Anda di halaman 1dari 9

M.

Afiful Karim 12/334076/HK/19147


Mata Kuliah Konsentrasi Perlindungan Tenaga Kerja Migran Wanita dan Anak
Tugas : Perlindungan Tenaga Kerja Migran

KASUS POSISI :
PT. El Karim Makmur Sentosa Persulit Pemulangan Calon BMI (Bagian 1)
29 October 2014 21:54
Salah satu Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Swasta (PPTKIS) kembali melakukan tindak
pelanggaran dengan mempersulit pemulangan calon Buruh Migran
Indonesia (BMI). Tidak hanya itu, PT. El Karim Makmur
Sentosa yang berkantor di kawasan Jakarta
Selatan, juga diduga melakukan pemerasan
dengan menuntut ganti rugi sebesar 3 juta rupiah
kepada calon BMI bernama Renika. Bahkan awalnya, pihak
perusahaan meminta uang sebesar 13 juta rupiah, namun karena
adanya unsur pemalsuan izin, maka jumlahnya
diturunkan menjadi 3 juta rupiah. Tuntutan perusahaan
tersebut dilakukan karena Renika mengundurkan diri dari proses penempatan.
Berdasarkan pengawalan yang dilakukan oleh Haryanto, pegiat buruh migran di
Dewan Perwakilan Nasional Serikat Buruh Migran Indonesia (DPN SBMI) Jakarta, diketahui bahwa
Renika diberangkatkan oleh Pegawai Lapangan (PL) atau sponsor yang tidak terdaftar (tidak dilegalkan)
oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Lebih parahnya
lagi pihak PPTKIS juga tetap memroses penempatan Renita, padahal izin yang didapat, bukan berasal
dari zin suami Renita, melainkan izin dari kakak Renika.
Perundingan pembayaran ganti rugi sebenarnya sempat menemui titik temu, di mana pihak keluarga
Renika hanya perlu membayar 1,5 juta rupiah saja, karena sponsor terbukti melakukan pemalsuan izin.
Namun demikian, kakak Renika lagi-lagi ditekan dan akhirnya menandatangani kesepakatan bahwa pihak
keluarga Renika mau membayar ganti rugi sebesar 3 juta. Tekanan dilakukan oleh pihak PPTKIS saat
Haryanto dan kawan-kawan DPN SBMI istirahat.

Rastono, suami dari Renika mengaku khawatir tentang keadaan istrinya. Melalui akun twitter DPN SBMI
di https://twitter.com/dpnsbmi, Rastono mengungkapkan bahwa istrinya pernah diintimidasi dan
dikucilkan. Hal itulah yang merupakan salah satu penyebab mengapa Renika memilih untuk berhenti dari
proses penempatan.
Hingga berita ini diturunkan, Renika masih berada di penampungan PT. El Karim Makmur Sentosa.
Haryanto juga menambahkan bahwa dirinya dan beberapa rekan yang hendak menjemput Renika, sempat
diusir oleh pihak perusahaan. Renika juga tidak diizinkan keluar dari penampungan.
Malam ini (29/10/14), DPN SBMI dan pihak kepolisian sedang melakukan penjajakan. Malam ini
kasusnya hampir mau selesai. Kami sedang membuat kesepakatan antara pihak keluarga Renika, sponsor,
dan PPTKIS, papar Haryanto saat dihubungi via telepon.
(http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/pt.-el-karim-makmur-sentosa-persulit-pemulangancalon-bmi)

PT. El Karim Makmur Sentosa Mempekerjakan Sponsor Tanpa Legalitas (Bagian 2)


30 October 2014 19:54
Kasus pemulangan calon Buruh migran Indonesia (BMI) Renika, asal Indramayu, telah memasuki babak
baru. Bila dalam pemberitaan sebelumnya dikabarkan pihak PT. El Karim Makmur Sentosa sempat
menuntut ganti rugi 13 juta rupiah, maka pagi dini hari tadi (30/10/14), sekitar pukul 00.30 WIB, telah
dibuat kesepakatan antara keluarga Renika dan pihak PPTKIS. Kesepakatan tersebut menghasilkan
kesepahaman bersama, bahwa keluarga Renika hanya perlu membayar 3 juta rupiah dan kedua belah
pihak berjanji untuk tidak saling melapor/ menuntut di kemudian hari. Proses pemulangan Renika juga
ramai, karena ada beberapa polisi yang ikut berjaga.
Hal menarik yang muncul dari kasus pemulangan Renika tersebut adalah keberadaan sponsor/ perekrut
dari PT. El Karim yang ternyata tanpa legalitas. Kebijakan dari Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja (BNP2TKI), telah mengatur para sponsor untuk memiliki kartu identitas yang
dilengkapi foto dan sidik jari, serta dipersyaratkan unutk mengikuti Bimtek mengenai Perekrut Calon TKI
(PRCTKI).
Pada kenyataannya masih banyak PRCTKI bodong (tanpa legalitas) yang tidak diregistrasi oleh
BNP2TKI, tidak ada kartu identitas tapi bisa merekrut calon TKI. Lebih memprihatinkan lagi, calon TKI
yang mengajukan pengunduran diri justru dikenakan biaya ganti proses yang tinggi hingga 13 juta, kata

Haryanto, pegiat buruh migran di Dewan Perwakilan Nasional Serikat Buruh Migran Indonesia (DPN
SBMI), yang dilansir melalui sbmi.or.id (30/10/14).
Sponsor yang tanpa legalitas, jelas merupakan masalah serius yang mestinya harus diperhatikan oleh
pemerintah. Selama ini, pihak BNP2TKI tidak benar-benar serius dalam mengawasi para perekrut CTKI.
Melalui portal beritanya di www.bnp2tki.go.id, Gatot Abdullah Mansyur, Kepala BNP2TKI, hanya
memberikan himbauan kepada perekrut CTKI untuk berlaku benar dan bertindak jujur. Pihak BNP2TKI
tidak menjelaskan bagaimana pola pengawasan terhadap perekrut CTKI.
(http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/pt.-el-karim-makmur-sentosa-mempekerjakansponsor-tanpa-legalitas-(bagian-2))

PERMASALAHAN :
1. Bagaimanakah bentuk perizinan yang benar dari keluarga CTKI yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ?
2. Perusahaan PT EL Karim Makmur Sentosa menuntut Renika sejumlah uang sebesar 3 jt rupiah
karena Renika mengundurkan diri dari proses penempatan. Apakah tuntutan tersebut di
benarkan ? Apakah menuntut uang tersebut merupakan Hak dari PPTKIS?
3. Apakah adanya pihak sponsor/perekrut swasta selain PPTKIS sperti dalam berita diatas dapat di
perkenankan ?

PEMBAHASAN
Pembahasan

1. Bagaimanakah bentuk perizinan yang benar dari keluarga CTKI yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ?
Pada Kasus diatas secara tidak langsung perizinan bisa dibilang diremehkan, perizinan terutama
dari keluarga CTKI dianggap angin lalu saja, dilihat faktanya izin dari keluarga CTKI pada
kasus diatas bukanlah dari suami dan orangtua CTKI melainkan dari Kakak CTKI. Ironinya
keduabelah pihak tidak mempermasalahkan hal tersebut. Padahal perizinan tersebut dapat
mengakibatkan akibat hokum yang signifikan bagi kedua belah pihak. Seharusnya CTKI
( Renika) melengkapi dokumen izin dari keluarga dengan benar dan PPTKIS juga seharusnya
tidak membiarkan hal tersebut. Karena dengan tidak adanya izin dari suami dan orangtua CTKI,
CTKI tersebut seharusnya tidak diperkenankan meninggalkan Indonesia untuk bekerja di luar
negeri. Dalam UU nomor 39 tahun2004 paragraf 5 pengurusan dokumen pasal 51 huruf c.
dikatakan untuk dapat ditempatkan di luar negeri, CTKI harus memiliki dokumen surat
keterangan izin dari suami atau isteri, dan izin orang tua atau wali. Karena itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa menggunakan izin dari dari kakak CTKI seperti pada kasus diatas tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Dan seharusnya atas dasar peraturan diatas, CTKI tersebut tidak
diperbolehkan meninggalkan Indonesia mengingat izin yang ada hanya izin dari kakak CTKI, dan
belum ada izin dari suami serta izin dari orang tua CTKI.
Analisisnya, Terutama izin dari suami, tentu saja kepergian seorang ibu memberi banyak dampak
terhadap kelangsungan dan rutinitas kegiatan rumah tangga. Dimana di perlukan Izin dari suami
korelasinya dengan apakah suami tersebut dapat menjalankan roda kehidupan rumah tangga tanpa
adanya istri. Untuk itu seharusnya untuk mengantisipasi adanya keretakan rumahtangga ataupun
permasalahan lainnya, sudah menjadi kewajiban warga Negara yg baik untuk menaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini melengkapi dokumen perizinan dari suami dan
orang tua, toh tujuan Negara mengatur hal tersebut juga untuk memberikan kepastian hokum dan
menghindarkan masyarakat dari hal-hal yang tidak di inginkan, sehingga bagi CTKI dan PPTKIS
kedepan agar dapat lebih memperhatikan perizinan dari keluarga CTKI tersebut.

2. Perusahaan PT EL Karim Makmur Sentosa menuntut Renika sejumlah uang sebesar 3 jt rupiah
karena Renika mengundurkan diri dari proses penempatan. Apakah tuntutan tersebut di
benarkan ? Apakah menuntut uang tersebut merupakan Hak dari PPTKIS?
Sebelum melakukan pembahasan mari kita lihat pasal-pasal berikut :
Pasal 13
(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, pelaksana
penempatan TKI
swasta harus memenuhi persyaratan:

a. berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan
perundangundangan;
b. memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, sekurang-kurangnya
sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
c. menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp500.000.000,00
www.hukumonline.com
(lima ratus juta rupiah) pada bank pemerintah;
d. memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sekurang-kurangnya
untuk
kurun waktu 3 (tiga) tahun berjalan;
e. memiliki unit pelatihan kerja; dan
f. memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Pasal 17
(1) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib menambah biaya keperluan penyelesaian
perselisihan atau sengketa calon TKI/TKI apabila deposito yang digunakan tidak mencukupi.
Pembahasan,
UU nomor 39 tahun 2004 pasal 13 huruf c mengatakan, PPTKIS menyetor uang kepada Bank
sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp.500.000.000,00 pada Bank Pemerintah. Dan
Pada pasal 17 dikatakan bahwa PPTKIS wajib menambah kekuarangan biaya yang timbul dari
keperluan penyelesaian perselisihan/sengketa CTKI/TKI apabila deposito (yang
Rp.500.000.000,00) tersebut tidak cukup untuk membiayai penyelesaian perselisihan/sengketa.
Dari setidaknya dua pasal tersebut diatas dapat dipahami bahwa pertama, kegunaan
Rp.500.000.000,00 sebagai jaminan dalam deposito adalah untuk pendanaan apabila terjadi
sengketa. Pemerintah memberi fasilitas tersebut agar PPTKIS terhindar dari kondisi tidak
memiliki uang untuk menyelesaikan sengketa.
Kedua, kebanyakan TKI adalah pekerja kelas menengah ke bawah, sehingga korelasinya kenapa
pemerintah memberi cadangan seperti di sebut diatas adalah agar PPTKIS tidak melakukan
pemungutan biaya yang dapat menyengsarakan TKI tersebut.
Namun dalam kasus yang sekarang kita bahas terjadi sebaliknya, Seperti ibarat jatuh tertipa
tangga, TKI Renita tersebut sudah memiliki masalah di tempat kerjanya di luar negeri, di dalam
negeri juga dimintai sejumlah uang dari PPTKIS untuk alasan menyelesaikan sengketanya.
mengacu pada peraturan yang sudah dibahas yaitu pasal 13 huruf c dan pasal 17 UU nomor 39
tahun 2004, sudah jelas bahwa menutut uang seperti dalam kasus yang sedang di bahas bukanlah
hak dari PPTKIS. Melainkan kebalikannya, apabila terjadi sengketa maka PPTKIS lah yang
bertanggungjawab untuk membiayai penyelesaian sengketa tersebut. Karena itu tuntutan PPTKIS
tersebut tidak dapat di benarkan.
Tambahan, pasal 57 Permen 22 2014, dengan jelas mengatakan Dalam hal kepulangan TKI
disebabkan karena kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan pekerjaannya
lagi atau terjadi perselisihan TKI dengan pengguna yang mengakibatkan pemutusan hubungan
kerja, maka PPTKIS wajib membantu penyelesaian hak-hak TKI yang belum terpenuhi. Bukan
malah meminta sejumlah uang.

3. Sebelum memulai analisis mengenai pihak yang dapat merekrut CTKI, perlu di perhatikan
kembali penggalan berita berikut
Hal menarik yang muncul dari kasus pemulangan Renika tersebut adalah keberadaan sponsor/
perekrut dari PT. El Karim yang ternyata tanpa legalitas. Kebijakan dari Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (BNP2TKI), telah mengatur para sponsor untuk
memiliki kartu identitas yang dilengkapi foto dan sidik jari, serta dipersyaratkan unutk mengikuti
Bimtek mengenai Perekrut Calon TKI (PRCTKI)
Pada kenyataannya masih banyak Perekrut CTKI bodong (tanpa legalitas) yang tidak diregistrasi
oleh BNP2TKI, tidak ada kartu identitas tapi bisa merekrut calon TKI.
Sponsor yang tanpa legalitas, jelas merupakan masalah serius yang mestinya harus diperhatikan
oleh pemerintah. Selama ini, pihak BNP2TKI tidak benar-benar serius dalam mengawasi para
perekrut CTKI. Melalui portal beritanya di www.bnp2tki.go.id, Gatot Abdullah Mansyur, Kepala
BNP2TKI, hanya memberikan himbauan kepada perekrut CTKI untuk berlaku benar dan
bertindak jujur. Pihak BNP2TKI tidak menjelaskan bagaimana pola pengawasan terhadap
perekrut CTKI.

Jika sudah membaca Permen nomor 22 tahun 2014 dan UU nomor 39 tahun 2004, membaca
kembali penggalan berita diatas akan terasa janggal, Karena seakan-akan PPTKIS dan Perekrut
Calon TKI (Sponsor ) adalah dua badan yang berbeda, yang mana yang satu dapat saja memiliki
izin sedang satu lainnyatidak memiliki izin.
Kemudian apakah benar pemerintah membenarkan adanya perekrut independen di samping
PPTKIS ? dan siapa sajakah pihak swasta yang sebenarnya dapat melakukan perekrutan CTKI
berdasarkan Permen nomor 22 tahun 2014 dan UU nomor 39 tahun 2004?
Sebelum masuk pembahasan, untuk mengklarifikasi hal tersebut mari kita lihat pasal-pasal
berikut :

UU nomor 39 2004 :
Pasal 10 Pelaksana penempatan TKI di luar negeri terdiri dari:
a. Pemerintah;
b. Pelaksana penempatan TKI swasta.
Pasal 12
Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10huruf b wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.

Pasal 13
(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
pelaksana penempatan TKI swasta harus memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan
peraturan perundangundangan;
b. memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan,
sekurang-kurangnya sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
c. menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) pada bank pemerintah;
d. memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri
sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 (tiga) tahun berjalan;
e. memiliki unit pelatihan kerja; dan
f. memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Permen nomor 22 tahun 2014:
Pasal 1 angka 7
Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disingkat SIP adalah izin yang diberikan Pemerintah
kepada PPTKIS untuk merekrut calon TKI dari daerah tertentu, untuk jabatan tertentu, dan
untuk dipekerjakan pada calon pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Pasal 2
1) PPTKIS yang akan merekrut calon TKI wajib memiliki SIP dari Menteri.
2) Menteri menunjuk Kepala BNP2TKI untuk menerbitkan SIP.
3) Penunjukan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menter
Pasal 3 Permen nomor 22 tahun 2014
1) Untuk memperoleh SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, PPTKIS harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala BNP2TKI dengan
melampirkan dokumen:
a. copy perjanjian kerja sama penempatan;
b. surat permintaan TKI dari pengguna/job order/demand letter/wakalah;
c. rancangan perjanjian kerja; dan
d. rancangan perjanjian penempatan.
Pasal 5
(1) PPTKIS yang akan melakukan proses rekrut harus menggunakan SIP asli
atau SIP yang telah dilegalisasi oleh pejabat penerbit SIP.
Menelaah Pasal-passal diatas dapat di simpulkan tahapan agar perusahaan dapat merekrut CTKI
adalah sebagai Berikut :
Perusahaan > mendapat izin dari menteri berupa SIPPTKI > perusahaan yang memiliki
SIPPTKI dari menteri menjadi PPTKIS > kemudian PPTKIS untuk dapat merekrut CTKI
harus punya SIP> PPTKIS mengajukan permohonan kepada kepala BNP2TKI untuk
mendapatkan SIP > BNP2TKI menerbitkan SIP > PPTKIS dapat Merekrut CTKI
Pembahasan,
Dari pasal-pasal yang diambil dari UU nomor 39 tahun 2004 dan Peraturan Menteri nomor 22
tahun 2014 diatas dapat di ketahui bahwa pihak swasta yang dapat menjadi perekrut adalah
PPTKIS bukan pihak Independen ataupun sponsor seperti yang di sebutkan dalam berita. Dalam
peraturan tersebut penulis tidak menemukan adanya sponsor atau pihak lain yang disebutkan

yang dapat melakukan rekrutmen. Sedang untuk PPTKIS saja perusahaan itu harus menempuh
tahapan-tahapan agar dapat melakukan rekrutmen.
Penulis berpendapat, Kalaupun ada sponsor atau pihak yang di maksud, maka sponsor/pihak
tersebut apapun namanya, haruslah bagian dari PPTKIS. Jika sponsor yang merekrut tersebut
bukan merupakan bagian dari PPTKIS maka dapat dikatakan Ilegel karena dalam peraturan
diatas, yang dapat merekrut CTKI untuk swasta adalah PPTKIS dan PPTKIS tersebut pun harus
terlebih dulu memiliki izin dari BNP2TKI yang di sebut SIP untuk dapat melakukan rekrutmen.
Pembahasan Lebih lanjut,
Seperti dikatakan sebelumnya, untuk dapat merekrut CTKI perusahaan harus memiliki SIP, dan
untuk mendapatkan SIP perusahaan itu bentuknya haruslah PPTKIS. Agar dapat menjadi
PPTKIS, perusahaan tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai dengan pasal 13 UU nomor 39
tahun 2004. kemudian setelah perusahaan tersebut mendapat SIPPTKI dari Menteri, perusahaan
tersebut (PPTKIS) dapat mengajukan permohonan tertulis kepada kepala BNP2TKI untuk
memperoleh SIP (supaya dapat merekrut CTKI), dan setelah SIP diterbitkan BNP2TKI maka
perusahaan/PPTKIS tersebut barulah dapat merekrut CTKI.
Sehingga yang dikatakan oleh pantaupjtki.buruhmigran.or.id dalam rilis beritanya yang dimuat
dalam tulisan ini bahwa terdapat sponsor independen yang menjadi perekrut TKI dapat dikatakan
kurang tepat, kemudian jikalau memang ada pada faktanya, maka sponsor tersebut bertentangan
dengan UU nomor 39 tahun 2004 dan permen nomor 22 tahun 2014.
Jadi kesimpulannya pihak swasta yang dapat merekrut CTKI adalah PPTKIS, bukan yang lain.
(Dalam hal ini penulis meninjau dengan pedoman UU nomor 39 tahun 2004 dan permen nomor
22 tahun 2014)

KESIMPULAN
1. Izin dari Keluarga merupakan salah satu bagian yang tidak kalah penting yang harus di
lengkapi agar tidak menjadi sumber permasalahan di kemudian hari, izin yang harus di
lengkapi tersebut adalah izin dari suami atau isteri CTKI dan izin dari orang tua atau wali dari
CTKI.
2. PPTKIS dalam hal ini PT. ELKARIM MAKMUR SENTOSA tidak berhak untuk meminta
sejumlah uang kepada TKI dengan alasan untuk menyelesaikan perkara, sebaliknya sesuai
dengan UU nomor 39 tahun 2004 dan permen nomor 22 tahun 2014, PPTKIS berkewajiban
untuk membiayai penyelesaian sengketa (apabila terjadi sengketa) dan bertanggung jawab
atas kepulangan TKI dengan selamat.
3. Berdasarkan UU nomor 39 tahun 2004 dan permen nomor 22 tahun 2014 Pihak swasta yang
dapat merekrut CTKI adalah PPTKIS dan bukan pihak swasta lain.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 133)
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 nomor 1882)
Website
http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/pt.-el-karim-makmur-sentosa-mempekerjakansponsor-tanpa-legalitas-(bagian-2)
http://pantaupjtki.buruhmigran.or.id/index.php/read/pt.-el-karim-makmur-sentosa-persulit-pemulangancalon-bmi

Anda mungkin juga menyukai