PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi
bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)
dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6) mengungkapkan nilai tambah yang
diperoleh dari pengembangan produk olahan (hilir) jauh lebih tinggi dari produk primer,
maka pendekatan pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada pengembangan produk
(product development), dan tidak lagi difokuskan pada pengembangan komoditas.
Pengembangan nilai tambah produk dilakukan melalui pengembangan industri yang
mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara (intermediate
product), produk semi akhir (semi finished product) dan yang utama produk akhir (final
product) yang berdaya saing.
Tanaman pangan merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki prospek
pengembangan yang baik. Data Balai Pusat Statistik (BPS) menunjukkan luas areal pertanian
tanaman pangan pada periode tahun 2009 s.d. tahun 2013 mengalami peningkatan. Luas
areal pertanian tanaman pangan pada tahun 2009 adalah seluas 1.148 hektar. Sedangkan,
produksinya adalah 127.2 ton. Kota Malang merupakan salah satu kota yang masih
mempunyai lahan pertanian yang masih aktif berproduksi.
Tanaman pangan
dikembangkan tidak hanya pada tingkat produksi, tetapi juga untuk sektor industri dan juga
perdagangan. Dengan pengembangan industri pengolahan, maka mutu Tanaman pangan di
Kota Malang dapat ditingkatkan. Selain itu, proses pengolahan pasca panen akan
memberikan nilai tambah (value added) pada produk Tanaman pangan , dan juga dapat
membuka peluang kerja dan peluang usaha sehingga multi plier efeex yang lebih luas.
Dengan perlindungan indikasi geografis tersebut, Tanaman pangan di Kota Malang memiliki
nilai tambah dalam pasar tanaman pangan
meminimalkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan, seperti biaya bahan baku, biaya
Arabika di
Arabika di
pengelolaan dilakukan berdasarkan batasan administratif desa, batasan tofografi (sungai), dan
ketersediaan akses jalan.
SIG merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola data spasial (data yang
bereferensi geografis). SIG dapat digunakan dalam pengelolaan sumber daya alam, minyak
dan gas, militer, lingkungan, pendidikan, asuransi, transportasi dan logistik, administrasi
tanah, utilitas. SIG mampu menyimpan data yang memiliki lokasi geografis, melakukan
analisis data, mengintegrasikan data dengan tipe data lain dan penyajian data untuk
pendukung keputusan, uang biasanya dalam bentuk peta. SIG telah digunakan sejak akhir
1970-an dalam peningkatan kinerja jumlah organisasi, dan secara ekonomi, dapat dijadikan
untuk menentukan lokasi-lokasi yang layak untuk usaha bisnis, penentuan jalur
pengangkutan yang efisien, potensi sumber daya bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya.