Disusun oleh :
ARDHIAN FARDLI JULIAN (410014062)
(KELAS 01)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tentang klasifikasi batuan
sedimen sebagai salah satu tugas praktikum petrologi
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen matakuliah petrologi dan
asisten dosen guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami guna penyempurnaan tugas
selanjutnya.
Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 3. KESIMPULAN..............................................................................................26
BAB 1
BATUAN SEDIMEN
A. PENGERTIAN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa
bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981) menyatakan Sedimentary rocks are rocks
which are formed by the turning to stone of sediments and that sediments, in turn, are formed
by the breakdown of yet-older rocks. ODunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are
formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by
water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3,
silica, salts, and other materials from solution Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk
oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air,
angin, es, gas dan longsoran gravitasi ( gerakan tanah atau tanah longsor ).
Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam
dan material lain. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan
sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan
sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. Definisi
kompilasi batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena endapan (sedimen) dari hasil
erosi material-material batuan, organik, kimia dan terkompaksi serta tersementasi (litifikasi).
Bisa berasal dari batuan beku, metamorf maupun sedimen itu sendiri.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi, batuan sediment dapat
digolongkan atas tiga bagian utama, yaitu:
Sedimen Aquatis, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya adalah gosong
pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta dan sebagainya
Sedimen aeolis/ aeris, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga angin (aeolis). Contohnya
tanah loss, sand dunes, seris, dan sebagainya
Sedimen glacial, yaitu sediment yang diendapkan oleh gletser. Contohnya: morena, drumlin,
dan sebagainya
B. KLASIFIKASI UMUM
Pettijohn (1975), ODunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasarkan teksturnya
menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1. Batuan sedimen detritus (klastika)
2. Batuan sedimen kimia
3. Batuan sedimen organik, dan
4. Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan bahan
penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
Ke-lima kelompok sedimen ini dapat digolongkan kembali menjadi 2, yakni sedimen klastika
(allochthonous) dan sedimen non-klastika (autochthonous).
(beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada.
Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika)
sehingga bertekstur klastika.
Dikelompokkan berdasarkan butir materialnya. Untuk itu diperlukan satu acuan butir
komponen materialnya, dan telah dibuat oleh Wentworth, dikenal sebagai skala Wenworth.
Berdasarkan komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika) dapat
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Mekanisme transport melalui angin, arus sungai, arus pasang surut, gelombang, aliran
massa, longsoran es (glacier) dan arus turbit (Tucker, 1991).
10
2. Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material penyusun
utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik),
3. Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah batuan sedimen klastika
dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit). Batuan karbonat adalah
batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat
klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).
1. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di
atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain
menjadi rapat.
2. Sementasi
11
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat
butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan
pada ruang butir makin besar.
3. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.
4. Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui
sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
5. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume
asal.
12
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
13
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial.
Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom.
Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga
adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuanbatuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya
sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu
mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
14
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu
terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam, serta
merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi, terutama sangat
tergantung pada komposisi bahan penyusunnya.
Kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik
sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami
penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga
sangat bervariasi, yakni :
1. Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
2. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi akan
terurai bila dimasukkan ke dalam air.
3. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan
tangan atau kuku.
4. Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
5. Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).
15
Tekstur
Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin. Batuan
sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya silika yang sangat
kompak dan keras.
Bentuk Butir
Berdasarkan perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu (Gambar
3.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan bentuknya
tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara megaskopik adalah
yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f 2 mm).
Bentuk butir itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.
16
Gambar Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l), menengah (i) dan pendek (s)
menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D =
prolate (bentuk rod).
Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah
dan tinggi .
Gambar kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
17
Tekstur Permukaan
1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan
kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada
butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi
permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran
sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai
sangat membulat.
18
Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922,
dalam Boggs, 1992) .
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti
pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan,
tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
19
fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila
ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat
material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir serta hubungan antara butir matrik.
Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya
bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini biasanya
terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam maupun
yang tidak seragam.
20
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari halus
hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka.
Porositas (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam
batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai
lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah
apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau
bahkan tidak mempunyai pori-pori. Pembagian porositas biasa dipergunakan sebagai berkut:
- Negligible
: 0-5%
- Poor
: 5-10%
- Fair
: 10-15%
- Good
: 15-20%
21
- Very good
- Exellent
: 20-25%
: 25-40%
Permeabilitas (Kelulusan)
Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air. Permeabilitas sukar
ditentukan di bawah mikroskop, tetapi dapat dikira-kira melalui porositas. Salah satu metoda
pendekatan untuk mengetahui permeabilitas adalah dengan menempatkan setetes air pada
sekeping yang kering dan mengamati kecepatan ar merembes. Istilah yang biasa digunakan
adalah:
- Fair
: 1,0 10 md
- Good
: 10 100 md
- Very good
: 100 1.000 md
Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar.
d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.
Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.
b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung. Material
lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.
22
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya,
batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya diteteskan
air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau tetap di permukaan batuan.
Kompaksi
Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen
dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang
lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir, atau bahkan
granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan
silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung.
Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan
mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain
mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan
fosil tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil
dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya tersusun
oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan sedimen
ironstone tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit, glaukonit dan pirit).
Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara tersusun oleh mineral carbon.
Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan
semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat, oksida
besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida
besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika umumnya
tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras. Semen itu
tidak selalu dapat diamati secara megaskopik.
23
Struktur Sedimen
24
Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut struktur
laminasi.
Penamaan Batuan
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data deskriptif)
yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika
umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
25
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen membulat).
Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan
tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan tersebut. Misalnya
breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat
ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir
silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir lempung, batulanau
tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau batulanau
berstruktur laminasi.
Tekstur/Struktur
Komposisi mineral/fragmen
Nama batuan
Ciri-ciri khas
Rudit
Konglomerat
agak membulat
Breksi
Fanglomerat
Tillit
dengan semen
Arenit
Arenit atau
batupasir kuarsa
Pecahan batuan: basal, riolit,
batusabak dll.
Arkose
Batupasir felspatik
26
Graywacke
subgraywacke
Lutit
Batulanau
Serpih
Batulumpur
Batulempung
2.
3.
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non klastika.
Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat disebut batugamping
berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun oleh kristal kalsit atau dolomit
disebut batugamping kristalin. Napal adalah terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau
dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang telah
dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili,
breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna
yang sangat khas dapat ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah,
batulempung hitam dsb.
27
Tekstur/Struktur
Komposisi mineral/fragmen
Nama batuan
Ciri-ciri khas
Terutama kalsit
Batugamping
mengandung organik,
mosaik
bioklastika,
Terutama dolomit
Dolomit
Berbutir halus
Kapur
mikroorganisme
Napal
Rijang
kalsedon dll.
Terutama gips
Gips
Anhidrit
mineral/batuan lain.
Terutama malit
Fosforit
tulang
Humus, tumbuhan
Batubara, lignit
28
Genesis
Berdasarkan data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat
diinterpretasikan mengenai :
1.
2.
Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di antaranya),
jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3.
Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di pantai atau di
laut (dangkal atau dalam).
4.
Campuran/
Fragmen/mineral
semen/matrix
pembentuk x)
Warna
Besar
Pemilahan
butir
Bentuk
Kemas
Mineral
butir
sedikit
Breksi
Konglomerat
Tufa
Batupasir
Batulanau
Serpih Lempung
Lempung
Napal
Gamping
Dolomit
29
Batubara
Rijang
Anhidrit
Fosfat, dll
BAB 2
30
1. Tufa
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai lapisan
tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Ditemukan di
kaligendig, Karangsambung, Kebumen.
2. Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi
karena pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat
devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic).
Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan.
Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.
31
3.
Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau
aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur
yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan
batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.
4.
Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung berwarna,
32
5.
Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh
aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran
butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun
terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta
sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.
6.
Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna
umum adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu
pasir sering kali membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu
batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Ditemukan di karang sambung,
Kebumen.
33
7.
Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-
butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan
tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan
hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan
andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk ulo, Kebumen.
8. Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang dihasilkan dari
letusan gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi) menyebar di
sekeliling gunung. Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.
34
9. Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari
kalsit (CaCO3). Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau
secara spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang
dari 5% dolomit. Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau
oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena
proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.
35
36
37
BAB 3
KESIMPULAN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena endapan (sedimen) dari hasil erosi
material-material batuan, organik, kimia dan terkompaksi serta tersementasi (litifikasi). Bisa
berasal dari batuan beku, metamorf maupun sedimen itu sendiri.
Berdasarkan teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu Batuan sedimen klastika
(detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan
kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi
pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Batuan
sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu
larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu).
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi, batuan sediment dapat
digolongkan atas tiga bagian utama, yaitu:
Sedimen Aquatis, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya adalah gosong
pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta dan sebagainya
Sedimen aeolis/ aeris, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga angin (aeolis). Contohnya
tanah loss, sand dunes, seris, dan sebagainya
Sedimen glacial, yaitu sediment yang diendapkan oleh gletser. Contohnya: morena, drumlin,
dan sebagainya
38
http://rizqigeos.blogspot.com/2013/05/batuan-sedimen.html
https://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/
http://sedimentologiduaribusembilan.blogspot.com/2010/12/sedimen-klastika-dan-karbonat.html
39