STUDI KASUS
2.1 Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Jenis-jenis tanah longsor itu sendiri dibedakan ke dalam beberapa
jenis, diantaranya :
Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landau.
Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
translasi blok batu.
Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material
lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batubatu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai
di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
antara lain untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik dan kondisi masyarakat,
mempelajari faktor-faktor penyebab terjadinya gerakan massa tanah, jenis dan
mekanismenya serta mengidentifikasi daerah rawan yang akan terkena
dampak dari bencana alam gerakan tanah. Mitigasi antara lain untuk
memberikan rekomendasi penanganan bencana alam gerakan tanah dengan
pendekatan sistem peringatan dini.
Pengeboran
Pengeboran dilakukan untuk menjelaskan struktur geologi dan
bidang longsor pada daerah longsoran. Pengeboran dilaksanakan
sepanjang garis tinjauan yang dibuat sesuai dengan posisi dan arah
longsoran, pada interval antara 30 m 50 m. Tiga atau lebih lubang bor
dibuat dalam blok longsor dan sedikitnya satu lubang bor dibuat di
belakang mahkota longsoran dengan minimun empat lubang bor secara
keseluruhan.
penurunan
bentuk
permukaan
dilakukan
untuk
merupakan
daerah
dataran
rendah.
Daerah
longsoran
10
11
Kondisi Longsoran
Longsoran di daerah penelitian berupa tanah gerak yang telah
mengalami rekahan (crack) dan penurunan. Tinggi tebing utama longsoran
(main scarp) sudah lebih dari 3 meter. Terdapat 6 minor scarp di bagian
kaki longsoran dengan ketinggian antara 10 cm 50 cm. Di bagian kaki
longsoran terdapat sungai dengan kedalaman 20 meter dan lebar 7
meter. Longsoran terjadi pada daerah dengan luas 150 m x 170 m dengan
arah umum longsoran N 210 E. Dampak dari material longsoran adalah
pada daerah dataran dan permukiman penduduk di bagian hilir berjarak
2 km. Jenis gerakan massa tanah adalah longsoran (slides). Faktor
penyebab terjadinya gerakan tanah Faktor penyebab terjadinya gerakan
tanah di daerah penelitian adalah disebabkan oleh faktor alamiah dan
faktor manusia.
Faktor alamiah yang menjadi faktor pengontrol adalah kondisi
geomorfologi dan stratigrafi. Faktor alamiah yang menjadi faktor pemicu
adalah curah hujan yang tinggi. Intensitas hujan rata-rata selama 5 tahun di
daerah penelitian pada Bulan Desember adalah 295,5 mm/bulan, Bulan
Januari sebesar 212,2 mm/ bulan, Bulan Februari sebesar 269,8 mm/bulan
dan bulan Maret sebesar 184,6 mm/bulan. Faktor alamiah yang menjadi
faktor pemicu lainnya adalah gempa bumi. Pada pertengahan Agustus
2007 telah terjadi gempa bumi di Kabupaten Situbondo.
Gempa bumi tersebut akan berpengaruh terhadap longsoran di
daerah penelitian. Faktor manusia yang menyebabkan longsoran di daerah
penelitian adalah adanya persawahan yang membuat air terus menerus ada
di permukaan dan meresap ke bawah permukaan, kenaikan intensitas air
yang menerus menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik tanah dan
menurunkan kuat geser tanah secara signifikan di daerah penelitian.
Kondisi persawahan juga akan menambah beban lereng, hal ini
menyebabkan terjadiya longsoran.
12
13
14
15
16
17