LANDASAN TEORI
150 kV
30 kV
20 kV
Keterangan :
SUTT
SUTM
SKTT
SKLT
SKTM
26
27
sedangkan APB atau Area Pengatur Beban yang bertugas untuk mengatur beban
pada jaringan transmisi dan pengaturan pembebanan pada pemabangkitan.
Pembangkitan di Jawa Tengah dan DIY meliputi Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro atau PLTMH serta PLTA, PLTG, PLTGU, PLTP, selama
pengoperasiannya pembangkitan menunggu perintah atau permintaan dari Area
Pengatur Beban. Untuk pengaturan pembebanan 20 kV di wilayah Jawa Tengah
dan DIY, PLN membentuk unit pelaksana yang diberi nama Area Pengatur
Distribusi (APD) dibawah naungan PLN Distribusi Jawa Tengah dan DIY. Tugas
pokok APD adalah mengatur jaringan 20 kV dari gardu induk sampai ke
konsumen.
Demikian dalam perkembangannya akan terbentuk sistem transmisi dan
distribusi di Jawa Tengah dan DIY dari pembangkit sampai ke konsumen, guna
meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen dan menjaga citra baik
perusahaan. Sedangkan sub sistem Jawa Tengah dan DIY terinterkoneksi dengan
sistem Jawa Bali dan Madura. Dengan terinterkoneksinya Jawa bali dan Madura
akan meningkatkan mutu pelayan pada konsumen.
Untuk sistem interkoneksi yang besar seperti Jawa Madura dan Bali, yang
terdiri dari banyak Pembangkit Listrik dan banyak Pusat Beban (Gardu Induk),
sarana pengendalian operasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi saja
28
29
30
di
Pusat
Pengatur
Beban,
mempunyai
tugas
utama
dinamakan remote
station, remoter
terminal
dan
31
loop) dan banyak menggunakan komunikasi jarak jauh, walaupun demikian ada
beberapa elemen merupakan kontrol kalang-tertutup (closed-loop) dan /atau
menggunakan komunikasi jarak dekat.
SCADA sangat memberikan manfaat kepada dispatcher untuk melaksanakan
tugasnya. Manfaat yang paling sederhana yaitu :
1. Mengakses pengukuran kuantitatif dari proses-proses yang penting,
secara langsung saat itu maupun sepanjang waktu.
2. Mendeteksi dan memperbaiki kesalahan secara cepat dan tepat.
3. Mengukur dan memantau trend sepanjang waktu.
4. Menemukan dan menghilangkan kemacetan (bottleneck) dan pemborosan
(inefisiensi).
5. Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan staf-staf
terlatih yang lebih sedikit.
Tujuan digunakannya SCADA adalah agar seorang operator di transmisi
tenaga listrik, disebut dengan dispatcher, dapat melakukan dan memanfaatkan
hal-hal berikut:
1. Telemetering (TM)
Dispatcher memanfaatkan TM untuk kebutuhan pemantauan meter, baik
daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV, dan
arus dalam A. Dengan demikian dispatcher dapat memantau meter dari
keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di tempatnya, tentu saja
dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.
2. Telesinyal (TS)
Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari
semua alarm dan kondisi peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan
ditutup (close)
32
3. Telekontrol (TC)
Dispatcher dapat melakukan kontrol secara remote, hanya dengan
menekan satu tombol, untuk membuka atau menutup peralatan sistem
tenaga listrik.
Untuk kepentingan dimaksud di atas, seorang dispatcher akan dibantu dengan
suatu sistem SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam ruangan khusus,
dan disebut dengan Control Center. Ruangan tersebut bergabung dengan
ruangan khusus untuk menempatkan komputer-komputer disebut dengan
Master Station.
3.5.1
Konfigurasi SCADA
Agar dapat berkomunikasi dengan RTU, di control center
dibutuhkan suatu perangkat interface. Perangkat interface ini
dahulu
disebut
dengan
nama
Front
End,
namun
pada
point
to
point,
loop,
multipoint,
partyline
33
34
35
menjadi
bermacam
variasi
dari
36
37