Tugas Jurnal PPTK
Tugas Jurnal PPTK
Tenaga Kependidikan (LPTK). Bentuknya dapat berupa Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu
Pendidikan (STKIP), Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) dan Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan (FKIP, yang keberadaannya di bawah universitas). Lembaga-lembaga
tersebut sebagai lembaga pencetak tenaga-tenaga pendidik yang profesional.
LPTK sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik profesional mempunyai tugas
pokok dalam menyelenggarakan pendidikan untuk calon tenaga kependidikan untuk
semua jenjang kependidikan serta keahliannya. Menurut Dirjen Dikti Kemendikbud,
Joko Susilo, jumlah LPTK per April 2013 ada sebanyak 415 LPTK yang terdiri dari 376
LPTK swasta, 26 FKIP negeri, satu FKIP Universitas Terbuka, dan 12 eks IKIP negeri.
Lebih lanjut Joko Susilo mengatakan bahwa 60% mutu LPTK rendah. Selain itu LPTK
masih belum mampu dalam mempersiapkan mahasiswa calon guru yang profesional.
Berdasarkan data di atas, diperlukan sekali pemikiran dan sikap profesional dari
para penyelenggara LPTK untuk meningkatkan kualitas mutu lulusannya. Kualitas
lulusan yang dihasilkan oleh LPTK sangat terkait dengan berbagai hal mulai dari
pelayanan tenaga administrasi, dosen/pengajar, kurikulum, tempat belajar, wawasan
mahasiswa terhadap pendidikan, dan sarana penunjang proses belajar mengajar di
LPTK.
Sehubungan dengan uraian di atas, makalah ini mencoba mengungkapkan
permasalahan
bagaimana
peranan
LPTK
dalam
mewujudkan
guru
yang
artinya what kind of (tergantung dengan kata apa yang mengikutinya). Pengertian mutu
sendiri menurut Deming ialah kesesuaian dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Juran,
mutu ialah kecocokan dengan kebutuhan dan Sallis (2003) mengemukakan bahwa mutu
adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang absolut adalah mutu yang
mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan sifat
produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu relatif adalah sebuah alat yang sudah
ditetapkan dan harus memenuhi standar yang telah dibuat.
Definisi pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional atau Sisdiknas, pasal 1 (ayat 1 dan 4), bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan,
keperibadian, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan
juga negara.
Mutu di bidang pendidikan meliputi 4, yaitu: mutu input, proses, output, dan
outcome. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2. Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktif, kreatif
dan juga menyenangkan.
3. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan
nonakademik siswa tinggi.
4. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji
yang wajar, dan semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa
puas
Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management
(TQM) bukan hanya suatu gagasan, tetapi suatu filosofi dan metodologi untuk
membantu lembaga dalam mengelola perubahan secara sistematik dan totalitas, melalui
suatu perubahan visi, misi, nilai, serta tujuan. Di dalam dunia pendidikan untuk menilai
mutu lulusan suatu sekolah dilihat dari
kesesuaian dalam kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telah ditetapkan di
dalam kurikulum.
Sekarang ini, LPTK sedang memasuki era baru dimana dalam setiap instutusi
terdapat misi ganda yaitu misi utama mempersiapkan berbagai jenis dan jenjang
program pendidikan tenaga kependidikan dan misi kedua yaitu melalui pelbagai
program non-kependidikan untuk mempersiapkan tenaga profesional di luar profesi
kependidikan. Perubahan misi tunggal kepada institusi dengan misi ganda ini banyak
menimbulkan permasalahan yang banyak dipertanyakan oleh masyarakat umum.
Apakah LPTK dalam bentuk sekarang mampu untuk menghasilkan tenaga pendidik
yang bermutu ataukah meletakkan tugas utama menjadi tugas biasa yang sama dengan
tugas tambahan untuk menghasilkan tenaga profesional di luar tenaga kependidikan?
Sehubungan dengan hal itu, Azhar (2011:76) dalam makalahnya memaparkan
bahwa LPTK swasta yang jumlahnya mendekati 400 institusi yang tersebar di seluruh
tanah air, memunculkan pertanyaan kualitatif yang cukup merisaukan.
Problema mutu yang ada pada perbedaan kualitas terjadi karena model
pengadaan tenaga kependidikan yang dilaksanakan oleh berbagai LPTK tidak memiliki
sistem dan prosedur pengendalian mutu yang handal. Akibatnya standar kelulusanpun
beragam. Banyak guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkan, tetapi kualitasnya
cenderung bervariasi karena belum ada standar yang digunakan untuk mengukur
kualitasnya. Oleh karena itu kebutuhan akan standar mutu LPTK sangat penting di masa
yang akan datang.
Mutu LPTK yang rendah mengakibatkan tidak banyak diminati oleh lulusan
sekolah menengah. Hal ini dapat dilihat dari pilihan pada waktu SNMPTN, biasanya
LPTK akan dipilih setelah tidak diterima dari non-kependidikan. Hal ini dipertegas oleh
Suyono (dalam Azhar, 2011:82) yang mengatakan bahwa mutu guru rendah, karena gaji
guru rendah, generasi yang tertarik untuk menjadi guru bukan generasi yang terbaik.
Selain itu, LPTK harus mempersiapkan calon sarjana yang siap pakai, memiliki
kompetensi yang diperlukan di lapangan pekerjaan.Selain itu kurikulum LPTK juga
harus dirancang sesuai kebutuhan pasar. Untuk meningkatkan kualitas LPTK, menurut
Joko Santoso, diperlukan kajian serius dan mendalam tentang reposisi, penataan dan
penguatan kelembagaan LPTK. Disamping pula diperlukan landasan hukum untuk
memperkuat jati diri LPTK.
Untuk menentukan kelayakan secara kelembagaan, standar kelembagaan
digunakan untuk sebagai tolak ukur dalam proses evaluasi kelembagaan tersebut.
Lembaga yang telah memenuhi standar tersebut disebut lembaga yang terakreditasi atau
accredited in teacher education institution. Berikutnya Slamet (dalam Azhar (2011:79)
mengatakan bahwa ada empat usaha mendasar
(PPTG) dan Pendidikan Tenaga Kependidikan (PTK). Sistem PPTG dan PTK
pada umumnya bertujuan agar para guru mampu merespon perubahan dan
tuntutan perkembangan iptek dan kemajuan kemasyarakatan, termasuk perubahan
sistem pendidikan dan pembelajaran secara mikro. Kegiatan PPTG secara
filosofis merupakan inti dari profesionalisasi.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003
(2),
42 ayat (2). Hal ini diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan yang menjelaskan bahwa Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan
nasional.
Kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi, kualifikasi dan sertifikasi
merupakan prasyarat menciptakan guru professional. Guru profesional menjadi
jaminan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Bagaimana kriteria untuk
menjadi guru profesional? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita harus
mengetahui dulu definisi dari kata profesional.
Guru dituntut untuk profesional dengan memiliki kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional. Cara mendapatkan guru seperti kriteria di
atas melalui kualifikasi, uji kompetensi dan sertifikasi. Dengan demikian guru
profesional harus memiliki sertifikat profesi.Sertifikasi diberikan secara
individual kepada Pendidik sebagai pengakuan atas kompetensinya dalam
di Indonesia
LPTK swasta jumlahnya mendekati 400 institusi yang tersebar di seluruh pelosok tanah
air. Untuk itu pimpinan LPTK baik negeri maupun swasta harus bertanggung jawab dan
sungguh-sungguh dan secara profesional sesuai dengan standar LPTK.
Rekomendasi dari permasalahan di atas adalah bahwa untuk meningkatkan mutu lulusan
LPTK diperlukan upaya yang serius dan profesional dalam bebera hal di antaranya:
1)
2)
3)
4)
Kualitas dosen, atmosfer akademik, sarana, dan budaya akademik juga harus
dibangun untuk melahirkan sarjana pendidikan yang handal secara intelektual
dan memiliki kualitas akhlak yang baik.
5)
6)
Menjalin kerjasama dengan LPTK di luar negeri dalam hal: melakukan PPL
bersama, penelitian bersama dan sharing hasil penelitian,
7)
8)
9)
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. 2009. Kondisi LPTK sebagai Pencetak Guru Yang Profesional.
Tabularasa-Jurnal Pendidikan PPs Unimed, Vol.6 No.1 Juni 2009.pp
(1- 13).
Azhar. 2011. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Paradigma Meningkatkan
Mutu Pendidikan Pada LPTK. Vol.8 No.1 Juni 2011
Susilo, Joko.2014. http://www.timlo.net/baca/68719503001/60-persenlptk-di- indonesia-di-bawah-standar/ (diunduh tanggal 25 Januari
2014)
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-mutupendidikan.html#.UuX9PfsxXIU (diunduh tanggal 26 Januari 2014)
http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/19/07432623/Penguatan.LPT
K.Perlu Dukungan.Pemerintah (diunduh tanggal 23 januari 2014)
http://eprints.unsri.ac.id/1073/1/1._Makalah_Semnas_2009_%28Peranan_LPTK
%29-UC.pdf (diunduh tanggal 26 Januari 2014)
Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 93 Tahun 1999 tentang
Perubahan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi
Universitas