paling kuat untuk berangkat. Namun saya gagal berangkat karena orang
tua saya tidak mampu menyediakan uang untuk membayar sebagian
biaya tiket berangkat ke Amerika Serikat. Orang tua saya menyatakan
bahwa biaya ticket tersebut cukup besar untuk membayar uang kuliah
dan uang pondokan dan biaya hidup tiga kakak saya yang sedang kuliah
di ITB. Pergi ke luar negeri untuk satu tahun jelas bukan prioritas
keluarga saat itu. Saya sangat sedih dan kecewa dengan kegagalan
tersebut, meski orang tua saya menghibur dengan mengatakan bahwa
pasti nanti ada kesempatan lain untuk pergi dan sekolah ke luar
negeri/Amerika Serikat. Ternyata pernyataan orang tua saya tersebut
terbukti benar, karena dalam perjalanan hidup saya selanjutnya saya
berkesempatan bersekolah tidak hanya satu tahun seperti program AFS
namun empat tahun untuk progran Master dan PhD degree, juga bahkan
memiliki kesempatan bekerja dan hidup di Amerika Serikat bersama
keluarga.
Fakultas Ekonomi dibagi menjadi tiga jurusan, yaitu jurusan Ekonomi
dan Studi Pembangunan (ESP), Jurusan Management, dan Jurusan
Akuntansi. Saya memilih jurusan ESP karena bidang studinya sangat
menarik. Selain belajar mengenai ekonomi mikro dan makro yang
ternyata sangat dekat dengan mempelajari tingkah laku kelompok
masyarakat, baik sebagai konsumen, dan produsen ( Perusahaan), saya
juga belajar mengenai kebijakan ekonomi di bidang fiskal ( anggaran
pendapatan dan belanja negara) , moneter, dan perdagangan
internasional. Yang menarik dari pelajaran ekonomi adalah
menggunakan model baik secara sederhana melalui gambar grafik dan
kurva hingga model yang canggih dan rumit secara matematis, juga
digunakan data kuantitatif analisa statistik atau ekonometrik untuk
menjelaskan tingkah laku pelaku ekonomi, dan membuat proyeksi atau
perkiraan masa depan. Seluruh pelajaran ini saya rasakan merupakan
kombinasi yang mengasyikkan antara menggunakan alat kuantitatif
statistik dan matematika, dengan analisa tingkah laku (behavioral dan
psikologis) dan ada sisi sosial, politik dan kultural yang sangat kental
dalam setiap topik yang dibahas. Selama kuliah, saya sempat diajar oleh
berbagai tokoh-tokoh penting atau terkenal di Republik Indonesia,
seperti almarhum Prof Soemitro Djojohadikusumo, Prof Emil Salim,
Prof Sadli (alm), Prof Saleh Afiff (alm), Prof Dorodjatun Kuntjorojakti,
dll. Kehadiran para tokoh ini memberikan kaitan teori yang kita pelajari
dengan dunia nyata. Dalam perkembangan studi selanjutnya kita juga
makin disadarkan pentingnya unsur kelembagaan dan hukum dalam
Master dan PhD di Amerika Serikat yang tentunya sangat mahal bagi
orang tua saya untuk bisa membiayai perjalanan. Pengalaman ini secara
tidak langsung mungkin membentuk diri saya untuk lebih matang dan
berani menghadapi berbagai hal secara mandiri dan tidak cengeng. Sejak
kecil orang tua saya menanamkan sikap dan kepercayaan bahwa Tuhan
selalu menjaga kita dimanapun kita berada, dan bahwa orang tua selalu
ada didekat kita meskipun kita berjauhan dalam jarak geografis.
Mereka menyatakan hanya dengan sholat, doa dan sabar yang tidak
terputus maka kita selalu merasa dekat satu sama lain dalam keluarga,
dan selalu akan mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT.
Dengan putra-putri sepuluh dan menyebar di berbagai tempat sekolah
dan tempat kerja dan keterbatasan dan mahalnya komunikasi dan
transportasi pada masa itu, saya rasa orang tua saya hanya bisa
menyerahkan nasib anak-anaknya kepada Sang Pencipta.
Untuk menyelesaikan Sarjana Ekonomi dan menulis skripsi, saya
mengambil spesialisasi jurusan Uang dan Bank. Jurusan ini menarik,
karena menjelaskan mengenai peranan uang, sistem keuangan dan
bahkan mengenai tugas Bank Sentral dalam perekonomian. Saya bahkan
menulis skripsi mengenai sejarah uang dan teori mengenai permintaan
terhadap uang. Sekali lagi tulisan skripsi saya menyebabkan saya makin
tertarik pada bidang sejarah, sosial, kebudayaan, dan bahkan mengenai
teori tingkah laku dan motivasi. Sebelum saya lulus, saya sudah melamar
untuk menjadi peneliti di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (
LPEM) yang pada saat itu dipimpin oleh pak Dorodjatun Kuntjoro Jakti,
dan sekaligus sebagai asisten dosen di FEUI. Saya diterima sebagai
asisten peneliti pada tahun 1986 persis sebelum lulus, dengan proyek
penelitian pertama yang saya kerjakan adalah meneliti permintaan rumah
di kota-kota besar di Indonesia- dengan ketua proyek penelitian adalah
pak Darmin Nasution. PeneItian ini sangat mengasyikkan, selain kita
harus merancang penelitian di berbagai kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, Medan, juga harus menyusuan quesioner dan
melakukan wawancara. Saya merasakan banyak sekali manfaat pelajaran
sewaktu kuliah, namun juga terus mendapat ilmu baru. Di LPEM- FEUI
saya sangat menikmati pekerjaan sebagai peneliti, dari mulai merancang
dan merencanakan penelitian, manajemen waktu, hingga jumlah tenaga
peneliti yang dipakai, melakukan penelitian lapangan, wawancara dan
mengumpulkan data, melakukan analisa data, menulis loporan hingga
melakukan presentasi hasil penelitian. Semangat dan passion yang
muncul tersebut menjadi sumber energi yang besar dalam melakukan
energi permusuhan seharusnya akan sangat baik bila disalurkan untuk hal
yang positif. Membangun kepentingan bersama, saling mendukung
dalam belajar dan bekerja, ikut bangga dengan pencapaian orang lain,
berpikir positip dan terbuka terhadap ide-ide baru yang progresif, itu
akan membuat masyarakat Indonesia menjadi besar dan disegani. Karena
masyarakat Indonesia di Amerika Serikat jumlahnya relatif tidak banyak
dibandingkan negara-negara Asia atau Latin Amerika lainnya, maka
kekompakan dan persatuan akan menjadikan lebih kuat.
Suasana Amerika Serikat pada akhir tahun 1980an dan awal 1990an
masih sangat terbuka, bebas, dan ramah terhadap semua mahasiswa dan
masyarakat internasional. Kemudahan untuk mendapat visa sekolah
maupun bekerja juga banyak membantu masyarakat Indonesia.
Meskipun demikian, mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat sebagian
besar dikenal selalu ingin kembali ke tanah air dan jarang yang ingin
tetap tinggal dan bekerja di Amerika Serikat. Ini sangat berbeda
dibandingkan mahasiswa dari Asia lainnya atau dari Amerika Latin dan
Eropa. Semenjak terjadinya serangan terorisme pada tanggal 11
September 2001, kebijakan pemerintah Amerika Serikat dan suasana
masyarakatnya mengalami perubahan sangat drastis, menjadi kaku,
penuh kecurigaan, dan terlalu banyak lapisan birokrasi dan keamanan
untuk semua urusan dari mulai mengurus visa, mengurus surat ijin
mengemudi, hingga pemeriksaan imigrasi dan keamanan di lapangan
udara. Sejak kejadian itu, suasana tinggal dan belajar di Amerika Serikat
menjadi tidak nyaman. Kecurigaan atau permusuhan dan hilangnyan
kepercayaan antar masyarakat, serta ancaman keamanan secara terus
menerus memang merupakan suatu kanker ganas yang dapat
menggagalkan pembangunan suatu bangsa. Saya melihat sendiri dalam
pekerjaan saya di Bank Dunia saat ini, banyak negara-negara di dunia
yang masuk dalam kategori konflik dan rapuh (fragile) ada sekitar 40
negara di dunia ini. Karena perang, konflik dan permusuhan, mereka
gagal untuk memperbaiki kesejahteraan rakyatnya, dan justru mengalami
kemerosotan kualitas hidup. Rakyatlah yang selalu menjadi korban
pertama dan terlama dari peperangan tersebut.
Setelah saya menyelesaikan program Doktor di Urbana -Champaign,
saya segera kembali ke Indonesia dan langsung diminta menjadi wakil
direktur pendidikan dan latihan di LPEM. Tugas utama adalah mengelola
dan menyelenggarakan kursus manajemen proyek dan perencanaan
pembangunan bagi pegawai pemerintah daerah dan Bappeda. Tugas ini