PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kegiatan proses produksi sebuah perusahaan perlu sebuah perencanaan
agregat dalam penggunaan yang produktifitas baik atassumber daya manusia
maupun sumber daya pelengkap. Perencanaan berawal dari permintaan konsumen
berdasarkan tahunan, bulanan, dari bulan kebulan dalam peramalan sering terjadi
peramalan yang tidak konstan yang akan meningkatkan kesulitan dalam
pembuatan rencana produksinya. Manajer operasi berupaya untuk menetukan cara
terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan dengan menyesuaikan tingkat
produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur,
tingkat nila sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat dikendalikan. Tujuan
proses
produksi
biasanya
adalah
meminimisasi
biaya
sepanjang
periode perencanaa.
Pada laporan ini perusahaan toys Story membuat perbandingan item terhadap
family produk, melakukan perhitungan Resource Requirement Planning (RRP),
melakukan perencanaan agregat dengan metode pure staregy dan metode
transportasi, menyusun jadwal induk (Master Production Schedulling) dengan
teknik disagregasi yang tepat, serta menentukan kapasitas dalam memenuhi target
produksi.
Meskipun begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting dari
pada biaya yang rendah. Strategi-strategi ini mungkin mencakup usaha
memuluskan tingkat kebutuhan tenaga kerja, menurunkan tingkat persediaaan,
atau mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa
memandang berapa biaya yang dikeluarkan
Keputusan perencanaan agregat, untuk menunjukkan bagaimana rencana
agregat yang cocok dengan keseluruhan proses perencanaan, dan menjelaskan
beberapa teknik yang digunakan para maajer dalam mengembangkan suatu
rencana. Dalam hal ini, penekanan dilakukan terhadap perusahaan- perusahaan
manufaktur maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.
Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan penyediaan bahan
baku besar kecilnya persediaan kapasitas yang diproduksi tergantung pada banyak
sedikitnya bahan baku yang tersedia di suatu perusahaan.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap
mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan toys story.
Perencanaan
agregat
ini berhubungan
dengan
srategi lokasi
dalam hal
kapasitas
produksi
banyak
pada
maka
kapasitas
TUJUAN
Adapun diadakannya kegiatan ini bertujuan untuk :
PEMBATASAN MASALAH
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Resources Requirement Planning (RRP)
Perencanaan kebutuhan sumber daya merupakan tingkat perncanaan teringgi
dalam hirarki perencaan kapasitas. Menurut Gasperz, perencanaan kebutuhan
sumber daya merupakan tingkat perencanaan tertinggi dalam hierarki perencanaan
kapasitas. Perhitunga jumlah stasiun kerja ini menggunakan rumus
= 25% x RT
persediaan
akan
menyebabkan
penurunan
mutu
pelayanan
Jumlah Pekerja
Jika, Ya : lihat a, jika tidak : lihat di bawah Apakah pekerja sekarang x (RT* +
OT*) Demand (jam)
Jika, Ya : lihat a, jika tidak : lihat di bawah Pekerja baru = Demand (jam) / (RT* +
OT*)
Keterangan :
a.
Over Time
Perhitungan Hiring
Perhitungan Layoff
c) Subkontrak
Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan selain
mengubah tenaga kerja atau mengubah jumlah persediaan adalah dengan
melakukan subkontrak kepada perusahaan lainnya jika tingkat produksi tidak
mencukupi jumlah permintaan.
Langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode Subcontracting :
Produksi (agregat)
= Demand terkecil
Produksi (ajam)
Jumlah pekerja
Subkontrak
2. Mixed Strategy
Pelaksaan masing-masing pure strategy akan menimbulkan biaya-biaya
tertentu, dan seringkali tidak feasibel. Oleh sebab itu sering kali digunakan
kombinasi dari strategi-strategi tersebut, atau sering dinamakan mixed strategy.
Melibatkan penggunaan dua atau lebih variabel yang dapat dikontrol untuk
mencapai rencana yang feasibel. Misalnya, perusahaan dapat menggunakan
kombinasi antara jam lembur, subkontrak, dan pemerataan persediaan sebagai
strategi mereka. Langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode
Mixed Strategy :
1.
2.
3.
4.
Demand (jam)
= Demand x waktu baku
Jumlah pekerja
= Ketentuan :
Apakah pekerja awal sekarang x RT* + (inventory x waktu baku) Demand
(jam)
Jika Ya : pekerja baru = pekerja awal, tidak : ke langkah 2
Apakah pekerja sekarang x (RT*+OT*) + (inventory x waktu baku) Demand
(jam)
Jika Ya : pekerja baru = pekerja awal, tidak : ke langkah 3
Apakah [pekerja sekarang x (RT*+OT*) + (inventory x waktu baku) + Maks
Subkontrak] Demand (jam)
Jika Ya : pekerja baru = pekerja awal, tidak : ke langkah 4
Jumlah pekerja (JP) yang dapat dirumuskan, sbb : JP = [ Demand (jam) - (Waktu
baku x Maks.Subkontrak)] / (RT* + OT*)
Regular Time
= Jumlah pekerja x RT*
Inventori
= (Regular Time Demand (jam) / waktu baku
Overtime
= Jumlah pekerja x maksimum overtime
2.
ditanggung perusahaan.
3. Overtime Cost dan Undertime Cost(biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi,
tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur
yang biasanya 150% dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut, adanya
lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari
kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja
dibandingkan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan
untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak
dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung
biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja
yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan
persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan
pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi
perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding cost)
yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya
sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan
persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan
kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan
ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini
pada system MTO (Make to order = Memproduksi berdasarkan pesanan) akan
mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system
MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan
mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan
karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai
kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai
biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan
biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
karena
avaliditas
pendekata
koefisien
manajemen
sukar
yangsama
yangmenggunakan
dan
fasilitas
sukar
untuk
produksi
dibebankan
tersebut.
pada
Adanya
tiap
produk
satuan
agregat
1.
2.
3.
4.
b.
pesanan-pesanan (order).
Status Inventori,
Berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang dialokasikan
untuk penggunaan tertentu (allocated stock), dan firm planned orders. MPS harus
mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan menentukan
berapa banyak yang harus dipesan.
c.
Rencana Produksi,
Memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya
untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-sumber daya lain
d.
e.
satu item individu untuk masing-masing kelompok produk sejenis. Untuk industri
bertipe make to order (MTO), pesanan yang belum terpenuhi merupakan data
permintaan yang dibutuhkan, sehingga pesanan-pesanan dari konsumen akan
menentukan JIP-nya. Pada industri dimana ada sedikit komponen-komponen
dasar tersebut dan bukan untuk produk-produk akhirnya sebagai contohnya adalah
mobil, dimana komponen-komponen dasarnya adalah mesin, transmisi, komponen
body dan lain-lain
2.3.2.
Teknik-Teknik Disagregasi
Proses disagregasi adalah proses merubah hasil rencana agregat menjadi
jumlah yang harus diproduksi untuk setiap produk / item. Tujuan dibuatnya
disagregasi adalah untuk menyusun jadwal induk produksi. Metode dalam
disagregasi ini banyak cara, baik itu bersifat analitis maupun heuristis. Metode
metode tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Pendekatan Hax & Meal Pada pendekatan ini, produknya dibagi atas 3
tingkatan yaitu :
b) ITEM
1. Adalah produks akhir yang digunakan konsumen
2. Tingkat terendah dalam struktur produk
3. Suatu jenis produk mungkin terdiri atas banyak item yang dibedakan dari : warna,
kemasan, etiket, merek, dan lain-lain.
c) FAMILY
Adalah sekelompok item yang menanggung secara bersama sama ongkos
set-up. Bila suatu mesin sudah disiapkan untuk membuat suatu item dari suatu
keluarga, maka semua item dalam keluarga yang sama dapat diproduksi dengan
melakukan perubahan kecil pada saat set-up.
d) TIPE
1. Adalah kelompok beberapa item yang memiliki ongkos produksi per satuan yang
sama.
algoritma, yaitu :
Algoritma untuk memecahkan rencana agregasi dalam jumlah produk family
Algoritma untuk memecahkan jumlah produk family dalam jumlah produk
individu (item).
Sebelum melanjutkan prosedur diatas, terlebih dahulu akan dibahas istilahistilah yang biasa digunakan dalam campuran produk (produk mix). Family
didefinisikan sebagai sekumpulan produk sejenis yang layak diproduksi bersama,
yang dipandang dari sudut ekonomi dan teknologi, atau dengan kata lain, karena
biaya pergantian produksi dari satu family ke family yang lain besar, maka perlu
dilakukan perencanaan untuk menentukan family mana yang akan diproduksi
sebelum memutuskan untuk pindah ke family yang lainnya. Secara umum, di
dalam suatu pabrik ada beberapa family, dimana kumpulan family ini disebut
sebagai tipe produksi. Langkah-langkah dalam proses disagregasi ini adalah
3.
sebagai berikut:
Langkah pertama prosedur ini adalah menentukan family mana yang akan
diproduksi. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah produk yang
tersedia dan jumlah permintaan setiap produk dalam family. Jika ekspektasi
jumlah produk pada akhir perioda lebih kecil dari persediaan cadangan (safety
stock), maka seluruh produk dalam family tersebut diproduksi. Secara formal
untuk produk j dalam family i , jika jumlah ekspektasi qij pada akhir perioda t
lebih kecil dari persediaan cadangan
diproduksi.
Jika
Dan jika :
min {
, maka jika :
dalam family
dengan kendala :
Dimana :
Biaya setup untuk memproduksi family i
kebutuhan produksi yang ditentukan pada rencana agregat
faktor konversi jumlah unit produksi
dalam family
dalam family
yang diproduksi
pada perioda t
terhadap
Jika
bagan atas, kelebihan produksi tersebut harus dialokasi relatif terhadap biaya
persediaan. Jika biaya tiap family sama, maka tingkat produksi adalah:
Jika
Jika
Langkah
Hitung
jumlah
produk
untuk
setiap
family
Langkah 2 : Untuk
Jika
maka
Hitung :
Langkah 4 :
Jika
maka
untuk semua
Jika
maka
untuk semua
(seluruh family
(untuk
Jika
yang ditemukan)
dengan
yang memenuhi :
Jika
, maka
2.4.
Operasional
Tenaga kerja
Mesin dan peralatan
Kapasitas gudang
Kapabilitas pemasok material dan parts
Sumber daya keuangan
Rought Cut Capacity Planning (RCCP) adalah serupa dengan perencanaan
kebutuhan sumber daya (Resource Requirement Planning = RRP), kecuali
bahwaRought Cut Capacity Planning (RCCP) adalah lebih terperinci daripada
RRP dalam beberapa hal, seperti:
a.
b.
c.
1.
2.
Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu (lead time)
Informasi tentang struktur produk biasanya telah ditetapkan pada
perencanaan kebutuhan sumber daya RRP, yang berada pada level lebih tinggi
(level 1) dalam hierarki perencanaan kapasitas.
3.
kapasitas
(capacity
planning)
merupakan
salah
satu
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
Overtime
Overtime mungkin adalah solusi paling populer bagi kapasitas yang tidak
memadai karena sedikit pengaturan yang harus dibuat. Semua departemen harus
mencapai neraca keuangan untuk satu tahun, yang mana menentukan batasan pada
b.
overtime tahunan.
Subcontracting
Pengertian untuk subcontracting dimulai dengan baik untuk selanjutnya
memperbolehkan waktu untuk menemukan seorang vendor yang mampu
melaksanakan kerja berkualitas. Kelemahan subcontracting adalah leadtime-nya
c.
dipakai.
Penambahan Personel
Menambah personel yang akan menambah kapasitas peralatan yang tersedia
bukan merupakan batasan. Ada 3 jalan untuk menambah personel yaitu dengan
menambah shift, menambah pekerja baru pada shift yang sudah ada atau
e.
memindahkan personel yang sudah ada dari work center yang sedikit digunakan.
Revisi MPS
Banyak perusahaan menganggap revisi MPS sebagai solusi terakhir pada saat
kekurangan kapasitas, hanya dilakukan ketika pilihan yang lain tidak berhasil.
Padahal revisi MPS sebenarnya harus menjadi hal pertama yang dipertimbangkan
oleh perusahaan. Macam-macam sebab dapat menyebabkan pesanan dipercepat
dan jarang memperlambat pesanan. Mungkin ada beberapa pesanan pada master
schedule yang ada, tidak lagi dibutuhkan secepat yang ditunjukkan tanggal jatuh
tempo. Jika ada kapasitas yang tidak mencukupi tidak mungkin untuk
menyelesaikan semua order pesanan sesuai waktu. Mpilihan kita adalah dengan