasi dapat memperlihatkan karakteristik utama dari
organisasi yang bersangkutan.
b. Bagan organisasi dapat memperlihatkan gambaran pekerjaan dan
hubungan-hubungan yang ada dalam organisasi.
c. Bagan organisasi dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja
yang ideal sebagai pedoman untuk dapat mengetahui siapa bawahan
2.5.2

dan siapa atasan.


Pembentukan Organisasi Proyek
Organisasi proyek perlu dibentuk misalnya oleh pemilik (owner),
konsultan atau kontraktor. Pada umumnya owner menentukan dalam
menyusun serangkaian kebijaksanaan dan memilih bentuk organisasi provek
yang tepat untuk mengelola proyek. Hal yang perlu diidentifikasikan saat
pembentukan organisasi proyek yaitu :
a. Tahapan proyek yang diberlakukan pada organisasi atau proyek
b. Penetapan pihak- pihak yang terlibat secara fungsional dalam
organisasi proyek, yaitu bagaimana hubungan antar pihak-pihak yang
terlibat dan kapan (bilamana) keterlibatan pihak-pihak tersebut
c. Disamping penetapan organisasi proyek, manajemen puncak juga akan
mempengaruhi bentuk organisasi manajemen proyek yang digunakan.
Hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam satu bagan
organisasi dapat terdiri dari 2 hubungan kerja yaitu :
1. Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan sesuai fungsi masing-masing
pihak yang terlibat dalam proyek, seperti hubungan antara konsultan
perencana dan kontraktor. Misalnya ada tahap disain dimana konsultan
perencana berfungsi sebagai perencana, kontraktor belum berfungsi.

13

Demikian pula sebaliknya pada saat kontraktor berfungsi sebagai


pelaksana konstruksi konsultan perencana sudah tidak berfungsi. Bila
pada saat pelaksanaan konstruksi terdapat masalah yang berkaitan
dengan perencanaan, penyelesaian masalah tergantung hubungan
kerjasama (kontrak) antara pemilik dengan konsultan perencana dan
kontraktor.
2. Hubungan Kontrak
Hubungan kerjasama (kontrak) adalah hubungan berdasarkan kontrak
antara 2 pihak atau lebih yang terlibat kerjasama. Kontrak merupakan
kesepakatan (perjanjian) secara sukarela antara 2 pihak yang
mempunyai kekuatan hukum. Kesepakatan ini dicapai setelah satu
pihak penerima penawaran yang diajukan oleh pihak lain untuk
melakukan sesuatu sebagaimana yang tercantum dalam penawaran.
2.5.3

Macam Struktur Organisasi Proyek


Secara garis besar terdapat 2 macam bentuk organisasi pada proyek

konstruksi, yaitu :
1.

Berdasarkan hubungan kontrak / perjanjian kerja samanya


Struktur organisasi berdasarkan hubungan kontrak/ perjanjian
kerjasamanya mengatur hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
misalnya hubungan antara owner, konsultan, dan kontraktor. Karena
organisasi semacam ini mengatur hubungan antar pihak atau eksternal
pihak-pihak maka sering disebut pula sebagai organisasi eksternal. Berikut
ini adalah bentuk bentuk organisasi berrdasarkan hubungan kontrak :
a. Organisasi Tradisional
Organisasi tradisional banyak/ biasa digunakan pada proyek
konstruksi

dengan

didasarkan

pada

kondisi
pendekatan

biasa/umum.
pembentukan

Ide

pembentukannya

organisasi

terpisah

(separation organisation). Bentuk organisasi ini terdiri dari 3 pihak,


yaitu : pemilik proyek yang bertindak sebagai manajemen proyek
konstruksi, konsultan disain sebagai perancang konstruksi dan di

14

beberapa proyek juga terdapat konsultan pengawas sebagai pengawas


pelaksanaan konstruksi dan kontraktor sebagai pelaksana konstruksi.
Tahap proyek dipisah antara tahap disain dan tahap pelaksanaan
kontruksi dan tahapan tersebut berlangsung secara berurutan
(sequential). Hubungan kerjasama yang ada terdiri dan hubungan
antara pemilik dengan konsultan dan pemilik dengan kontraktor. Bila
konsultan bertindak sebagai pengawas, tanggung jawabnya hanya
sebatas mengawasi agar sesuai dengan yang telah didisain tanpa
memiliki wewenang merubah disain (harus ada persetujuan pemilik
proyek).
Pada organisasi tradisional, dikenal adanya kontraktor utama.
Pekerjaan konstruksi yang tidak dikerjakan kontraktor utama
disubkonkan kepada sub kontraktor atau kontraktor spesialis, dengan
alasan bahwa sub kontraktor dapat melakukan pekerjaan spesialis
tersebut dengan lebih cepat, biaya yang lebih murah dan mutu yang
lebih baik jika dibandingkan dengan kontraktor utama. Hal ini
disebabkan karena jenis kegiatan tersebut tidak biasa dilakukan oleh
kontraktor utama (kontraktor utama tidak berpengalaman), kontraktor
utama tidak memiliki sumber daya, baik tenaga kerja maupun
peralatan.

15

Gambar 2.2 Organisasi


tradisional

b. Swakelola (Owner-Builder )
Bentuk organisasi swakelola mirip dengan organisasi tradisional,
hanya saja unit organisasi pemberi tugas (pemilik) konsultan dan
kontraktor merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
organisasi pemilik proyek meskipun proyek telah selesai. Hal tersebut
sekaligus menjelaskan bahwa ide pembentukan organisasi semacam ini
didasarkan pada organisasi terpadu (integration of organisation).
Dalam bentuk organisasi swakelola, tenaga kerja dan pengadaan bahan
serta peralatan dapat dikontrakkan kepada pemasok (supplier). Untuk
proyek-proyek

pemerintah

bentuk

organisasi

swakelola

hanya

dilakukan untuk proyek kecil atau proyek darurat (misalnya proyek


penanggulangan bencana alam).
Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaan tahapan kegiatan
proyek pada organisasi semacam ini dapat dilakukan secara

16

overlapping karena pemilik proyek berfungsi sekaligus sebagai


konsultan dan kontraktor.
Ciri-ciri organisasi semacam ini :
Pemilik proyek bertanggung jawab atas perencanaan dan
pelaksanaan proyek (bertindak juga sebagai

konsultan

perencana dan kontraktor) (owner reiponsible for design and


construction

).

Pekerjaan

dapat

dilaksanakan

dengan

kemampuan sendiri secara fakultatif atau dilaksanakan


kontraktor/ subkontraktor ( optional own forces work

contractor and subcontractors )


Jenis kontrak yang diterapkan biasanya : harga tetap, harga
satuan,atau

kontrak

konstruksi

yang

dinegosiasikan.

Uxedprice, unit price, or negotiated construction contracts).

Gambar 2.3 Organisasi sewa


kelola

c. Organisasi

Manajemen

Konstruksi

(Professional

Construction

Management)
Perkembangan proyek konstruksi dengan dana yang semakin besar
menyebabkan kegiatan didalam proyek menjadi semakin banyak. Hal
ini mengakibatkan pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek menjadi
semakin banyak pula . Misalnya dengan semakin banyaknya kegiatan
proyek maka dibutuhkan semakin banyak kontraktor spesialis. Oleh
sebab itu owner tidak cukup mampu untuk mengelola proyeknya

17

sendirian sehingga membutuhkan pihak lain yang membantu dalam


menggelola proyek yang disebut dengan pihak manajemen konstruksi.
Organisasi manajeman konstruksi berkaitan dengan tim
manajemen

proyek

terdiri

dan

manajer

proyek

(professional

construction manajemen) dan pihak-pihak lain (kontraktor, konsultan


disain, dan sebagainya ) yang mempunyai tugas mengelola proyek
secara terpadu dari perencanaan proyek (project planning), disain, dan
pelaksanaan konstruksi. Hubungan kontrak antara pihak yang terlibat
dalam tim manajemen proyek bertujuan meminimalkan hubungan
timbal balik di dalam tim manajemen proyek.
Pelaksanaan tahapan pada organisasi semacam ini memungkinkan
dilaksanakan secara overlapping karena pelaksanaan proyek seperti
desain dan pelaksanaan konstruksinya sudah terpadu di bawah
koordinasi manajemen konstruksi. Dengan keterlibatan beberapa
kontraktor spesialis, pihak manajemen konstruksi mengkoordinasikan
agar desain pekerjaan yang satu dapat langsung dikerjakan oleh
kontraktor spesialis yang satu tanpa menunggu keseluruhan desain
selesai. Pelaksanaan semacam ini melakukan satu kali pengadaan
konsultan dan beberapa kali pengadaan kontraktor spesialis. Cara
pengadaan konsultan dan kontraktor semacam ini disebut dengan
pendekatan paket pekerjaan.
Manajemen konstruksi

merupakan

suatu

perusahaan

atau

organisasi khusus yang melaksanakan praktek manajemen konstruksi,


yaitu :
Bekerja bersama-sama pemilik proyek dan konsultan disain
mulai awal proyek dan membuat rekomendasi penyempurnaan
disain (agar benar-benar memenenuhi kebutuhan/ mutu
pemilik),

pemilikan

teknologi

dan

metoda

konstruksi,

membuat jadwal konstruksi dan studi ekonomi pelaksanaan


dan seterusnya).

18

Mengusulkan alternatif disain dan metoda pelaksanaan


konstruksi yang tepat dan membuat analisa dampak altenatif

tersebut terhadap biaya dan jadwal konstruksi.


Memantau perkembangan proyek sedemikian rupa sehingga

tidak melampui target yang telah ditetapkan pemilik proyek.


Koordinasi pengadaan peralatan dan bahan dan seluruh
kegiatan kontraktor. Koordinasi hal-hal yang berkaitan dengan
pembayaran angsuran, perubahan, tuntutan (demands) dan

pemeriksaan agar sesuai dengan persyaratan disain.


Melaksanakan dukungan/ pelayanan yang berkaitan dengan
proyek dan dibutuhkan pemilik proyek. Misalnya koordinasi

permohonan izin-izin seperti IMB.


Ciri-ciri organisasi semacam ini :
Manager konstruksi umumnya bertindak sebagai wakil dari
pemilik. (construction manager usually acting as agent for

owner).
Tim meliputi kelompok yang terdiri dari pemilik dan manajer
konstruksi, perencana dan kontraktor.

19

Gambar 2.4 Organisasi


manajemen konstruksi

d. Organisasi Turnkey
Pada proyek-proyek tertentu pemilik proyek memiliki keterbatasan
kemampuan teknis dan biaya untuk merealisasikan suatu proyek, dan
untuk mengatasi masalah tersebut pemilik proyek menyerahkan
tanggung jawab disain dan pelaksanaan konstruksi (termasuk
pembiayaan) pada suatu organisasi (investor, kontraktor) pengaturan
seperti hal tersebut dinamakan proyek atau organisasi turnkey. Ide
dasar pembentukan organisasi turnkey didasarkan pada organisasi
terpadu (integration of organization) yang menyerahkan semua
kegiatan (disain dan pelaksanaan konstruksi) pada satu pihak. Di
Indonesia telah lama dilakukan proyek secara turnkey seperti proyekproyek industri dan jalan tol.
Pada organisasi semacam ini perencanaan menjadi tanggung jawab
kontraktor sesuai kontrak antara kontraktor dengan pemilik, dalam hal
ini kontraktor menjadi konsultan perencana.

20

Tidak seperti proyek konstruksi tradisional, pelaksanaan tahapan


proyek pada organisasi semacam ini memungkinkan dilaksanakan
secara overlapping karena tanggung jawab desain dan pelaksanaan
konstruksi sudah pada satu pihak. Ketika tahap pengadaan konsultan
dan kontraktor, pengadaannya cukup dilakukaan satu kali yaitu
sebelum tahap perencanaan/desain dimulai. Pendekatan desain dan
pelaksanaan

konstruksi

sekaligus

atau

biasa

dikenal

dengan

pendekatan merancang dan melaksanakan.


Ciri-ciri organisasi semacam ini :
Satu perusahaan yang bertanggung jawab baik untuk
perencanaan maupun pelaksanaan konstruksi (single firm

responsible for both design and construction).


Ada keterlibatan subkontraktor-subkontraktor

(specialty subcontractors)
Jenis kontrak yang diterapkan pada bentuk organisasi seperti

spesialis

ini adalah harga tetap, harga maximum bergaransi, atau


kontrak konstruksi disain dengan biaya tambah upah tetap
(fixed price, guaranteed maximum price, or cost plus a fee
design-construction contract) .

21

Gambar 2.5 Organisasi manajemen


turnkeey

2.

Berdasarkan Strukturnya
Struktur organisasi berdasarkan strukturnya mengatur hubungan antar
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan proyek konstruksi di dalam
(internal) suatu perusahaan, sering disebut pula sebagai organisasi internal.
Bentuk organisasi internal ini sangat bervariasi, didasarkan pada lingkup
pekerjaan, skala pekerjaan, spesialisasi pekerjaan, juga kemudahan
koordinasi, cara pengendalian, pendelegasian wewenang, dan lain-lain.
a. Organisasi garis (line) / Satuan Tugas
Dengan adanya item kegiatan proyek yang semakin bertambah dan
beraneka ragam menyebabkan pimpinan proyek mengalami kesulitan
dalam mengelola proyek. Untuk itu kemudian timbul ide untuk
medelegasikan kewenangan kepada level dibawahnya yang bersifat
mandiri (independent organization) sehingga pimpinan proyek lebih
mudah dalam melakukan pengaturan.
Dalam organisasi ini terdapat

garis

wewenang

yang

menghubungkan langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan

22

sejak dari pimpinan tertinggi sampai pada jabatan terendah. Setiap


kepala unit bertanggung jawab melaporkan kepada unit yang lebih
tinggi satu tingkat diatasnya kegiatan-kegiatan dilakukan oleh seluruh
bagian berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan organisasi.
Struktur ini biasanya diterapkan pada organisasi yang kecil dan
aktivitasnya sederhana.
Organisasi
line

sering

disebut

juga

organisasi

.komando/militer/bentuk lurus. Tipe line ini merupakan tipe yang


paling tua dan paling sederhana. Berbagai tipe yang lain merupakan
pengembangan lebih lanjut dari tipe line. Organisasi ini hanya dapat
berjalan dengan baik apabila pimpinan mempunyai manajerial yang
baik, karena semua kemajuan dan kemunduran tergantung di tanngan
pimpinan.
Ciri-ciri Organisasi Line
Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung

melalui satu garis wewenang


Jumlah karyawan sedikit, sehingga dinamakan organisasi

sederhana
Pimpinan dan

karyawan

saling

mengenal

dan

dapat

berhubungan setiap hari kerja


Pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan
Pucuk pimpinan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal
Tingkat spesialisasi tidak begitu tinggi
Tujuan organisasi sederhana
Kelebihan Organisasi Line
Kesatuan pimpinan terjamin sepenuhnya, karena pimpinan

berada dalam satu tangan


Disiplin dan militarisi pekerja umumnya tinggi
Koordinasi relatif mudah dilaksanakan
Proses pengambilan keputusan dan intruksi berjalan cepat dan

tidak bertele-tale
Garis pimpinan tegas, tidak mungkin terjadi kesimpangan

karena pemimpin berhubungan langsung dengan karyawan


Rasa solidaritas karyawan umumnya tinggi

23

Pengendalian secara ketat pada setiap keryawan dapat

dilaksanakan
Kelemahan Organisasi Line
Tujuan pribadi pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan

dengan kepentingan organisasi.


Ada kecenderungan pimpinan untuk bertindak otoriter dan

diktator
Organisasi secara keseluruhan bergantung pada satu orang
Adanya rangkap jabatan dalam pekerjaan sehingga tidak

efesien
Kurang tersedianya staf ahli
Kemungkinan pekerjaan dilaksanakan kurang sempurna.
Bakat para bawahan sulit untuk berkembang karena sukar

untuk mengambil inisiatif sendiri.


Timbulnya birokrasi, yaitu lambatnya jalan pekerjaan dan
tanggung jawab karena banyaknya tangga-tangga organisasi

yang harus dilewati.


Tidak adanya kerja sama antara bagian-bagian yang sederajat
dalam organisasi tersebut.

Gambar 2.6 Organisasi garis

b. Organisasi Fungsional

24

Organisasi fungsional yaitu organisasi yang memiliki susunan dari


satuan-satuan yang menangani tugas-tugas spesifik sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan dilengkapi sub ordinal.
Ciri-ciri organisasi fungsional :
Pembagian tugas dapat dibedakan secara jelas dan tegas.
Dalam pelaksanaan kegiatan tidak banyak memerlukan
koordinasi, karena koordinasi dilaksanakan oleh pimpinan

tingkat atas.
Pembagian unit-unit

kegiatan.
Para pembantu pimpinan atau pimpinan unit mempunyai

organisasi

berdasarkan

spesialisasi

wewenang memberikan perintah langsung pada unit-unit


bawahan masing-masing.
Pada struktur fungsional setiap bagian bertanggungjawab atas satu
macam fungsi tertentu dan pada fungsinya itu kewenangannya
menjangkau bagian-bagian yang ada dibawahnya menunjukkan bagian
yang dimiliki sebuah bagian yang menjangkau bagian-bagian lain pada
sebuah organisasi.
c. Organisasi Matriks
Akibat perkembangan proyek yang membutuhkan dana besar
menyebabkan kegiatan proyek tersebut semakin banyak pula. Hal ini
menyebabkan

kebutuhan

jumlah

personil

bertambah

sehingga

kemudian terjadi pemakaian bersama personil di beberapa tempat.


Oleh

sebab

itu

kemudian

timbul

organisasi

matriks

yang

memungkinkan personil untuk bekerja dengan dua arah tanggung


jawab secara

vertikal

dan horizontal

sehingga

menyebabkan

pemakaian personil itu lebih efisien.


Matriks adalah suatu desain struktural yang menugaskan para
spesialis dari departemen-departemen fungsional tertentu untuk
bekerja pada satu tim yang dipimpin oleh seorang pimpinan proyek
organisasi matriks disebut juga "project organization" (organisasi
proyek). Karena proyek mempunyai jangka waktu tertentu, maka
diperlukan suatu metode manajemen dan pengorganisasian yang tidak
mengganggu struktur organisasi dan mempertahankan tingkat efisiensi.

25

Dalam organisasi matriks, personalia fungsional yang ditugaskan


dalam suatu proyek bekerja pada fungsionalnya. Sebagai contoh :
seorang manager diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk
memenuhi tujuan-proyek, seperti kualitas, masalah pembiayaan, masa
penyelesaian, dan lain-lain. Maka manager mempunyai kewenangan
untuk menugaskan dan menilai karyawan fungsional yang bekerja
pada proyek, setelah proyek selesai karyawan fungsional akan kembali
ke bagian-bagian fungsionalnya masing-masing.
Ciri Organisasi Matriks
Para pegawai dalam struktur organisasi matriks mempunyai 2
orang atasan yaitu departemen fungsional dan manager proyek
Digunakan dalam skala proyek yang besar.
Adanya saling ketergantungan di antara departemen
Organisasi matriks merupakan gabungan organisasi fungsional dan
organisasi satuan tugas. Kelemahan organisasi matriks adalah tidak
jelas pertangungjawaban bawahan atas pekerjaannya karena tidak
dapat dibedakan hal-hal yang bersifat manajerial dan fungsional. Pada
gambar dapat dilihat contoh organisasi matriks.

Gambar 2.7 Organisasi matriks

26

Seperti penjelasan pada organisasi matriks, dengan peningkatan


dana proyek mengakibatkan kegiatan proyek semakin banyak pula.
Hal ini akan menambah beban pekerjaan bagi para personilnya. Untuk
meningkatkan mutu pekerjaan, personil tidak dapat bekerja sendiri
seperti pada organisasi fungsional tetapi membutuhkan saran/ bantuan
dari seorang staf sehingga timbul lah organisasi garis dan staf.
Pada organisasi garis dan staf terdapat dua kelompok orang-orang
yang berpengaruh dalam menjalankan organisasi. Orang yang
melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tugas,
yang digambarkan dengan garis. Orang yang melakukan tugasnya
berdasarkan keahlian yang dimilikinya, orang ini hanya berfungsi
untuk memberikan saran-saran kepada unit operasional.orang-orang
tersebut disebut staff.

Ciri Organisasi Garis dan Staff


Terdapat spesialisasi yang beraneka ragam yang diperlukan
secara maksimal.Dalam melaksanakan tugasnya, anggota garis

dapat meminta pengarahan serta informasi dari staf.


Pengarahan yang diberikan staf dapat dijadikan pedoman bagi

pelaksana.
Staf mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan
pekerjaan

27

Gambar 2.8 Organisasi garis dan staf

2.6 Konsep-Konsep Manajemen Konstruksi


Dalam perkembangannya proyek konstruksi memerlukan pendanaan
yang makin besar dan demikian pula dalam pengelolaan proyek akan
semakin kompleks. Kendala terhadap penyediaan dana, saat ini dapat diatasi
oleh pemilik dengan beberapa konsep pendekatan dan dengan bentuk
organisasi ekternal yang didasarkan pada penyedia dana (investor) yang
sekaligus sebagai pelaksana jasa konstruksi yaitu :
1. Konsep build, own, operate, transfer (BOOT) atau BOO
Konsep semacam ini seringkali disebut sebagai konsep proyek konsesi.
Pada konsep semacam ini terdapat investor sebagai pemilik sementara
yang melakukan pembangunan (build), pemilikan (own), pengoperasian
(operate), dan serah terima (transfer) proyek kepada pemilik tetap. Awal
mula timbulnya konsep semacam ini karena pemilik tetap mengalami
kesulitan mendanai proyek sehingga memberikan kewenangan kepada
investor/pemilik sementara untuk melakukan pembangunan dan kemudian
mengoperasikan proyek sampai masa konsesi berakhir. Dengan demikian

28

pemilik sementara/investor bertanggung jawab mulai dari desain,


pelaksanaan konstruksi sampai dengan pengoperasiannya sehingga dapat
memperoleh keuntungan untuk pengembalian biaya investasi. Berakhirnya
masa konsesi ditandai dengan serah terima proyek kepada pemilik tetap.
Pada konsep BOOT studi kelayakan proyek biasa dilakukan oleh pemilik
sementara/ investor sedangkan pada turnkey bisa dilakukan oleh owner.
2. Konsep engineering, procurement, construction (EPC)
Pada konsep semacam ini, pemilik proyek tidak menyerahkan
tanggung jawab kegiatan desain (engineering) kepada konsultan dan tidak
menyerahkan kegiatan pengadaan material/peralatan (procurement) dan
kegiatan pelaksanaan konstruksi kepada kontraktor. Pada proyek semacam
ini pemilik proyek menyerahkan tanggung jawabnya kepada satu pihak
yang disebut kontraktor EPC.
2.7 Aspek-aspek manajemen konstruksi
Dalam buku Manajemen Konstruksi Edisi Revisi (Abrar Husen,
2011) ada beberapa aspek dalam manajemen proyek, yaitu sebagai berikut:
1. Aspek Keuangan
Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek.
Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau
investor dalam jangka pendek atau jangka panjang.
2. Aspek Anggaran Biaya
Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama
proyek berlangsung.
3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek
berlangsung yang berfluktuatif.
4. Aspek Manajemen Produksi
Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek, hasil akhir proyek
negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal
ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
produktivitas SDM, meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja,

29

meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian


mutu.
5. Aspek Harga
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga,
yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan
membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan
produk lain.
6. Aspek Efektivitas dan Efisiensi
Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilkan tidak
terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak
dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.
7. Aspek Pemasaran
Masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal
sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta
analisis pasar yang salah terhadap produksi yang dihasilkan.
8. Aspek Mutu
Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
9. Aspek Waktu
Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari
yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
2.8 Stakeholder proyek
Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu
proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian
sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau
individual (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan
berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek
berlangsung. Stakeholder proyek secara umum diuraikan di bawah ini
(Abrar Husen, 2011).
a. Manajer Proyek: seseorang yang bertanggung
proyek.

jawab mengelola

30

b. Pelanggan (customer): seseorang/organisasi yang menggunakan


produk proyek.
c. Organisasi Proyek: hierarki/susunan tugas dan wewenang individual.
d. Sponsor: penyedia sumber dana untuk proyek.
e. Masyarakat: sebagai konsumen.
Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pemilik Proyek: seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana,
memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil
proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
2. Konsultan: seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang
memiliki keahlian dan pengalaman merancang dan mengawasi proyek
konstruksi, terdiri atas:
a. Konsultan Perencana: seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi,
seperti halnya Perencana Arsitektur, Perencana Struktur, Perencana
Mekanikal dan Elektrikal dan lain sebagainya.
b. Konsultan Pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek.
c. Konsultan Manajemen Konstruksi: perusahaan yang mewakili
pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir
proyek.
3. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan
pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan
fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui
lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan
negosiasi penawaran harga.
4. Sub-kontraktor: pihak yang ditunjuk oleh kontraktor. dan disetujui oleh
pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian
fisik proyek yang memiliki keahlian khusus/spesialis.
5. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk
memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh
pemilik.

31

BAB III
TINJAUAN PROYEK
3.1 Maksud dan tujuan proyek
1. Mendirikan tempat transaksi keuangan perbankan di kota Bogor
2. Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat kota Bogor
3. Meningkatkan perekonomian masyarakat kota Bogor
4. Mempermudah akses transaksi keuangan bagi masyarakat kota Bogor.
3.2 Lokasi proyek
Proyek pembangunan kantor cabang baru BCAterletak di jl. Oto Iskandar
Dinata kota bogor. Secara geografis kantor cabang BCA kota Bogor mempunyai
batas batas sebagai berikut:
1. Sebelah utara
: Warung warung kelontong
2. Sebelah selatan : Hotel Santika
3. Sebelah barat
: Rumah warga
4. Sebelah timur
: Jl. Oto Iskandar Dinata
3.3 Data proyek
3.3.1 Data umum
1. Nama proyek
: KCP BCA PURI BEGAWAN
2. Lokasi proyek
: Jl. Oto Iskandar Dinata Bogor
3. Fungsi bangunan
: Bank
4. Pemilik proyek
: BCA
5. Konsultan perencana
: PT. Mitratalenta Konsultindo
6. Konsultan arsitektur
: PT. Ekamitra Talentama
7. Konsultan MK
: PT. Mitratalenta Konsultindo
8. Jenis kontrak
: lump sum
9. Nilai kontrak
: Rp 12.470.000.000,00
10. Waktu pelaksanaan
: 16 Agustus 2016 30 April
2017
11. Masa pelaksanaan
: 238 hari kalender
12. Kontraktor utama
: PT. INTI INDAH

32

13. Sub. Kontraktor pekerjaan pondasi : PT. JACKINGPILE PRATAMA


Data teknis
A. Dimensi dan design bangunan
1. Luas tanah
: 2294 m2
2. Lebar bangunan
: 35 m
3. Panjang bangunan
: 47,15 m
4. Jumlah lantai
: 5 lantai
5. Tinggi bangunan
:
6. Design bangunan
: Kolonial
7. Luas per lantai
: 966 m2
8. Kapasitas parkir mobil
: 39 buah
9. Kapasitas parkir motor
: 87 buah
B. Data khusus proyek
1. Pondasi
a. Jenis pondasi
: Pondasi tiang pancang
b. Jumlah titik tiang pancang
: 208 titik
c. Panjang tiang pancang per buah : 12 meter
d. Jenis tiang
: Beton bertulang
e. Mutu beton tiang
: K450
f. Mutu baja
: U 39, D 10 mm
g. Mutu baja
: U 24, 10 mm
h. Bentuk penampang tiang
: Kotak
i. Berat tiang
: 40 ton
j. Metode pemancangan
: Jacking pile
k. Gaya tekan mesin pancang
: 100 ton
2. Pile cap dan tie beam
a. Mutu baja
: U 39, D 10 mm
b. Mutu baja
: U 24, 10 mm
c. Tipe bentuk pile cap
: 9 buah
d. Mutu beton
: K450
e. Tebal pasir urug
: 100 mm
f. Tebal lantai kerja pile cap
: 50 mm
3.4 Ruang lingkup pekerjaan
A. Lingkup pekerjaan keseluruhan
1. Pekerjaan struktur bawah
a. pekerjaan pondasi tiang pancang
b. pekerjaan GWT
2. Pekerjaan struktur atas
a. Pekerjaan kolom beton bertulang
b. Pekerjaan balok beton bertulang
c. Pekerjaan pelat beton bertulang
3. Pekerjaan arsitek
a. Pekerjaan dinding batu bata
b. Pekerjaan partisi dan kusen
4. Pekerjaan M&E
3.3.2

33

a. Pekerjaan instalasi pipa untuk air bersih dan air kotor pada
ground water tank.
b. Pekerjaan air holding unit, sebagai pengatur suhu dan
kelembaban di dalam ruangan.
c. Pekerjaan instalasi listik dan AC.
B. Lingkup kerja praktek
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dibahas pada laporan kerja
praktek hanya fokus terhadap pekerjaan pondasi tiang pancang beton.
3.5 Fasilitas proyek
Pada proyek pembangunan kantor cabang baru BCA kota Bogor, ada
beberapa fasilitas proyek yang di sediakan oleh pihak kontraktor yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Barak pekerja borongan


Barak pekerja tetap
Gudang material dan peralatan sementara
Mck sementara
Pos satpam

3.6 Dokumentasi lapangan

Gambar 3.1 Nama

Gambar 3.2 Lokasi proyek

34

Gambar 3.3 Pemancangan


tiang

Gambar 3.5 Pemancangan


tiang

Gambar 3.7 Cek As kolom

Gambar 3.4 Pendatangan


plat kapal

Gambar 3.6 Pemancangan


tiang

Gambar 3.8 Tiang pancang

35

Gambar 3.9 Galian pile cap

Gambar 3.10 Perataan


tanah

Gambar 3.11 Lantai kerja


pile cap

Gambar 3.12 Galian GWT

36

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN MANAJEMEN PROYEK
4.1 Uraian Umum
Manajemen proyek merupakan penerapan fungsi fungsi manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada suatu proyek
dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, agar
tercapai tujuan proyek secara optimal.
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Usaha
tersebut dibatasi oleh tiga variable proyek, yaitu waktu (time), mutu (quality) dan
harga (cost). Kegiatan kegiatan ini menghasilkan suatu output, baik berupa
software (design) maupun hardware (pelaksanaan fisik)
Unsur unsur yang dikelola dalam sebuah proyek yaitu:

Money (uang)
Man (tenaga kerja)
Machine (alat alat untuk mempermudah pelaksanaan proyek)
Methode (mekanisme dan prinsip kerja yang diterapkan dalam menjalankan
suatu proyek)
Sebuah proyek diawali leh adanya gagasan atau ide dari pihak pengguna jasa

(owner) yang kemudian dituangkan kedalam pekerjaan perencanaan dan


direalisasikan menjadi suatu wujud fisik tiga dimensional. Dalam hal ini yang
akan di bahas secara mendalam yaitu proyek dalam kelompok industry konstruksi.
4.2 Prosedur pelelangan proyek
Pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor proses
pelelangan dilakukan dengan cara penunjukan langsung oleh owner (BCA).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan pihak
pelaksana di lapangan penunjukan langsung PT. INTI INDAH sebagai kontraktor
utama dikarenakan hubungan kerja sama antara pihak owner (BCA) dengan pihak
kontraktor (PT. INTI INDAH) yang telah berlangsung lama. Sebelumnya telah

37

banyak kantor cabang BCA yang pembangunannya diserahkan kepada PT. INTI
INDAH.
4.3 Perencanaan dan pelaksanaan proyek
4.3.1 Tujuan dan sasaran proyek pembangunan kantor cabang BCA kota
Bogor
a. Tujuan proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor
Tujuan dari proyek pembangunan kantor cabang BCA di kota bogor
adalah :
Memberikan sarana perbankan bagi masyarakat
Meningkatkan jumlah nasabah BCA
Menunjang kegiatan perekonomian masyarakat kota Bogor
Meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat kota Bogor
Memperluas jaringan perusahaan
b. Sasaran proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor
Sasaran dari pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor adalah
Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan
Terpeliharanya kondisi keuangan bank yang sehat dan stabil
Mengoptimalkan pencapaian dan manfat inisiatif bank BCA
4.3.2 Sumber daya proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor
4.3.2.1 Sumber daya manusia
A. Tipe tenaga kerja
Pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor ini
tenagan kerja di bedakan menjadi 3 yaitu:
1. Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja tetap merupakan karyawan yang sudah di angkat dan
mendapat gaji tetap dari kantor pusat (PT INTI INDAH). Jumlah
tenaga kerja tetap pada proyek pembangunan kantor cabang BCA yaitu
sebagai berikut:

2. Tenaga kerja harian

38

Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan


berdasarkan kebutuhan pada suatu jenis pekerjaan tertentu. Jumlah
tenaga kerja harian tergantung pada volume pekerjaan yang ada. Pada
proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor khususnya pada
pekerjaan galian pondasi terdapat tenaga kerja harian yaitu satu orang
operator alat berat excavator.
3. Tenaga kerja borongan
Tenaga kerja borongan adalah mandor beserta anak buahnya yang
mendapatkan upahnya berdasarkan prestasi pekerjaan yang dilakukan.
Mandor berkewajiban mengatur anak buahnya yang disesuaikan
dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Pada proyek pembangunan
kantor cabang BCA khususnya pada jenis pekerjaan yang di analisan
pada kerja praktek ini yaitu pondasi tiang pancang beton terdapat 3
kelompok tenaga kerja borongan yaitu pada pekerjaan bongkaran
bangunan lama dan penyiapan lantai kerja mesin pancang, pekerjaan
pemancangan, dan pada pekerjaan pile cap. Sistem pekerjaan borongan
ini

berdasarkan

hasil

wawancara

di

lapangan

dipilih

guna

mempermudah pengendalian waktu pekerjaan pondasi tiang pancang


agar dapat selesai pada waktunya. Khusus pada pekerjaan pondasi pada
ptoyek ini terdapat tiga kelompok pekerja borongan sesuai dengan
jenis pekerjaannya masing-masing yang di pimpin oleh tiga mandor
yang berbeda. Jumlah tenaga kerja borongan pada pekerjaan pondasi di
dalam proyek ini adalah 23 orang.
B. Waktu kerja
Waktu kerja normal khususnya pada pekerjaan pondasi tiang
pancang di mulai dari hari senin sampai hari minggu mulai pukul 08.00
wib s/d pukul 16.00 wib. Sedangkan untuk jam kerja lembur pada
pekerjaan pondasi tiang pancang disesuaikan dengan target pekerjaan
yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan antara pihak kontraktor
dengan pekerja. Namun dari hasil pengamatan di lapangan jam kerja
lembur lebih sering dilakukan oleh operator mesin jacking pile dengan
waktu lembur terlama hingga pukul 21.00 wib. Pekerjaan lembur ini

39

dilakukan untuk menutupi sisa kekurangan prestasi pekerjaan yang


terjadi pada hari sebelumnya sehingga nantinya pekerjaan pondasi tiang
pancang dapat tepat pada waktunya.
C. Upah kerja
Pelaksanaan pembayaran upah pada karyawan yang bekerja pada
proyek pembangunan kantor cabang BCA ini adalah sebagai berikut :
a. Upah karyawan tetap dibayarkan setiap akhir bulan
b. Upah mandor dibayarkan setiap hari sabtu melalui bagian
administrasi proyek.
c. Upah tenaga kerja borongan dibayarkan setiap minggunya melalui
mandor, tepatnya hari sabtu.
D. Prosedur pengadaan pekerja
Khusus pada pekerjaan pondasi tiang pancang pengadaan pekerja
dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan agar tiap pekerja yang
didatangkan memiliki keahlian dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor
ini. Pada proyek ini khususnya pada pekerjaan pondasi terjadi tiga kali
pengadaan pekerja (pekerja borongan) dengan tiga mandor yang
berbeda. Pada tahap pekerjaan persiapan pondasi yang meliputi
pekerjaan bongkaran bangunan lama, pemadatan lantai kerja HSDP,
pemasangan landasan lantai kerja HSDP (plat baja kapal) dilakukan
oleh kelompok pekerja yang dimandori oleh mandor Yono dengan
jumlah pekerja sebanyak 6 orang, kemudian pada pekerjaan
pemancangan tiang dilakukan oleh pekerja borongan yang didatangkan
oleh pihak subkontraktor (PT JACKING PILE PRATAMA) yaitu
sebanyak 7 orang, dan pada pekerjaan pembuatan pile cap dilakukan
oleh kelompok pekerja yang dipimpin oleh mandor Harno dengan
jumlah pekerja sebanyak 10 orang.
4.3.2.2 Sumber daya peralatan
A. Excavator
Pada pekerjaan ini excavator digunakan saat seluruh pekerjaan
pemancangan tiang pancang beton ke dalam tanah telah selesai. Lalu
kemudian excavator digunakan untuk pekerjaan galian pile cap dengan

40

dimensi yang besar seperti pile cap untuk ground water tank. Pemilihan
excavator sebagai alat berat yang digunakan pada proyek ini yaitu untuk
mempercepat pekerjaan pondasi tiang pancang yang sebelumnya
mengalami hambatan baik dari factor alat maupun factor lainnya.
Sehingga hambatan yang terjadi sebelumnya tidak akan menghambat
pekerjaan pondasi tiang pancang juga pekerjaan lain nantinya.
Excavator pada proyek ini di operasikan oleh operator dengan jumlah
operator yaitu satu orang. Jam kerja alat ini disesuaikan dengan jumlah
prestasi pekerjaan harian yang ingin dicapai, kurang lebih ddalam satu
hari alat ini beroperasi selama 8 jam, dimulai dari jam 8 pagi hingga
jam 4 sore. Jumlah excavator yang digunakan pada pekerjaan pondasi
tiang pancang ini hanya I unit saja, berikut ini dokumentasi excavator:

Gambar 4.1 excavator


B. HSPD (Hydraulic System Pile Driver)
HSPD adalah mesin pemancang yang menggunakan sistem jepit
kemudian menekan tiang tersebut dengan berat sendiri alat tersebut.
Struktur HSPD terdiri dari pressing hydrolic cylinder, clamping box,
dan clamping hydraulic cylinder.
Cara kerja alat HSPD :
a. Posisikan alat HSPD pada titik pancang yang telah ditentukan
dengan menyesuaikan level indicator di cabin operator.

41

b. Catat semua data-data yang di perlukan pada billing record.


Posisikan hydraulic cylinder dalam keadaan bebas dan pressing
box diangkat pada bagian atas
c. Tiang diberi marking tiap jarak 50 cm untuk mengetahui
kedalaman berapa tiang telah terpancang dan tiang di ikat
dengan baja seling pada 1/3

panjang tiang lalu angkat dan

masukan kedalam clamping box.


d. 2 unit clamping cylinder diberi tekanan sehingga clamping
cylinder menjepit tiang yang terdapat pada lubang central
clamping box.
e. Dengan handle kemudi operator mengatur pressing valve,
pressing cylinder agar tiang dalam keadaan terjepit sehingga
tiang dapat masuk kedalam tanah.
f. Setelah selesai melakukan 1 stroke, clamping cylinder dibuat
dalam keadaan bebas (tidak menjepit tiang lagi), sehingga tiang
bebas dari jepitan dan angkat kembali clamping box pada posisi
awal.
g. Gunakan balok doli jika tiang pancang sudah tak terjepit oleh
clamping box.
h. Lakukan terus penekanan pada tiang hingga mencapai
kedalaman yang di inginkan.
HSPD sebelum digunakan harus di kalibrasi terlebih dahulu agar
nantinya nilai tekanan yang di hasilkan benar-benar akurat. Berikut ini
gambar hasil kalibrasi HSPD :

42

Gambar 4.2 sertifikat kalibrasi HSPD

Gambar 4.3 Hydraulic static pile driver

43

Gambar 4.4 Hydraulic static pile driver saat beroperasi

C. Genset
Pada proyek ini khususnya untuk pekerjaan pondasi, genset
merupakan alat yang satu paket dengan HSPD. Genset digunakan untuk
menghasilkan daya listrik guna menunjang pengoperasian alat HSPD.
Genset dan HSPD bekerja dalam durasi waktu yang sama karena kedua
alat ini memang tidak bisa dioperasikan dalam waktu yang berbeda.
Berikut ini adalah dokumentasi genset yang digunakan:

44

Gambar 4.5 Genset


D. Martil
Martil adalah alat yang digunakan untk memberikan tumbukan
kepada benda. Pada proyek ini martil digunakan pada pekerjaan
bongkaran bangunan lama, dan pada pekerjaan pemotongan tiang
pancang setelah selesai di pancang. Berikut ini adalah dokumentasi
penggunaan martil pada pekerjaan pondasi tiang pancang proyek
pembangunan kantor cabang baru BCA kota Bogor:

Gambar 4.6 Pemotongan tiang pancang dengan martil


E. Pahat

45

Pahat adalah perkakas yang mempunyai ujung runcing, digunakan


untuk memotong atau memahat suatu bidang yang keras. Di dalam
proyek ini penggunaan pahat dikombinasikan dengan martil besar yang
digunakan pada pekerjaan pemotongan tiang pancang beton yang telah
selesai di pancang. Berikut ini adalah gambar dokumentasi mengenai
penggunaan pahat :

Gambar 4.7 Penggunaan pahat


F. Cangkul
Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam
pertanian, maupun pekerjaan konstruksi. Cangkul digunakan untuk
menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan
tanah, membuat spesi untuk bangunan. Cangkul pada proyek ini
digunakan untuk menggali lubang pile cap yang mempunyai ukuran
yang tidak terlalu besar. Alasan penggalian lubang pile cap digali
dengan cangkul yaitu untuk mengurangi resiko kerusakan pada tiang
pancang apabila penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator.
Berikut ini adalah gambar penggunaan cangkul pada pekerjan galian
lubang pile cap di proyek pembangunan kantor cabang BCA :

46

Gambar 4.8 Penggunaan cangkul pada pekerjaan galian pile cap


G. Las listrik
Las listrik adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan atau
memotong sesuatu yang berbahan logam dengan memanfaatkan energy
listrik yang di ubah menjadi panas. Pada proyek ini las listrik digunakan
pada pekerjaan pemotongan tulangan/tendon baja pada tiang pancang
yang telah selesai di pancang. Berikut ini adalah gambar penggunaan
las listrik paka pekerjaan pemotongan tulangan baja pada pondasi tiang
pancang :

Gambar 4.9 Pemotongan baja tulangan tiang dengan las listrik


H. Pompa air

47

Pompa air pada proyek ini digunakan untuk mengeluarkan air yang
ada pada lubang galian pile cap sebelum dilakukannya pekerjaan
urugan pasir dan pembuatan lantai kerja pile cap. Berikut ini adalah
gambar dokumentasi penggunaan pompa air pada proyek pembangunan
kantor cabang BCA kota Bogor :

Gambar 4.10 Pompa air


I. Troli
Troli merupakan alat yang digunakan untuk pengangkutan atau
pemindahan material bangunan seperti batu pecah, semen, atau pasir
dari lokasi penyimpanan ke lokasi pengolahan. Berikut ini gambar troli
yang digunakan pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota
Bogor :

48

Gambar 4.11 Troli


J. Theodolite
Theodolite merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
elevasi tanah, as bangunan, pengukuran luas bidang datar, dan lainya.
Pada proyek ini theodolite digunakan pada pekerjaan setting out,
pekerjaan cek geser tiang, pekerjaan cek as kolom, cek elevasi lantai
kerja pondasi tiang pancang. Berikut ini adalah gambar theodolite pada
proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor :

49

Gambar 4.12 Theodolite


K. Auto level
Auto level merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
elevasi suatu bidang atau juga untuk mengetahui beda tinggi dari dua
titik yang berbeda. Pada proyek pembangunan kantor cabang BCA ini
autolevel digunakan untuk menentukan dalamnya galian pile cap
pondasi tiang pancang beton. Auto level yang digunakan pada proyek
ini telah dikalibrasi terlebih dahulu pada tanggal 18 Juli 2016 dan valid
sampai tanggal 17 Januari 2017. Berikut ini adalah gambar autolevel
yang digunakan pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota
Bogor :

50

Gambar 4.13 Autolevel


L. Bar cuter dan bar bender
Bar cuter digunakan untuk memotong dan membengkokan besi
tulangan pada proyek ini menggunakan alat bar cutter dan bar bender
untuk mempercepat pekerjaan. Berikut ini gambar dokumentasi bar
cuter dan bar bender di proyek pembangunan kantor cabang BCA kota
Bogor :

Gambar 4.14 Bar bender dan bar cuter


M. Pelat baja kapal
Pelat baja kapal ini merupakan lempengan baja berukuran 3m x 7
m yang digunakan untuk landasan pergerakan alat pada lokasi proyek

51

pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor. Penggunaan pelat baja


kapal ini yaitu untuk menghindari amblas yang mungkin terjadi saat
alat berat melintas. Berikut ini adalah dokumentasi pelat baja kapal
pada proyek ini:

Gambar 4.15 pelat baja kapal


4.3.2.3 Sumber daya material
A. MATERIAL
1.
Air
Air merupakan unsur penting dalam pembuatan suatu struktur,
karena air mempunyai fungsi untuk menyatukan berbagai material
yang akan digunakan pada struktur bangunan misalnya pada
pembuatan adukan spesi. Pada pembuatan pile cap air digunakan pada
pembuatan pasta untuk lantai kerja pile cap dan beton untuk struktur
pile cap. Air yang digunakan pada pembuatan lantai kerja pile cap
berasal dari kubangan air hujan yang ada pada lubang pile cap yang
belum di sedot airnya. Berikut ini gambar air yang digunakan pada
pembuatan lantai kerja pile cap :

52

2.

Gambar 4.18 Air


Pasir laju
Pada pekerjaan pondasi kantor cabang BCA pasir laju digunakan
untuk menjadi urugan pasir setebal 50 cm di bawah lantai kerja pile
cap. Berikut ini gambar pasir laju yang digunakan pada pekerjaan
pondasi :

3.

Gambar 4.19 Pasir laju


Semen
Pada pekerjaan pondasi kantor cabang BCA ini semen digunakan
salah satunya pada pengerjaan lantai dasar pile cap. Jenis semen yang
digunakan yaitu semen padang. Berikut ini adalah gambar semen pada
di gudang penyimpanan :

53

4.

Gambar 4.20 Semen padang


Tiang pancang beton
Tiang pancang beton merupakan tiang pancang yang terbuat dari
beton bertulang. Pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota
Bogor ini digunakan tiang pancang beton berbbentuk kotak dengan
dimensi penampang 25cm x 25cm, dengan mutu beton K450 dan
memiliki panjang 12 m per tiang. Berikut ini adalah gambar tiang
pancang yang digunakan pada proyek pembangunan kantor cabang
BCA kota Bogor :

5.

Gambar 4.21 Tiang pancang beton bertulang


Baja tulangan

54

Baja tulangan merupakan salah satu faktor penentu dalam kuat atau
tidaknya konstruksi struktur beton. Pada pekerjaan pondasi tiang
pancang, baja tulangan digunakan pada pembuatan pile cap dan sloof.
Berikut ini gambar tulangan yang digunakan :

6.

Gambar 4.16 Baja tulangan


Kawat bendrat
Kawat bendrat merupakan kawat berbahan baja yang digunakan
untuk mengikat tulangan yang akan di rangkai menjadi bentuk tertentu
seperti rangkaian tulangan balok, kolom, pile cap, sloff dan lainnya.
Berikut ini kawat bendrat yang digunakan pada proyek pembangunan
kantor cabang baru BCA kota Bogor :

Gambar 4.17 Kawat bendrat


B. Data data material dan alat masuk proyek pembangunan kantor
cabang BCA kota Bogor.
Pada proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor terjadi
pendatangan material baik khusus pekerjaan pondasi maupun untuk

55

jenis pekerjaan lain yang akan dikerjakan,. Data-data brang masuk


tersebut akan dilampiran pada laporan ini.
C. Prosedur pengadaan/pendatangan material dan alat proyek
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, diketahui bahwa
pendatangan material dan alat dilakukan oleh kantor kontraktor pusat
hasil dari permintaan yag diajukan oleh pihak perwakilan kontraktor
yang ada dilapangan yaitu bagian logistik. Bagian logistik sendiri
mengajukan permintaan material atau alat proyek atas permintaan dari
pihak pelaksana. Sebelum dilakukan pendatangan material atau alat
proyek di buat terlebih dahulu form permintaan barang yang di
tandatangai oleh pihak kontraktor di wakili oleh project manager.
Kemudian form tersebut di serahkan terlebih dahulu kepada pihak
owner dan konsultan MK, jika telah di setujui baru di adakan
pendatangan barang oleh pihak kantor kontraktor pusat di Jakarta.
Material atau alat yang sudah datang kelapangan kemudian dilakukan
pelaporan kepada pihak MK dan owner dalam bentuk laporan
spesifikasi material dan alat juga foto dokumentasi. Bila terjadi
ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang disyaratkan maka akan
dilakukan pengembalian atau penukaran barang oleh kontraktor
kepada supplier atas perintah dari owner. Semua material dan alat
yang ada dilapangan harus dilaporkan kepada kantor kontraktor pusat
untuk dilakukan evaluasi guna mengetahui biaya yang telah
dikeluarkan. Berikut ini adalah form permintaan barang proyek
pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor :

56

Gambar 4.22 Form permintaan barang


4.3.2.4 Sumber daya keuangan
Proyek pembangunan kantor cabang BCA ini menggunakan dana
pembangunan yang sepenuhnya berasal dari pihak owner yaitu BCA. Total
biaya konstruksi yang digunakan yaitu sebesar 12.470.000.000,00. Biaya
tersebut merupakan hasil dari penawaran yang di berikan oleh pihak
kontraktor pada awal kesepakatan. Pihak kontraktor sendiri dari hasil
wawancara yang penulis lakukan, menerangkan bahwa penagihan biaya

57

konstruksi mulai dilakukan pada saat prestasi pekerjaan mencapai nilai 15


%. Yang selanjutnya penagihan dilakukan kembali saat pekerjaan
mencapai nilai 30%, 60%, 70%, 80% dan 90%. Dan sisa 10% ditahan
sebagai jaminan oleh pihak owner.
4.3.2.5 Jadwal pelaksanaan proyek
Dalam proyek pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor ini
durasi total untuk seluruh pekerjaan direncanakan kurang lebih 8 bulan
kalender yaitu dari bulan September 2016 hingga april 2017. Namun
karena pada kerja praktek ini saya khusus meninjau pekerjaan pondasi
tiang pancang maka saya membagi dua durasi pekerjaan pada proyek ini
sesuai dengan data yang di dapat di lapangan yaitu durasi pekerjaan dan
durasi pekerjaan secara keseluruhan. Untuk pekerjaan pondasi direncakan
selesai dalam waktu 22 hari dimulai dari tanggal 29 september 2016
hingga 19 oktober 2016. Berikut ini adalah time schedule untuk pekerjaan
pondasi tiang pancang pada proyek pembangunan kantor cabang BCA
kota Bogor yang berhasil saya dapatkan :

Gambar 4.23 Time schedule pekerjaan pondasi tiang pancang


4.3.2.6 Prosedur pelaksanaan
Pada pekerjaan pondasi proyek pembangunan kantor cabang BCA
kota bogor terdapat beberapa prosedur pelaksanaan yaitu:

58

a. Prosedur pengadaan gambar kerja


Rencana gambar kerja pembangunan kantor cabang baru BCA kota
bogor di buat oleh pihak konsultan atas dasar permintaan dari pihak
owner (BCA). Namun di dalam rencana gambar tersebut masih
terdapat beberapa bagian gambar yang harus di rubah diseduaikan
dengan kondisi tofografi lahan di lapangan. Perubahan gambar kerja
tersebut di lakukan oleh pihak kontraktor dengan perantara seorang
drafter yang kemudian gambar kerja tersebut di serahkan kepada pihak
perencana dan pengawas untuk di setujui. Setelah gambar kerja
tersebut di setujui oleh pihak perencana dan pengawas maka
selanjutnya baru di lakukan pelaksanaan pembangunan di lapangan.
Berikut ini adalah gambar kerja yang telah mengalami perubahan dan
telah di setujui oleh pihak perencana dan pengawas:

Gambar 4.24 Shop drawing siap pelaksanaan


b. Prosedur pekerjaan pemancangan pondasi tiang pancang
Pemancangan tiang harus sesuai dengan patok rencana yang telah

direncanakan.
Pekerjaan pemancangan dilakukan dengan menggunakan mesin

dengan sistem hidraulik.


Untuk tiang pancang bagian luar harus diberi tekanan 65- 70 ton.

59

Untuk tiang pancang bagian dalam harus diberi tekanan 100 ton.
Harus dilakukan pencatatan kedalaman tiang yang tertanam dan

sisa tiang yang tidak tertanam.


Harus dilakukan pelaporan progress pekerjaan tiap harinya.
Harus dilakukan pelaporan apabila terjadi keterlambatan dan eror

dalam pekerjaan.
4.3.2.7 Sistem pelaporan proyek
Laporan pekerjaan dibuat pada saat proyek sedang berjalan
maupun setelah proyek berakhir yang dijadikan sebagai bahan evaluasi
hasil pekerjaan dan untuk penyempurnaan proyek di masa mendatang.
Pada proyek pembangunan kantor cabang baru BCA ini, sistem laporan
terdiri dari laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.
a. Laporan harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana
proyek

dalam

melakukan

tugasnya

dan

dalam

mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta


untuk mengetahui hasil kemejuan pekerjaannya apakah sesuai dengan
rencana atau tidak. Laporan ini dibuat untuk memberikan informasi
bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang
perkembangan proyek.
Laporan harian berisi data- data sebagai berikut:
1. Waktu dan jam kerja
2. Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum.
3. Keadaan cuaca
4. Bahan-bahan yang tersedia di lapangan
5. Peralatan yang tersedia dilapangan
6. Hal-hal yang terjadi di lapangan
Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek yang
dilakukan tiap hari dapat di pantau.
b. Laporan mingguan
Laporan ini dibuat berdasarkan hasil rekap dari laporan harian yang
telah dibuat sebelumnya. Laporan ini berisi tentang uraian pekerjaan
hari-hari

sebelumnya

serta

kemajuan

pekerjaan

yang

telah

dilaksanakan selama satu minggu. Laporan ini dibuat oleh site


manager.
Sama halnya seperrti laporan harian, pembuatan laporan mingguan
juga dimaksudkan untk mengetahui keadaan proyek, hanya saja dalam

60

laporan

mingguan

ini

mencakup

waktu

setiap

minggu

dan

permasalahan yang lebih kompleks. Persentase kemajuan dana tau


keterlambatan proyek juga dapat diketahui melalui laporan mingguan
ini dengan cara membandingkan kurva S.
Adapun gambaran mengenai laporan mingguan ini sebagai berikut:
1. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan sampai dengan minggu yang
berlaku, jenis peralatan beserta jumlahnya, jumlah tenaga kerja,
dan material yang digunakan beserta volumenya.
2. Besar biaya proyek yang dikeluarkan selama satu minggu dan
perencanaan biaya yang akan dikeluarkan minggu berikutnya.
3. Jumlah pemakaian dan pemasukan bahan
4. Catatan pemasalahan yang ada selama satu minggu pekerjaan
5. Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga kerja, bahan,
dan peralatan serta cara menanganinya.
6. Catatan tentang ada tidaknya pekerjaan tambah dan pekerjaan
kurang dalam pelaksanaan proyek selama satu minggu.
7. Instruksi, informasi serta keputusan yang diperlukan kontraktor
untuk minggu berikutnya dari pihak pemberi tugas.

c. Laporan bulanan
Laporan bulanan yang dibuat oleh kontraktor yaitu oleh site manager
dimaksudkan agar penggunaan dana dan prestasi kerja selama satu
bulan dapat dikontrol oleh pemilik proyek sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati dalam tender proyek. Kemajuan proyek selama
satu bulan juga dapat diketahui melalui laporan bulanan ini. Laporan
bulanan merupakan akumulasi dari laporan mingguan, yang telah
dilengkapi dengan foto dokumentasi sebagai tolak ukur realisasi
kemajuan pelaksanaan proyek dan evaluasi kemajuan pekerjaan
terhadap rencana awal.
Dalam laporan bulanan yang berisi seluruh kegiatan proyek, baik
pelaksanaan maupun kegiatan-kegiatan penunjangnya terdapat dalam
hal-hal sebagai berikut:
1. Data umum proyek

61

2. Master schedule
3. Monthly progress report
4. Permasalahan yang terjadi beserta solusinya
5. Kondisi cuaca di proyek selama satu bulan lengkap
6. Foto dokumentasi kemajuan proyek
4.3.2.8 K3 proyek
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis di
lapangan selama kerja praktek, bahwa kelengkapan K3 khususnya pada
pekerjaan pondasi tiang pancang di proyek pembangunan kantor cabang
baru BCA kota Bogor yaitu sebagai berikut:
a. Perangkat APD yang digunakan :
1. Helm proyek
2. Sepatu boot karet
b. Rambu-rambu K3
1. Gunakan selalu safety belt

Gambar 4.25 Rambu K3 selalu gunakan safety belt


2. Dilarang merokok di proyek

Gambar 4.26 Rambu K dilarang merokok di area proyek


3. Rambu hati-hati ada lubang galian

62

Gambar 4.27 Rambu K3 hati-hati ada lubang galian


4. Rambu wajib menggunakan helm

Gambar 4.28 Rambu K3 wajib menggunakan helm


5. Rambu hati-hati tersandung

63

Gambar 4.29 Rambu K3 hati-hati tersandung


6. Rambu hati-hati arus listrik

Gambar 4.30 Rambbu K3 hati-hati arus listrik


7. Rambu hati-hati di atas ada kerja

64

Gambar 4.31 Rambu K3 hati-hati di atas ada kerja


C. Analisa K3 di lapangan
Dari hasil pengamatan dilapangan penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengadaaan rambu K3 cenderung terlambat karena baru ada setelah
kegiatan pemancangan tiang pancang selesai. Kemudian APD yang
digunakan oleh para pekerja masih sangat kurang lengkap, selain itu
tidak adanya pengawasan khusus bagi K3 selama pekerjaan pondasi tiang
pancang berlangsung. Hal ini dapat penulis liat dari masih banyaknya
para

pekerja

khususnya

pekerja

borongan

yang

masih

tidak

menggunakan APD dan masih melakukan tindakan-tindakan yang


dilarang selama bekerja misalnya merokok. Pada proyek ini khususnya
pada pekerjaan pondasi tiang pancang, manajemen K3 nya masih sangat
buruk. Padahal K3 merupakan unsur penting dalam menentukan lancer
tidaknya suatu proyek konstruksi. Selain dari segi APD yang digunakan,
cara atau metode kerja yang dilakukan pada pekerjaan tiang pancang ini
masih buruk. Hal ini ditunjukan masih dilakukannya penumpukan galian
tanah secara vertical di daerah yang banyak kegiatan pekerja sehingga
menimbulkan

ancaman

membahayakan pekerja.

longsoran

timbunan

tanah

yang

bisa

65

4.4 Pengorganisasian proyek pembangunan kantor cabang BCA kota


4.4.1

Bogor.
Unsur-unsur organisasi proyek
Unsur-unsur yang terlibat langsung didalam proyek pembangunan
kantor cabang BCA kota Bogor pada dasarnya dibagi menjadi:
a. Pemilik proyek (owner)
b. Konsultan
c. Kontraktor

Gambar 4.32 Struktur organisasi kontraktor utama PT INTI INDAH


4.4.2 Hubungan kerja
Ketiga unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama
lainnya di dalam menjalankan peranannya masing-masing. Hubungan
kerja yang ada dapat bersifat ikatan kontrak, hubungan koordinasi ataupun
perintah. Hubungan antara pihak-pihak terkait dapat dilihat pada skema
hubungan kerja pihak-pihak yang terkait dalam proyek berikut ini :

66

Gambar 4.33 Struktur organisasi proyek


Keterangan:
: Hubungan komando/perintah
: Hubungan koordinasi
: Hubungan tanggung jawab
Dari skema bagan di atas maka dapat dijelaskan hubungan kerja diantara
unsur-unsur proyek tersebut sebagai berikut:
a. Pemilik proyek dan konsultan
Diantara keduanya terdapat ikatan kontrak, dimana konsultan (PT.
MITRALTALENTA KONSULTINDO) memberikan jasa perencanaan
proyek yang meliputi masalah-masalah teknis maupun administrasi
kepada pemilik proyek (BCA), dan sebaliknya pemilik proyek (BCA)
berkewajiban memberikan imbalan berupa biaya perencanaan kepada
konsultan (PT. MITRATALENTA KONSULTINDO). Pemilik proyek
(BCA) mempunyai hak memberi perintah kepada pihak konsultan (PT.
MITRATALENTA KONSULTINDO).
b. Pemilik proyek dan kontraktor utama
Kontraktor

pelaksana

(PT

INTI

INDAH)

berkewajiban

melakasanakan pekerjaan proyek dengan baik dan memuaskan pemilik


proyek (BCA) pada waktu penyerahan pekerjaan. Sebaliknya pemilik
proyek

(BCA)

berkewajiban

untuk

membayar

seluruh

biaya

pelaksanaan kepada kontraktor (PT. INTI INDAH) agar proyek dapat


berjalan dengan lancer. Hubungan kerja di atur dalam kontrak kerja

67

yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak (PT. INTI INDAH &
BCA).
c. Konsultan dan kontraktor
Konsultan (PT. MITRATALENTA KONSULTINDO) terlebih
dahulu menyampaikan perencanaan proyek, sedangkan kontraktor (PT.
INTI INDAH) bertugas untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai
dengan

perencanaan

konsultan

(PT.

MITRATALENTA

ELEKTRINDO). Tetapi di antara keduanya tidak terjadi hubungan


perintah, di antara keduanya terdapat hubungan koordinasi.
d. Kontraktor dan sub kontraktor
Kontraktor (PT INTI INDAH) memberikan perintah kepada sub
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan yang telah di berikan oleh
pemilik proyek (BCA). Jenis pekerjaan yang dikerjakan kepada pihak
sub kontraktor ditentukan oleh kontraktor (PT. INTI INDAH) sesuai
dengan spesialisai sub kontraktor yang di pilih. Dalam proyek
pembangunan kantor cabang BCA ini jenis pekerjaan yang di kerjakan
oleh pihak sub kontraktor adalah pekerjaan pemancangan tiang
pancang. Sub kontraktor yang di pilih adalah PT. JACKING PILE
PRATAMA.
4.4.3

Rapat organisasi
Rapat organisasi adalah pertemuan yang diadakan dan dihadiri oleh
pemilik proyek, konsultan, kontraktor utama dan sub kontraktor. Di proyek
pembangunan kantor cabang baru BCA dilakukan satu minggu sekali pada
hari senin atau selasa pagi. Dan rapat organisasi juga di laksanakan pada
kondisi-kondisi tertentu misalnya pada saat akan di lakukan core drill test
dan PDA test. Rapat ini merupakan media untuk membahas masalahmasalah yang terjadi dan rencana penyelsaiannya. Masalah-masalah yang
di bahas dalam rapat ini antara lain:
1. Kesulitan yang di hadapi oleh pihak kontraktor (PT. INTI INDAH)
dalam pelaksanaan di lapangan.

68

2. Alternatif-alternatif dari pelaksanaan proyek dan masalah lain yang


berhubungan dengan pelaksanaan proyek secara teknik dalam detail
yang lebih terperinci dan jelas.
3. Prestasi fisik yang telah di capai berdasarkan laporan yang telah di buat.
4. Permasalahan atau macam-macam kesulitan yang menjaddi factor
penghambat dan alternatif-alternatif penanggulangannya.
Berikut ini ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan rapat organisasi yang
biasa disebut dengan rapat lapangan (site meeting) adalah sebagai berikut:
1. Minimal setiap minggu di tempat pekerjaan diadakan rapat yang di
pimpin oleh pemilik proyek (BCA) dengan pokok pembicaraan untuk
persiapan rapat organisasi.
2. Lap oran kemajuan pekerjan dan hal lain yang telah tercantum dalam
laporan mingguan.
3. Permasalahan administrasi.
4. Permasalahan teknis (penjelasan gambar dan instruksi perencana dan
pemilik proyek).
5. Koordinasi pekerjaan.
6. Rapat berkala ini bertujuan meninjau pelaksanaan proyek yang sedang
berlangsung, mengetahui prestasi pekerjaan, permasalahan dan cara
pemecahannya.
4.5 Pengendalian proyek khusus pekerjaan pondasi
4.5.1 Pengendalian biaya proyek pembangunan kantor cabang BCA kota
Bogor
Pada pelaksanaan pembangunan proyek ini para stakeholder
berupaya untuk dapat mengendalikan biaya konstruksi agar tidak melebihi
budget awal yang telah direncanakan. Karena jenis kontrak khususnya
pekerjaan pondasi yaitu fix lump sum price, yang mana memiliki nilai
kontrak yang jelas di awal perencanaan, maka pihak kontraktor sebagai
pelaksana berupaya untuk menjaga stabilitas biaya pelaksanaan proyek
agar tidak melebihi budget awal. Berikut ini akan dijelaskan mengenai
tindakan dan komponen penunjang bagi pengendalian biaya proyek
pembangunan kantor cabang BCA kota Bogor.
a. Alat pengendalian biaya
RAB awal
BOQ
RAP

69

b. Permasalahan biaya di lapangan


Adanya penambahan biaya pada pekerjaan pile cap
Penambahan biaya sewa alat
Penambahan upah pekerja (uang lembur)
c. Penyebab terjadinya permasalahan biaya pekerjaan pondasi
Adanya kesalahan pemancangan tiang yang menyebabkan dimensi

pile cap diperbesar dari dimensi yang telah direncakan.


Adanya keterlambatan kedatangan tiang pancang sehingga jadwal
pelaksanaan pemancangan di undur sehingga terjadi penambahan

biaya sewa alat.


Adanya keterlambatan waktu dalam pekerjaan pondasi tiang
pancang sehingga untuk mengejar keterlambatan waktu tersebut
dilakukan upaya dengan menambah jam kerja (lembur) yang tentu

menyebabkan penambahan biaya upah pekerja.


d. Dampak permasalahan biaya
Membengkaknya biaya konstruksi dari rencana awal
Keuangan proyek menjadi tidak sehat
Potensi terjadinya defisit menjadi semakin besar
e. Upaya pengendalian biaya yang dilakukan
Menekan pekerja agar kinerjanya meningkat
Mencari supplier material yang lebih murah dengan kualitas sama
Menggunakan alat bantu pada pekerjaan yang memiliki volume

4.5.2

pekerjaan yang besar


Melakukan recount biaya konstruksi (RAP)
Melakukan pengerjaan dua atau lebih jenis pekerjaan dalam satu

waktu
Pengendalian mutu
a. Alat pengendalian mutu (pekerjaan dan bahan)
Spesifikasi (RKS)
Metode pelaksanaan (RKS)
Gambar kerja
Peraturan pemerintah (PBI 1971) 15 Peraturan khusus dalam kontrak

b. Upaya pengendalian mutu pekerjaan pondasi tiang pancang

70

Untuk mencapai mutu pekerjaan sesuai dengan mutu rencana maka


selama proses pelaksanaan harus dilakukan pengawasan yang ketat.
Berikut ini adalah pengendalian mutu yang dilakukan pada pekerjaan
pondasi tiang pancang proyek pembanguna kantor cabang BCA kota
Bogor :
Untuk menjaga kualitas material yang masuk maka setiap rencana
pendatangan barang harus di setujui oleh pihak MK baik dari segi
jumlah dan kualitasnya. Setelah itu setiap material yang datang harus
dilakukan pengecekan oleh pihak MK guna mengetahui apakah
spesifikasinya sesuai atau tidak dengan rencana. Untuk material
yang tidak sesuai spesiffikasi maka akan dilakukan pengembalian
dan di ganti dengan material baru yang sesuai spesifikasi. Sistem
penyimpanan material yang sensitif dengan cuaca harus dilakukan
penanganan khusus supaya mutu bahan tidak menurun, misalnya

semen.
Untuk mengetahui mutu tiang pancang yang terpasang apakah sesuai
dengan rencana, maka dilakukan core drill test pada tiang yang telah
tertanam. Khusus tiang pancang harus disertai oleh sertifikat dari
pihak pabrik pembuat. Jumlah tiang pancang dan titik tiang pancang
yang akan di uji ditentukan oleh pihak owner yang diwakilkan oleh

konsultan yaitu PT MITRATALENTA KONSULTINDO.


Sesuai dengan persyaratan yang telah di buat yaitu bahwa tiang
pancang bagian luar harus diberi tekanan sebesar 65-70 ton dan tiang
pancang bagian dalam harus diberi tekanan sebesar 100 - 120 ton.
Selain itu tiang yang dipancang harus memiliki verticalitas yang
benar. Untuk mencapai nilai tekanan yang direncakan maka setiap
pemancangan

tiang

harus

dilakukan

pengawasan

dengan

memastikan nilai tekanan oli pada alat HSDP mencapai nilai 12-15
mpa untuk tekanan tiang (65-70 ton) dan 20 mpa untuk tekanan tiang
(100-120 ton). Dan untuk memastikan vertikalitas tiang harus
dilakukan pengecekan gelembung nivo HSDP tepat berada di tengah.
Selain itu untuk mengetahui dalamnya tiang yang tertanam harus

71

dilakukan pencatatan. Dan sebagian dari tugas itu dilakukan oleh

saya selama kerja praktek.


Untuk mengetahui tiang yang ditanam telah sesuai rencana atau
maka pihak pengawas melakukan pengecekan dengan menggunakan
gambar rencana (denah titik pancang) dan melakukan pengecekan
pergeseran tiang dengan menggunakan alat theodolite. Pada proyek
ini terjadi kesalahan titik pemancangan tiang. Kesalahan titik
pancang tersebut tentu akan berakibat pada tekananan yang akan di
terima oleh tiang nantinnya. Maka untuk mengatasi hal tersebut
dilakukanlah rapat kerja antara owner, konsultan dan kontraktor
untuk mencari solusi yang tepat. Dan akhirnya diputuskan dilakukan

pembesaran dimensi pile cap.


Untuk memastikan bahwa nilai tekanan yang diberikan pada tiap
tiang pancang telah sesuai rencana, maka dilakukan PDA test. PDA
test pada pekerjaan pondasi tiang pancang proyek pembangunan
kantor cabang BCA kota Bogor dilaksanakan pada tanggal 25
oktober 2016 dengan jumlah sample tiang yang diambil yaitu 4 tiang

(titik 29, titik 207, titik 208, dan titik 100).


Pada pekerjaan pile cap dilakukan controlling dengan cara
melakukan slump test pada campuran beton dengan syarat nilai 10 +
2 cm. apabila nilai tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan
pengembalian campuran beton dan diganti dengan yang baru.
Apabila nilai syarat tersebut terpenuhi maka dapat dilakukan

4.5.3

pengecoran dengan syarat titik jatuh campuran beton yaitu 1 meter.


Pengendalian waktu
a. Alat pengendalian waktu
Time schedule
Kurva S

b. Permasalahan waktu di lapangan


Keterlambatan pendatangan material tiang pancang
Keterlambatan waktu awal pemancangan tiang pancang
Keterlambatan penyelsaian tiang pancang

72

c. Penyebab timbulnya permasalahan waktu


Pendatangan material tiang pancang mengalami keterlambatan

karena terjadi hambatan transportasi saat pengiriman.


Keterlambatan waktu awal pemancangan tiang disebabkan karena

material tiang pancang yang datang terlambat.


Keterlambatan penyelsaian tiang pancang disebabkan oleh waktu
awal pemancangan yang di undur dari jadwal rencana, kemudian
terjadinya hambatan cuaca yaitu hujan yang menyebabkan
pekerjaan pemancangan dihentikan. Sehingga berakibat pada

progress pekerjaan yang menurun.


d. Solusi permasalahan (pengendalian waktu)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan maka diketahui
solusi untuk mengatasi permasalahan waktu pelaksanaan pekerjaan
pondasi yaitu :
Mendata ulang volume pekerjaan pondasi meliputi pekerjaan
galian, timbunan, perataan tanah, pemancangan tiang, pile cap dan

sloof.
Melakukan analisis jenis pekerjaan dengan metode CPM (Critical
Patch Methode) sehingga dapat ditentukan jenis pekerjaan yang
bisa dikerjakan dalam satu waktu secara bersamaan. Sehingga
diharapkan pekerjaan pondasi dapat selesai tepat waktu atau
walaupun terlambat tidak mengalami keterlambatan yang terlalu

lama.
Memprioritaskan pekerjaan dengan bobot yang lebih besar.
Mempercepat pekerjaan dengan cara menambah alat berat
excavator untuk pekerjaan galian pile cap dan perataan bidang
kerja pile cap. Alat berat tersebut didatangkan pada tanggal 19

Oktober 2016.
Menambah tenaga kerja pada jenis pekerjaan dengan bobot yang
besar yang tidak dapat dilakukan dengan alat berat.

73

74

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan kerja praktek ini sangat berguna bagi penulis karena bisa
menambah wawasan baru bagi mahasiswa diluar perkuliahan di kampus.
Penulis menjadi tahu mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan dalam
sebuah proyek konstruksi khususnya pada proyek pembangunan kantor
cabang baru BCA kota Bogor.
Setelah melakukan kerja praktek di proyek pembangunan kantor cabang
BCA kota Bogor, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Proses tender atau lelang dilakukan dengan cara penunjukan langsung
karena telah adanya hubungan kerjasama yang cukup lama antara
pihak owner (BCA) dengan pihak kontraktor (PT. INTI INDAH ).
2. Konsultan perencana dan konsultan manajemen konstruksi proyek
pembangunan kantor cabang baru BCA kota Bogor ini dikerjakan oleh
PT. MITRATALENTA KONSULTINDO.
3. Penyelsaian pekerjaan pemancangan tiang pancang mengalami
keterlambatan. Pekerjaan pemancangan yang dimulai harusnya dimulai
pada tanggal 29 September 2016 dan selesai pada tanggal 19 Oktober
2016, baru bisa dilaksanakan pada tanggal 30 September 2016 dan
selesai pada tanggal 22 Oktober 2016.
4. Hubungan kerja antar stakeholder pada proyek pembangunan kantor
cabang BCA kota Bogor ini cukup baik, hal ini dapat di lihat adanya
koordinasi dalam pemecahan masalah yang terjadi di lapangan.
5. Prosedur kerja pada proyek pembangunan kantor cabang baru BCA
kota Bogor ini sudah cukup baik karena adanya komunikasi yang baik
antara owner, konsultan dan juga kontraktor.
6. Sistem manajemen k3 pada pekerjaan pondasi di proyek pembangunan
kantor cabang baru BCA kota Bogor masih sangat buruk. Karena
masih kurangnya tingkat pengawasan dari pihak pelaksana dan
kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja dari para
pekerja. Sistem k3 pada proyek ini masih berupa rambu-rambu saja
tanpa adanya pelaksanaan yang baik dan benar di lapangan.

75

7.

Berdasarkan dokumentasi foto yang ada pada laporan ini, bisa dilihat
bahwa penyimpanan material khususnya pasir dan semen masih kurang

tepat.
8. Pada proyek ini terjadi beberapa kali perubahan desain gambar kerja
yang diakibatkan ketidaksesuaian gambar kerja yang dikeluarkan oleh
pihak konsultan dengan topografi di lapangan.
9. Pengujian PDA dilakukan pada 4 titik pancang yaitu pada tiang P4
(titik 29), P2(titik 207), P1 (titik 208) dan P5 (titik 100).
10. Jumlah titik pancang pada proyek pe,bangunan kantor cabang baru
BCA kota Bogor yaitu sebanyak 208 titik pancang. Dengan
menggunakan tiang pancang sepanjang 12 m per tiangnya.
11. Pengadaan material dan alat harus di setujui oleh pihak MK dan owner.
12. Setiap pekerjaan yang akan dan telah dilaksanakan harus dilakukan
pelaporan kepada pihak MK dan owner.
13. Shop drawing yang direvisi harus atas persetujuan MK, perencana dan
owner.
14. Laporan pekerjaan dilakukan secara berkala yaitu laporan perminggu,
dan perbulan.
15. Sistem kontrak yang digunakan pada proyek ini ada lump sum dengan
sistem pembayaran termin.
16. Pihak kontraktor dapat melakukan penagihan kepada owner setelah
pekerjaan mencapai prestasi 15 %, 30 %, 60%, 70%, 80% dan 90%,
sisa 10% ditahan sebagai jaminan.
17. Keterlambatan proyek akibat factor cuaca masih bisa dimaklumi
dengan mengajukan perpanjangan waktu kepada pihak owner, namun
bila terjadi keterlambatan akibat kesalahan kontraktor maka pihak
kontraktor akan mendapatkan penalty dari pihak owner.
18. Sistem subcon hanya dilakukan pada pekerjaan pemancangan tiang
pancang.
19. Metode pemancangan yang digunakan yaitu metode jackin pile dengan
menggunakan alat HSPD.
20. Sumber dana proyek berasal dari pihak owner (BCA) sepenuhnya.
21. Konflik yang terjadi khususnya pada pekerjaan pondasi tiang pancang
bisa di tangani dengan baik.
22. Adanya pergantian pekerja borongan pada tiap jenis pekerjaan.
5.2 Saran
1. Kesejahteraan pegawai harus lebih ditingkatkan.

76

2. Harus adanya pengawasan yang lebih ketat khususnya pada pekerjaan


pondasi tiang pancang.
3. Sistem k3 harus lebih diperhatikan dengan serius bukan sekedar
briefing atau rambu-rambu saja, tapi harus ada pelaksanaan yang
benar.
4. Harus adanya perencanaan waktu yang lebih baik agar tidak terjadi
lagi keterlambatan pekerjaan.
5. Koordinasi antar pihak dilapangan harus lebih ditingkatkan.
6. Pada tahapan setting out harus dipergunakan patok yang lebih kuat
seperti angkur agar tidak tergerus oleh alat HSPD pada saat akan di
pancang. Sehingga kesalahan pemancangan dapat diminimalisir.
7. Fasilitas proyek harus lebih ditingkatkan lagi khususnya fasilitas
istrirahat untuk pegawai borongan.
8. Sistem penyimpanan material harus lebih diperhatikan, agar tidak ada
material yang terbuang.

DAFTAR PUSTAKA
MT Lenggogeni, dan Widiasanti Irika Ir, Manajemen Konstruksi, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013.
Karaini, Armaini Akhirson, Pengantar Manajemen Proyek, Universitas
Gunadarma, Depok, 2014.
MT Husen, Abrar Ir, Manjemen Proyek Edisi Revisi, Andi Publisher,
Yogyakarta, 2011.
Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi), Andi,
Yogyakarta, 2005.

77

78

Anda mungkin juga menyukai