Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI


PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

NAMA

: JONIGIUS DONUATA

NIM

: 132 385 018

MK

: KETEKNIKAN KEHUTANAN

KELAS

:A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2015

PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI


PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

A. TUJUAN
Bisa dapat mendesain jaringan jalan dalam suatu kawasan hutan dan dapat menghitung
nilai RD, RS, Persen PWH, dan Jarak sarad rata-rata dengan menggunakan metode
Sachs (1968)

B. DASAR TEORI
Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) adalah kegiatan penyediaan prasarana
wilayah bagi kegiata produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi
kerja, transportasi sarana kerja, dan komunikasi antar pusat kegiatan. PWH diwujudkan
oleh penyediaan jaringan angkutan, barak kerja, dan penimbunan kayu. Jalan hutan
adalah jalan angkutan yang diperlukan untuk mengangkut kayu/ hasil hutan ke tempat
pengumpulan hasil hutan (TPn/ TPK) atau ke tempat pengolahan hasil hutan. Jalan induk
adalah jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pengusahaan hutan selama
jangka waktu pengusahaan hutan (Dephut 1993).
Hutan alam maupun hutan tanaman tidak akan dapat dikelola secara lestari
bila persyaratan PWH yang memadai belum dipenuhi. Hal ini mengingat PWH
merupakan persyaratan utama bagi kelancaran perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam pengelolaaan hutan (Elias 2008).
Parameter PWH digunakan untuk mengetahui baik tidaknya kualitas jaringan
jalan hutan yang sudah dibuat maupun yang akan direncanakan. Parameter PWH terdiri
atas kerapatan jalan (WD), spasi jalan (WA), persen PWH (E), jarak sarad rata-rata
(RE), faktor koreksi PWH (KG), dan keterbukaan tegakan akibat pembukaan wilayah
hutan. Kerapatan jalan merupakan panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per hektar
(m/ha). Tingkat kerapatan jalan akan menentukan banyaknya hasil hutan yang diangkut
melalui jalan tersebut. Pada potensi produksi yang sama, makin besar tingkat kerapatan
yang dibuat maka hasil hutan yang diangkut melalui jalan tersebut makin kecil
(Dulsalam 1994).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil

2. Pembahasan
Pada praktikum keteknikan kehutanan kali ini mengenai mendesain jaringan jalan
dengan menggunakan metode Sachs (1968) dan menghitung nilai RD, RS, Persen PWH, dan
Jarak sarad rata rata di. Diketahui bahwa metode Sachs (1968) yaitu ; mengasumsikan
bahwa Lebar areal yang terbuka di sebelah kiri dan kanan tersebut tidak bisa diukur dengan WA
tetapi harus disesuaikan dengan teknologi yang dipakai dalam sub sistem penyaradan, Lebar jalan
yang dikiri dan kana tidak sama, tetapi berdasarkan topografinya, Naik lereng, jangkauan alat
penyaradan kayu lebih pendek dan sebaliknya.

Dari perhitungkan yang dilakukan berdasarkan peta yang telah didesain maka
didapatkan nilai PWH-nya yaitu:
Kerapatan jalan (RD) adalah panjang jalan rata-rata pada suatu areal tertentu (m/ha).
Dimana :
L = jumlah panjang jalan yang terdapat pada suatu areal (m)
F = luas areal produktif dalam suatu areal (ha)
RD =

39,6 cm
180 cm

= 0.22

Spasi jalan (RS) adalah jarak rata-rata antar jalan angkutan yang dibangun dalam suatu areal
(m, hm).

RS =

405 cm
4

= 1.1

Persen PWH (E) adalah persen keterlayanan/keterbukaan suatu wilayah hutan yang
disebabkan oleh pembuatan jalan (PWH).
Dimana :
Fer = Areal hutan yang terbuka akibat pembuatan jalan (ha)
F

= Luas areal hutan yang dibuka dalam areal hutan produktif (ha)

E = (F/A) x 100%
E=

115.24 cm
x 1OO%
180 cm

E = 64 %

Pada peta yang telah didesain skala yang dipakai yaitu 1 : 10000 m 2 (1 Ha) dimana
luas dalam peta 1 cm mewakili 10000 m2 dilapangan. Dari peta yang telah dibuat luas
wilayahnya 180 cm atau 1800000 m2 dilapangan (180 Ha). Luas arisaran atau persen PWHnya 64% kemudian RD nilainya 0,22 cm dan RS nilainya 1,1. Dalam mendesain jaringan
menurut Sachs dilihat dari topograri tanpa memperhatikan lebar bagian kiri dan kanan jalan
karena diketahui juga bahwa didalam kawasan hutan topografinya berbeda beda sehingga
pembuatan jalan yang di buat harus berdasrkan topografi yang ada.
Diketahui bahwa semakin besar nilai persen PWH maka kualitas PWH-nya semakin
baik, tetapi jika persen PWH lebih dari 100%, maka jaringan jalan hutan yang telah dibuat
bisa dikatakan terlalu berlebihan pembuatannya untuk luasan tertentu. PWH dikatakan baik,
jika nilai persen PWH-nya > 70%, tetapi dilihat dari nilai persen PWH yang terdapat pada
tabel di atas persen PWH-nya <70% maka kualitas PWH-nya dinyatakan kurang baik. Dari
segi teknis, PWH ditentukan ole persyaratan lapangan dan kepadatan lalu lintas yang
selanjutnya akan menentukan keadaan pemilihan alat PWH dana untuk segi ekonomis, PWH
ditentukan oleh biaya dan volume kayu yang akan dikeluarkan dari PWH.

D. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Laporan Teknis penentuan Kelas kesesuaian Lahan Hutan. Departemen
Kehutanan Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta.
Elias, 2007. Modul 2. Pelatihan Pembukaan Wilayah Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Sukirman, Silvia, 1999. Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.

Penerbit Nova,

Bandung.
Sukirman, Silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai