Anda di halaman 1dari 7

PENJUALAN BAYI/CHILD TRAFICKING/HUMAN TRAFICKING

Seorang Bayi Yang dilahirkan merupakan titipan tuhan yang maha esa, setipa
orang tua yang dititipkan seorang anak wajib membesarkan, mendidik, dan memberi
pendidikan sehingga anak bisa bertumbuh dewasa. Setiap anak mempunyai hak untuk
tumbuh dan berkembang serta merasakan hidup yang aman dan nyaman.
Anak-anak adalah generasi bangsa yang akan datang, kehidupan anak-anak
merupakan cermin kehidupan bangsa dan negara. Kehidupan anak-anak yang
diwarnai dengan keceriaan merupakan cermin suatu negara yang memberikan
jaminan kepada anak-anak untuk dapat hidup berkembang sesuai dengan dunia anakanak itu sendiri. Kehidupan anak-anak yang diwarnai dengan rasa ketakutan,
traumatik, sehingga tidak dapat mengembangkan psiko-sosial anak, merupakan
cermin suatu negara yang tidak peduli pada anak-anak sebagai generasi bangsa yang
akan datang. Disisi lain masa anak-anak merupakan masa yang sangat menentukan
untuk terbentuknya kepribadian seseorang.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan
pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya meningkat. membuat tekanan terhadap
lingkungan hidup menjadi sangat besar yang membuat banyak penduduk Indonesia
hidup di bawah garis kemiskinan. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang
sangat cepat membuat mahalnya kebutuhan hidup. Begitupula peran pemerintah
dalam menanggulamgi kemiskinan masih sangat minim, Sehingga kepedulian
terhadap rakyat kecil hampir tidak ada sama sekali.
Perdagangan Anak merupakan masalah sosial yang tidak bisa dilepaskan
dalam negara berkembang. Eksistensi setiap manusia , dalam mengejar pemenuhan
kebutuhan termasuk upaya mengingkatakan kesejahteraan. Dan perlu menjadi

perhatian semua pihak, khususnya di bidang penegakan hukum dalam penerapannya


secara tegas diatur oleh Undang-Undang. Perekonomian yang tidak konstan dan tidak
menjamin para rakyat kecil inilah yang menimbulkan berbagai spekulasi dan
merajalelanya tingkat kejahatan dalam negeri tercinta. Pengingkaran terhadap
kemuliaan hak asasi seorang anak akan terjadi apabila ada seseorang yang tidak lagi
memandang seorang anak sebagai sebuah subyek yang sama dengan dirinya, akan
tetapi lebih pada sebagai sebuah obyek yang bisa diperjualbelikan demi keuntungan
pribadi.
Berita tentang penjualan bayi begitu marak muncul di berbagai media. Disatu
sisi, semua fakta itu menimbulkan tanda tanya, apakah benar ada orang tua, atau ibu
yang tega menjual bayinya, darah dagingnya sendiri. Di sisi lain, tak pula dapat
ditampik bahwa ternyata ada alasan mencengangkan yang menyebabkan orang tua
rela menjual bayinya. Yang pertama adalah himpitan ekonomi. Begitulah setidaknya
pengakuan sebagian ibu yang menjual bayinya. selayaknya fakta ini menjadi cambuk
yang menyadarkan para pemimpin negeri ini. Bahwa tekanan ekonomi memang
begitu berat dirasa. Kemiskinan begitu dekat dengan masyarakat sementara tak sedikit
penguasa yang berlimpah harta. Akhirnya, saat biaya hidup begitu mahal, termasuk
biaya persalinan, ibu-ibu itu lalu mewajarkan pilihan untuk menjual bayinya., Lalu
terlepas dari kasus kemiskinan, ada pula penjualan bayi yang merupakan hasil di luar
nikah. Negeri ini memang negeri muslim terbesar, namun tak dapat dipungkiri bahwa
pergaulan bebas telah terjadi dimana-mana. Beginilah saat kebebasan menjadi standar.
Setiap orang bebas melakukan perbuatan yang ia inginkan. Suburnya pornografi,
prostitusi, adalah salah satu dampak saja. Namun, yang menjadi korban pada akhirnya
adalah anak yang tak berdosa. Pilihan mereka seakan hanya dua: diaborsi atau dijual
saat telah lahir.

Salah satu kasus penjualan bayi yang terjadi adalah seorang bidan yang
bernama Magdalena Sitepu (49) warga Jalan Perjuangan, Dusun I Batu Penjemuran,
Desa Batu Namorambe ini tampaknya bakal kehilangan kesempatan untuk menjadi
PNS seperti dijanjikan pemerintah. Pasalnya selain berprofesi sebagai bidan,
Magdalena juga nyaru sebagai pebisnis penjualan ilegal bayi. Bukan sendirian,
bahkan sang suami yang bernama Zulkarnain Ginting (53) dibantu Jenda
Sembiring(31) dan Tiara Sembiring (28) turut serta dalam bisnis yang sangat dikutuk
orang sedunia itu.
Bisnis haram itu telah membuat ke-empatnya harus merasakan sakitnya berada
di sel penjara setelah pihak kepolisian Polsek Deli Tua melakukan penangkapan.
Diketahui dari pihak kepolisian, mereka menjual bayi seharga Rp 20 juta untuk bayi
perempuan dan Rp 15 juta untuk bayi laki-laki.Wakapolresta Medan, AKBP Yusuf
Hondawantri Naibaho didampingi Kasat Reskrim, Kompol Aldi Subartono dan
Kapolsek Delitua, AKP Daniel Marunduri kepada wartawan mengungkap lebih jelas
bahwa pengungkapan kasus penjualan bayi berusia 10 hari tersebut bermula dari
informasi masyarakat yang menyebutkan adanya penjualan bayi yang dilakoni
seorang bidan.
Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian melalui
Reskrim Polsek Delitua yang melakukan undercover buy (penyamaran sebagai
pembeli) terhadap tersangka Magdalena yang berprofesi sebagai Bidan berhasil
ditelusuri domisilinya. Dari hasil penyelidikan tersebut, tersangka Magdalena yang
ditemui petugas dalam penyamaran mengaku bisa memberikan bayi dengan harga Rp
20 juta untuk jenis kelamin perempuan dan Rp 15 juta untuk jenis kelamin laki-laki
dengan syarat pembayaran uang muka sebesar Rp 2 juta.

Beberapa hari setelah melakukan perjanjian dengan pembayaran uang muka,


tersangka Magdalena dibantu suaminya dalam mendapatkan bayi tersebut kemudian
melakukan transaksi di kawasan Jalan AH Nasution, Medan persis di sekitaran RS
Mitra Sejati tempat dimana orangtua bayi melahirkan bayi tersebut. Beberapa saat
setelah bertransaksi, tersangka langsung diciduk petugas yang melakukan
penyamaran.
Pengungkapan kasus penjualan bayi ini diungkap setelah pihak kepolisian
mendapat informasi adanya penjualan bayi yang kerap dilakukan seorang Bidan.
Informasii tersebut lalu ditindaklanjuti dengan penyelidikan melalui undercover buy.
Tersangka kemudian menawarkan bayi perempuan berusia 10 hari dengan syarat uang
muka sebesar Rp 2 juta. Beberapa saat setelah transaksi, tersangka kemudian
ditangkap. Kedua orangtua bayi dan suami tersangka juga turut diamankan. Kita
masih mendalami kasus ini untuk selanjutnya, jelas AKBP Yusuf Hondawantri
Naibaho.
Lebih lanjut dijelaskan Kapolsek Delitua, AKP Daniel Marunduri bahwa
menurut hasil penyidikan sementara pihaknya, tersangka Magdalena sudah ketiga
kalinya melakukan penjualan bayi. Namun hingga saat ini kasus tersebut masih
didalami pihaknya dibantu Sat Reskrim Polresta Medan. Hasil penyidikan sementara
si tersangka MS ini sudah tiga kali melakukan aksi penjualan bayi, untuk itu kasus ini
masih kita dalamii dengan bantuan Sat Resrkrim Polresta Medan, jelas AKP Daniel
Marunduri., Atas perbuatannya, para pelaku yang diamankan petugas karena kasus
penjualan bayi perempuan berusia 10 hari tersebut dijerat Pasal 83 UU RI No.35
Tahun 2014 Tentang Perubahan atas UU RI No.23 tahun 2002 Tentang perlindungan
anak dengan ancanan kurungan penjara selama 15 tahun.

Penjualan/perdagangan anak/bayi dan adopsi ilegal merupakan dua hal yang


berbeda. Adopsi anak secara ilegal terjadi apabila pengangkatan anak itu tidak
dilengkapi surat-surat yang sah, yakni tidak disertai permohonan pengangkatan anak
ke pengadilan untuk mendapatkan penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 9 Undang Undang No 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan
anak, sebagaimana terakhir diubah Undang Undang Perlindungan anak tahun 2014.
pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan perlindungan khusus kepada anak. Perlindungan khusus kepada anak,
salah satunya diberikan kepada anak korban penculikan, penjualan, dan/atau
perdagangan (Pasal 59 ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (2) huruf h UU Perlindungan Anak).
Wujud perlindungan pemerintah ini dipertegas dengan disahkannya Protocol
To Prevent, Suppress And Punish Trafficking In Persons, Especially Women And
Children, Supplementing The United Nations Convention Against Transnational
Organized Crime (Protokol Untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum
Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi) melalui Undang-Undang No. 14 Tahun 2009.
Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, atau perdagangan anak.
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 76F UU Perlindungan Anak.
Ketentuan sanksinya dapat kita lihat dalam Pasal 83 UU Perlindungan Anak
yang berbunyi:
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp60.000.000,00
(enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).

Pasal 76F jo. Pasal 83 UU Perlindungan Anak memang telah menentukan larangan
memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual.
Namun, ketentuan tersebut tidak merumuskan pengertian perdagangan orang yang
tegas secara hukum.
tindak pidana penjualan/perdagangan anak dan adopsi merupakan hal yang
berbeda.

Akan

tetapi,

memang

dalam

praktiknya,

tindak

pidana

penjualan/perdagangan anak sering dikaitkan pula dengan adopsi ilegal.


Selengkapnya :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5407095f1255e/adopsi-ilegal,-termasukranah-pidana-atau-perdata?
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54388c0d91994/jerat-pidana-bagipelaku-penjualan-anak
http://www.kabarhukum.com/2015/09/30/dibantu-suami-dan-rekan-bidan-ini-golakibat-jual-bayi-seharga-rp-20-juta/
http://www.sinarharapan.co/news/read/150622111/penjualan-bayi-merupakan-tindakpidana
http://sumatera.metrotvnews.com/peristiwa/Wb7OoAPb-pengadilan-tinggi-medanbebaskan-pasutri-bidan-penjual-bayi
Dasar Hukum

Kitap Undang-Undang Hukum Pidana


UU no 23 tahun 2012 ttg perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan
UU perlindungan anak 2014

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protocol to


Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and
Children,

Supplementing

The

United

Nations

Convention

Against

Transnational Organized Crime (Protokol Untuk Mencegah, Menindak, dan


Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak,

Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana


Transnasional yang Terorganisasi).

Anda mungkin juga menyukai