ANALISA RESEP
DisusunOleh :
Atif Kurniawan
Andi Hamonangan
Debi RizkiAjana
Harry Purnama
Samuel Setiawan
WenesdaAgusSubekti
RESEP A
dr. Sonny
Jl. Kumbang No. 28 Bogor
No. 01
R/ Amlodipine 5 mg
XV
S 1 dd 1 tab
R/Furosemida
S 1 dd 1 tab
R/ Simvastatin
S tdd 1 tab
Pro : Meli
( 50 thn )
Resep A diberikan pada ibu Meli( 50 thn ), penderita hipertensi, Karena mengeluh tangan
kesemutan pasien disarankan untuk test kolesterol dan gula darah, keesokan harinya. Kapan pasien
bias minum obat?
1. ASSESMENT
A.
Kriteria
Keterangan
Data Pasien
Riwayat
Pengobatan
Keadaan
Khusus Pasien
B.
Skrining Resep
1)
URAIAN
PADA RESEP
ADA
TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1
Nama dokter
SIP dokter
3
4
5
Alamat dokter
Nomor telepon
Tempat dan tanggal
penulisan
resep
Invocatio
(R/)
7
8
9
Nama Obat
Kekuatan obat
Jumlah obat
10
11
12
13
14
15
16
Nama pasien
Jenis kelamin
Umur pasien
Barat badan
Alamat pasien
Aturan pakai obat
Iter/tanda lain
Prescriptio/Ordonatio
Signatura
Subscriptio
3)
No.
1
Dosis
Nama Obat
Amlodpine
Dosis
Dosis Literatur
Kesimpulan
Rekomendasi
Resep
1 x sehari 1 Umumnya
dosis
awal Sesuai
Pada pemakaian
amlodipine adalah 5 mg per
tablet
sebaiknya
hari. Ini bias ditingkatkan ke
(sediaan
amlodipine diminum
dosis maksimum yaitu 10 mg
per hari. Dosis akan disesuaikan
5mg)
pagi hari untuk
Furosemid
menghindari hal-hal
yang tidak
diinginkan
Pada
pemakaian
tablet
sebaiknya furosemid
(sediaan
40mg)
karena
obstruktif,
paru
digunakan
untuk
membuang
cairan
urine.
akan
maksimum
tidur anda.
dan
edema
sehari
600
mg
furosemid
Dan
jika
mengganggu
Bersumberdari: Furosemid :
Kegunaan, Dosis, EfekSamping
| Mediskus
3
Simvastatin
Sebaiknya diminum
tablet
(sediaan
10mg)
diminum
melakukan
pengecekan
kolesterol.
4)
Pertimbangan Klinis
sehari
pada
setelah
kadar
No
.
1
2
3
4
Kriteria
Permasalahan
Pengatasan
Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi
Dupikasi/polifarmasi Pada resep dokter sudah
meresepkan simvastatin,
Alergi
Efek samping
Reaksi obat yang
merugikan
(ADR/Adverse Drug
Reaction)
C.
Karakteristik Obat
1. Amlodipine
Farmakologi
Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang
menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan
otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine
menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada
sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung. Efek antihipertensi amlodipine adalah
dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer yang dapat menyebabkan penurunan
resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan
penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah
perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut. Efek antiangina
amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi perifer
total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan
beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan
energi. Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan
oksigenisasi normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali
sehari dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi
segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.
Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien
asma, diabetes serta gout.
Indikasi
Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik
(angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal
ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
Kontra Indikasi
Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan
golongan dihidropiridin lainnya.
Dosis
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu
kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia lanjut
atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari.
Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal yang
digunakan adalah 2,5 mg. Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun
angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan
kelainan fungsi hati. Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan
tiazida, ACE inhibitor, -bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.
Efek Samping
Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang
timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik
antara lain : edema, sakit kepala. Secara umum
berat badan. Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine
pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih
besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah amlodipine
diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum
jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui. Efektivitas dan
keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
Interaksi Obat
Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, -bloker, bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid, antibiotika, serta
obat hipoglikemik oral. Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum
ataupun bersihan ginjal digoxin pada pasien normal. Amlodipine tidak mempunyai efek
terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin, phenytoin, warfarin dan indomethacin.
Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik amlodipine.
2.
Furosemide
Furosemide adalahobat yang termasuk loop diuretic yang merupakan turunan asam antranilat.
Obat ini bekerja dengan cara membuang cairan berlebih di dalam tubuh. Cairan berlebihan yang
tidak bisa dikeluarkan dengan semestinya ini disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti gagal
jantung, penyakit ginjal maupun kelainan pada hati. Hal ini menyebabkan tubuh cepat lelah,
sesak nafas, serta kaki dan pergelangan membengkak. Kondisi inilah yang disebut edema.
IndikasiFurosemid
Furosemide adalah obat lini pertama pada pengobatan edema yang disebabkan oleh gagal
jantung kongestif, sirosis hati, dan penyakit ginjal, termasuk sindrom nefrotik.
Sebagai terapi tambahan untuk edema serebral atau paru saat diuresis cepat diperlukan
juga pengobatan hiperkalsemia.
KontraIndikasi
jangan menggunakan furosemide untuk pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap
furosemide.
EfekSamping
efek samping furosemide seperti loop diuretic lainnya adalah terjadi hipokalemia (kadar
kalium yang rendah dalam tubuh). Hal ini biasanya diatasi dengan mengkombinasikan
furosemide dengan produk-produk kalium.
Efek samping pada saluran gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, iritasi mulut
dan lambung, diare, dan sembelit.
Efek samping yang umum lainnya misalnya gangguan pendengaran, pusing, sakit kepala,
juga penglihatan kabur.
Furosemide juga menyebabkan efek samping yang cukup berat seperti anemia aplastik,
anemia hemolitik, trombositopenia, agranulositosis, leukopenia, dan eosinofilia.
Efek samping pada kulit misalnya nekrolisis epidermal toksik, sindrom stevens-johnson,
eritema, ruam, dermatitis eksfoliatif, dan bisa menyebabkan kulit menjadi lebih sensitif
terhadap sinar matahari.
Furosemide juga bisa menyebabkan hipotensi ortostatik yang akan bertambah buruk jika
anda juga mengkonsumsi alkohol, barbiturat atau narkotika.
Perhatian
Pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obat jenis sulfonamid harus
memberitahukannya kepada dokter, karena ada kemungkinan alergi juga terhadap
furosemide sehingga dikhawatirkan terjadi eksaserbasi atau aktivasi lupus eritematosus
sistemik.
Jika anda menderita sirosis hati, jangan menggunakan furosemide tanpa pengawasan
dokter karena furosemide dapat menyebabkan perubahan tiba-tiba pada keseimbangan
cairan dan elektrolit yang dapat memicu koma hepatik.
Jangan menggunakan furosemide selama menyusui karena obat ini diketahui ikut keluar
dipertimbangkan dengan sangat masak karena obat ini bisa menyebabkan nefrokalsinosis /
nefrolitiasis. Jika obat ini harus diberikan fungsi ginjal harus dipantau dengan seksama.
Sebaiknya jangan menggunakan furosemide jika anda menderita penyakit asam urat,
Dosis
furosemide diberikan dengan dosis :
Dosis lazim dewasa untuk ascites, gagal jantung kongestif, edema, hipertensi,
oliguria nonobstruktif, edema paru, gagal ginjal, dan oliguria :
oral : awal : 20 80 mg / dosis
Pemeliharaan : tingkatkan secara bertahap dari 20 40 mg / dosis setiap 6 8 jam. Berikan
1 2 x sehari, dengan dosis harian maksimum 600 mg.
Intravena / intramuskular : 10 20 mg sekali selama 1 2 menit. ulangi dalam waktu 2
jam jika respon tidak memadai.
infus Intravena : 0.1 mg / kg sebagai dosis bolus awal, selanjutnya tingkatkan dua kali lipat
setiap 2 jam sampai maksimal 0.4 mg / kg / jam.
3. Simvastatin
Farmakologi:
Simvastatin adalah senyawa anti lipermic derivate asam mevinat yang mempunyai mechanis
mekerja menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang
mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA reduktase
bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat. Penghambatan
terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan
jumlah reseptor Low Density Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membrane sel hati dan
jaringan ekstra hepatik, sehingga menyebabkan banyak LDL yang hilang dalam plasma.
Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan High Density
Lipoprotein (HDL) kolesterol.
Indikasi:
Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, singkirkan dulu penyebab hiperkolesterolemia
sekunder (misal: diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertiroidisme, sindromanefrotik,
disproteinemia, penyakit hati obstruktif, alcoholism serta terapi dengan obat lain) dan lakukan
pengukuran profil lipid total kolesterol, HDL kolesterol dan trigliserida. Penurunan kadar
kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer, bila respon terhadap diet
dan penatalaksanaan non farmakologik saja tidak memadai. Simvastatin meningkatkan kadar
kolesterol HDL dan karenanya menurunkan rasio LDL/HDL serta rasio kolesterol total/LDL.
Meskipun mungkin bermanfaat mengurangi kolesterol LDL yang meninkat pada penderita
dengan hiperkolesterolemia campuran dan hipertrigliseridemia (dengan hiperkolesterolemia
sebagai kelainan utama), namun simvastatin belum diteliti pada kelainan utama berupa
peningkatan kadar Chylemicron.
KontraIndikasi
Pasien yang mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal fungsi hati.
Pasien yang mengalami peningkatan jumlah serum transaminase yang abnormal.
Pecandu alkohol.
Bagi wanita hamil dan menyusui.
Hipersensitif terhadap simvastatin.
Dosis
Penderita harus melakukan diet pengurangan kolesterol baku sebelum dan selama memulai
pengobatan dengan simvastatin dan harus melanjutkan diet selama pengobatan dengan
simvastatin.Dosis awal 10 mg/hari sebagai dosis tunggal malam hari. Dosis awal untuk pasien
dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg/hari.Pengaturan dosis dilakukan dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari).
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis
disesuaikan dengan respon penderita. Pada pasien yang diobati dengan obat-obat imunosupresan
bersama HMG-CoA reduktase inhibitor, dosis simvastatin yang dianjurkan adalah terendah.
Bila kadar kolesterol LDL < 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma < 140
EfekSamping
Sakit kepala, konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada
dan angina.
Astenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema terisolasi.
Neurologik: disfungsi saraf kranial, tremor, pusing, gangguan psikis, anxiety, insomnia,
depresi, vertigo, hilang memori, parestesia, neuropati perifer, pheripheral nerve palsy.
Reaksi hipersensitifitas: anaphylaxis, angioedema, sindrom menyerupai lupus
erythematosus, polymialgia rheumatika, vasculitis, positive ANA, eosinophilia, arthritis,
arthralgia,
urtikaria,
malaise,
dispepsia,
toksik
epidermal necrolysis,
erythema
Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Pemeriksaan
level transaminase dalam serum, termasuk ALT (SGPT) harus dilakukan sebelum
pengobatan, setiap 6 minggu dan 12 minggu setelah pengobatan atau penaikan dosis dan
kemudian secara berkala setiap 6 bulan.
Pemberian simvastatin harus dihentikan bagi pasien yang mengalami peningkatan serum
atau lemas.
Segera hentikan pengobatan bila terjadi peningkatan kadar creatinine phosphokinase.
Myopathy harus dipertimbangkan pada penderita dengan myalgia, otot lemah dan / atau
adanya rhabdomyolisis.
Penggunaan pada anak-anak: keamanan dan efektifitas penggunaan simvastatin pada
anak-anak dan remaja belum diketahui, karena itu pemberian simvastatin tidak
dianjurkan.
Penderita dengan homozygous familial hypercholesterolemia tidak memiliki reseptor
InteraksiObat
sebagai antikoagulan.
Pemberian simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan aktivitas
jantung akan meningkat.
RESEP B
dr. Slamet sp. A
SIK : 8323819/3/208
No. 02
R/ Ibuprofen syr
no. 1
S t dd 1 cth
R/ Paracetamol syr
no. 1
Pseudoefedrin
9 tab
Triamcinolon
6 tab
Erdostein cap
S t dd 1 cth
R/ Cefixime syr
S t dd 1 cth
Pro : Randi
( 5 thn )
no. 1
Resep B diberikan pada anak Randi (5 thn) yang menderita demam, batuk, dan pilek
1. ASSESMENT
A.
Kriteria
Keterangan
Data Pasien
Nama : Randi
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin :
Alamat : No. HP : BB/TB : - kg / - cm
Pekerjaaan : -
Riwayat
Pengobatan
Keadaan
Khusus -
Pasien
B.
Skrining Resep
1)
URAIAN
ADA
Inscription
PADA RESEP
TIDAK
Identitas dokter:
1
Nama dokter
SIP dokter
3
4
5
Alamat dokter
Nomor telepon
Tempat dan tanggal penulisan
resep
6
Invocatio
Tanda resep diawal penulisan resep
(R/)
7
8
9
Nama Obat
Kekuatan obat
Jumlah obat
10
11
12
13
14
15
16
Nama pasien
Jenis kelamin
Umur pasien
Barat badan
Alamat pasien
Aturan pakai obat
Iter/tanda lain
Prescriptio/Ordonatio
Signatura
Subscriptio
Cara pengatasan Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung kepada
pasien/keluarga pasien. Alamat dokter dan tanggal penulisan resep dapat ditanyakan
langsung kepada dokter.
3)
Dosis
No. Nama Obat
1 Ibuprofen
sirup 60ml
Dosis Resep
Dosis Literatur
3 x sehari 1 Anak-anak :
sendok takar
(sediaan
100mg/cth)
Kesimpulan
Rekomendasi
Sesuai
Sebaiknya ibuprofen
sudah ada
diberikan, karena
paracetamol sirup
yang sama.
Paracetamol
sirup 60ml
Sesuai
Sesuai
30mg
4.
Triamcinolon
4mg
Sesuai
5.
Erdostein
150mg
300mg/kap;
175mg
(150mg/cth)
; sediaan
225mg/sach
kapsul
granul;
300mg
175mg/5ml
kapsul 300mg
Anak :
15-19kg : sehari 2 kali 1
sach atau 5ml sirup
20-30kg : sehari 3x1 sach
sirup kering
atau 5 ml sirup
(iso hal. 505)
6.
Cefixime
3 x sehari 1 Anak :
sirup 60 ml
sendok takar
(100mg/cth)
4)
Tidak sesuai
Seharusnya cefixime
diminum 2 kali
kg : 8mg/kgBB dibagi
sehari sendok
takar.
Pertimbangan Klinis
No
Kriteria
Permasalahan
Pengatasan
.
1
Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi
kortikosteroid triamcinolon,
ibuprofen
perlu diberikan.
Dupikasi/polifarmasi
Alergi
Efek samping
gastrointestinal
Efek samping yang ditimbulkan
resiko nya.
muncul.
Reaksi
obat
yang
merugikan
(ADR/Adverse Drug
Reaction)
C. Karakteristik Obat
1. Ibuprofen
Farmakologi
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS). Ibuprofen bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenase
pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2
terganggu.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping yang lebih ringan terhadap lambung.
Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma
dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan
akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi.
Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam
bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.
Indikasi
Meredakan demam.
Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah operasi pada
gigi dan dismenore.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non steroid
lainnya, dan wanita hamil trimester 3.
Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioedema dan reaksi bronkospasme terhadap
asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain.
Efek Samping
Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri
lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing dan heart burn.
Penderita gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit lain yang
mengakibatkan retensi cairan tubuh, asma, gangguan pembekuan darah, lupus
ertematosus sistemik.
Hati-hati penggunaan pada anak usia di bawah 1 tahun, wanita hamil trimester 1 dan 2,
dan ibu menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita tukak lambung atau mempunyai riwayat tukak
lambung.
Interaksi Obat
Asetosal (aspirin).
Dosis ibuprofen lebih dari 2,4 g per hari, dapat menggantikan warfarin dari ikatannya
dengan protein plasma.
2. Paracetamol
Farmakologi
Paracetamol yang dikenal juga dengan nama acetaminophen adalah obat yang digunakan sebagai
analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) yang bisa diperoleh tanpa resep
dokter. Meskipun paracetamol memiliki efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai
obat NSAID, karena efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan. Cara kerja obat ini yang
diketahui sekarang adalah dengan cara menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim
COX berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan
dihambatnya kerja enzim ini, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi
berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh
dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali suhu tubuh di otak.
Indikasi
Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia. Namun obat ini
sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-benar tinggi dan membutuhkan terapi
obat penurun panas. Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas, bila suhu
tubuh lebih besar dari 38.5 C (101,3 F).
Digunakan secara luas untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya.
Pada nyeri yang lebih berat seperti nyeri pasca operasi obat ini biasanya dikombinasikan
dengan NSAID atau analgetic opioid.
Kombinasi paracetamol dengan kafein adalah obat lini pertama pada pengobatan migrain.
Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan, dengan efek yang
sebanding dengan aspirin tetapi efek samping yang lebih ringan.
Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar luas di pasaran.
Kontra Indikasi
Efek Samping
Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar orang, selama diberikan
pada dosis yang dianjurkan. Berikut adalah beberapa efek samping paracetamol yang mungkin
terjadi :
Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah. Pada
penggunaan dosis yang lebih tinggi, paracetamol diketahui meningkatkan resiko
terjadinya perdarahan lambung.
Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan jangka panjang, obat
ini dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal., termasuk gagal ginjal akut.
Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US Food and Drug
Administration) memperingatkan kemungkinan terjadinya efek pada kulit seperti sindrom
stevens-johnson dan nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal
ini sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.
Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini pada penderita asma
terutama anak-anak, karena ada kemungkinan terjadinya peningkatan resiko asma
ataupun memperburuk penyakit asma yang telah diderita sebelumnya.
Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika terjadi
pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa menyebabkan syok anafilaksis
yang berakibat fatal
Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol oleh ibu hamil, dengan resiko
terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD. Namun obat ini tetap
dianjurkan sebagai obat pilihan pertama untuk nyeri dan demam selama kehamilan,
meski harus memperhatikan resikonya.
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah sebagai berikut :
Pemakaian obat ini harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam,
gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul,
karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma.
Paracetamol diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI) meskipun dalam jumlah
yang kecil. Obat ini adalah pilihan pertama sebagai pereda nyeri dan penurun panas bagi
ibu menyusui, namun jika anda ragu berkonsultasilah dengan dokter jika anda ingin
menggunakan paracetamol saat menyusui.
Meskipun efeknya terhadap perdarahan lambung relatif lebih kecil daripada obat-obat
golongan NSAID, ada baiknya obat ini dikonsumsi setelah makan.
Jika anda mengkonsumsi alkohol, potensi terjadinya kerusakan hati sangat tinggi
terutama pada pemakaian jangka panjang dan dosis yang lebih tinggi.
Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
Interaksi Obat
Berikut adalah interaksi dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
Dosis
Syrup 120 mg/5 ml :
Catatan :
Bila perlu obat diberikan setiap 4 jam atau menurut petunjuk dokter.
Dosis Lazim
Dosis lazim bayi dan anak < 12 tahun untuk penurun panas
dan meredakan nyeri
Oral : 10-15 mg / kg BB / dosis, diberikan setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Melalui dubur : 10-20 mg / kg BB / dosis, diberikan setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Injeksi intavena untuk anak usia < 2 tahun : 7.5-15 mg / kg BB/ dosis diberikan setiap 6
jam. Dosis maksimum : 60 mg / kg BB / hari.
Injeksi intravena untuk anak usia 2-12 tahun : 15 mg / kg Bb setiap 6 jam. Dosis
maksimum : 75 mg / kg BB / hari (tidak melebihi 3750 mg / hari).
3. Pseudoefedrin Hcl
Indikasi dan Kontra Indikasi
Obat ini bekerja pada reseptor pada selaput lendir saluran napas yang dapat mengurangi sekresi
yang dapat menyumbat saluran napas. Selain itu, obat ini juga turut membantu membuka /
memperlebar saluran napas sekaligus meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan
kontraksi otot jantung. Pseudoefedrin HCl diindikasikan pada pasien dengan hidung dan sinus
paranasal yang tersumbat, pilek, di mana obat ini dapat mengurangi gejala sumbatan dan pilek
serta nyeri yang dapat ditimbulkan oleh proses sumbatan tersebut. Hal ini tentunya membuat
pasien dapat bernapas dengan lebih lega. Obat ini dikontraindikasikan pada anak di bawah usia 2
tahun (karena keamanan belum diketahui), pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat
ini, riwayat hipertensi atau penyakit arteri koroner, pasien yang sedang mengkonsumsi obat
obatan golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) atau sudah mengkonsumsi obat ini
dalam waktu 14 hari terakhir. Selain itu, penggunaan obat ini juga perlu mendapat perhatian
khusus pada pasien dengan hipertensi, hipertiroid, diabetes melitus, penyakit arteri koroner,
glaukoma, hipertrofi prostat, dan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat. Pseudoefedrin HCl
juga terbatas dalam penggunaannya dengan ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui. Pasien
usia tua juga lebih rentan terhadap efek samping. Pasien yang sedang mengkonsumsi obat
obatan anti-depresi dan beberapa golongan obat penurun tekanan darah juga perlu mendapat
perhatian khusus karena terdapat interaksi antar obat tersebut dengan pseudoefedrin HCl.
Efek Samping
berdarah dan memar, kelelahan yang tidak biasa, demam, kedinginan, tidak enak badan,
gejala flu
tekanan darah meningkat hingga tahap berbahaya (sakit kepala parah, pengelihatan kabur,
telinga berdengung, gelisah, bingung, sakit pada dada, gangguan dalam bernafas, detak
jantung tidak stabil)
Interaksi Obat
Clorgyline
Dihydroergotamine
Furazolidone
Iproniazid
Isocarboxazid
Linezolid
Moclobemide
Nialamide
Pargyline
Phenelzine
Procarbazine
Rasagiline
Selegiline
Toloxatone
Tranylcypromine
Menggunakan obat ini dengan beberapa obat-obatan di bawah ini biasanya tidak
direkomendasikan, tapi pada beberapa kasus mungkin dibutuhkan. Jika kedua obat ini diresepkan
untuk Anda, dokter biasanya akan mengubah dosisnya atau menentukan seberapa sering Anda
harus mengonsumsi obat-obatan tersebut.
Guanethidine
Iobenguane I 123
Methyldopa
Midodrine
Dosis
Dosis umum anak-anak untuk hidung tersumbat (pilek)
Usia 2 5 tahun:
Immediate release: 15 mg setiap 6 jam.
Sustained release: 12.5 hingga 25 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan.
Dosis maksimum harian: 60 mg/hari.
Dosis alternatif: 1 mg/kg/dosis tiap 6 jam, dosis maksimum: 15 mg.
Usia 6 12 tahun:
Immediate release: 30 mg setiap 6 jam.
Sustained release suspension: 25 hingga 50 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan.
Dosis maksimum harian: 120 mg/hari.
Usia >12 tahun:
Immediate release: 30 60 mg dikonsumsi tiap 4 hingga 6 jam sebagaimana dibutuhkan.
Sustained release: 120 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan..
Sustained release suspension: 50 100 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan.
Dosis maksimum harian: 240 mg/hari.
4. Triamcinolon
Farmakologi
Triamcinolone bekerja terutama sebagai glukokortikoid dan mempunyai daya antiinflamasi yang
kuat, mempunyai efek hormonal dan metabolik seperti kortison. Aktivitas glukokortikoid
menyebabkan peningkatan glukoneogenesis dan penurunan penggunaan glukosa secara efektif di
dalam jaringan. Katabolisme protein dipercepat dan sintesis dari protein makanan diturunkan
meskipun efek keseluruhan pada keseimbangan nitrogen tergantung pada faktor lain termasuk
diet, dosis dan lama pengobatan. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), yang juga
bersifat meretensi garam, digunakan sebagai terapi pengganti pada kondisi defisiensi
adrenokortikal. Triamcinolone berbeda dengan glukokortikoid alami, yaitu dalam hal efek
antiinflamasi dan glukoneogenesis yang lebih besar dan sifat meretensi garamnya yang lebih
sedikit.
Dosis
Dosis awal tablet triamcinolone dapat bervariasi dari 4-48 mg/hari tergantung dari penyakit
spesifik tertentu yang sedang diobati. Pada kondisi yang tidak begitu berat, dosis yang lebih
rendah umumnya cukup, sedangkan untuk pasien tertentu mungkin diperlukan dosis awal yang
lebih tinggi. Dosis awal harus dipertahankan atau disesuaikan sampai dicapai respon yang
memuaskan. Jika setelah beberapa waktu respon klinis yang didapat kurang memuaskan,
kortikosteroid harus dihentikan dan diganti dengan terapi lain yang tepat. Harus ditegaskan
bahwa dosis yang dibutuhkan bersifat variabel dan harus disesuaikan secara individual
tergantung penyakit yang diobati dan respon pasien.
Untuk bayi dan anak-anak:
Dosis yang direkomendasikan harus diatur dengan pertimbangan yang sama seperti di atas dari
pada dengan aturan yang ketat terhadap rasio usia atau berat badan. Setelah dicapai respon yang
baik, harus ditentukan dosis pemeliharaan yang tepat dengan cara penurunan dosis awal dengan
sedikit penambahan pada interval waktu yang tepat sampai tercapai dosis terendah yang dapat
mempertahankan respon klinik adekuat yang telah dicapai.
Harus selalu diingat bahwa monitoring dosis obat harus selalu dilakukan. Penyesuaian dosis
diperlukan jika terdapat perubahan pada status klinis pasien, respon individu pasien erubah atau
pasien dalam kondisi yang penuh tekanan yang tidak berhubungan langsung dengan penyakit
yang sedang diobati. Pada situasi ini mungkin perlu untuk meningkatkan dosis triamcinolone
selama periode waktu yang sesuai dengan kondisi pasien. Jika setelah terapi jangka panjang obat
dihentikan, dianjurkan penghentian obat dilakukan secara gradual bukan dengan tiba-tiba. Terapi
hormon merupakan terapi tambahan dan tidak untuk mengganti terapi konvensional.
Untuk mengganti pengobatan pasien dari kortikosteroid lain:
Triamcinolone 4 mg pada awal pemberian sebagai pengganti cortisone 25 mg, hydrocortisone 20
mg, prednisone 5 mg, prednisolone 5 mg, methylprednisolone 4 mg, dexamethasone 0,75 mg,
betamethasone 0,6 mg and paramethasone 2 mg. Setelah itu, dosis harus disesuaikan menurut
respon individu.
kondisi stres.
Kortikosteroid dapat menutupi beberapa gejala infeksi dan infeksi baru dapat muncul
selama penggunaannya. Ketika kortikosteroid digunakan dapat terjadi penurunan
resistensi dan ketidakmampuan untuk melokalisir infeksi. Jika selama terapi
kortikosteroid terjadi infeksi, hal tersebut harus segera dikontrol dengan terapi
Retensi garam dan air sebagaimana juga peningkatan ekskresi kalium dapat terjadi,
meskipun jarang terjadi pada derivat sintesis seperti triamcinolone dibanding
hidrokortison atau kortison, kecuali jika digunakan pada dosis besar. Diet garam dan
Perhatian
Seperti pada semua kortikosteroid, pasien harus diamati peningkatan berat badannya,
edema, hipertensi, dan ekskresi kalium yang berlebihan, seperti adanya tanda efek
samping steroid adrenokortikal yang kurang jelas. Asupan protein yang banyak penting
Gangguan psikis dapat terjadi ketika kortikosteroid digunakan, mulai dari euforia,
insomnia, mood swings, perubahan kepribadian, dan depresi berat, sampai manifestasi
psikosis yang jelas. Ketidakstabilan emosi yang sudah ada atau tendensi psikotik dapat
hipoprotrombinemia.
Kortikosteroid harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan ulcerative colitis
yang tidak spesifik jika terdapat kemungkinan terjadi perforasi, abses atau infeksi
piogenik lain. Kortikosteroid juga harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
diverkulitis, fresh intestinal anastomoses, ulkus peptikum aktif atau laten, insufisiensi
ginjal, hipertensi, osteoporosis, glomerulonefritis akut, vaccinia, varicella, exanthema,
sindrom Cushing, infeksi resisten antibiotik, diabetes melitus, gagal jantung kongestif,
nefritis kronik, kecenderungan tromboembolik, tromboflebitis, gangguan konvulsi,
Efek Samping
Pasien yang mendapat kortikosteroid harus diamati secara ketat terhadap efek samping di bawah
ini yang mungkin berhubungan dengan terapi kortikosteroid:
Retensi natrium, retensi cairan, gagal jantung kongestif pada pasien yang rentan,
kehilangan kalium, alkalosis hipokalemia, dan hipertensi.
Muskuloskeletal
Kelemahan otot, fatigue, miopati steroid, kehilangan massa otot, osteoporosis, vertebral
compression fracture, nekrosis aseptik kaput tulang paha dan humerus, fraktur patologi
dari tulang panjang dan fraktur spontan.
Gastrointestinal
Ulkus peptikum dengan kemungkinan diikuti perforasi dan perdarahan, pankreatitis,
distensi abdomen dan ulcerative esophagitis.
Dermatologi
Gangguan penyembuhan luka, kulit yang rapuh dan tipis, ptechiae dan ekimosis, eritema
wajah, berkeringat berlebihan, atrofi lemak subkutan, purpura, striae, hiperpigmentasi,
hirsutisme, erupsi jerawat, dan ditekannya reaksi terhadap tes alergi.
Neurologi
Konvulsi, peningkatan tekanan intrakranial dengan papiledema (pseudotumor cerebri)
biasanya setelah pengobatan, vertigo, sakit kepala dan memburuknya kondisi psikiatrik
yang sudah ada.
Endokrin
Ketidakteraturan menstruasi, timbulnya keadaan chusingoid, supresi pertumbuhan pada
anak, tidak beresponnya adrenokortikal dan pituitari sekunder, khususnya pada waktu
stres (contohnya trauma, pembedahan atau kondisi sakit), penurunan toleransi
karbohidrat, manifestasi diabetes melitus laten dan peningkatan kebutuhan insulin atau
obat hipoglikemik oral pada keadaan diabetes.
Mata
Posterior subcapsular cataract, peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dan
exophthalmos.
Metabolik
Hiperglikemia, glikosuria dan keseimbangan nitrogen negatif disebabkan oleh
katabolisme protein.
Lain-lain
Necrotizing angitis, tromboflebitis, tromboembolisme, memburuknya infeksi atau
menutupi gejala infeksi, insomnia, episode sinkop dan reaksi anafilaktoid.
Interaksi Obat
Interaksi yang berpotensi berbahaya
Kombinasi kortikosteroid dengan obat anti-inflamasi nonsteroid meningkatkan risiko terjadinya
ulkus peptikum dan perdarahan gastrointestinal.
Interaksi signifikan lainnya
Kortikosteroid dilaporkan menimbulkan antagonis pada blokade neuromuskular yang disebabkan
oleh pancuronium. Risiko hipokalemia dapat meningkat jika triamcinolone diberikan secara
bersamaan dengan simpatomimetik dan teofilin yang dapat menurunkan kalium plasma dan
dengan diuretik yang tidak hemat kalium, hipokalemia juga dapat memperkuat efek glikosida
jantung. Efek diabetogenik kortikosteroid akan mengganggu kontrol glukosa darah dengan
insulin dan obat hipoglikemik oral.
5. Endostein
Farmakologi
agen mukolitik. Dapat mengencerkan mucus dan sputum purulen. Erdostein adalah pro drug
yang menjadi aktif setelah proses metabolism dimana gugus sulfhidril bebas di bentuk. Gugus ini
akan memecahkan ikatan disulfide yang mengikat serat-serat glikoprotein di dalam mucus. Hal
ini menyebabkan sekresi bronkus menjadi lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan. Dari studi
in vivo dan invitro di tunjukkan bahwa karena adanya gugus sulfhidril bebas dalam bentuk
metabolit aktifnya, maka erdostein memiliki sifat antioksidan
Indikasi
mukolitik, obat pengencer lendir pada gangguan saluran pernapasan akut dan kronik
Peringatan
Erdosteine tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita yang sedang hamil atau
menyusui.
Erdosteine hanya boleh digunakan untuk orang-orang yang telah berusia 18 tahun ke atas.
Dosis
Dewasa: 150/50 mg 2-3 kali sehari
Anak: Berat badan 15-19 kg: 175 mg 2 kali sehari; 20-30 kg: 175 mg 3 kali sehari; > 30 kg: 350
mg 2 kali sehari
Efek Samping
Mual.
Diare.
Interaksi Obat
tidak ada interaksi yang berbahaya bila diberikan bersama obat lain yang pernah di amati, dan
erdostein dapat diberikan bersama-sama dengan antibiotic, bronkodilator (teofilin, B2-mimetik,
sedative, batuk)
6. Cefixime
Farmakologi
Aktivitas antibakteri
Cefixime memiliki spektrum antibakteri yang luas terhadap mikroorganisme grampositif dan gram-negative. Dibandingkan dengan sediaan oral cephalosporin lain,
cefixime khususnya memiliki aktivitas yang poten terhadap organisme gram-positif
seperti
Streptococcus
sp, Streptococcus
pneumoniae,
dan
gram-negatif
seperti
Proteus mirabillis.
Otitis media yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae (beta-laktamase
strain positif dan negatif), moraxella (Branhamella) catarrhalis (umumnya yang
tablet.
Demam tifoid pada anak-anak : 10-15 mg/kg/hari selama 2 minggu.
Pasien dengan kerusakan fungsi ginjal memerlukan modifikasi dosis tergantung
pada tingkat kerusakan. Apabila bersihan kreatinin antara 21-60 mg mL/min atau
pasien mendapat terapi hemodialisa, dosis yang dianjurkan adalah 75% dari dosis
standar (misalnya 300 mg sehari). Apabila bersihan kreaatinin kuran dari 20
mL/min atau pasien mendapat terapi rawat jalan peritonial dialisaberkelanjutan,
dosis yang dianjurkan adalah 50% dari dosis standar (misalnya 200 mg perhari).
Kontra Indikasi
Penggunaan antibiotik ini harus dihindari pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas (alergi)
pada Cefixime dan antibiotik golongan cephalosporin lainnya.
Efek Samping
Efek samping yang paling umum dari antibiotik cephalosporin oral adalah gangguan
pencernaan termasuk mual, muntah, dan diare.
Reaksi hipersensitivitas termasuk ruam kulit, urtikaria, demam, gatal, angioedema, edema
wajah, kesulitan bernapas, kulit merah, melepuh, bengkak, dan mengelupas, sindrom
Stevens-Johnson, dan nekrolisis epidermal toksik.
Pseudomembranous
telah
dilaporkan
pada
Antibiotik cephalosporin bisa juga menyebabkan anemia aplastik dan anemia hemolitik
pada bebearapa kasus.
Efek samping Cefixime pada organ hati seperti hepatitis dan kenaikan sementara SGPT,
SGOT, dan alkali fosfatase. Antibiotik golongan cephalosporin telah dikaitkan dengan
terjadinya disfungsi hati termasuk kolestasis.
Efek samping pada sistem saraf seperti sakit kepala, pusing, mengantuk, dan kejang.
Jika tandatanda reaksi alergi terjadi segera hentikan pengobatan dan hubungi pihak
medis karena dapat terjadi shock anafilaksis yang bisa berakibat fatal.
Kebanyakan obat antibiotik termasuk Cefixime dapat menyebabkan diare, yang bisa saja
merupakan tanda dari infeksi baru. Jika diare terjadi sangat berat misalnya berair atau
memiliki darah di dalamnya, segera hubungi dokter Anda. Jangan menggunakan obat untuk
menghentikan diare kecuali atas petunjuk dokter
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan antibiotik Cefixime adalah sebagai
berikut :
Hati-hati memberikan Cefixime pada penderita dengan fungsi hati dan ginjal yang rusak
terutama pada pemakaian obat dalam jangka waktu panjang.
pengamatan yang teliti perlu dilakukan pada pasien dengan gejala defisiensi Vitamin K.
Pemakaian oleh ibu menyusui belum ada data, tetapi biasanya pihak produsen obat obat
dengan kandungan Cefixime merekomendasikan untuk tidak menggunakan obat ini selama
menyusui.
sebaiknya Cefixime tidak digunakan untuk bayi berumur kurang dari 6 bulan karena
efektivitas dan keamanan penggunaan antibiotik ini belum dapat dipastikan, .
Cefixime harus digunakan sesuai dengan rekomendasi dokter, tetap lanjutkan terapi
meskipun anda sudah merasa sembuh. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri
terhadap Cefixime.
untuk pasien Diabetes : Cefixime dapat menyebabkan hasil tes untuk glukosa urin atau
keton urin menjadi salah. informasikan kepada petugas laboratorium jika anda melakukan
tes selama mengkonsumsi Cefixime. konsultasikan dengan dokter anda sebelum Anda
mengubah diet Anda atau dosis obat diabetes Anda.
Cefixime tidak digunakan untuk mengobati infeksi oleh virus seperti flu.
Interaksi Obat
Berikut adalah interaksi dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
Pemberian
Cefixime
bersama
antikoagulan
(misalnya
warfarin)
akan
Nifedipin dan salicylat dapat menigkatkan konsentrasi Cefixime dalam plasma darah
sehingga efeknya akan meningkat.
Vaksin BCG atau vaksin tifoid hidup akan menurun efektivitasnya jika diberikan bersama
Cefixime.