Anda di halaman 1dari 2

Pemilu Membawa Perubahan?

Pemilu 2014 membawa perubahan? Itulah yang menjadi pertanyaan besar bagi rakyat Indonesia. Pasalnya para
capres, cawapres, dan caleg yang muncul belum memiliki integritas akhlak yang tinggi. Misalnya, pada saat
kampanye pemilu, para capres, cawapres, dan caleg banyak menunjukkan simpatis kepada rakyat. Seperti makan
bersama dengan petani, ikut mengangkut barang-barang mereka, bahkan ikut merasakan susahnya petani bekerja.
Akan tetapi, kita bisa lihat apa yang terjadi setelah para capres, cawapres, dan caleg tersebut berada di daerah
kekuasaan. Ketika seorang presiden menuju kota tertentu, semua kendaraan rakyat terpaksa berhenti agar sang
penguasa tersebut berjalan dengan lancar.
Selain itu, para pemimpin yang muncul, belum memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan secara
fundamental. Pemimpin dicalonkan hanya karena popularitas dan uang saja.
Beberapa kali pergantian pemimpin, baik sebelum maupun setelah reformasi, dalam kehidupan bernegara tidak ada
perubahan ke arah yang lebih baik. Justru sebaliknya perubahan negatif yang muncul. Kemiskinan dan
pengangguran semakin besar, dan lain-lain.
Dalam sistem demokrasi ini, tidak ada jaminan melahirkan pemimpin yang berkualitas. Yang ada adalah jaminan
mereka menjadi koruptor. Salah satu penyebabnya adalah besarnya biaya politik dalam demokrasi. Siapa pun
orangnya, bahkan dari partai Islam sekalipun pasti akan tergilas ke dalam sistem yang mahal ini. Seperti yang
disampaikan Wakil Ketua DPR, Pramono Anung bahwa biaya politik pada pemilu 2014 akan lebih tinggi dari
pemilu sebelumnya, yaitu sampai 10 milyar. Karena waktu sosialisasinya lebih panjang, yaitu sekitar satu tahun
(detik.com, 13/5/2013).
Menurut, politisi sekaligus juru bicara salah satu partai politik Islam, M. Ismail Y, dalam pemilu 2014 bukanlah
untuk rakyat, akan tetapi untuk mengokohkan Indonesia sebagai negara korporasi. Indikasinya, dengan eksisnya
para korporat di atas panggung politik tanah air seperti Rusdi Kirana yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua
Umum PKB dan Hari Tanoe sebagai Cawapres Partai Hanura. Kalau dalam Pancasila itu ada Ketuhanan Yang Maha
Esa, maka dalam pemilu 2014, Keuangan Yang Maha Kuasa. Itulah yang terjadi. Menurutnya, praktis hanya
beberapa partai saja yang tidak mengikuti gaya seperti itu meskipun tidak dapat dipungkiri pada faktanya partai lain
tidak steril dari campur tangan pengusaha karena memeang ada simbiosis yang kuat antar keduanya.
Semoga kita sebagai rakyat semakin sadar akan hal yang terjadi dengan negara ini. Kita semakin bisa membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Dan tentunya kita berusaha mencari pemimpin yang benar-benar
mementingkan urusan rakyat dan mengatur urusan rakyat tersebut dengan aturan yang benar. Bukan dengan aturan
atas hawa nafsunya, atas balas budinya dengan temannya, melainkan dengan aturan yang telah Allah SWT tetapkan.
Karena seyogyanya aturan yang Allah tetapkan akan menjadikan negara dan alam ini mendapat rahmat dan
keberkahan.

Euis Rachmawaty, S.Si


Salah Satu Guru Swasta di Kota Bogor

Anda mungkin juga menyukai