Anda di halaman 1dari 13

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Proses Pendistribusian Tenaga Listrik


Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada
tempat tempat tertentu. Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan
tenaga listrik tersebar diberbagai tempat, maka pendistribusian tenaga listrik dari
tempat dibangkitkan sampai ke pelanggan memerlukan berbagai penanganan
teknis. Tenaga Listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Pembangkit seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi
setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik
tegangan (step-up transformer) yang ada di Pusat Pembangkit. Saluran jaringan
transmisi tegangan tinggi di PLN dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Saluran Jaringan Transmisi di PLN
Tegangan
SUTET
500 kV

150 kV
30 kV
20 kV
Keterangan :

SUTT

SUTM

SKTT

SKLT

SKTM

1 . SUTET : Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi


2 . SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi
3 . SUTM : Saluran Udara Tegangan Mengah
4 . SKTT : Saluran Kabel Tegangan Tinggi
5 . SKLTT : Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi
6 . SKTM : Saluran Kabel Tegangan Menengah
25

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka


sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya
melalui transformator penurun tegangan (step-down transfomer) menjadi
tegangan menengah. Tegangan menengah yang dipakai PLN adalah 20 kV..
Jaringan antara Pusat Pembangkit Listrik dengan GI biasa disebut jaringan
transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan tegangan menengah
maka kemudian tenaga listrik, diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu
distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt, kemudian
disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui Sambungan Rumah. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Proses Penyampaian Tenaga Listrik


3.2 Sistem Tenaga Listrik

26

Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan


diperlukan berbagai sistem tenaga listrik. Berbagai peralatan listrik ini
dihubungkan satu sama lain mempunyai interkoneksi dan secara keseluruhan
membentuk suatu sistem tenaga listrik. Yang dirnaksud dengan Sistem Tenaga
Listrik disini adalah sekumpulan Pusat Pembangkit Listrik dan Gardu Induk
(Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi
sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Dalam penyediaan tenaga
listrik bagi pelanggan, sangat dibutuhkan manajemen operasi sistem tenaga
listrik yang baik agar keandalan tenaga listrik tetap terjaga. Manajemen Operasi
Sistem Tenaga Listrik yang baik haruslah memikirkan bagaimana menyediakan
tenaga listrik yang seekonomis mungkin dengan tetap memperhatikan mutu dan
keandalan. Karena tenaga listrik yang dibangkitkan harus selalu sama dengan
tenaga listrik yang dibutuhkan oleh konsumen rnaka Manajemen Operasi Sistem
Tenaga Listrik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Perkiraan beban (load forecast).
b. Syarat-syarat pemeliharaan peralatan.
c. Keandalan yang diinginkan.
d. Alokasi beban dan produksi pembangkit yang ekonomis.
Keempat hal tersebut diatas seringkali masih harus dikaji terhadap beberapa
kendala seperti :
a. Aliran beban dalam jaringan.
b. Daya hubung singkat peralatan.
c. Penyediaan suku cadang
d. Stabilitas Sistem Tenaga Listrik.
Dengan memperhatikan kendala-kendala ini maka seringkali harus dilakukan
pengaturan kembali terhadap rencana pemeliharaan dan alokasi beban. Makin
besar suatu sistem tenaga listrik makin banyak unsur yang harus dikoordinasikan

27

serta yang harus diamati, sehingga diperlukan perencanaan, pelaksanaan.


pengendalian serta analisa operasi sistem yang cermat.
3.3 Perkembangan Sistem Tenaga Listrik
Seiring dengan pertumbuhan beban di wilayah Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta, maka PLN membentuk unit pelaksana yaitu APP dan APB di bawah
naungan P3B JB. APP atau Area Pelaksana Pemeliharaan yang mengelola aset
Gardu Induk dan jaringan transmisi

di wilayah kerjanya masing - masing,

sedangkan APB atau Area Pengatur Beban yang bertugas untuk mengatur beban
pada jaringan transmisi dan pengaturan pembebanan pada pemabangkitan.
Pembangkitan di Jawa Tengah dan DIY meliputi Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro atau PLTMH serta PLTA, PLTG, PLTGU, PLTP, selama
pengoperasiannya pembangkitan menunggu perintah atau permintaan dari Area
Pengatur Beban. Untuk pengaturan pembebanan 20 kV di wilayah Jawa Tengah
dan DIY, PLN membentuk unit pelaksana yang diberi nama Area Pengatur
Distribusi (APD) dibawah naungan PLN Distribusi Jawa Tengah dan DIY. Tugas
pokok APD adalah mengatur jaringan 20 kV dari gardu induk sampai ke
konsumen.
Demikian dalam perkembangannya akan terbentuk sistem transmisi dan
distribusi di Jawa Tengah dan DIY dari pembangkit sampai ke konsumen, guna
meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen dan menjaga citra baik
perusahaan. Sedangkan sub sistem Jawa Tengah dan DIY terinterkoneksi dengan
sistem Jawa Bali dan Madura. Dengan terinterkoneksinya Jawa bali dan Madura
akan meningkatkan mutu pelayan pada konsumen.
Untuk sistem interkoneksi yang besar seperti Jawa Madura dan Bali, yang
terdiri dari banyak Pembangkit Listrik dan banyak Pusat Beban (Gardu Induk),
sarana pengendalian operasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi saja

28

tidak cukup harus ditambah dengan peralatan telemetering dan alat-alat


pengolahan data elektronik seperti komputer.
3.4 Penyampaian Data dan Informasi
Sistem tenaga listrik yang terdiri dari banyak GI dan banyak Pusat
Pembangkit Listrik, pengoperasiannya dikoordinir oleh Area Pengatur Beban
atau yang disebut Area Control Centre. Dalam pelaksanaan operasi ini, timbul
karena padatnya lalu lintas data dan informasi antara Pusat Pengatur Beban
dengan gardu gardu induk dan Pusat-pusat Pembangkit yang ada di dalam
wilayah kerjanya. Pelaksanaan dan pengendalian operasi didasarkan pada
rencana operasi. Dispatcher merupakan petugas pengendali operasi di Pusat
Pengatur Beban guna memberikan perintah operasi kepada Pusat pusat
Pembangkit dan tugas dispatcher yang tidak kalah penting adalah pengaturan
konfigurasi jaringan yang disesuaikan dengan kebutuhan beban pada saat itu.
Dalam hal pengaturan konfigurasi sistem, dispatcher berkoordinasi atau bekerja
sama dengan petugas Jaringan Gardu Induk atau Operator GI.
Dari uraian ini terlihat adanya lalu lintas data dan informasi antara dispatcher
dan operator Pembangkit serta operator GI. Yang dimaksudkan dengan informasi
adalah hasil pengolahan data yang memberikan suatu informasi dan akurasi
kinerja peralatan operasi. Makin besar suatu sistem tenaga listrik yang
dioperasikan makin banyak data dan informasi yang lalu-lalang. Oleh karenanya
dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik haruslah ada sarana untuk lalu-lintas
data dan informasi operasi yang diperlukan guna mengambil langkah-langkah
pengoperasian. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam masalah lalu
lintas data dan informasi untuk keperluan operasi sistem tenaga listrik adalah :
a. Kecepatan dan kemudahan memperoleh data dan informasi yang
diperlukan setiap saat.

29

b. Cara-cara penyampaian data dan informasi kepada dispatcher, dengan


cepat dan mudah dimengerti dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) agar data dan informasi disampaikan kepada
dispatcher dalam bentuk data dan informasi yang akurat guna keperluan
analisa dan pengambilan langkah operasi.
c. Keandalan saluran data dan informasi sangatlah diperlukan, karena dengan
terganggunya saluran data dan informasi akan mengganggu jalannya
operasi sistem tenaga listrik, dikarenakan dispatcher tidak dapat
mengetahui kondisi sistem tenaga listrik yang dikendalikan secara cepat
dan tepat.
d. Kualitas data dan informasi perlu dijaga, jangan ada data atau informasi
yang kurang akurat sehingga menyulitkan dispatcher untuk mengambil
keputusan langkah langkah operasi.
Berdasakan uraian di atas maka sarana yang utama untuk operasi sistem tenaga
listrik adalah :
1. Sistem telekomunikasi untuk keperluan penyaluran data dan informasi.
2. Alat-alat pengolah data untuk menyimpan serta mengolah data dan
informasi dari sistem tenaga listrik.
3. Perangkat lunak atau software untuk mengolah data dan informasi agar
dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang diperlukan untuk mengambil
langkah langkah operasi.

3.5 Supervisory Control And Data Acquisition

30

Komputer yang digunakan untuk operasi sistem tenaga listrik dan


ditempatkan

di

Pusat

Pengatur

Beban,

mempunyai

tugas

utama

menyelenggarakan supervisi dan pengendalian atas operasi sistem tenaga listrik.


Untuk menyelenggarakan tugas supervisi dan pengendalian operasi ini, komputer
mengumpulkan data dan informasi dari sistem yang kemudian diolah menurut
prosedur dan protokol tertentu. Prosedur ini diatur oleh software komputer.
Fungsi komputer semacam ini dalam bahasa Inggris disebut Supervisory Control
And Data Aquisition (SCADA)
SCADA adalah suatu sistem yang mengumpulkan informasi atau datadata dari lapangan dan kemudian mengirimkannya ke sebuah komputer pusat
yang akan mengatur dan mengontrol data - data tersebut. Aplikasi ini banyak
digunakan perindustrian yang membutuhkan pengawasan dan pengontrolan
dengan jarak jauh dan input/ output (I/O) yang cukup banyak.
Ada banyak bagian dalam sebuah sistem SCADA. Sebuah sistem
SCADA biasanya memiliki perangkat keras sinyal untuk memperoleh dan
mengirimkan I/O, kontroler, jaringan, antarmuka pengguna dalam bentuk HMI
(Human Machine Interface), piranti komunikasi dan beberapa perangkat lunak
pendukung. Semua itu menjadi satu sistem, istilah SCADA merujuk pada sistem
pusat keseluruhan. Sistem pusat ini biasanya melakukan pemantauan data-data
dari berbagai macam sensor di lapangan atau bahkan dari tempat tempat yang
lebih jauh lagi (remote locations).
Sistem pemantauan dan kontrol industri biasanya terdiri dari sebuah host
pusat atau master (biasa dinamakan sebagai master station, master terminal
unit atau MTU), satu atau lebih unit-unit pengumpul dan kontrol data lapangan
(biasa

dinamakan remote

station, remoter

terminal

unit atau RTU)

dan

sekumpulan perangkat lunak standar maupun customized yang digunakan untuk


memantau dan mengontrol elemen-elemen data-data di lapangan. Sebagian besar
sistem SCADA banyak memiliki karakteristik kontrol kalang-terbuka (open-

31

loop) dan banyak menggunakan komunikasi jarak jauh, walaupun demikian ada
beberapa elemen merupakan kontrol kalang-tertutup (closed-loop) dan /atau
menggunakan komunikasi jarak dekat.
SCADA sangat memberikan manfaat kepada dispatcher untuk melaksanakan
tugasnya. Manfaat yang paling sederhana yaitu :
1. Mengakses pengukuran kuantitatif dari proses-proses yang penting,
secara langsung saat itu maupun sepanjang waktu.
2. Mendeteksi dan memperbaiki kesalahan secara cepat dan tepat.
3. Mengukur dan memantau trend sepanjang waktu.
4. Menemukan dan menghilangkan kemacetan (bottleneck) dan pemborosan
(inefisiensi).
5. Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan staf-staf
terlatih yang lebih sedikit.
Tujuan digunakannya SCADA adalah agar seorang operator di transmisi
tenaga listrik, disebut dengan dispatcher, dapat melakukan dan memanfaatkan
hal-hal berikut:
1. Telemetering (TM)
Dispatcher memanfaatkan TM untuk kebutuhan pemantauan meter, baik
daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV, dan
arus dalam A. Dengan demikian dispatcher dapat memantau meter dari
keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di tempatnya, tentu saja
dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.

2. Telesinyal (TS)
Dispatcher dapat memanfaatkan TS untuk mendapatkan indikasi dari
semua alarm dan kondisi peralatan tertentu yang bisa dibuka (open) dan
ditutup (close)
32

3. Telekontrol (TC)
Dispatcher dapat melakukan kontrol secara remote, hanya dengan
menekan satu tombol, untuk membuka atau menutup peralatan sistem
tenaga listrik.
Untuk kepentingan dimaksud di atas, seorang dispatcher akan dibantu dengan
suatu sistem SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam ruangan khusus,
dan disebut dengan Control Center. Ruangan tersebut bergabung dengan
ruangan khusus untuk menempatkan komputer-komputer disebut dengan
Master Station.
3.5.1

Konfigurasi SCADA
Agar dapat berkomunikasi dengan RTU, di control center
dibutuhkan suatu perangkat interface. Perangkat interface ini
dahulu

disebut

dengan

nama

Front

End,

namun

pada

perkembangannya disebut dengan nama Sub Sistem Komunikasi.


Sub sistem komunikasi data harus dapat melakukan polling ke
RTU dan control center lain. Polling dapat dianalogikan seperti
pengabsenan, sehingga sub sistem komunikasi akan melakukan
pengabsenan secara teratur sesuai waktu yang ditentukan terhadap
RTU. Sub sistem komunikasi data dapat mendukung beberapa
konfigurasi

point

to

point,

loop,

multipoint,

partyline

menggunakan rute utama dan rute alternatif. Apabila terjadi


gangguan pada komunikasi utama, maka perangkat lunak dari
subsistem komunikasi secara otomatis memindahan ke link
komunikasi alternatif (back up). Sub sistem komunikasi secara
periodik melakukan polling ke RTU pada link back up yang diberi

33

tugas sebagai link komunikasi pengganti.Sub sistem komunikasi


dapat mendukung konfigurasi komunikasi sebagai berikut :
1. Konfigurasi Titik ke titik (Point to point)
Konfigurasi ini menghubungkan dua terminal telekontrol
dan merupakan tipe yang paling sederhana. Konfigurasi
Point to point dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Konfigurasi point to point


2. Konfigurasi Banyak titk ke satu titik (multipoint to point)
Control center dihubungkan ke terminal luar dengan satu
terminal hubung setiap terminal luar. Pada setiap saat,
semua terminal luardiijinkan mengirimkan data ke pusat
pengatur, dan control centerdapat mengirimkan pesan ke
satu atau lebih terminal-terminal luar secara bersamaan.
Konfigurasi multipoint to point dapat dilihat pada gambar
3.3.

34

Gambar 3.3 Konfigurasi multipoint to point


3. Konfigurasi banyak titik bintang (multipoint star)
Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal
luar dengan satu terminal hubung yang sama. Pada setiap
saat, hanya satu terminal luar yang diijinkan mengirimkan
data ke control center. Peralatan telekontrol pusat dapat
mengirimkan data ke satu atau lebih terminal - terminal
luar yang dipilih atau secara bersamaan. Konfigurasi
multipoint to star dapat dilihat pada gambar 3.4

Gambar 3.4 Konfigurasi Multipoint Star


4. Konfigurasi banyak titik saluran bersamaan (partyline)
Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal
luar oleh suatu jalur yang sama. Batasan batasan yang
terjadi pada saat pertukaran antara pusat dan terminalterminal luar sama dengan pada konfi-gurasi banyak titikbintang. Konfigurasi parrtyline dapat dilihat pada gambar
3.5.

35

Gambar 3.5 Konfigurasi Partyline


5. Konfigurasi banyak titik cincin (Loop)
Jalur komunikasi antara semua terminal membentuk suatu
cincin. Ini merupakan suatu metode yang lebih disukai
untuk memperbaiki kehandalan dari jalur komunikasi. Jika
jalur terpotong pada beberapa lokasi, komunikasi yang
utuh masih dapat dipertahankan, karena setiap terminal
dapat dijangkau dari dua sisi cincin. Konfigurasi cincin
atau loop dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Konfigurasi Loop


6. Konfigurasi Gabungan
Konfigurasi-konfigurasi yang disebutkan di atas dapat
dikombinasikan

menjadi

bermacam

variasi

dari

konfigurasikonfigurasi gabungan. Variasi yang paling


penting adalah konfigurasi jaringan jala (mesh) dimana
diperlukan komunikasi antara beberapa pasangan terminalterminal. Konfigurasi gabungan dapat dilihat pada gambar
3.7.

36

Gambar 3.7 Konfigurasi Gabungan

37

Anda mungkin juga menyukai