Anda di halaman 1dari 5

K3 DAN LINGKUNGAN Oleh : Budi

Luwiyo

Pada era industrialisasi, seperti sekarang ini banyak digunakan bahan dan proses
produksi yang canggih yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Di pihak lain, penggunaan bahan dan proses yang canggih tersebut dapat meningkatkan risiko
bahaya yang lebih besar terhadap tenaga kerja, terutama kemungkinan terjadinya penyakit
akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh pemakaian mesin-mesin, penggunaan
bahanbahan berbahaya, zat kimia beracun, pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik dan
psikis sampai dengan lalu-lintas yang berkecepatan tinggi telah menjadikan seseorang yang
bekerja berha-dapan dengan kemungkinan besar terkena risiko penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan jabatannya.
Dalam hal penggunaan bahan kimia yang sudah merupakan kebutuhan hidup setiap orang,
hingga saat ini telah diketahui sekitar 5 hingga 7 juta jenis bahan kimia yang setiap tahunnya
paling sedikit diproduksi sekitar 400 juta ton di seluruh dunia meliputi
bahan kimia untuk adiktif makanan, farmasi, dan untuk keperluan pertanian (agrochemicals),
seperti pembasmi hama (pestisida & insektisida), pupuk, dll.

Konon kabarnya, di Amerika dihasilkan 1200 macam bahan kimia setiap tahunnya dan
diperkirakan sekitar 500-10.000 bahan kimia yang diperdagangkan mengandung bahaya, di
antaranya 150-200 diperkirakan sebagai penyebab kanker.
Sedangkan gas dan uap digunakan dalam operasi industri seperti pada proses pengelasan,
pendinginan, atau pada bermacam-macam proses kimia lainnya. Gas juga digunakan di
rumah sakit sebagai bahan anestesi.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi lingkungan dan bisa membahayakan
keselamatan dan kesehatan manusia baik tenaga kerja yang berada di lokasi pekerjaan
maupun masyarakat di sekitar lokasi pekerjaan adalah panas, debu, asap,
kebisingan, getaran, dan lain-lain.
Di lingkungan pekerjaan, gangguan kesehatan karena pengaruh panas dapat disebabkan oleh
dua hal, yaitu adanya sumber panas dan ventilasi yang kurang baik. Kedua hal ini banyak
dijumpai dalam aktivitas perusahaan yang tanpa disadari akan
menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja sampai kepada pengaruh buruk terhadap
kesehatan tenaga kerja. Dalam norma higiene perusahaan ada langkah-langkah dalam upaya
untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman, yakni penanggulangan
atau penanganan penyakit akibat kerja.
Demikian pula lingkungan kerja yang penuh dengan kebisingan, getaran, radiasi, maupun
faktor-faktor lain, kesemuanya harus mempunyai batasan-batasan yang dinilai dengan kadar
tertentu dengan maksud untuk mencegah penyakit akibat kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK), yaitu penyakit yang timbul disebabkan oleh pekerjaan di
lingkung an tempat kerja harus diupayakan pencegahannya terhadap tenaga kerja. Untuk
melindungi tenaga kerja terhadap PAK harus ada upaya pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
secara terpadu yang meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu upaya pencegahan PAK adalah dengan cara pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja secara teratur.
Berbagai jenis pencemaran lingkungan
Sebagai dampak kemajuan industri timbul berbagai pencemaran lingkungan yang berasal dari
limbah industri yang tidak dikelola sebagaimana mestinya dan
pencemaran sebagai akibat pemakaian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), antara lain:
1. Limbah cair : air kotor, minyak, bahan pelumas, dll
2. Limbah padat : puing bangunan, sisa asbes, sisa kayu, plastik, potongan logam, dll
3. Limbah kimia : bahan cat, aditive beton, bahan pembersih,dll
4. Limbah gas : asap mesin, asap pembakaran tungku, uap freon, dll

Di samping itu masih ada pencemaran lainnya, yaitu pencemaran suara, cahaya, radiasi, dan
biologis.
Berikut ini adalah daftar penyakit / gangguan kesehatan yang lazim dialami oleh para tenaga
kerja yang diakibatkan oleh faktor lingkungan pekerjaan

Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai Ambang Batas (NAB) adalah suatu kadar/nilai bahan dengan batasan tertentu yang
berlaku dalam udara tempat kerja merupakan pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih
dapat menghadapinya dengan tidak mengakibatkan penyakit
atau ganggguan kesehatan atau kenyamanan kerja dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Untuk mengetahui apakah udara tempat kerja telah membahayakan kesehatan tenaga kerja,
perlu dilakukan pengukuran kadar konsentrasi pencemaran suatu
kondisi sesuai dengan paparannya.
Apabila konsentrasinya telah melebihi NAB yang ditentukan, berarti kondisi udara di tempat
tersebut telah membahayakan kesehatan tenaga kerja. Keadaan
ini harus segera dikendalikan, yaitu dengan upaya menurunkan kadarnya hingga di bawah
NAB atau dengan melakukan upaya menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
pada saat bekerja.
Sebagai contoh, untuk mengukur kadar pencemaran udara yang diakibatkan oleh suatu bahan
kimia, dibutuhkan keahlian khusus dengan menggunakan metoda
pengukuran standar (NIOSH, EPA), peralatan, serta instrumen yang sesuai dan terkalibrasi.
Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan beberapa jenis penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor lingkungan, antara lain : Kaki Gajah (biologi/sejenis serangga),
Pneumokoniosis (kimia), dan Filariasis (biologi/sejenis cacing)

Peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam hal Lingkungan


Dalam menangani pekerjaan konstruksi, tenaga kerja menghadapi risiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang disebut
Bahaya Kesehatan Kerja, yaitu :
Bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja
Bahaya yang dapat menimbulkan dampak pada pekerja berupa : gangguan kesehatan,
penyakit akibat kerja, dan kematian
Bahaya yang timbul karena pengaruh lingkungan kerja

Dalam hal lingkungan kerja, peran K3 diharapkan mampu :


Mengidentifikasi potensi bahaya K3 dari faktor lingkungan konstruksi
Membuat rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan konstruksi. []

Anda mungkin juga menyukai