Anda di halaman 1dari 16

KARAKTERISTIK PENGELUARAN ENERGI (ENERGY EXPENDITURE)

KEGIATAN ALAM TERBUKA

Abstrak
Latar Belakang dan Tujuan: Suatu penelitian pada pendaki berpengalaman yang
mendaki pegunungan Alpen menggunakan perhitungan pengeluaran energi (energy
expenditure) sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko kecelakaan dan
menghindari penurunan kinerja selama melakukan kegiatan alam terbuka. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui besar pengeluaran energi (energy expenditure) pada kegiatan
alam terbuka seperti pada Pendidikan Dasar Wanadri 2010. Metodologi: Penelitian
menggunakan Polar RS400 untuk mengukur pengeluaran energi subjek penelitian pada 1
hari kegiatan normal dan selama kegiatan Pendidikan Dasar Wanadri 2010 rentang waktu
416 Juli 2010 di Situ Lembang ketinggian 1600 meter dpl. Pengukuran berat badan,
persentase lemak, tekanan darah dilakukan pada hari tertentu dari setiap jenis kegiatan
yang berbeda. Penyebaran kuesioner dilakukan pada hari terakhir setiap jenis kegiatan
yang berbeda. Hasil: Pengeluaran energi pada kegiatan normal (sebelum Pendidikan
Dasar Wanadri 2010) sebesar 2956 495 kcal/hari. Pengeluaran energi selama 12 hari
berkegiatan alam terbuka, yaitu kegiatan longmarch (8286 730 kcal/hari), barak (3610
592 kcal/hari), bivak ponco (5435 659 kcal/hari), dan bivak alam (5579 199
kcal/hari). Jumlah asupan energi (energy intake) selama Pendidikan Dasar Wanadri,
paling tinggi terekam sebesar 1817 kcal/hari. Terjadi penurunan berat badan (10,2 0,80
%), persentase lemak tubuh (48,8 2,63 %), dan massa bebas-lemak (2,87 0,06 %).
Umumnya nafsu makan meningkat dan kualitas tidur yang cenderung nyenyak selama
subjek penelitian berada di Situ Lembang. Kesimpulan: Nafsu makan meningkat tetapi
energi yang masuk lebih kecil dibandingkan energi yang dikeluarkan oleh subjek
penelitian selama berkegiatan alam terbuka di Situ Lembang sehingga terjadi perubahan
komposisi tubuh yaitu penurunan berat badan, persentase lemak tubuh dan massa bebaslemak. Peningkatan tekanan darah terjadi saat memasuki area latihan jenis kegiatan yang
baru.
Kata kunci : kegiatan alam terbuka, pengeluaran energi (energy expenditure), Wanadri,
VO2 maksimal, Berat badan

Abstract
Background and Objectives: A study in experienced climbers who climbed the Alps was
using an evaluation of energy expenditure as one way to reduce the risk of accidents and
avoid a fall of performance during the outdoor activities. This study aimed to identify
whether the expenditure of energy in outdoor activities such as the Pendidikan Dasar
Wanadri (PDW) 2010. Methodology: This study measured energy expenditure of normal
activities in one day before and during Pendidikan Dasar Wanadri 2010 period in 4 to 16
July 2010 at Situ Lembang, at 1600 meters above sea level. Measurement of body weight,
body fat percentage and blood pressure have been performed on certain days of each
different type of activity. Questionnaires have been distributed to research subjects on the
last day of each different activity. Results: Energy expenditure in normal activities
(before Pendidikan Dasar Wanadri 2010) was 2956 495 kcal/day. Energy expenditure
during 12 days doing outdoor activities, ie longmarch (8286 730 kcal/day), barak
(3610 592 kcal/day), bivak ponco (5435 659 kcal/day), and bivak alam (5579 199
kcal/day). Total energy intake during Pendidikan Dasar Wanadri 2010 was the highest
recorded for 1817 kcal/day. Weight loss (10,2 0,80 %), body fat decreased (48,8
2,63%), and fat-free mass decreased (2,87 0,06 %) in subjects. Generally, increased
appetite and tend to sleep soundly at the time the subjects were in Situ Lembang.
Conclusion: Appetite increased, but energy intake was smaller than the energy
expenditure in subjects during outdoor activities in Situ Lembang, thus resulting in
changes in body composition such as weight loss, decreased body fat percentage and
decreased in fat-free mass. Increased blood pressure in the first day of each type of
activity with a new practice field
Keyword: outdoor activities, energy expenditure, wanadri, VO2 Maximum, weight body

Pendahuluan
Kegiatan alam terbuka adalah kegiatan yang dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik
berupa hutan, gunung, perbukitan, pantai dll. Kegiatan alam terbuka merupakan kegiatan yang
mempunyai resiko tinggi karena kondisi alam berpotensi menimbulkan bahaya. Salah satu
bentuk kegiatan alam terbuka adalah kegiatan pecinta alam yang sebagian besar kegiatannya
berorientasi di alam terbuka. Cukup banyak organisasi kegiatan pecinta alam di Indonesia,
salah satunya adalah Wanadri yang merupakan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki
Gunung yang berdiri sejak tahun 1964. Organisasi ini melakukan pendidikan karakter dan
patriotisme yang mendasarkan pencapaian tujuannya melalui pelaksanaan kegiatan kehidupan
di alam bebas atau terbuka. Kegiatan Pendidikan Dasar Wanadri (PDW) yang dilaksanakan di
alam terbuka tepatnya di dataran tinggi Situ Lembang merupakan agenda rutin dua atau tiga
tahun sekali yang ditujukan bagi calon anggota Wanadri dalam rangka menyiapkan calon
anggotanya agar mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi kondisi dan
keadaan ekstrem yang sangat mungkin ada dalam kegiatan di alam terbuka.
Kesulitan dalam menjaga keseimbangan energi (energy balance) adalah masalah yang cukup
sering timbul dalam kegiatan pendakian di dataran tinggi (Westertert et al., 1992). Suatu
penelitian pada pendaki terlatih yang mendaki Gunung Mont Blanc di Pegunungan Alpen
Eropa menunjukkan pengeluaran energi tingkat tinggi (high energy expenditure) sebesar
10420.6 286.8 kcal per hari (Bourrilhon et al., 2009). Penelitian tersebut melakukan
perhitungan pengeluaran energi (energy expenditure) sebagai salah satu cara untuk
mengurangi risiko kecelakaan dan menghindari penurunan kinerja selama berkegiatan di alam
terbuka selanjutnya.
Perhitungan pengeluaran energi selama ini umumnya menggunakan metode pengukuran
konsumsi oksigen yang juga digunakan dalam satuan Metabolic Equivalent (MET) (Bradfield,
1971). Namun, metode pengukuran konsumsi oksigen tersebut cukup sulit dilakukan dan
umumnya hanya dapat dilakukan di laboratorium. Denyut jantung digunakan sebagai indikator
work output karena denyut jantung selama berkegiatan dipengaruhi intensitas maupun durasi

kegiatan karena adanya korelasi antara denyut jantung dan konsumsi oksigen (Le Blanc,
1957).
Perubahan komposisi tubuh seperti penurunan berat badan umum terjadi selama di dataran
tinggi (Krzywicky et al., 1969; Westerterp et al., 1994). Namun, banyak penelitian yang
memaparkan penyebab-penyebab yang berbeda terkait dengan penurunan berat badan di
dataran tinggi. Dalam penelitian di lapangan sulit untuk menentukan apakah penurunan berat
badan di dataran tinggi terjadi karena peningkatan pengeluaran energi akibat kerja fisik yang
berat, suhu lingkungan yang dingin, dehidrasi, malabsorpsi, Acute Mountain Sickness,
perubahan rasa terhadap makanan, atau kombinasi beberapa akibat tersebut (Boyer dan Blume,
1984).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengeluaran energi (energy
expenditure). Penelitian juga bertujuan mengetahui bagaimana profil tekanan darah dan
kemungkinan perubahan komposisi tubuh selama berkegiatan di alam terbuka khususnya di
dataran tinggi.
Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional. Disamping itu, pengkajian konkuren
dengan menggunakan kuesioner juga dilakukan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Pendidikan Dasar Wanadri (PDW) 2010 sebanyak 6 orang.
Subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ditetapkan berdasarkan kriteria, yakni subjek
berjenis kelamin pria, berusia lebih dari 17 tahun, dan telah lolos tahap seleksi PDW yang
meliputi tes psikologi, wawancara medis, tes psikologi, tes fisik, tes renang dan pengetahuan
dasar.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian terlebih dahulu dilakukan sebelum PDW 2010 dimulai, yaitu pengukuran konsumsi
oksigen maksimal (VO2Max) dan pengukuran pengeluaran energi selama 1 hari kegiatan
normal subjek penelitian. Penelitian utama dilakukan selama PDW 2010 dalam rentang waktu
4 16 Juli 2010 (12 hari) yang dimulai dengan kegiatan longmarch dan dilanjutkan dengan 11
hari pendidikan dasar di Area Latihan Tempur Gunung-Hutan Kopassus Situ Lembang.
Sumber Data
Sumber pengumpulan data berasal dari:
a. Rekaman data besar pengeluaran energi (energy expenditure) per hari yang terekam
pada Polar RS400.
b. Data hasil pengukuran tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah digital
merk Perfect Health.
c. Data hasil penimbangan berat badan dan persentase lemak tubuh, dengan
menggunakan alat timbang digital merk Omron.
d. Data hasil penyebaran kuesioner mengenai nafsu makan dan kualitas tidur selama
berkegiatan alam terbuka di Situ Lembang.
e. Studi kepustakaan dengan memahami berbagai pustaka primer, sekunder, dan tersier
yang terkait dengan topik penelitian.
Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan analisis data yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data kuantitatif meliputi data besar pengeluaran energi (energy expenditure), data
berat badan, data persentase lemak tubuh, dan data tekanan darah. Analisis data kualitatif
meliputi bagaimana besar pengeluaran energi (energy expenditure) selama kegiatan di Situ
Lembang terhadap besar pengeluran energi (energy expenditure) pada kegiatan normal, serta
bagaimana profil tekanan darah dan kemungkinan terjadi perubahan komposisi tubuh.

Data dan Pembahasan


A. Data Studi Pendahuluan
Subjek penelitian yang digunakan berjumlah 6 orang

pria

dengan kegiatan sebagai

mahasiswa berusia 20,7 1,6 tahun, tinggi badan 171,8 3 cm, dan berat badan 66,2 5,1 kg.
Tes Balke dilakukan pada lima subjek penelitian (tes lari 15 menit) untuk mendapatkan nilai
konsumsi oksigen maksimal (VO2Max) untuk merefleksikan kebugaran fisik subjek
penelitian. Berdasarkan aturan Balke, kebugaran subjek 1 berada dalam status kurang (Poor),
kebugaran subjek 2 dan 3 berada dalam status cukup baik (Fair), dan kebugaran subjek 4 dan
5 berada dalam status baik (Good). Data VO2Max subjek 6 tidak ada karena kondisi subjek
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan Tes Balke sebelum pelaksanaan pendidikan dasar
(lihat Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Sebelum Pendidikan Dasar
Subjek
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata

Usia

Tinggi Badan

Berat Badan

VO2 max (Tes Balke)

(tahun)
(n=6)

(cm)
(n=6)

(kg)
(n=6)

(ml/kg/min)
(n=5)

19
22
19
20
23
21
20,7 1,6

168
172
176
169
172
174
171,8 3

72
64
65
58
71
67
66,2 5,1

36,9
40,2
42,2
43,3
46,1
41,7 3,4

B. Profil Pengeluaran Energi (Energy Expenditure)


Lima hari sebelum pelaksanaan PDW 2010, subjek penelitian diukur pengeluaran energi
(energy expenditure) kegiatan normal sehari-hari. Polar RS400 dipasang pada tubuh selama
berkegiatan normal selama 24 jam. Rata-rata nilai pengeluaran energi (energy expenditure)
yang terekam yaitu sebesar 2956 495 kcal/hari.
Tabel 2 memperlihatkan nilai total pengeluaran energi pada 6 jenis kegiatan yang berbeda
yakni kegiatan sebelum PDW (H-5 PDW), longmarch, barak, bivak ponco regu, bivak ponco
solo, bivak alam regu, dan bivak alam solo. Terlihat bahwa total pengeluaran energi (energy
expenditure) setiap kegiatan tersebut secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan nilai
pengeluaran energi kegiatan normal (H-5 PDW).

Tabel 2. Total Energy Expenditure Setiap Jenis Kegiatan


H-5 PDW

Longmarc
h

1 hari
(n=6)
2956 495

1 hari
(n=6)
8286 730*

Barak

Ponco
Regu

Ponco
Solo

Alam
Regu

Alam
Solo

4 hari
(n=6)
3610 592*

2 hari
(n=6)
5471 383*

2 hari
(n=5)
5422 209*

2 hari
(n=5)
5472 346*

1 hari
(n=5)
5795 278*

* = berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan terhadap energy expenditure H-5 PDW

Kegiatan longmarch rute Jalan Aceh Menara Tangkuban Perahu yang memiliki jarak tempuh
27,1 km. Profil pengeluaran energi (energy expenditure) yang terekam di Polar (lihat Tabel 3)
yang dipasang pada tubuh subjek penelitian merupakan energi yang dikeluarkan selama 18
jam melakukan longmarch hingga tiba di Menara Tangkuban Perahu dengan ketinggian sekitar
2000 meter dpl dan suhu saat itu mencapai 14 0Celcius. Nilai pengeluaran energi (energy
expenditure) kegiatan longmarch secara signifikan lebih besar dibandingkan pengeluaran
energi (energy expenditure) kegiatan normal (H-5 PDW). Hal tersebut dapat disebabkan
karena intensitas kegiatan yang tinggi yaitu subjek penelitian harus berjalan melewati berbagai
macam lintasan selama 18 jam sambil membawa beban tas 25 kg. Selain itu, perubahan
cuaca yang cukup ekstrem selama menjalankan longmarch yakni perubahan dari suhu panas di
dataran rendah hingga suhu dingin saat mulai memasuki dataran tinggi, dan subjek pun tetap
harus berjalan walau hujan.
Tabel 3. Profil Energy Expenditure Kegiatan H-5 PDW dan Longmarch
Subjek
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata

H-5 PDW

Longmarch

(n=6)

(n=6)

3076
3676
3143
2627
2999
2215
2956 495

8809
8990
8807
7534
8317
7259
8286 730*

* = berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan terhadap energy expenditure H-5 PDW

Setelah kegiatan longmarch, subjek penelitian melaksanakan pendidikan dasar selama 12 hari
di Area Latihan Tempur Gunung-Hutan Kopassus di Situ Lembang dengan ketinggian 1600
meter dpl. Suhu udara yang terekam di barak selama 12 hari yaitu rentang suhu 15-16 0C pada

pagi hari, suhu 20-220C pada siang hari, dan suhu 14-150C pada malam hari. Sedangkan, suhu
di area hutan Situ Lembang tidak berbeda dengan suhu yang terekam di barak. Selama di Situ
Lembang, pergerakan kegiatan subjek penelitian berlokasi di barak dan area hutan Situ
Lembang. Selama 12 hari, subjek penelitian mengalami pergantian lokasi tidur, yaitu 4 malam
di barak, 2 malam di bivak ponco regu, 2 malam di bivak ponco solo, 2 malam di bivak alam
regu, dan 1 malam terakhir di bivak alam solo. Selama kegiatan bivak, subjek penelitian tidur
di area hutan Situ Lembang tetapi pergerakan kegiatan dari pukul 04.00 hingga pukul 22.00
berlangsung antara barak dan area hutan. Kegiatan bivak di area hutan umumnya dilakukan
sore hari dan menjelang tidur malam. Kegiatan bivak ponco yaitu pada malam hari subjek
penelitian tidur didalam perlindungan yang dibuat dengan menggunakan ponco, baik tidur
bersama satu kelompok (regu) atau tidur sendiri (solo). Sedangkan kegiatan bivak alam yaitu
subjek penelitian tidur didalam perlindungan yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan
yang terdapat di hutan seperti ranting pohon atau dedaunan baik secara berkelompok (regu)
maupun sendiri (solo). Lokasi tidur bivak ponco berbeda dengan lokasi tidur bivak alam tetapi
tetap di dalam area hutan.
Nilai pengeluaran energi (energy expenditure) selama 4 hari kegiatan di barak menunjukkan
nilai rata-rata per hari sebesar 3610 592 kcal/hari. Penurunan dan peningkatan pengeluaran
energi ini tidak teratur pada setiap subjek penelitian selama 4 hari berkegiatan di barak (lihat
tabel 4). Kegiatan yang teramati selama di barak, tidak berbeda antara hari yang satu dengan
hari yang lainnya. Disamping itu, jarak antara barak dengan ruang kelas untuk siswa belajar
teori cukup berdekatan. Sehingga jumlah pengeluaran energi (energy expenditure) pada setiap
subjek penelitian tidak berbeda secara signifikan selama 4 hari berkegiatan di barak.
Tabel 4. Profil Energy Expenditure Kegiatan Barak
Subjek
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata

BARAK
H-5 PDW
(n=6)

Hari ke-1
(n=6)

Hari ke-2
(n=6)

Hari ke-3
(n=6)

hari ke-4
(n=6)

3076
3676
3143
2627
2999
2215
2956 495

3980
4783
3725
3182
3279
2795

3814
4407
3274
3323
3522
3132

3543
4906
3286
3244
3251
2926

3805
4663
3553
3435
3750
3042

3624 705*

3579 470* #

3526 704* #

3708 541* #

* = berbeda signifikan (P<0,05), dengan n=6 dibandingkan terhadap energy expenditure H-5 PDW
#
= tidak berbeda signifikan, dengan n=6 dibandingkan terhadap energy expenditure Barak hari ke-1
+
= tidak berbeda signifikan, dengan n=6 dibandingkan terhadap energy expenditure hari sebelumnya

Pada hari ke-5 kegiatan di Situ Lembang, kegiatan bivak ponco mulai dilakukan. Kegiatan
bivak serta tidur malam mulai dilakukan di area hutan. Kegiatan bivak ponco terdiri atas 2 hari
bivak ponco regu dan 2 hari berikutnya bivak ponco solo. Nilai rata-rata pengeluaran energi
(energy expenditure) per hari selama kegiatan bivak ponco lebih besar dibandingkan total
pengeluaran energi (energy expenditure) kegiatan barak selama 4 hari. Pada hari ke-6 (hari ke2 kegiatan bivak ponco regu) terekam nilai rata-rata pengeluaran energi per hari yang sangat
besar yaitu 6268 367 kcal/hari dibandingkan kegiatan bivak ponco regu hari ke-1 maupun
kegiatan bivak ponco lainnya (lihat Tabel 5). Hal ini tejadi karena intensitas kegiatan yang
tinggi yakni adanya materi lapangan ORAD (Olahraga Arus Deras) dan materi penyeberangan
yang tergolong kegiatan fisik yang berat. Sedangkan, nilai rata-rata pengeluaran energi selama
kegiatan bivak ponco solo hari kedua (hari ke-8) secara signifikan lebih besar daripada
kegiatan bivak ponco solo hari pertama (hari ke-7). Pada hari ke-8, subjek penelitian no.6
mengundurkan diri dari kegiatan sehingga tidak didapatkan data pengeluaran energi pada hari
tersebut.
Tabel 5. Profil Energy Expenditure Kegiatan Bivak Ponco
Subjek
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata

H-5 PDW
(n=6)
3076
3676
3143
2627
2999
2215
2956 495

Bivak Ponco Regu


Hari ke-5
Hari ke-6
(n=6)
(n=6)
5089
6718
4279
6408
4924
6321
4812
6165
4969
6382
3965
5615
4673 447* 6268 367* #

Bivak Ponco Solo


Hari ke-7
Hari ke-8
(n=6)
(n=5)
5530
5562
5100
5223
5248
5252
5220
5776
5546
5773
5058
5284 210* # 5515 268 +

* = berbeda signifikan (P<0,05) dengan n=6 dibandingkan terhadap energy expenditure H-5 PDW
= berbeda signifikan (P<0,05) dengan n=5 dibandingkan terhadap energy expenditure H-5 PDW
#
= berbeda signifikan (P<0,05) dengan n=6 dibandingkan terhadap energy expenditure hari sebelumnya
+
= berbeda signifikan (P<0,05) dengan n=5 dibandingkan terhadap energy expenditure hari sebelumnya

Kegiatan bivak alam tetap dilaksanakan di area hutan namun lokasinya berbeda dengan
kegiatan bivak ponco, tetapi kegiatan tidur alam solo hanya satu malam saja. Tabel 6
menunjukkan nilai rata-rata pengeluaran energi (energy expenditure) kegiatan bivak alam regu

hari kedua (hari ke-10) secara signifikan lebih besar daripada kegiatan bivak alam regu hari
pertama (hari ke-9). Nilai rata-rata pengeluaran energi (energy expenditure) kegiatan bivak
alam solo (hari ke-11) secara signifikan lebih besar daripada kegiatan bivak alam regu pada
hari sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan karena subjek penelitian harus bergerak mencari
bahan-bahan di hutan untuk membuat perlindungan sendiri, dan tidak membuatnya secara
berkelompok seperti yang dilakukan pada bivak alam regu.
Tabel 6. Profil Energy Expenditure Kegiatan Bivak Alam
Subjek
H-5 PDW
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata

Bivak Alam Regu


Hari ke-9
Hari ke-10

Bivak Alam Solo


Hari ke-11

(n=6)

(n=5)

(n=5)

(n=5)

3076
3676
3143
2627
2999
2215
2956 495

5952
5213
5590
5176
5010
-

5995
5652
5614
5431
5085
-

6041
5970
5792
5844
5330
-

5388 380*

5555 333* #

5795 278* #

* = berbeda signifikan (P<0,05), dengan n=5 dibandingkan terhadap energy expenditure H-5 PDW
#
= berbeda signifikan (P<0,05), dengan n=5 dibandingkan terhadap energy expenditure hari sebelumnya

C. Pemasukan Energi (Energy Intake)


Pemasukan energi disini merupakan energi yang didapatkan dari makanan. Pada kegiatan di
barak selama 4 hari, semua subjek penelitian maupun seluruh peserta pendidikan mendapatkan
komposisi dan jumlah makanan yang sama yang telah disediakan oleh panitia pendidikan saat
sarapan, makan siang dan makan malam. Pada hari ke-5 hingga hari ke-12, subjek penelitian
diberikan paket bahan makanan mentah untuk dimasak sendiri sehingga perhitungan
pemasukan energi berdasarkan bahan makanan mentah.
Tabel 7. Gambaran Energy Intake (kcal/hari) Selama 11 Hari di Situ Lembang
ke-1

ke-2

ke-3

1817
*

1432
*

1488*

HARI
ke-4
ke-5
1673
*

1574*

* = berdasarkan perhitungan makanan matang


#
= berdasarkan perhitungan bahan makanan mentah (paket makanan)
(Sumber: database Nutrition Surveys and Calculations)

ke-6 s/d ke-11

1199#

Jika melihat jumlah pemasukan energi (energy intake) per hari pada tabel tersebut
menggambarkan adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
dikeluarkan selama berkegiatan di Situ Lembang.
D. Perubahan Komposisi Tubuh
Teramati adanya perubahan komposisi tubuh yaitu terjadi penurunan berat badan dan
persentase lemak pada semua subjek penelitian selama berkegiatan di Situ Lembang.
Penurunan berat badan dari hari ke-1 hingga hari ke-11 menunjukkan persentase penurunan
sebesar 10,2 0,80%, sedangkan persentase penurunan lemak tubuh selama 11 hari yaitu
sebesar 48,8 2,63%. Penurunan berat badan dan persentase lemak tersebut dapat disebabkan
karena pengeluaran energi (energy expenditure) yang nilainya sangat besar jika dibandingkan
dengan kegiatan normal dan pemasukan energi (energy intake) yang rendah. Disamping itu,
massa lemak dan massa bebas-lemak (massa otot) pun mengalami penurunan, dengan
persentase penurunan secara berturut-turut sebesar 53,6 1,85% dan 2,87 0,06%.
Tabel 8. Profil Persentase Penurunan Komposisi Tubuh Selama 11 Hari
Parameter
Massa Lemak (kg)
Massa Bebas-Lemak (kg)
Lemak Tubuh (%)
Berat Badan (kg)

Kegiatan
Hari ke-1`
Hari ke-11
10 2,97
4,6 1,20
55,6 4,08
54 3,93 +
15,2 3,82
7,7 1,51 #
65,2 5,08
58,6 5,07 *

Penurunan (%)
53,6 1,85
2,87 0,06
48,8 2,63
10,2 0,80

* = berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan terhadap berat badan pada hari ke-1
# =
berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan terhadap lemak tubuh pada hari ke-1
+
= berbeda signifikan (P<0,05) dibandingkan terhadap massa bebas lemak pada hari ke-1

Jumlah penurunan berat badan dan persentase lemak yang sangat besar dibandingkan
penurunan berat badan hari lainnya terlihat pada pergantian kolom nilai rata-rata berat badan
dari kegiatan ponco regu hari ke-1 ke kegiatan ponco solo hari ke-1 (lihat Tabel 9 dan 10)
kemungkinan disebabkan karena pengeluaran energi (energy expenditure) kegiatan ponco regu
hari ke-2 yang terekam (6268 367 kcal/hari) sangat besar dibandingkan nilai pengeluaran
energi (energy expenditure) kegiatan pada ponco regu hari ke-1 dan kegiatan ponco solo hari
ke-1 (4673 447 kcal/hari dan 5284 210 kcal/hari) yang telah dipaparkan sebelumnya.
Tabel 9. Profil Berat Badan (kg) Sebelum dan Sesudah Kegiatan di Situ Lembang

Subjek

Rata-Rata

H-5
PDW

Barak

Ponco
Regu

Ponco
Solo

Alam
Regu

Alam
Solo

Hari-0
(n=6)

Hari ke-1
(n=6)

Hari ke-4
(n=6)

Hari ke-5
(n=6)

Hari ke-7
(n=6)

Hari ke-9
(n=5)

Hari-11
(n=5)

66,2
5,12

65,2
5,08

64,5
5,05

63,4
4,54

60,8
4,52

59,9
4,99

58,6
5,07

Tabel 10. Profil Persentase Lemak Tubuh (%) Selama 11 Hari di Situ Lembang
Subjek
Rata-Rata

Barak

Ponco Regu

Ponco
Solo

Alam
Regu

Alam Solo

Hari ke-1
(n=6)

Hari ke-4
(n=6)

Hari ke-5
(n=6)

Hari ke-7
(n=6)

Hari ke-9
(n=5)

Hari ke-11
(n=5)

15,2 3,82

13,5 3,94

11,5 2,93

8,8 2,04

8,5 1,56

7,7 1,51

Perubahan komposisi tubuh yang teramati selama berkegiatan di dataran tinggi seperti
kegiatan di Situ Lembang ini dapat disebabkan oleh peningkatan katabolisme lemak dan
glukoneogenesis jika energi yang masuk tidak mencukupi. Stimulus utama peningkatan
metabolisme lemak adalah pelepasan hormon katekolamin yaitu norepinefrin. Peningkatan
hormon norepinefrin mengakibatkan peningkatan metabolisme karbohidrat melalui proses
glikolisis. Jika proses glikolisis terus terjadi maka akan timbul kondisi hipoglikemia dan
penurunan kadar glikogen di hati sehingga saat suplai karbohidrat tidak mencukupi maka
katabolisme lemak akan meningkat.
D. Profil Denyut Jantung
Denyut jantung rata-rata paling tinggi selama 1 hari berkegiatan teramati pada saat kegiatan
longmarch sebesar 132 denyut/menit, dan pada kegiatan itu juga memiliki profil pengeluaran
energi (energy expenditure) yang sangat tinggi sebesar 8286 730 kcal/hari. Sedangkan,
selama 11 hari berkegiatan di Situ Lembang, denyut jantung rata-rata paling tinggi yaitu pada
saat kegiatan Ponco Regu yang profil pengeluaran energi paling tingggi diantara kegiatan
lainnya di Situ Lembang yaitu sebesar 6268 367 kcal/hari.

Tabel 11. Profil Denyut Jantung Rata-Rata (denyut/menit) Selama 11 Hari

Long
march

Barak

Ponco Regu

Ponco Solo

Alam Regu

Alam
Solo

hari-1

hari-2

hari-3

hari-4

hari-5

hari-6

hari-7

hari-8

hari-9

hari-10

hari-11

(n=6)

(n=6
)

(n=6)

(n=6)

(n=6)

(n=6)

(n=6)

(n=6)

(n=5)

(n=5)

(n=5)

(n=5)

132

98

97

82

89

93

113

106

89

91

98

100

E. Data dan Pembahasan Kuesioner


Kuesioner mengenai perubahan nafsu makan dibagikan sebanyak lima kali kepada setiap
subjek penelitian pada hari terakhir dari setiap jenis kegiatan yang berbeda, yaitu pada hari
terakhir kegiatan barak, kegiatan bivak ponco regu, kegiatan bivak ponco solo, kegiatan bivak
alam regu dan kegiatan bivak alam solo. Didapatkan data bahwa sebelum mengikuti
pendidikan dasar, empat orang subjek penelitian menyatakan bahwa normalnya makan tiga
kali sehari, satu orang menyatakan normalnya makan dua kali sehari, dan satu orang
menyatakan normalnya makan lebih dari tiga kali sehari. Selain itu, juga didapatkan data
bahwa umumnya subjek penelitian mengalami peningkatan nafsu makan, jarang merasakan
kenyang saat makan, kebanyakan tidak pernah mengalami mual saat makan, dan menyatakan
makanan yang dimakan selama kegiatan pendidikan terasa enak atau lebih enak walaupun
mereka harus makan dalam waktu yang singkat, dan harus memasak sendiri selama kegiatan
bivak.
Tabel 12. Perubahan Nafsu Makan (Data Kuesioner)

Barak
NAFSU MAKAN
Biasa saja
Meningkat
Sangat Meningkat

Bivak Ponco

Bivak Alam

(n=6)

Regu
(n=6)

Solo
(n=6)

Regu
(n=5)

Solo
(n=5)

2
4
0

0
6
0

0
5
1

0
1
4

0
0
5

Tabel 13a. Rasa Kenyang Saat Makan (Data Kuesioner)


RASA KENYANG
SAAT MAKAN
Jarang
Sering

Barak

Bivak Ponco

Bivak Alam

(n=6)

Regu
(n=6)

Solo
(n=6)

Regu
(n=5)

Solo
(n=5)

5
1

6
0

6
0

5
0

5
0

Tabel 13b. Mual Saat Makan (Data Kuesioner)


Bara
k

Bivak Ponco

Bivak Alam

(n=6)

Regu
(n=6)

Solo
(n=6)

Regu
(n=5)

Solo
(n=5)

1
0
5

0
1
5

0
1
5

0
0
5

0
0
5

MUAL SAAT MAKAN


Sering
Jarang
Tidak pernah

Kuesioner mengenai kualitas tidur juga dibagikan pada hari terakhir dari tiap jenis kegiatan
yang berbeda. Selama pendidikan, semua subjek penelitian maupun peserta pendidikan lainnya
dijadwalkan harus tidur pukul 22.00 dan bangun tidur pukul 04.00. Berdasarkan kuesioner,
diperoleh data bahwa semua subjek penelitian memakan makanan tambahan, camilan, atau
snack sebelum tidur hanya pada saat kegiatan di barak. Sedangkan pada kegiatan bivak alam
maupun bivak ponco tidak didapatkan data bahwa subjek penelitian memakan makanan
tambahan sebelum tidur. Selain itu, tidak ada obat yang diminum subjek penelitian sebelum
tidur selama mengikuti 11 hari pendidikan di Situ Lembang. Umumnya, kualitas tidur subjek
penelitian biasa saja atau nyenyak, dan kebanyakan subjek penelitian tidak pernah terbangun
saat tidur.

Tabel 14. Mengenai Kualitas Tidur Setiap Jenis Kegiatan


Barak

Bivak Ponco

Bivak Alam

(n=6)

Regu
(n=6)

Solo
(n=6)

Regu
(n=5)

Solo
(n=5)

1
3
2

2
3
1

3
2
1

2
2
1

2
1
2

KUALITAS TIDUR
nyenyak
biasa saja
tidak nyenyak

Kesimpulan
Jumlah pengeluaran energi (energy expenditure) per hari berkegiatan di alam terbuka pada
Pendidikan Dasar Wanadri (PDW) yaitu longmarch (8286 730 kcal/hari) dan 6 jenis kegiatan
yang berbeda di Situ Lembang selama 12 hari (kcal/hari) secara signifikan lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran energi per hari pada kegiatan normal sebelum PDW (2956
495 kcal/hari). Walaupun nafsu makan meningkat tetapi asupan energi (energy intake) lebih
kecil dibandingkan energi yang dikeluarkan (energy expenditure) oleh subjek penelitian
selama 12 hari berkegiatan di alam terbuka sehingga terjadi perubahan komposisi tubuh seperi
penurunan massa bebas-lemak (massa otot) serta penurunan berat badan (10,2 0,80 %) dan
lemak tubuh (48,8 2,63) yang signifikan.
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan evaluasi terhadap tingkat kelelahan dan tingkat
stres selama berkegiatan di alam terbuka dengan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak.
Pelaksanaan kegiatan alam terbuka seperti Pendidikan Dasar Wanadri perlu memperhatikan
asupan energi (energy intake) pada peserta pendidikannya yaitu untuk mencegah terjadi defisit
keseimbangan energi yang dapat berdampak negatif pada kondisi siswa selama mengikuti
pendidikan Dasar Wanadri serta tekanan darah perlu diperhatikan saat beradaptasi dengan
lingkungan baru seperti perpindahan dari dataran rendah ke dataran tinggi.

Pustaka
1. Bourrilhon, C., M. Phillippe, M. Chennaoui, P. Van Beers, R. Lepers, C. Dussault, C.Y.
Guezennec, dan D. Gomez Merino, Energy expenditure during a short alpine military mission,
2009. Wilderness and Environmental Medicine 20: 225-233.
2. Boyer, Stephen J., dan F.Duane Blume, Weight loss and changes in body composition at high
altitude, 1984. J App Physiol 57(5): 1580-1585.
3. Bradfield, R.B., A technique for determination of usual daily energy expenditure in the field.
1971. Amer J CLin Nutr 24(9): 1148-1154.
4. Dill, D.B., Effects of physical strain and high altitudes on the heart and circulation, 1942. Ame
Heart J 23: 441-454.
5. Kilgour R.D., dan Carvalho J., Gender differences in cardiovascular responses to the cold hand
pressor test and facial cooling, 1994 Can J Physiol Pharmacol. 72(10): 1193-1999.
6. Krzywicki,

H.J.,

C.F.Consolazio,

L.L.Matoush,

H.L.Johnson,

dan R.A.Barnhart,

Body

composition changes during exposure to altitude, 1969. Federation Proc. 28(3): 1190-1194.
7. Le Blanc, J.A.., Use of heart rate as an index of work output, 1957. J Appl Physiol 10(2): 275280.
8. Veglio, Massimo., Simona Maule, Giovanni Cametti, Annalisa Cogo, Livio Lussiana, Giuseppe
Madrigale, dan Oriana Pecchio, The effects of exposure to moderate altitude on cardiovascular
autonomic function in normal subjects, 1999. Clin Auto Research 9(3): 123-127
9. Westerterp K.R.,Kayser B.,Brouns F.,Herry J.P.,dan Saris W.H, Energy expenditure climbing
Mt.Everest., 1992. J Appl Physiol 73(5): 1815-1819.

10. Westerterp, K.R., Kayser B., Wouters L., dan Richalet J.P, Energy balance at high altitude of
6,542 m, 1994. J Appl Physiol 80: 1968-1972.

Anda mungkin juga menyukai