Anda di halaman 1dari 9

1

Kelelahan Kerja
a Pengertian Kelelahan Kerja
Kata lelah (fatigue) merupakan keadaan tubuh fisik dan mental yang
berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk
bekerja (Sumamur, 2014). Sedangkan menurut Nurmianto (2004), Kelelahan kerja
adalah kondisi seseorang mengalami penurunan performansi akibat dari
perpanjangan kerja.
Kelelahan kerja merupakan perasaan lelah dan adanya penurunan
kesiagaan (Grandjean, 1993). Mengingat kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan
secara jelas tetapi dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya
perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan kelelahan kerja
dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kelelahan kerja.
Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan
pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Maurits,
2010).
b Fisiologis Kelelahan Kerja
Secara fisiologis tubuh manusia seperti mesin yang dalam menjalankan
pekerjaannya membutuhkan bahan bakar sebagai sumber energi. Kelelahan terjadi
karena akumulasi asam laktat di otot dalam aliran darah. Akumulasi asam laktat
dapat menyebabkan penurunan kerja otot dan saraf yang berpengaruh terhadap
proses terjadinya kelelahan (Maurits, 2010).
Kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa.
Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala

kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah bekerja baik secara fisik maupun psikis,
segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (Budiono dkk, 2003).
c

Jenis Kelelahan Kerja


Kelelahan kerja dapat dibedakan sebagai berikut:
1 Berdasarkan proses dalam otot
Menurut Suma'mur (2014) kelelahan berdasarkan proses dalam otot
dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a Kelelahan Otot, yang merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri
b

pada otot.
Kelelahan Umum, biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi
sosiopsikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya
pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan
dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan,
tidak jelasnya tanggung jawab, dan konflik batin serta kondisi sakit yang

diderita oleh tenaga kerja.


Berdasarkan waktu terjadinya
Menurut Grandjean dan Kogi dalam Maurits (2010) kelelahan
berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a Kelelahan akut, terutama disebbabbkan oleh kerja suatu organ atau seluruh
b

tubuh secara berlebihan.


Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan

berkepanjangan.
Berdasarkan penyebab kelelahan
Menurut Singleton dalam Maurits (2010) terdapat dua macam
kelelahan, yaitu:
a Kelelahan fisiologis, disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara
lain oleh suhu dan kebisingan.
b Kelelahan psikologis, merupakan kelelahan yang disebabkan oleh faktor
psikologis.

d Gejala Kelelahan Kerja


Menurut Maurits (2010), menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan
kerja adalah sebagai berikut:
1 Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan
kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau
perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga,
2

dan kehilangan inisiatif.


Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas adalah sakit kepala,
vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta
gangguan pencernaan.
Disamping gejala-gejala di atas pada kelelahan kerja kronis terdapat pula

gejala-gejala yang tidak spesifik berupa kecemasan, perubahan tingkah laku,


kegelisahan, dan kesukaran tidur.
Menurut Nurmianto (2004), perasaan adanya kelelahan kerja ditandai
dengan berbagai kondisi antara lain:
1 Kelelahan visual (indera penglihatan),
2 Kelelahan seluruh tubuh,
3 Kelelahan mental,
4 Kelelahan urat syaraf,
5 Stres (pikiran tegang), dan
6 Rasa malas bekerja.
Menurut Sumamur (2014), gejala-gejala kelelahan antara lain:
1 Perasaan berat di kepala
2 Menjadi lelah seluruh badan
3 Kaki merasa berat
4 Menguap
5 Pikiran kacau
6 Mengantuk
7 Merasakan beban di kepala
8 Kaku dan canggung dalam gerakan
9 Tidak seimbang dalam berdiri
e Pengukuran Kelelahan Kerja
Ada beberapa pengukuran kelelahan kerja antara lain:
1
Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

Salah satu cara untuk mengukur kelelahan subyektif adalah dengan


Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). KAUPK2
merupakan suatu alat untuk mengukur indikator perasaan kelelahan kerja yang
telah di disain oleh Setyawati (1994) khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2
ada tiga macam yaitu KAUPK2 I, KAUPK2 II, dan KAUPK2 III yang
masing-masing terdiri atas 17 butir pernyataan, yang telah teruji kesahihan dan
kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan pada pekerja yang
mengeluh adanya perasaan kelelahan baik pada shift kerja pagi, siang maupun
malam (Maurits, 2010).
2

Reaction Timer L77 Lakassidaya


Menurut Maurits (2010), bahwa uji waktu reaksi ternyata stimuli
terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut
disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada
stimuli cahaya.
Hasil penelitian yang dilakukan Maurits (1994), tingkat kelelahan
diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer
yaitu:

a
b
c
d
3

Kelelahan kerja normal dengan waktu reaksi 150,0 x 240,0 milidetik.


Kelelahan kerja ringan dengan waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 milidetik.
Kelelahan kerja sedang dengan waktu reaksi 410,0 x < 580,0 milidetik.
Kelelahan kerja berat dengan waktu reaksi 580,0 milidetik.
Uji Finger-Tapping (uji ketuk jari)
Uji

Finger-Tapping

adalah

mengukur

kecepatan

maksimal

mengetukkan jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini sangat
lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam proses

mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai untuk menguji
kelelahan kerja bermacam-macam pekerjaan (Grandjean, 1993)
4

Kualitas dan Kuantitas Kerja


Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah
proses kerja (waktu yang digunakan pada setiap menit) atau proses operasi
yang dilakukan pada setiap unit. Namun pada metode ini banyak terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran dan harus dipertimbangkan
seperti, target produksi, faktor social, dan perilaku psikologis dalam bekerja,
sedangkan kualitas output yang berupa kerusakan produk dan penolakan
produk

atau

frekuensi

kecelakaan

dapat

menggambarkan

terjadinya

kelelalahan, tetapi faktor diatas bukan termasuk causal factor (Maurits, 2010).
5

Uji Hilangnya Kelipan (flicker-fusion test)


Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat
kelipan menjadi berkurang. Semakin lelah maka akan semakin panjang waktu
yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Pada uji kelipan, bukan hanya
untuk menguji kelelahan kerja tetapi juga dapat menunjukkan keadaan
kewaspadaan pada tenaga kerja (Grandjean, 1993).

Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja


Menurut International Labour Organization (ILO) (1983) dalam Maurits
(2010), penyebab kelelahan kerja adalah:
1 Pekerjaan yang monoton.
2 Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi.
3 Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain
4

yang tidak memadai.


Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan dan konflikkonflik.

5
6

Riwayat penyakit dan gizi.


Circadian rhythm.
Selain hal tersebut, ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan

kelelahan :
1

Usia
Pada usia meningkat akan diikuti proses degenerasi dari organ,
sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan menurunnya
kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin
mudah mengalami kelelahan (Sumamur, 2009).
Kemampuan kerja seseorang dapat ditentukan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah umur. umur seseorang mempengaruhi BMR (Basal
Metabolisme Rate) individu tersebut, semakin bertambahnya usia maka BMR
akan semakin menurun dan kelelahan akan mudah terjadi. BMR adalah jumlah
energi yang digunakan untuk proses metabolisme dasar untuk mengolah bahan
makanan dan oksigen untuk mempertahankan kehidupan individu, apabila
BMR menurun maka kemampuan untuk melakukan metabolisme tersebut
menurun sehingga kemampuan individu tersebut untuk mempertahankan hidup
juga menurun (Amalia, 2007).
Menurut Suma'mur (2013) kemampuan seseorang dalam melakukan
tugasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah umur. Umur
seseorang akan mempengaruhi kondisi tubuh. Seseorang yang berumur muda
sanggup melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang berusia
lanjut maka kemampuan untuk melakukan pekerjaan berat akan menurun.
Pekerja yang telah berusia lanjut akan merasa cepat lelah dan tidak bergerak

dengan gesit ketika melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi


kinerjanya. Kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik setiap
individu berbeda daan dapat juga dipengaruhi oleh usia individu tersebut.
Misalnya pada umur 50 tahun kapasitas kerja tinggal 80% dan pada umur 60
tahun menjadi 60% dibandingkan dengan kapasitas yang berumur 25 tahun.
Usia atau umur menurut Sumamur (1993) kapasitas erobik
maksimum orang akan berkurang secara bertingkat menurut periode waktu 2530 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya setengah dari yang berusia 20
tahun. Tenaga kerja yang produktif merupakan usia dibawah 30 tahun, karena
pada usia tersebut belum terjadi penurunan bebarapa fungsi seperti
berkurangnya penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, akan tetapi pada
umur diatas 30 tahun, pada usia ini mungkin lebih berhati-hati, lebih dapat
dipercaya akan tetapi masih diperlukan perhatian khusus dalam melakukan
pekerjaannya
2

Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan berbeda dalam kemampuan fisiknya dan
kekuatan kerja ototnya. Menurut pengalaman, ternyata siklus biologis pada
wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik, melainkan lebih banyak bersifat
social dan kultural, kecuali pada mereka yang mengalami sakit waktu haid atau
kelaina haid lainnya (Sumamur, 2013).

Status Gizi
Menurut Budiono dkk, (2003) keadaan gizi yang baik merupakan
salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif

terwujud. Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada efisiensi kerja.
Menurut Annis & McConville dalam Tarwaka (2004) merekomendasikan
bahwa penggunaan energi tidak melebihi 50% dari tenaga aerobic maksimum
untuk kerja 1 jam, 40% untuk kerja 2 jam dan 33% untuk kerja selama 8 jam
terus-menerus. Nilai tersebut didesain untuk mencegah kelelahan yang
dipercaya dapat meningkatkan risiko cidera otot skeletal pada tenaga kerja.
Menurut Hartz et al (1999) peningkatan IMT / IMT lebih tinggi berhubungan
dengan peningkatan kelelahan kerja pada studi yang dilakukan selama 2 tahun
pada pasien ICF dan menjadi overweight/obesitas dengan fungsi fisik dan
vitalitas yang lebih rendah pada population based study.
4

Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama
bekerja hingga saat penelitian dilakukan dihitung dalam tahun. Semakin lama
massa kerja seseorang maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan, karena
semakin lama bekerja menimbulkan perasaaan jenuh akibat kerja monoton
yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialami (Maurits, 2010).
Menurut Sedarmayanti (1996) lama masa kerja adalah salah satu
faktor yang termasuk ke dalam komponen ilmu kesehatan kerja. Pekerjaan fisik
yang dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama akan
berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh (sistem peredaran darah,
pencernaan, otot, syaraf, dan pernafasan). Dalam keadaan ini kelelahan terjadi
karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana
produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan kegiatan otot. Menurut

Mulyana (2006), tingkat pengalaman kerja seseorang dalam bekerja akan


mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan orang yang
lebih berpengalaman mampu bekerja secara efisien. Mereka dapat mengatur
besarnya tenaga yang dikeluarkan oleh karena seringnya melakukan pekerjaan
tersebut. Selain itu, mereka telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau
nyaman untuk dirinya, sehingga produktivitasnya terjaga. Hal tersebut
diperkirakan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kelelahan kerja
maupun kecelakaan kerja.
Masa kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang
didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak
pengalaman

dan

semakin

tinggi

pengetahuan

dan

ketrampilannya

(Simanjuntak, 1985)
5

Beban Kerja
Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat
kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat mempercepat pula kelelahan
seseorang (Nurmianto, 2004).

Anda mungkin juga menyukai