1.
2.
3.
4.
Jakarta: JNPK-KR
JNPKK-KR. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta: YBP-SP
Murwani, A. 2008. Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya
PENCEGAHAN INFEKSI
DEFINISI MIKROORGANISME
Mikroorganisme adalah agen penyebab terjadinya infeksi, termasuk
didalamnya bakteri, virus, jamur dan parasit. Dalam sistem pencegahan infeksi,
bakteri terbagi dalam tiga kategori, yaitu: vegetatif (stafilokokus), mikobakteria
(tuberkulosis) dan berendospora (tetanus) yang paling sulit dibunuh. Pencegahan
infeksi sering mengandalkan pada penggunaan penghalang (barrier) diantara
penjamu (host) dan mikroorganisme. Barier Protektif dapat diwujudkan secara
fisik, mekanik atau kimia untuk mencegah penyebaran infeksi dari klien ke klien,
petugas ke klien dan klien ke petugas kesehatan.
TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia
yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur, diantaranya:
1.
Reservoir,
merupakan
habitat
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanah.
Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat
penampungan
dari
berbagai
kuman,
seperti
saluran
pernapasan,
3.
4.
5.
2.
3.
4.
membunuh
atau
menghambat
dengan
sorot.
Cuci-Bilas adalah proses fisik untuk menghilangkan darah, cairan tubuh
atau benda asing lainnya (debu atau kotoran) dari permukaan kulit atau
dari peralatan.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses untuk menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme (kecuali bakteri dengan endospora) pada
benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan disinfektan
kimia.
Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteritermasuk dengan endospora, virus, jamur dan parasit) pada benda mati
dengan cara uap air panas bertekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven),
sterilan secara kimiawi atau radiasi pada peralatan.
BARIER PROTEKTIF
Menempatkan barier (penghalang) fisik, mekanik atau kimia diantara
mikroorganisme dengan manusia, baik klien maupun petugas kesehatan
merupakan tindakan efektif untuk mencegah penyebaran penyakit (memutus
siklus penyebaran penyakit).
Barier protektif dalam tindakan pencegahan infeksi meliputi:
Cuci tangan
Mengenakan sarung tangan (sepasang), baik untuk operasi maupun waktu
Ingat: Cuci tangan setiap setelah melepas sarung tangan, karena mungkin ada
lubang/robekan yang tidak terlihat pada sarung tangan (Bagg, Jenkins dan Barker
1990; Martin et al 1988).
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dalam air yang diam, oleh karena
itu:
Bila menggunakan sabun biasa, sediakan sabun ukuran kecil dan taruh di
Gunakan ember dan gayung atau ember berkran yang dapat ditutup saat
pembedahan
Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan
sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin
Petugas pembersihan:
Gunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal dan bersih pada saat
membersihkan peralatan, perlengkapan lain, linen, maupun permukaan
yang terkontaminasi dan waktu membuang sampah medik.
Jangan menggunakan sarung tangan yang telah rapuh, tipis, berlubang atau
robek.
Banyak staf klinik yang belum mengetahui cara melakukan DTT dengan
cara perebusan atau penguapan sarung tangan pakai ulang dan cara
mengeringkan atau menyimpannya ditempat yang aman.
ANTISEPTIK
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan setiap tindakan dan
membersihkan kulit klien dengan larutan antiseptik sangat membantu untuk
mencegah infeksi pada tempat operasi.
Antiseptik tidak mempunyai daya bunuh mikroorganisme seperti
disinfektan oleh sebab itu, cairan antiseptik tidak bisa digunakan untuk DTT
peralatan/sarung tangan pakai ulang. Bahan kimia yang memenuhi syarat sebagai
antiseptik kulit yang aman, antara lain:
tingtur)
Iodofor, dalam berbagai konsentrasi (misalnya Betadin)
Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), misalnya Dettol.
Tabel 1.1 Pemprosesan akhir instrument bedah/ tindakan, sarung tangan atau
benda lainnya
Jaringan
Selaput lendir
atau kulit pecah
Pemrosesan akhir
Contoh
utuh Disinfeksi Tingkat Tinggi Spekulum vagina, sonde
(DTT) membasmi semua uterus, kanula plastik
mikroorganisme kecuali untuk kuretase sedot
endospora
Aliran
darah
atau Sterilisasi
membunuh Alat-alat bedah, misalnya
jaringan bawah kulit semua mikroorganisme skapel, trokar, sarung
yang biasanya steril
termasuk endospora
tangan bedah
Endospora bacterial adalah bentuk bacteria yang sukar dibunuh karena lapisan
perlindungannya. Jenis bacteria endospora termaksud yang mengakibatkan tetanus
(Klostridium tetani) dan gangrene (klostridium perfringens) atau atraks (Basillus
anthrasis)
2. STERILISASI DAN DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)
semua
mikroorganisme
(termasuk
bakteri
vegetative,
tuberculosis, ragi dan virus) kecuali beberapa endospora bacterial. DTT dapat
diperoleh dengan merebus dalam air, mengukus (dengan uap panas), atau
merendam alat dalam disinfektan kimiawi. Agar efektif, semua langkah dalam
setiap metode perlu dipantau dengan seksama.
tidak bocor dan mempunyai penutup atau pada kantung plastik (bahan tersebut
jangan sampai menyentuh bagian luar dari kontainer). Setelah itu alat-alat operasi,
alat suntik dan sarung tangan pakai ulang yang telah tersentuh darah atau cairan
tubuh harus didekontaminasi dengan merendam selama 10 menit dalam larutan
disinfektan (larutan klorin 0,5%) segera setelah digunakan. (Permukaan seperti
meja periksa, tempat meletakkan alat-alat dan lampu yang mungkin sudah
terdekontaminasi sebelum digunakan kembali).
Selanjutnya alat-alat, jarum, tabung suntik dan sarung tangan pakai ulang
setelah didekontaminasi harus dicuci dengan air dan deterjen, kemudian dibilas
seluruhnya sebelum pemrosesan selanjutnya. Akhirnya, alat-alat, sarung tangan
dan kain operasi harus disterilkan. Bila sterilisasi tidak dapat dilakukan, DTT
merupakan satu-satunya pilihan yang dapat diterima (untuk langkah yang lebih
rinci mengenai pemrosesan alat dan bahan lain, dapat dilihat pada Bagan 1.1).
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Bagan 1.1 Proses Peralatan Bekas Pakai
CUCI DAN BILAS
Gunakan diterjen dan sikat
Pakai sarung tangan yang tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam
Kimiawi
Rendam
20 menit
Bagan 1.2 Rumus untuk Membuat larutan klorin 0,5% dari Larutan
Konsentrat berbentuk cair
% larutan konsentrat
Jumlah bagian air =
-1
% larutan yang diinginkan
Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25% (misalkan
BAYCLIN) :
5,25 %
Jumlah bagian air = - 1 = 10-1 =9,5
0,5 %
Tambahkan 9 bagian (pembulatan ke bawah dari 9,5* air ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentra
Bagan 1.3 Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5 % dari serbuk kering
% larutan yang diinginkan
Jumlah bagian air =
x 1000
% konsentrat
Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5 % dari serbuk yang bisa melepaskan
klorin (seperti kalsium hipoklorida) yang mengandung 35 % klorin :
0,5 %
1. Gram/liter =
x 1000
35 %
2. Tambahkan 14 gram (pembulatan ke bawah 14,3) serbuk ke dalam 1 liter air
mentah yang bersih.
SAMPAH/LIMBAH
Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang
dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat
membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung,
masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis.
Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi
atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan
perawatan, pengobatan atau penelitian.
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat
digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik,
farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik.
a. Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang
terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif
b. Limbah Infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang
perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis
ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda
tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung
isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan
terkontaminasi (medical waste).
c. Limbah Jaringan Tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan,
placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan
autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan
dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.
d. Limbah Citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc.
e. Limbah Farmasi
Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang
terbuang
karena
batch
tidak
memenuhi
spesifikasi
atau
telah
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan
medis.
PENANGANAN SAMPAH
Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan
sudah tidak dipakai atau sudah dibuang oleh manusia. Sampah dibagi menjadi tiga
yaitu sampah padat, cair dan gas. Berdasarkan karakteristiknya, sampah dibagi
atas dasar:
1.
2.
Berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar sampah dibagi menjadi dua, yaitu
sampah terbakar seperti kartas, karet, plastik dan lain-lain. Sampah tidak
dapat terbakar seperti kaleng bekas, logam atau besi, kaca dan lainnya.
PENGELOLAAN SAMPAH
1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pada tahap ini sampah dikumpulkan berdasarkan kelompoknya, seperti
sampah basah sendiri, sampah kering sendiri dan sampah benda tajam
tersendiri, selanjutnya dilakukan pengangkutan.
2. Pemusnahan dan Pengelolaan Sampah
Pada tahap ini sampah dimusnakan atau dikelola dengan cara sebagai
berikut: ditanam, yakni dengan memusnakan dan menimbun dalam tanah,
dibakar dengan melakukan pembakaran melalui tungku pembakaran dan
kemudian dijadikan pupuk, biasanya jenis sampah ini adalah sampah
organic,seperti sisa makanan yang dapat membusuk.
JENIS ALAT PELINDUNG PRIBADI
Sarung tangan melindungi tangan dari infeksius dan melindungi pasien
dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas
fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti
setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah
kontaminasi silang.
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah,
rahang, dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk,
bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
Masker terbuat dari berbagai bahan, antara lain kain katun ringan, kasa,
kertas sampai bahan sintetis, yang beberapa diantaranya tahan cairan.
Pelindung mata, melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau cairan
tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung
mata termasuk pelindung plastic yang jernih, kacamata pengaman,
pelindung muka.
Kap, dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan
rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus cukup
besar untuk menutupi semua rambut.
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Pemakaian utama
dari gaun penutup adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan
kesehatan.
Gaun bedah, pertama kali digunakan untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf perawatan
kesehatan sewaktu pembedahan. Gaun bedah terbuat dari bahan tahan
cairan berperan dalam menahan darah dan cairan lainnya, seperti cairan
ketuban, terhindar dari kulit personel, khususnya di ruang operasi, ruang
bersalin dan gawat darurat.
Apron, yang dibuat dari karet atau plastic sebagai suatu pembatas tahan
air di bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron harus dipakai
kalau sedang membersihkan atau melakukan tindakan dimana darah dan
duh tubuh diantisipasi akan tumpah.
Alas kaki, dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam
atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.
Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus selalu bersih
dan bebas dari kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lainnya.