Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PBL

KASUS 1
BLOK REPRODUKSI

TUTOR :
dr. Mohamad Fakih, MM
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelli Julianti

G1A011018

Puti Hasana Kasih

G1A011034

Anisa Kapti Hanawi

G1A011040

Ageng Bella Dinata

G1A011041

Agustus Wiji Gunardi

G1A011044

Rayna Nadia Fauzani N. G1A011084


Dwijayanti Titie A.

G1A011088

Mega Siti Fasicha

G1A011095

Muftiana Nur Arifah

G1A011106

Sigit Unggul P.

G1A007058

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN
INFO I :
Seorang pasien nama Ny. Zaskia, usia 27 tahun datang yang pertama kali ke
Puskesmas sokaraja untuk memeriksakan kehamilannya. Dia datang ditemani oleh
suaminya bernama Tn. Vicky, usia 29 tahun.
INFO II:
HPHT : 8 Januari 2013, Paritasnya : G2P1A0, Menikah selama 8 tahun dengan
suami sekarang, belum pernah menggunakan kontrasepsi selama menikah dan
berhubungan seksual teratur normal.
RPS : - Gerakan janin masih dirasakan baik dan sering
- Sudah merasakan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu, lendir-darah
sudah keluar
dari jalan lahir sejak 4 jam yang lalu, air ketuban belum dirasakan keluar.
Riwayat persalinan sebelumnya :
Hamil pertama sehat, anak lahir normal saat usia kandungan 9 bulan di
bidan, jenis kelamin perempuan, berat badan saat lahir 2600 gram saat ini
usia anak 2 tahun dan sehat.
Riwayat penyakit dahulu atau keluarga : tidak ada
INFO III :
Hasil Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Baik, kesadaran compos mentis, tidak anemis, tidak sesak
napas.
Tanda-tanda vital : tekanan darah 110 / 90 mmHg, Nadi : 88 x / menit ; RR : 22x /
menit ; Temperatur tubuh : 36,40C axiller.
Status Internus : dalam batas nomal
Status Obstetrikus : Janin hidup intrauterine, presentasi belakang kepala, kepala
masuk rongga panggul > 1/3 bagian kepala, His : 3-4 x dalam 10 menit / durasi 20
detik, intensitas sedang, serta fundus dominant dan simetris.

Pemeriksaan dalam :
Vaginal Toucher (VT) :
Hasilnya :
Vulva, vagina dan urethra teneng (tdk ada kelainan), porsio konsistensi
agak lunak, pendataran 80%, posisi ditengah, pembukaan 2-3 cm, Kulit
ketuan (KK) positif (utuh), presentasi belakan kepala, kepala sudah turun
dibidang khayal Hodge I-II; penunjuk (point of direction) ubun-ubun kecil
di jam 5; air ketuban (-); Sarung Tangan Lendir Darah (STLD) (+).
Pemeriksaan laboratorium : Hb normal, tidak ada protein urin.
INFO IV
Diagnosis :
Seorang wanita G1P0A0, usia 2 tahun hamil 39 minggu, janin tinggal hidup
intrauterine, presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I fase laten.
Persalinan telah berlangsung 4 jam, dengan riwayat infertil sekunder 5 tahun.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah
1. Kehamilan : fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Adriaansz, 2009).
2. Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Adriaansz,
2009).
3. Chloasma gravidarum : macula coklat yang berbatas tegas, berbintilbintil dan biasanya tersebar simetris pada pipi dan dahi serta kadang bibir
atas dan leher pada masa kehamilan (Dorland, 2002).
B. Batasan Masalah
Nama : Ny.Zaskia
Umur : 27 tahun
C. Analisis Masalah
1. Anamnesis
a. Data umum pribadi
1) Nama
2) Usia
3) Alamat
4) Pekerjaan ibu/suami
b. Keluhan umum
Keluhan apa yang dialami?
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Onset
2) Lokasi
3) Durasi
4) Kualitas
5) Kuantitas
6) Progresivitas
7) Kronologi
8) Faktor memperberat
9) Faktor memperingan
10) Gejala penyerta
d. Riwayat menstruasi
1) HPHT untuk menaksir usia gestasi dan tanggal persalinan
2) Menarche
3) Dismenorrhea
4) Siklus menstruasi
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Kehamilan yang keberapa

f.

g.

h.
i.
j.

2) Asuhan antenatal, persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya


3) Cara persalinan dan yang membantu persalinan
4) Jenis kelamin anak sebelumnya, jumlah dan kondisi saat ini
5) Berat badan lahir
6) Riwayat abortus
7) Riwayat kehamilan ektopik
Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
Riwayat pernikahan
1) Sudah menikah secara legal/belum
2) Pernikahan yang keberapa
3) Lama pernikahan
Riwayat program keluarga berencana
1) Menggunakan kontrasepsi metode apa
2) Lama penggunaan
Riwayat imunisasi
Riwayat riwayat penyakirt keluarga
1) Penyakit-penyakit bawaan
2) Diabetes mellitus, hipertensi, hamil kembar, abortus, kehamilan

ektopik.
k. Riwayat penyakit dahulu
Diabetes mellitus, ISK, kelainan jantung, asma, infeksi virus berbahaya,
alergi obat atau makanan, transfusi darah, paparan sinar X.
l. Riwayat sosial ekonomi
1) Higenitas
2) Aktivitas sehari-hari dan olahraga
3) Merokok atau alkohol
4) Konsumsi obat-obatan tertentu (sebelum atau selama hamil)
m. Riwayat ANC
2. Definisi Antenatal Care
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan
upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan
2006).
3. Tujuan Antenatal Care
a. Mengurangi penyulit
b. Persalinan aman
c. Sehat postpartum
d. Memenuhi kebutuhan janin (sanusi, 2013).
4. Komponen Antenatal Care

(Depkes RI,

Pemeriksaan prenatal awal bertujuan untuk menentukan status kesehatan


ibu dan janin, menentukan usia gestasi janin, dan memulai rencana untuk
melanjutkan perawatan obstetris. Komponen yang direkomendasikan dalam
kunjungan asuhan prenatal pertama adalah (Cunningham, 2010):
1. pengkajian risiko meliputi faktor-faktor genetic, medis, obstetric, dan
psikososial
2. taksiran partus
3. pemeriksaan fisik umum
4. uji laboratories : hematokrit (hemoglobin), urinalisis, kultur urin,
penentuan golongan darah, Rh, penapisan antibody, status rubella,
penapisan sifilis, Pap smear, uji HbsAg, dan menawarkan uji HIV
5. edukasi pasien menggunakan sabuk pengaman, menghindari alkohol,
dan rokok.
Tabel 1. Komponen yang Dianjurkan pada Asuhan Prenatal Rutin setelah
Kunjungan Pertama
Interval

Setiap 4 minggu sekali sampai minggu ke-28;

kunjungan

kemudian setiap 2-3 minggu sekali sampai minggu ke

Setiap

36 dan sesudahnya tiap minggu


Ukur tekanan darah, berat badan, protein dan glukosa

Kunjungan

urin, ukuran uterus, bunyi jantung janin, gerakan


janin, kontraksi, perdarahan dan pecah ketuban ;

15-20 minggu
24-28 minggu

ultrasonografi hanya dilakukan atas indikasi spesifik


Penapisan alfa-fetoprotein di serum ibu
Penapisan untuk diabetes gestasional apabila ada

28 minggu

indikasi
Pemeriksaan antibody pada wanita negatif-D (Rh-) ;
pemberian globulin imun anti-D apabila ada indikasi
(Cunningham, 2010)

Beberapa indikasi pemeriksaan ultrasonografi obstetrik yaitu guna


memperkirakan usia gestasi pada kehamilan dengan usia tidak pasti,
evaluasi pertumbuhan janin, kecurigaan kehamilan ganda, penentuan
presentasi janin, perdarahan pervaginam dengan etiologi yang belum jelas
dsb.

Tabel 2. Asupan Makanan Harian yang Dianjurkan National Research


Council untuk Wanita Sebelum dan Selama Hamil dan Menyusui
Zat Gizi
Tidak Hamil
Kilokalori
2200
Protein (g)
55
Vitamin larut-lemak
A( g RE)
800
D( g)
10
E (mg TE)
8
K ( g)
55
Vitamin larut air
C (mg)
60
Folat ( g)
180
Niasin (mg)
15
Riboflavin (mg)
1,3
Tiamin (mg)
1,1
Piridoksin B (mg)
1,6
Kobalamin B ( g) 2,0
Mineral
Kalsium (mg)
1200
Fosfor (mg)
1200
Iodium (mg)
150
Besi (mg besi fero)
15
Magnesium (mg)
280
Seng (mg)
12
untuk wanita tidak hamil usia 15-18

Hamil
2500
60

Menyusui
2600
65

800
10
10
65

1300
12
12
65

70
400
17
1,6
1,5
2,2
2,2

95
280
20
1,8
1,6
2,1
2,6

1200
1200
175
30
320
15

1200
1200
200
15
355
19
(Cunningham, 2010)

RE = ekivalen retinol (1 RE = 1 g retinol)


TE = ekivalen tokoferol
Rekomendasi pertambahan berat badan diperlukan karena terdapat
korelasi positif dengan berat bayi lahir, dan wanita berisiko paling besar
melahirkan bayi berat lahir rendah (<2500g) adalah mereka yang
pertambahan beratnya kurang dari 16 lb (sekitar 7kg). Hytten (1991)
mengkaji berbagai data yang terkumpul selama lebih 20 tahun dan
mengamati bahwa pertambahan berat total selama kehamilan pada
primigravida sehat yang makan tanpa batasan adalah 12,5 kg (27,5 lb).
Proses-proses fisiologis kumulatif menghasilkan penambahan 9 kg yang
berupa janin, plasenta, air ketuban, hipertrofi uterus dan payudara,
peningkatan volume darah, serta retensi cairan ekstrasel dan intrasel. Sisa

3,5 kg tampaknya sebagian besar berupa lemak simpanan ibu sehingga


wanita normal yang bertambah sebanyak 12,5 kg selama hamil memiliki
berat 4,4 kg lebih besar daripada berat prahamil sewaktu ia pulang
pascapartum (Cunningham, 2005).
Tabel 3. Kisaran Pertambahan Berat Total yang Dianjurkan untuk Wanita
Hamil dengan Janin Tunggal
Pertambahan total yang
BMI prahamil

dianjurkan
Pon
Kilogram
Rendah (BMI < 19,8)
28-40
12,5-18
Normal (BMI 19,8-26)
25-35
11,5-16
Tinggi (BMI >26-29)
15-25
7-11,5
Kegemukan (BMI > 29)
<15
<7
Kisaran untuk wanita dengan janin kembar adalah 35-45 lb (16-20kg)
BMI = indeks massa tubuh sebelum hamil
(Cunningham, 2010)
Meskipun eritropoiesis ditingkatkan, konsentrasi hemoglobin dan
hematokrit sedikit menurun selama kehamilan normal. Akibatnya viskositas
darah menurun secara keseluruhan. Konsentrasi hemoglobin rata-rata saat
aterm adalah 12,5 g/dL dan pada 6 persen wanita kadarnya dibawah 11,0
g/dL. Sehingga pada wanita dengan konsentrasi hemoglobin kurang dari 11,
0 g/dL terutama pada akhir kehamilan hendaknya dianggap abnormal,
biasanya disebabkan oleh defisiensi besi bukan hipervolemia gravidarum
(Cunningham, 2005).
Tabel 4. Konsentrasi Hemoglobin selama Kehamilan pada Wanita Tanpa
Anemia Nyata serta Tidak diberi Suplemen Zat Besi dalam Diet
Waktu
Tidak Hamil
Trimester I
Trimester II
Trimester III
Saat pelahiran
Postpartum

Konsentrasi Hemoglobin (g/dL)


13,0 0,6
12,2 1,3
10,9 0,8
11,0 0,9
12,4 1,0
11,5 1

(Cunningham, 2010)
5. Pelayanan yang diberikan pada ANC
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan
standar minimal 7T yang terdiri dari:
1) Timbang berat badan dan tinggi badan
2) Mengukur tekanan darah
3) Mengukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian tetanus toksikoid
5) Pemberian tablet tambah darah
6) Tes laboratorium
7) Temu wicara (konseling)
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pemeriksaan rutin dan penulusuran penyulit
selama kehamilan. Dalam pemeriksaan rutin, yang akan dilakukan, yaitu
(Adriaansz, 2010):
1) Pencatatan data klient dan keluarganya, identifikasi dan riwayat
kesehatan (anamnesis)
2) Pemeriksaan fisik dan obstetrik
Keadaan umum:
a) Tanda vital
b) Pemeriksaan jantung dan paru
c) Pemeriksaan payudara
d) Kelainan otot dan rangka serta neurologik
Pemeriksaan abdomen:
a) Inspeksi
Bentuk dan ukuran abdomen, perut bekas operasi, tanda-tanda
kehamilan, gerak janin, varises atau pelebaran vena, hernia, edema,
dan posisi janin (membujur atau melintang).
b) Palpasi
Tingggi fundus uteri, punggung bayi, presentasi, dengan metode
Leopold I-IV dan sejauh mana bagian bawah bayi masuk pintu atas
panggul dengan metode Hodge.
Metode Leopold I-IV
Palpasi menurut Leopold terdiri atas 4 bagian, yaitu (Bagian
Obstetri dan Ginekologi, 1983) :
1. Leopold I
- kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
- pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat ke
-

arah muka penderita


Rahim dibawa ke tengah

Tingginya fundus uteri ditentukan


Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting. Sifat

bokong ialah lunak, kurang bundar dan kurang melenting. Pada


letak lintang fundus uteri kosong. Jadi, Leopold I untuk
menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat
dalam fundus (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983).
2. Leopold II
- Kedua tangan pindah ke samping
- Tentukan di mana punggung anak
Punggung anak terdapat di pihak yang memberikan
rintangan terbesar, carilah bagian-bagian kecil, yang
biasanya terletak bertentangan dengan pihak yang memberi
-

rintangan terbesar.
Kadang di samping terdapat kepala atau bokong pada letak
lintang
Leopold II terutama untuk menentukan di mana letaknya
punggung anak dan di mana letaknya bagian-bagian kecil

(Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983).


3. Leopold III
- Dipergunakan saru tangan saja
- Bagian bawahnya ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
- Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan
Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di
bagian bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau
belum terpegang oleh Pintu Atas Panggul (PAP) (Bagian
Obstetri dan Ginekologi, 1983).
4. Leopold IV
- Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat kea rah kaki si
-

penderita
Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian

bawah
Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke
dalam rongga panggul
Jadi, Leopold IV bertujuan untuk menentukan apa yang

menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke


dalam rongga panggul (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983).

Metode Hodge
Bidang-bidang Hodge ini depelajari untuk menentukan sampai
dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul pada
persalinan (Winkjosastro, 2006) :
1. Bidang Hodge I
Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul dengan
bagian atas simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II
Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I dan II terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III
Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV
Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi os koksigis.
c) Auskultasi
10 minggu dengan doppler dan 20 minggu dengan fetoskop pinard.
Cara

menghitung

bunyi

jatung

bayi

adalah

dengan

mendengarkan 3 x 5 detik. Kemudian jumlah bunyi jantung dalam 3 x


5 detik dikalikan dengan 4 (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983).
Misalnya :
5 det

5 det

5 det

Kesimpulan

(1)
11
10
8

(2)
12
14
7

(3)
11
9
8

Teratur, frekuensi 136/menit, anak baik


Tak teratur, frekuensi 132/menit, asphyxia
Teratur, frekuensi 90/m, asphykia

d) Inspekulo vagina untuk identifikasivaginitis pada trimester I/II


3) Laboratorium
a) Analisi urin rutin
b) Analisis tinja urin

c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Bh, MCV
Golongan darah
Hitung jenis sel darah
Gula darah
Antigen hepatitis B virus
Antibodi rubela
HIV/VDRL
USG (rutin pada kehamilan 18-12 minggu untuk identifikasin kelainan

janin).
6. Diagnosis Kehamilan
Diagnosis Kehamilan (Cunningham, 2005)
1. Anamnesis
a. HPHT
b. siklus menstruasi
c. persepsi adanya gerakan janin
d. perubahan pada payudara
e. perubahan warna mukosa vagina
f. mual dan muntah
g. fatigue
h. gangguan berkemih
i. riwayat obstretis sebelumnya
j. penggunaan obat, bentuk olahan tembakau, atau alkohol 2 bulan
terakhir
k. penggambaran tingkat stress yang dialami (rendah/tinggi)
l. riwayat penyakit dahulu
2. Pemeriksaan Fisik
a. perubahan pada payudara
b. pembesaran abdomen
c. persepsi gerakan janin aktif pemeriksa
d. kontur fisik janin
e. ballottement
f. perubahan warna mukosa vagina
g. perubahan anatomis serviks
h. perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus
i. kontraksi Braxton Hicks
j. DJJ
3. Pemeriksaan Penunjang
a. adanya gonadotropin korionik (hCG) di urin atau serum
b. usg ( 4-5 minggu setelah HPHT )
7. Tanda-tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan (Cunningham et al., 2005)

a. Bukti persumptif (gejala-gejala subjektif)


1) Mual dengan/tanpa muntah
2) Gangguan berkemih
3) Fatigue
4) Persepsi gerakan janin oleh ibu
b. Tanda-tanda
1) Telat haid
2) Perubahan pada payudara
3) Perubahan warna mukosa vagina menjadi biru keunguna (
Chadwick sign)
4) Hiperpigmentasi (chloasma gravidarum) dan striae
5) Perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak (goodell sign)
6) Pelunakan dan kompresibilitas ismus serviks (hegar sign)
c. Tanda (+) hamil
1) Identifikasi denyut jantung janin yang berbeda dengan denyut ibu
2) Persepsi gerakan janin oleh pemeriksa
3) Penampakan janin pada pemeriksaan USG
8. Keluhan-keluhan Ibu Hamil
Keluhan-keluhan

yang

sering

terjadi

pada

wanita

hamil

(Prawirohardjo,2010)
a) Mual dan muntah : biasanya pada bulan ke-2 hingga bulan ke-3
terutama pada pagi hari (morning sickness)
b) Sakit pinggang : perubahan sikap badan, titik berat badan pindah
kedepan sehingga tubuh mengimbangi dengan lordosis berlebihan
sehingga terjadi spasme otot.
c) Varises/hemoroid : faktor hormonal dan bendungan dalam panggul
d) Sesak nafas : Rahim yang membesar dan mendesak diafragma
sehingga menyebabkan sesak nafas.
9. Teknik Pemeriksaan Dalam (VT)
Teknik Vaginal toucher (Yulia, 2010) :
a. Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia
eksterna.
b. Tahap berikutnya, pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan
jalan lahir.
c. Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan
vestibulum.)

d. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan
rapat dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan
palpasi pada servik.
10. Penilaian sewaktu VT
Yang di nilai saat VT (Cunningham, 2010)
a. Dilatasi (cm) dan pendataran serviks
b. Konsistensi, panjang, dan pembukaan serviks
c. Arsitektur tulang-tulang panggul
d. Keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, bila sudah
pecah tentukan warna, bau dan volume cairan
e. Anomali vagina dan perineum termasuk sistokel, rektokel, dan
perineum yang telah sobek
f. Presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator )
serta derajat penurunan janin berdasarkan station
g. Menentukan apakah terdapat bagian-bagian kecil janin lain atau
talipusat yang berada disamping bagian terendah janin (presentasi
rangkap-compound presentation)
11. Indikasi dan Kontraindikasi VT
Pemeriksaan vagina secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali jika
sudah ada perdarahan bloody show yang berlebihan (Cunningham, 2005).
Harus diinsafi bahwa tiap pemeriksaan dalam pada waktu persalinan selalu
menimbulkan bahaya infeksi dan rasa nyeri pada penderita, maka pemeriksaan
dalam hendaknya dilakukan bila ada indikasi ibu maupun janin atau bila akan
diadakan tindakan, disamping bila perlu diketahui kemajuan partus (Winkjosastro,
2006).
Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau
persalinan (Yulia, 2010) :
a. menegakkan diagnosa kehamilan muda.
b. primigravida lebih dari 37 minggu untuk melakukan evaluasi
kapasitas panggul (pelvimetri klinik) dan menentukan apakah ada
kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam.
c. Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase
persalinan dan diagnosa letak janin.
d. Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses
persalinan sesuai dengan yang diharapkan.

e. Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya


prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.
f. Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk
memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala
II.
12. Identifikasi Persalinan
Jika persalinan salah di diagnosis maka akan dilakukan intervensi yang
tidak tepat sebaliknya bila persalinan tidak didiagnosis, janin bayi dalam keadaan
berbahaya akibat penyulit yang tak terduga. Diagnosis persalinan biasanya dapat
dibuat berdasarkan kontraksi yang terjadi. Bila keadaan persalinan tidak dapat
didiagnosis secara pasti maka perlu dilakukan observasi dengan jangka waktu
yang lebih lama (Cunningham, 2010).
Kontraksi pada persalinan sejati :
a. Kontraksi terjadi dengan interval yang teratur
b. Interval secara bertahap memendek
c. Intensitas secara bertahap meningkat
d. Nyeri di punggung dan aibdomen
e. Serviks membuka
f. Nyeri tidak hilang dengan sedasi
Kontraksi pada persalinan palsu :
a. Kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur
b. Interval tetap lama
c. Intensitas tetap tidak berubah
d. Nyeri terutama di perut bawah
e. Serviks belum membuka
f. Nyeri biasanya mereda dengan sedasi
13. Pemeriksaan His
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan cara meletakkan tangan pada daerah
fundus uteri dan mencatat frekuensi,interval dan durasinya. Ini dilakukan pada
saat kala satu saat pasien mulai merasakan nyeri melingkar dari punggung ke
perut bagian depan, teratur, interval memendek, intensitasnya bertambah, bila
berjalan tambah kuat (kenceng-kenceng) (Prawirohardjo,2010).
14. Nilai Normal Pemeriksaan Laboratorium pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli, yaitu
membandingkan secara visual warna darah dengan alat standar (Tarwoto,
2007):
Alat dan bahan :
1.
Lancet/jarum penusuk

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kapas alkohol dalam tempatnya


Bengkok
Kapas kering
Hb meter
Alat pengaduk
Aquadest
HCl 0,1 n

Prosedur kerja :
1.
2.
3.
4.

Jelaskan prosedur yang dilakukan


Cuci tangan
Berikan HCl 0,1 n pada tabung Hb meter sebanyak 5 tetes
Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan

penusukan pada kapiler di jari tangan atau tungkai


5. Lakukan penusukan dengan lancet atau jarum pada daerah perifer
seperti jari tangan.
6. Setelah darah keluar, usap dengan kapas kering
7. Kemudian ambil darah dengan pengisap pipet sampai garis yang
ditentukan
8. Masukkan ke dalam tabung Hb meter dan encerkan dengan aquadest
hingga warna sesuai dengan pembanding Hb meter
9. Baca hasil tunggu 5 menit dengan g % ml darah
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil


Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu
hamil adalah sebagai berikut(Tarwoto, 2007):
Tabel 5 Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil
Menurut WHO
Jenis Kelamin

Hb Normal

Hb Anemia Kurang Dari

Lahir (aterm)

13.5-18.5

(gr/dl)
13.5

Perempuan

12.0-15.0

12.0

15.dewasa tidak
15.hamil
Perempuan

Ya
ng

dewasa hamil:
Trimester Pertama 11.0-14.0

11.0

: 0-12 minggu
Trimester Kedua :

10.5-14.5

10.5

13-28 minggu
Trimester ketiga :

11.0-14.0

11.0

29 aterm
diamati saat VT
Yang diamati saat VT adalah (Cunningham, 2010):
1)
2)
3)
4)
5)

Deteksi pecah ketuban


Pendataran servik
Pembukaan servik
Posisi servik
Station

Menurut Wiknjosastro tahun 2011, pemeriksaan dalam diperlukan untuk


menilai:
1) Vagina
Terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2) Keadaan serta pembukaan serviks
3) Kapasitas panggul

4) Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir


5) Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
Bartholinitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
6) Pecah atau tidaknya ketuban
7) Presentasi kepala janin
8) Turunnya kepala dalam ruang panggul
9) Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10) Partus telah mulai atau sampai di manakah partus telah berlangsung
Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau
persalinan
Untuk menegakkan diagnosa kehamilan muda. Pada primigravida lebih
dari 37 minggu untuk melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri
klinik) dan menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang
diperkirakan akan dapat mengganggu jalannya proses persalinan
pervaginam(Yulia, 2010).
1) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase
persalinan dan diagnosa letak janin.
2) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses
persalinan sesuai dengan yang diharapkan.
3) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya
prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.
4) Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk
memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala
II.
Teknik Vaginal Toucher (yulia, 2010)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna.
2) Tahap berikutnya, pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan
lahir.
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum.)

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi
pada servik.
16. Kala dalam Inpartu
Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatan) hingga serviks membuka lengkap
(10 cm) kala satu persalinan terdiri atau dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif
a. Fase laten
- Dimulai sejak awal berkontrasksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
- Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30
detik.
b. Fase aktif
-

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi di anggap adekuat / memadai jika terjadi tiga


kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
Selama kala I, kita perlu menilai kemajuan proses persalinan, yaitu:
1) Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan Kala I :
a. kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi
dan durasi
b. kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan
c. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada
persalinan kala I :
a. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
b. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif

a. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin


2) Kemajuan pada kondisi janin
a. Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (<100>180
denyut permenit ) curigai adanya gawat janin
b. Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks
fleksi

sempurna

digolongkan

kedalam

malposisi

atau

malpresentasi
c. Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya
persalinan lama tangani penyebab tersebut.
3) Kemajuan pada kondisi ibu
a. Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
b. Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui
oral atau IV dan berikan analgesia secukupnya.
c. Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
d. Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi
yang kurang segera berikan dektrose IV.
Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih
lama. Kira-kira 2-5 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ke ruang
panggul, sehingga terjadilah tekanan pasa otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris yang menimbulkan masa mengedan karena tekanan pada
rectum, ibu seperti merasa mau buang air besar, dengan terasa tanda anus
membuaka pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan. Vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan
lahirlah kepala dengan diikuti badan rahim (Sinopsis Obstetri 1998:95)
Kala III
Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit
dengan lahirnnya bayi, sudah melepaskan plasenta. Lepasnya plasenta
sudah diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah ini:
-

uterus menjadi bundar


uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim
tali pusat bertambah panjang
terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara creede pada


fundus uteri.
Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan:
a. Tingkat kesadaran penderita
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital:

tekanan

darah,

nadi,

pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc
(Manuaba, 1996).
17. Manajemen Persalinan
1. Pimpinan Persalinan Pada Kala I
a. Kandung kemih dan rektum dikosongkan. Pengosongan rektum dapat
dibantu dengan klisma cairan gliserin 20-40cc atau supositoria.
b. Pemeriksaan luar, tentukan letak dan presentasi janin.
c. Observasi his dengan meraba uterus daerah fundus, kira-kira di atas
umbilicus.
d. Observasi bunyi jantung janin dengan auskultasi Laennec atau Doppler
(jika

memungkinkan,

nilai

kesejahteraan

janin

dengan,

elektrokardiotokografi, karena dapat diketahui perubahan pola frekuensi


denyut jantung janin pada saat his dan pada saat di luar his)
e. Pemeriksaan dalam, dinilai beberapa hal yang penting :
a) dinding vagina : adakah bagian menyempit, massa / lesi di jalan
lahir
b) keadaan dan pembukaan serviks
c) kapasitas panggul, serta perkiraan besar kepala terhadap panggul
d)
e)
f)
g)

(suspek disproporsi sefalopelvik)


fluor albus, tanda-tanda radang
keadaan selaput ketuban, sudah pecah atau belum
letak dan presentasi janin (paling penting)
turunnya kepala dalam ruang panggul (bidang Hodge)

Pimpinan pada kala I bertujuan :


a. Menilai sampai di mana status persalinan pada saat pemeriksaan awal apakah sudah memasuki persalinan atau belum, bits sudah, sampai di
mana partus telah berlangsung

b. Memperkirakan prognosis keberhasilan partus spontan pervaginam,


atau kemungkinan diperlukannya tindakan lain untuk membantu
persalinan.
Ibu dianjurkan berbaring miring ke sisi dimana punggung janin berada,
tujuannya untuk mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam serta
untuk mencegah tertekannya aorta abdominalis oleh massa uterus yang dapat
mengganggu vaskularisasi ke uterus dan janin. dan pada kala ini Ibu dilarang
mengejan atau meneran karena dikhawatirkan kekuatan tenaga ibu akan melemah.
Penolong mengisi partograf kemajuan persalinan.
Penolong mempersiapkan alat-slat bantu persalinan.
2. Pimpinan Persalinan Pada Kala 2
a. Pembukaan serviks dinding lengkap, kontraksi uterus dengan rasa nyeri
b. Penilaian perineum yang meregang dan menipis, serta penilaian anus.
Jika anus bundar atau serupa huruf D, tanda kepala sudah rendah di
dasar panggul.
c. Bila ketuban belum pecah spontan, dipecahkan (amniotomi).
d. Ibu dipimpin mengejan (untuk membuat kontraksi dinding abdomen
dan diafragma menekan uterus).
e. Jika perineum kaku dan tegang, dilakukan episiotomy (insisi pada
perineum dengan gunting), untuk memperbesar jalan lahir. Insisi dapat
secara medians (pada garis tengah, baik dilakukan pada multipara),
inediolateralis (pada garis tengah dan diperluas pada primigravida), atau
lateralis (langsung miring terhadap sumbu perineum, dapat memberikan
pembukaan

yang

terbesar,

kadang

dilakukan

pada

keadaan

direncanakan ekstraksi forceps atau ekstraksi vakum).


f. Bayi dilahirkan dengan pegangan dan gerakan yang tenang dan mantap,
mengusahakan trauma persalinan seminimal mungkin bagi ibu maupun
bayinya. Sedapat mungkin gerakan mengikuti irama his dan kekuatan
mengedan ibu, sambil mengendalikan keluarnya bayi serta menahan
perineum ibu.
g. Setelah kepala bayi lahir, bersihkan jalan nafas dengan cara menyeka
hidung dan mutut dengan kain bersih (arah gosokan dari atas hidung
sampai ke bawah mulut, kemudian jari yang dilapisi kain dimasukkan
ke dalam mulut).
h. Lahirkan berturut-turut leher, bahu dan lengan, badan, tungkai dan kaki.

i. Skor APGAR bayi dinilai, rencanakan dan lakukan tindakan yang


mungkin diperlukan untuk resusitasi bayi barn lahir. Nilai skor Apgar
pada menit pertama dan menit kelima.
Prinsip perawatan segera bayi baru lahir (immediate care of the newborn)
1) Dryings
2) Warming
3) Positioning
4) Suctioning
5) Identification
6) Prophylaxis
3. Pimpinan KALA III
Pada kala III tugas kita ialah :
a. Pengawasan terhadap peerdarahan
b. Mencari tanda-tanda pelepasan plassenta dan kalau sudah lepas, kita
segera melahirkannya
Yang diperiksa dari plasenta (Cunningham, 2010):
a. Ukuran, berat, bentuk, konsintensi, warna, kelengkapan massa
plasenta
b. Ada atau tidak lobus asesorius, infark, perdarahan, tumor, nodul
c. Tali pusat: panjang, insersi, jumlah pembuluh darah, thrombosis,
lilitan atau simpul.
4. Pimpinan KALA IV (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983):
a. Mengawasi perdarahan postpartum, yaitu :
1) Setelah placenta lahir hendaknya placenta diperiksa dengan teliti
apakah lengkap atau tidak
2) Darah yang keluar dari jalan lahir
3) Fundus uteri :
Kadang-kadang darah dari cavum uteri tidak dapat mengalir
keluar karena terhalang oleh bekuan darah. Dari luar tidak
tampak perdarahan, tetapi uterus mengembang karena terisi
penuh dengan darah, sehingga fundus uteri naik.
4) Kontraksi Rahim :
Perdarahan karena atonia uteri hanya mungkin kalau konsistensi
Rahim lunak. Kalau ada perdarahan sedangkan kontraksi Rahim
baik, maka perdarahan itu disebabkan perlukaan
5) Keadaan umum ibu :
Nadi, pernafasan dan tensi harus diawasi.

Pada perdarahan, nadi menjadi cepat dan kecil, pernafasan cepat


seperti orang sesak nafas, tensi turun, penderita pucat,
berkeringat dingin, gelisah dan akhirnya kesadaran kurang
b. Menjahit robekan perineum
c. Memeriksa bayi
18. Syarat Amniotomi
a. Pembukaan > 5cm
b. Plasenta tidak teraba
c. Dilepaskan antara membrane dan segmen bawah Rahim
(Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983).
19. Stadium episiotomy
a. Episiotomi medialis yang dibuat di garis tengah
b. Episiotomi mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus
c. Episiotomi lateralis, 1-2 cm di atas commisura posterior ke samping
d. Episiotomi sekunder :
Kalau kita melihat rupture perinei yang spontan atau episiotomy
medialis yang melebar sehingga mungkin menjadi rupture perinei
totalis, maka kita gunting ke samping
(Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983).
20. Syarat episiotomy
a. Semua primi atau multipara dengan perineum kaku
b. Kepala crowning 5 cm
c. Dilakukan pada saat HIS dan mengejan
(Manuaba, 2004).
21. Informasi yang disampaikan kepada pasangan
Secara umum, manajemen penanganan persalinan kala I adalah sebagai
berikut :
a. Pendampingan oleh keluarga
b. Perhatikan asupan nutrisi untuk persiapan kala II
c. Dianjurkan jalan-jalan dan menjaga kebersihan diri (mandi) apabila
ketuban belum pecah
d. Ajarkan baring miring kiri

Kala II:

a. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase acme atau puncak his
dan minta ibu untuk menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada
lipat siku agar tekanan abdomen menjadi efektif
b. Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan kembali tungkai ibu
di atas ranjang persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu
tersebut
c. Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva
Asuhan sayang ibu saat persalinan (Mose, 2009):
a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya
b. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
c. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
f. Berikan dukungan, besarkan hati, dan tentramkan perasaan ibu beserta
anggota keluarganya
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga lainnya
h. Ajarkan pada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara
bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya
i. Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten
j. Hargai privasi ibu
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi
l. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannnya
m. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi
pengaruh merugikan
n. Hindari tindakan berlebihan yang mungkin membahayakan seperti
episiotomi, pencukuran dan klisma
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi.
q. Siapkan rencana rujukan

r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta


bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
22. Persalinan berisiko dan tidak berisiko
Prognosis kehamilan ditentukan oleh (Cunningham, 2010):
a. Kekuatan ibu (Power)
1) Kontraktilitas uterus
2) Upaya ekspulsif ibu
b. Janin (passanger)
1) Letak dan posisi janin (presentasi)
2) Bentuk janin
c. Jalan lahir (passage)
1) Ukuran jalan lahir
2) Bentuk jalan lahir
Jika terjadi kelainan pada komponen di atas, maka persalinan normal memiliki
resiko tinggi.
23. Indikasi dalam kehamilan
Indikasi dilakukannya persalinan normal adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Persalinan dimulai dengan spontan tanpa induksi


Berisiko rendah pada awal dan selama kehamilan
Bayi lahir spontan dengan presentasi letak belakang kepala
Usia kehamilan 37 42 minggu
Setelah persalinan, ibu dan bayi dalam keadaan baik
Tidak ada gangguan jalan lahir
Tidak ada gangguan pada janin
Tidak ada gangguan kekuatan (his) pada ibu

Tanda- tanda persalinan sudah dekat adalah sebagai berikut (Burd, 2013):
a. Lightening
Hal ini terjadi apabila kepala janin sudah turun ke dalam rongga pelvis.
Perut akan menjadi lebih rendah dan ibu akan lebih mudah untuk
bernapas dibandingkan sebelum fase ini terjadi. Namun, janin akan
menekan kandung kemih yang meningkatkan rasa ingin berkemih.
b. Bloody show
Apabila terdapat bercak darah atau discharge vagina yang berwarna
kecoklatan, hal ini berarti serviks sudah cukup berdilatasi untuk
melepaskan mucus, yang menyumbat serviks selama kehamilan. Ini
pertanda baik.
c. Pecah ketuban

Ketika ketuban pecah, ibu akan merasa terdapat cairan yang keluar
dengan menetes ataupun memancar. Pada kebanyakan wanita,
kontraksi akan terjadi setelah ketuban pecah.
24. Derajat Laserasi
Laserasi vagina dan perineum diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu
a. Derajat 1 :mengenai fourchette, kulit perineal, dan membrane mukosa
vagina tetapi tidak mengenai vagina dan otot dibawahnya. Klasifikasi ini
juga mencakup laserasi periuretra, yang dapat menimbulkan banyak
pendarahan.
b. Derajat 2 : melibatkan fasia dan otot korpus perineum tetapi tidak
mengenai sfingter ani. Robekan ini biasanya meluas keatas pada salah
satu atau kedua sisi vagina, membentuk cedera berbentuk segitiga yang
irregular.
c. Laserasi derajat 3 meluas lebih jauh hingga melibatkan sfingter ani.
d. Laserasi derajat 4 meluas sampai ke mukosa rectum sehingga lumen
rectum dapat terlihat.

Gambar 1 Derajat Laserasi Vagina dan Perineum


a.

25. Partograf
Definisi
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan
utama penggunaan partograf adalah untuk mencata hasil observasi dan
kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan ibu
dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan tepat
waktu dan dapat mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka (Keman, 2010).
b. Penggunaan patograf
Pencatatan pada partograf dimulai dari fase aktif ketika pembukaan
serviks 4cm. Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase
akttif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi, semua tempat

pelayanan persalinan, semua penolong persalinan yang memberikan


asuhan (Keman, 2010).
c. Cara pengisian patograf
1) Informasi tentang ibu
Bidan mencatat nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
nomor register pasien, tanggal dan waktu kedatangan dalam "jam"
mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban. Selain itu juga
mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada bagian atas partograf
secara teliti (Keman, 2010).
2)

Kesehatan dan kenyamanan janin


a) Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30
menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan
DJJ. DJJ dicatat dengan memberi tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus (Keman, 2010).
b) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak
yang sesuai di bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang
seperti berikut: (a) U jika ketuban utuh atau belum pecah; (b) J
jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih; (c) M jika
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium; (d)
D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah; (e)
K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau
"kering" (Keman, 2010).
c) Molase atau penyusupan

tulang-tulang

kepala

janin,

menggunakan lambang-lambang berikut ini: (a) 0 jika tulangtulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi; (b) 1 jika tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih, tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang
kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil

pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air


ketuban.
d) Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom
paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Setiap angka/kotak
menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan
penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan
seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing kotak di
bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan
meliputi (Keman, 2010):
a) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan
serviks dilakukan setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan
jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu berada dalam fase
aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan
serviks di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus.
b) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin,
setiap kali melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam,
atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata
"turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera
di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan
tanda "--" pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda "
" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai
pada pembukaan serviks 4 cm. dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm
per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada.
d) Jam dan waktu

i.

Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah


pembukaan serviks dan penurunan, tertera kotak-kotak
yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu
satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (Keman,
2010).

ii.

Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur


kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak
di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu
masuk dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan
serviks di garis waspada (Keman, 2010).

e) Kontraksi uterus
Mencatat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada
lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit menggunakan simbol:a) bila kontraksi lamanya kurang
dari 20 menit; b) bila kontraksi lamanya 20 menit sampai
dengan 40 menit; c) bila kontraksi lamanya lebih dari 40
menit (Keman, 2010).
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur
kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan
cairan IV (Keman, 2010).
g) Kesehatan dan kenyaman ibu
i.

Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah


kiri bagian partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan
darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama
fase aktif persalinan atau lebih sering jika dicurigai adanya

penyulit menggunakan simbol titik (). Pencatatan tekanan


darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan atau lebih sering jika dianggap akan adanya
penyulit menggunakan simbol pencatatan temperatur tubuh
ibu setiap 2 jam atau lebih sering jika suhu tubuh
meningkat ataupun dianggap adanya infeksi dalam kotak
yang sesuai (Keman, 2010).
ii.

Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah


produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali
ibu

berkemih

memungkinkan

spontan
setiap

atau
kali

dengan
ibu

kateter.

berkemih,

Jika

lakukan

pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin


(Keman, 2010).
h) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya mencakup
i.
ii.
iii.
iv.
v.

(Keman,2010):
Jumlah cairan peroral yang diberikan
Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
Konsultasi dengan penolong persalinan lain
Persiapan sebelum melakukan rujukan
Upaya rujukan
Lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencata hal-hal yang terjadi selama proses bersalin dan
kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga kala IV (Keman, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : UNPAD.
Cunningham, F.Garry. et al. 2013. Obstetri Willliams. Volume 1. Edisi
23. Jakarta: EGC
Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Cunningham, FG, Norman FG, Kenneth JL, Larry CG III, John CH, dan
Katharina DW. 2010. Obstetri William Edisi 21 Volume 1. Jakarta : EGC.
Keman, K. 2010. Partograf dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Manuaba, IBG. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi Ed.2. Jakarta:
EGC.
Mose JC. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirorahardjo. Jakarta :

P.T. Bina

Pustaka Sarwono Prawirorahardjo


Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sanusi. 2013. Prenatal Care. Purwokerto.
Tarwoto, W. 2007.

Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil, Konsep dan

Penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.


Trisetyono. 2010. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetri. Purwokerto.
Wiknjosastro, H, Abdul BS, dan Trijatmo R. 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai