Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.

Sudah menjadi tanggung jawab petugas kesehatan untuk menangani

masalah tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan kondisi

kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau oleh

petugas kesehatan, sehingga pada kondisi tersebut peran serta masyarakat

untuk membantu korban sebelum ditangani oleh petugas kesehatan menjadi

sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2013).

Menurut WHO diperkirakan 70% kecelakaan lalu lintas dialami oleh

pelajar. Berdasarkan data dari ASEAN development bank, kecelakaan lalu

lintas di Indonesia telah memakan korban sebanyak 37.000 jiwa pada tahun

2011 dan 48.400 pada tahun 2013. Jenis cedera atau luka yang dialami

akibat dari kecelakaan lalu lintas yaitu luka benturan atau memar 49%, luka

lecet 65,9%, luka terbuka 26,7%, luka bakar 1,9%, terkilir 21%, patah

tulang 8,9% dan putusnya anggota gerak 1,0%, aktivitas fisik juga dapat

memicu terjadinya kecelakaan diantaranya adalah cedera saat olahraga yang

lebih sering dialami siswa laki-laki. Dampak yang ditimbukan dari

kecelakaan ini adalah memar, keseleo, luka, pendarahan dan fraktur (patah

tulang). Cedera akibat kecelakaan di lingkungan sekolah umumnya terjadi

pada sistem muskuluskeletal, tendon, otot, ligamen, kulit dan tulang.


Kecelakaan pada sistem muskuluskeletal harus ditangani dengan cepat

dan tepat. Jika tidak akan menimbulkan cedera yang semakin parah dan

dapat memicu terjadinya pendarahan. Dampak lain yang terjadi dapat

mengakibatkan kelainan bentuk tulang atau kecacatan bahkan kematian.

Kecelakaan lalu lintas melibatkan anak usia remaja tergolong besar.

Hal ini terjadi karena mayoritas para pelanggar lalu lintas yang cenderung

ugal-ugalan dijalan adalah oknum remaja dan pemuda. Sebagai contoh

adalah di Jakarta, menurut data rektorat kecelakaan lalu lintas Polda Metro

Jaya, angka kematian sejak awal 2013 tercatat ada 1.929 kasus kecelakaan

sekitar 75% melibatkan anak usia di bawah umur. Angka ini bisa dilepaskan

dari aspek biologis remaja dan peran orang tua (DPKIT,2013).

Prilaku ini juga tergambar dari hasil study yang dilakukan oleh

Asoaiasi Asuransi Inggris (AII) dan sebagaimana dilaporkan The Times

yang mengungkapkan bahwa remaja yang baru 30 minggu lulus uji coba

mengemudi, sangat beresiko membawa mobil dengan mengajak lebih dari

satu teman. Menurut penelitian AII, pengemudi remaja (dibawah 20 tahun)

lebih rentan digoda untuk membawa mobil secara agresip oleh teman-

temannya. Berdasarkan Peraturan Diktorat Jendral Perhubungan Darat

Nomor : SK.285/AJ705/DRJD/2010 tanggal 24 maret 2010 Pemilihan

Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah proses

penilaian atau seleksi terhadap para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA)

dan/atau sederajat di Provinsi dan Kabupaten/Kota dari seluruh Indonesia

dalam upaya meningkatakan keselamatan lalu lintas angkutan jalan dengan


memilih pelajar yang akan ditetapkan sebagai Juara Pelajar Pelopor

Keselamatan Tingkat Nasional (DPKIT,2013)

Tingkat kecelakaan lalu lintas di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

terbilang masih tinggi yakni mencapai 600 kejadian.Kecelakaan di dominasi

kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat secara umum. Sementara itu

studi lain menyebutkan bahwa luka yang diderita oleh siswa SMA adalah

26,4% berada di jalan 23,1% terjadi disekolah, 28,6%, aktivitas olahraga

dan 22% terjadi di rumah (Pratiwi, 2013).

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah upaya

pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum

mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik.Ini

berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan

yang sempurna, tetapi hanayalah berupa pertolongan sementara yang

dilakukan oleh petugas P3K (petugas medic atau orang awam) yang pertama

kali melihat korban.Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat

dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada ditempat kejadian.

Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau

penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian tetapi bila

tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat

kecelakaan bahkan menimbulkan kematian (Lyas. 2013)

P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika

kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan/praktek, maka

mental kita tidak akan terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian
sebenarnya. Sebaliknya jika langsung peraktek tanpa membaca teori

kemungkinan besar kita akan melakuan pertolongan yang salah pada

korban.

Pertolongan pertama pada kecelakaan dapat dilakukan oleh orang

awam. Salah satu orang awam yang terlatih di sekolah adalah siswa yang

telah mendapatkan pendidikan dasar kegawatdaruratan, pendidikan

diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja (PMR).

Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah pembina dan

pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR.

Terdapat di PMI kota atau kabupaten diseluruh Indonesia, dengan anggota

lebih dari 5 juta orangf, anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI

dalam melaksanakan kegiatan kegiatan kemanusiaan di bidang kesehatan

dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan Palang

Merah di bulan sabit merah internasional, serta mengembangkan kapasitas

organisasi PMI (Loekitodisastro, Soetikno. 2013).

Salah satu ekstrakurikuler di SMPN 3 Tanjung Kabupaten Lombok

Utara Tahun 20017 adalah Palang Merah Remaja (PMR) dengan jumlah

anggota 35 siswa , kelas VII berjumlah 21 orang dan kelas VIII berjumlah

14 orang.

Dari hasil study awal pada tanggal 29 Bulan Januari 2017, sebagian

besar siswa anggota PMR SMPN 3 Tanjung Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2017 pengetahuannya masih kurang tentang pengetahuan P3K.


Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian

tentang Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa

Anggota PMR Tentang Pelaksanaan P3K di SMPN 3 Tanjung Kecamatan

Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut :

Apakah pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan P3K, efektif terhadap

pengetahuan siswa anggota PMR di SMPN 3 Tanjung Kecamatan Tanjung

Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan siswa anggota PMR tentang pelaksanaan P3K di SMPN

3 Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun

2017

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengetahuan siswa anggota PMR tentang

pelaksanaan P3K sebelum dilakukan pendidikan kesehatan


2. Mengetahui pengetahuan siswa anggota PMR tentang

pelaksanaan P3K sesudah dilakukan pendidikan kesehatan


3. Menganalisis efektivitas pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan siswa anggota PMR tentang pelaksanaan P3K di

SMPN 3 Tanjung Kecamatan tanjung Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2017

1.4 Manfaat Peneliti


1.4.1 Bagi Sekolah SMPN 3 Tanjung
Untuk meningkatkan pengetahuan pada siswa anggota PMR di

SMPN 3 Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2017
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

institusi pendidikan khusus akademik DIII Keperawatan UNW

Mataram sebagai masukan dan pengetahuan tentang efektivitas

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa anggota PMR

tentang pelaksanaan P3K


1.4.3 Bagi peneliti
Merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang diproleh

saat kuliyah, baik mengenai metode penelitian maupun mengenai

efektivitas pendidikan P3K


1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan acuan dalam meneliti lebih lanjut tentang

efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa

anggota PMR tentang pelaksanaan P3K


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan

mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu,

kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya

perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, dkk,2013). Menurut

Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi

atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau

melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan menigkatkan

taraf kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan

materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk merubah prilaku

sasaran.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan utama pendidikan kesehatan (mubarak dan Chayati,
2013) yaitu :
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya

dengan sumber daya yang ada padamereka ditambah dengan

dukungan dari luar.


c. Memutuskan kegitan yang paling tepat guna untuk meningkatkan

taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat


2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2103) yaitu :


a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seorang menerima informasi yang didapatnya.


b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, smakin

mudah pula dalam menerima informasi baru .


c. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap

adat istiadat sebagai suatu yang tidak boleh di abaikan.


d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang

disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena

sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampaian

informasi

e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat


Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan

tingkat aktifitas masyarakat untuk mejamin tingkat kehadiran

masyarakat dalam penyuluhan


2.1.4 Sasaran Penddikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran pendidikan kesehatan

dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu :


a. Sasaran Primer

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan

permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat di klompokkan

menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu

hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.


b. Sasaran Skunder
Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut

sasaran skunder, karena dengan memberikan pendidikan

kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya

kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat di sekitarnya.

c. Sasaran Tersier

Para pembuat keputusan atau penentu atau kenijakan baik di

tingkat pusat, maupun daera. Dengan kebijakan-kebijakan atau

keputusan yang di keluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai

dampak langsung terhadap prilaku tokoh masyarakat dan kepada

masyarakat umum.

2.1.5 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3

dimensi menurut Fitriani (2013) yaitu :

1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah

individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah

kelompok masyarakat tertentu.


c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah

masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasarannya

adalah pasien dan keluarga


b. Pendidikan ksehatan di sekolah dengan sasarannya adalah

pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja

dengan sasarannya adalah masyarakat atau pekerja


3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (HealtH

Promotion) misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi

lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.


b. Penddikan kesehatan untuk perlindungan khusus (sfecifik

protection), misal : imunisasi


c. Pndidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengetahuan

tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal : dengan

pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari

resiko kecacatan.
d. Pendidkan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal

: dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan

tertentu.
2.2 Pengetahuan (Knowledge)

2.2.1 Pengertian

Pengatahuan (Knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2010)

2.2.2 Proses Adopsi Prilaku

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru


dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yang disebut

AIETA, yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyedari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (object).


2. Interest (tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disni

sikap subjek sudah mulai timbul.


3. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudahlebih baik lagi.


4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan suatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.


5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denga

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus


Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan

sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama

(Notoatmodjo, 2010)
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2009), factor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :


1. Faktor internal
a. Faktor jasmani
Factor jasmani diantaranya adalah kesehatan indra seseorang.
b. Rohani
Faktor rohani adalah kesehatan psikis, intelektual,

psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.


2. Faktor Eksternal
a. Usia
Semakin tua umur seseorang semakinkonstruktif dalam

menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

Semakin mudah seseorang dalam pengambilan keputusan.


b. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

member respon terhadap sesuatu yang dating dari luar. Orang

yang berpendidikan tinggi akan member respon ysng lebih

rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh

mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari

gagasan tersebut.
c. Paparan Media Massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,

berbagai informasi dapat ditrima oleh masyarakat, sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,

majalah, pamphlet, dan lain-lain) akan memperoleh

informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang

tidak pernah terpapar informasi media,


d. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun

kebutuhan skunder, keluarga dengan status ekonomi yang

baik akan lebih mudah tercukupi disbanding keluarga dengan

status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini

akanmempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi

pengetahuan yang termasuk kebutuhan skunder.


e. Hubungan social
Manusia adalah makhluk social, sehingga dalam

kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih

besar terpapar informasi, sementara factor hubungan social

juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan

untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.


f. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

perkembangannya
2.2.4 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2011) mempunyai 6 tingkatan, yakni :


1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.


2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.Contoh,

menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek

yang dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

makan makanan yang bergizi.


3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi riil (sebenarnya).Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-

prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus

pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan


sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri

atau kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden .Tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :


1. Baik : 76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : < 56% (Nursalam,2008)

2.3 Konsep P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)


2.3.1 Pengertian
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah upaya

pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan

sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau

paramedik.Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan

atau penanganan yang sempurna, tetapi hanayalah berupa

pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas

medic atau orang awam) yang pertama kali melihat

korban.Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan

menggunakan sarana dan prasarana yang ada ditempat kejadian.


Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat

atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian

tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa

memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian

(Lyas. 2013)

Sedangkan menurut Aip Syarifudin dan Muhadi (1992:274)

pertolongan pertama pada kecelakaan adalah pertolongan yang

segera diberikan kepada korban kecelakaan sebelum mendapatkan

pertolongan dokter.

2.3.2 Tujuan Pertolongan Pertama


Secara umum, pertolongan pertama dilakukan berdasarkan

tujuan-tujuan berikut :
1. Dasar utama dilakukannya pertolongan pertama adalah untuk

menyelamatkan jiwa penderita. Jadi pertama-tama, pertolongan

pertama ditujukan supaya kondisi korban tidak menjadi semakin

parah yang bisa berujung pada kematian. Sebab, pertolongan

yang lambat seperti pada kasus serangan jantung,luka bakar,

overdosis, kesetrum, dan lain-lain, sangat berpotensi untuk

mengakibatkan kematian.
2. Setelah itu, pertolongan pertama juga bertujuan untuk mencegah

lebih tepatnya meminimalisir terjadinya cacat pada korban

seperti pada kasus kecelakaan,luka, gigitan binatang, dan lain-

lain. Oleh karena itu, pertolongan yang dilakukan dengan cepat

sangat mungkin bisa mencegah kondisi korban menjadi semakin

parah.
3. Selain itu, tidak bisa dipungkiri lagi, pertolongan pertama dapat

memberikan rasa nyaman pada korban atau penderita. Sebab,

pertolongan yang diberikan akan sangat membantu meringankan

penderitaan korban.
4. Pertolongan pertama juga dimaksudkan untuk membantu proses

penyembuhan pada korban. Sebab, pertolongan pertama yang

diberikan, pada hakikatnya tidak hanya memberikan rasa

nyaman pada penderita tetapi juga menjadi salah satu media agar

penderita bisa sembuh dengan lebih cepat. Setidaknya,

pertolongan pertama bisa membantu untuk mencegah bertambah

parahnya kondisi korban.


2.3.3 Prinsip Pertolongan Pertama
Setelah mengetahui tujuan dari dilakukannya pertolongan

pertama, anda juga harus mengetahui apa saja prinsip-prinsip dasar

dari pertolongan pertama tersebut. Hal ini sangat penting juga untuk

diketahui agar memudahkan anda dalam memberikan pertolongan

dan menghindari terjadinya hal-hal yang lebih buruk lagi, baik pada

penderita, lebih-lebih anda sebagai penolong.Sebab, pada

hakikatnya, prinsip pertolongan pertama ini memuat berbagai aturan

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan baik

terkait dengan keselamatan penderita dan anda sebagai penolong.

Beberapa prinsif dasar dari pertolongan pertama dimaksud

adalah sebagai berikut :

1. Periksa terlebih dahulu apakah di sekitar tempat kejadian ada

orang lain yang bisa membantu anda atau tidak


2. Lakukan pertolongan pertama dengan tenang. Atur emosi dan

psikis anda. Sebab, pada dasarnya pertolongan pertama harus

dilakukan dengan fokus dan tenang, tanpa harus panic dan

terburu-buru.
3. Jika banyak orang, mintalah bantuan untuk bersama-sama

memberikan pertolongan kepada penderita atau korban. Semakin

banyak orang, pertolongan pertama yang diberikan akan semakin

baik.
4. Pada penderita sadar anda harusbisa meyakinkan penderita

bahwa anda orang yang akanmemberikan pertolongan padanya.

Anda akan melakukan apapun dan juga sanggup melakukannya

karena anda memang seorang perawat.


5. Lakukanlah pertolongan pertama dengan cepat. Cepat bukan

hanya dalam arti cekatan menghampiri penderita namun yang

lebih penting adalah cepat dalam memberikan tindakan

pertolongan.
6. Anda juga diharuskan untuk bisa mempersiapkan sarana

transportasi untuk membawa korban ke klinik atau rumah sakit

terdekat. Anda bisa menyiapkan tandu atau menghubungi

ambulans. Dan jika tidak bisa melakukannya sendiri, mintalah

bantuan pada orang-orang yang ada disekitar anda.


7. Jangan lupa untuk mengamankan barang-barang milik korban.

Selain bermanfaat untuk menjaga agar barang-barang tersebut

tidak hilang, anda juga akan lebih mudah untuk segera

menghubungi keluarga korban.


2.3.4 Kesalahan-Kesalahan Yang Sering Terjadi Ketika Memberikan

Pertolongan Pertama
Karena rasa kemanusiaan, kita sebagai manusia dituntut untuk

selalu memberikan pertolongan pada siapapun yang

membutuhkannya, termasuk didalamnya memberikan pertolongan

pada orang-orang yang mengalami serangan penyakit secara

mendadak. Namun demikian, kesalahan dalam memberikan

pertolongan karena minimnya pengetahuan yang kita miliki atau

panic dan terburu-buru, hanya akan menambah parah kondisi

korban.

Berikut adalah beberapa contoh kesalahan yang kerap terjadi

saat memberikan pertolongan pertama :

a. Pada kasus luka bakar


Seorang penolong sering kali menggunakan es batu pada

luka dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan dan kondisi

luka menjadi lebih parah.Padahal, tindakan ini bisa berakibat

fatal. Pada kasus ini, untuk mengatasi luka bakar, baik tingkat

pertama maupun kedua, anda cukup membasuhnya dengan air

dingin. Kemudian tutup luka dengan kain kasa dengan ikatan

yang tidak terlalu kuat.Jika luka parah, segera rujuk kerumah

sakit terdekat.

b. Pada kasus mimisan


Tindakan pertama yang sering dilakukan adalah

menyarankan penderita untuk bersandar.Tindakan ini kurang

benar, sebab semestinya penderita dianjurkan untuk duduk

dengan tegak dengan badan sedikit condong kedepan.Kemudia

tekan hidung dan tahan selamat 5 sampai 10 menit.Jika

perdarahan berlanjut, segera bawa penderita ke dokter.


c. Pada kasus keseleo
Penanganan pertama yang umum dilakukan pada orang

yang keseleo adalah menempelkan es batu pada lokasi

keseleo.Cara ini memang tidak sepenuhnya salah tapi kurang

tepat. Pemberian es batu yang benar adalah dengan cara

dikompreskan. Artinya, anda harus membungkus es batu tersebut

dengan kain.Tempelkan selama 20 menit untuk mengurangi

pembengkakan.Berikan juga obat anti radang untuk mengurangi

peradangan dan pembengkakan.


d. Pada kasus kesetrum
Orang awam, pada umumnya jarang yang langsung

memeriksakan ke dokter.Padahal, meski tidak dijumpai cidera

fisik, pemeriksaan oleh dokter sangat penting untuk dilakukan.

Sebab, tidak tertutup kemungkinan terdapat luka yang

tersembunyi yang perlu penanganan medis lebih lanjut

e. Pada kasus keracunan


Pada umumnya, orang akan memberikan sirup ipekak agar

korban muntah. Dengan muntah, racun yang terdapat dalam

perut korban diharapkan bisa ikut keluar sehingga korban bisa

ditolong dengan mudah.Padahal tindakan ini tidak benar.Untuk


kasus ini, hindari untuk melakukan tindakan penanganan sendiri

dan segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan lebih lanjut. Jangan lupa, bawa serta makanan atau

minuman yang disinyalir sebagai penyebab keracuanan sehingga

dokter akan mengetahui dengan pasti jenis racunnya dan dapat

memberikan tindakan medis yang tepat.


f. Pada kasus hilangnya kesadaran (Pingsan)
Penyebab hilangnya kesadaran yang sering dijumpai ialah :
1) Mabuk
2) Pukulan pada kepala
3) Jatuh pingsan akibat lemah, takut dll

Apabila seseorang tidak sadarkan diri dan anda tidak tau

penyebabnya, lakukan segera pemeriksaan berikut ini :

a. Apakah pernapasan baik ? Jika tidak, dongakkan kepalanya

ke belakang dan tarik rahangnya dan lidahnya keluar. Jika

ada sesuatu yang menyumbat didalam tenggorokannya

keluarkanlah. Kalau penderita tidak bernapas, segera lakukan

pernapasan mulut ke mulut


b. Apakah orang itu kehilangan banyak darah ? Jika iya,

hentikan pendarahannya
c. Apakah orang itu berada dalam keadaan shock ?, (kulit puca,

lemah, lembab, nadi cepat, dan lemah?) jika iya ,

baringkanlah dia dengan kaki lebih tinggi dari kepala, dan

longgarkan pakaiannya.
d. Mungkin keadaan ini di sebabkan oleh pingsan karena

kepanasan (heat stroke) (tidak ada keringat, panas tinggi,

kulit panas dan merah karena sinar matahari, dan juga


jagalah agar penderita tidak kena kedua kakinya, dan basahi

tubuhnya dengan air dingin (kalau dapat dengan air es)


Bila ada kemungkinan penderita yang tidak sadar itu

mengalami luka yang parah :


Sebaiknya jangan menggerakkan penderita sebelum ia sadar,

kalau harus memindahkannya, lakukan dengan hati-hati

sekali, karena setiap gerakan akan memperberat lukanya jika

ia mengalami patah tulang pada leher dan punggung.

Periksalah luka-luka atau tulang yang patah, tetapi gerakan

sedikit mungkin. Jangan menekuk punggung atau lehernya

(David Werner, 2010)


Menurut (dr.Iskandar Junaidi, 2014) dalam pengertian

sehari-hari, pingsan berarti tidak sadarkan diri. Oleh karena

itu, dalam ini akan dibicarakan berbagai jenis pingsan. Jika

kebetulan mendapati seseorang terbaring tergeletak dalam

keadaan tidak sadar, lihatlah segera di sekelilingnya mungkin

dapat menemukan penyebabnya.


g. Cara Mengatasi Perdarahan Pada Luka
1) Letakkan bagian yang terluka lebih tinggi dari badan
2) Gunakan sepotong kain bersih untuk menekan langsung pada

luka. Kalau tidak ada kain tekanlah dengan tangan anda.

Lakukan terus sampai darah berhenti. Mungkin memerlukan

waktu 15 menit, kadang-kadang 1 jam atau lebih.


3) Jika dengan cara menekan perdarahan belum juga berhenti,

lakukan hal-hal berikut :


a) Tetap menekan luka
b) Jagalah agar bagian-bagian yang terluka berada setinggi

mungkin
c) Jika lukanya terjadi pada tungkai atau lengan, ikatlah

tungkai atau lengan sedekat mungkin dengan lukanya

antara luka dengan badan. Ikatan dikencangkan agar

dapat mengatasi perdarahan. Untuk mengikatnya,

gunakan kain yang dilipat-lipat atau ikat pinggang yang

lebar. Jamgan sekali-kali memakai kawat, tali atau

tambang yang tipis (David Werner, 2010)


Itulah beberapa contoh kesalahan dalam memberikan

pertolongan pertama. Dengan ini, pertolongan pertama yang

anda lakukan diharapkan bisa terlaksana secara tepat


2.3.5 Perlengkapan P3K
Dua hal yang pada umumnya terdapat dalam perlengkapan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah peralatan dan

obat-obatan.
a. Peralatan
1) Pembalutan segitiga.
2) Kasa steril 1 kotak.
3) Kapas putih,50-100 gram.
4) Peran, 1 buah
5) Plaster
6) Plaster cepat. (tensoplas dan sebagainya)
7) Gunting
8) Alcohol
b. Obat-obatan
1) Obat nyeri (amoxsilin, antalgin, paracetamol, dan

sebagainya).
2) Obat anti alergi (antihistamin, kortikosteroid)
3) Obat gosok atau balsam
4) Alcohol
5) Antiseptic lainnya (Betadine, phisohex, dhetotol, dan

sebagainya)
6) Ephedrine untuk sesak napas dan alergi
7) Betadine yaitu obat antiseptic yang dapat digunakan untuk

melakukan desinfektan luka dengan efektif (Iskandar Junaidi,

2013)

2.4 Konsep PMR ( Palang Merah Remaja )


2.4.1 Pengertian
Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah pembina dan

pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR.

Terdapat di PMI kota atau kabupaten diseluruh Indonesia, dengan

anggota lebih dari 5 juta orangf, anggota PMR merupakan salah satu

kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan kegiatan kemanusiaan

di bidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-

prinsip dasar gerakan Palang Merah di bulan sabit merah

internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI

(Loekitodisastro, Soetikno. 2013)


2.4.2 Peran dan Fungsi PMR
Keterlibatan anggota remaja PMI dalam kegitatan Tri Bakti

PMR disesuaikan dengan kompetensi dengan ketertarikan mereka,

serta kebutuhan PMI dan remaja. Dalam merencanakan dan

melaksanakan kegiatan mereka, memerankan fungsi yang berbeda-

beda
1. PMR mulai berfungsi sebagai peer leadership, yaitu dapat

menjadi contoh atau model keterampilan hidup sehat bagi teman

sebaya.
2. PMR Madya berfungsi sebagai peer support, yaitu memberikan

dukungan, bantuan, semangat kepada teman sebaya agar

meningkatkan keterampilan hidup sehat.


3. PMR Wira berfungsi sebagai peer edukator, yaitu pendidik

sebaya keterampilan hidup sehat.


2.4.3 Pendidikan dan Pelatihan PMR
Setiap anggota PMR wajib mendpatkan pelatihan sebelum

terlibat dalam kegiatan Tri Bakti PMR agar siap menjalankan peran

dan fungsinya. Setiap sesi pelatihan akan menguatkan karakter

(kualitas positif) anggota PMR untuk meningkatkan keterampilan

hidup sehat dan menjadi calon relawan, anggota PMR tidak hanya

tau dan terampil, tetapi juga perlu memahami dan menerapkan yang

telah mereka pelajari dalam proses pelatihan.


Proses pelatihan dapat dilakukan oleh PMI kota/kabupaten

maupun unit PMR, sesuai kurikulum yang ditetapkan. Waktu

pelaksanaan menyesuaikan dengan kalender pendidikan, berintegrasi

dengan kegiatan-kegiatan tertentu, maupun waktu-waktu yang telah

di sepakati bersama antara PMI kota/kabupaten, fasilitatir/pelatih,

dan anggota PMR.

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian


Kerangka konsep konseptual penelitian adalah abstrak yang dibangun

dengan menggeneralisasi dari hal-hal yang khusus. (Notoatmodjo,2012)


Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode sistem yang terdiri dari unsur-unsur variable independen atau

variable dependen peneliti yang terkait.


INPUT PROSES OUTPUT
Memberikan
-Efektif
Faktor Internal : pendidikan kesehatan
-Jasmani -Cukup efektif
tentang P3K pada
-Rohani -Kurang efektif
anggota PMR
( Nursalam, 2008)
Pengetahuan siswa
anggota PMR tentang
pelaksanaan P3K
Faktor Eksternal :
- usia
-Pendidikan
-Paparan medis massa
-Ekonomi
Keterangan :
-Hubungan sisioal
-Pengalaman

: Diteliti : Tidak di teliti

Gambar 3.1 Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan


Siswa Anggota PMR TentangPelaksanaan P3K di SMPN 3
Tanjung Kecamatan Tanjung Kaupaten Lombok Utara
(Notoatmodjo,2012)

3.2 Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional


3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki

oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa

variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

tentangsesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur jenis

kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,

pendapatan, penyakit dan sebagainya.(Notoatmodjo, 2012).


1) Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang dinilainya menentukan

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan tentang P3K


2) Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan siswa tentang P3K


3.2.2 Definisi Oprasional
Menurut Nursalam (2008) definisi operasional adalah definisi

berdasarkan karateristik yang dapat diamati atau di ukur, dapat

diamati artinya memungkinkan penelitian untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat dalam suatu obyak atau

fenomena yang dapat diulang oleh orang lain.

Table 3.1 Definisi Oprasional

Definisi Skala
Variabel Cara ukur Alat ukur Kriteria hasil
oprasional ukur
Independen Suatu kegiatan Penyuluhan Power
Pendidikan
penyampaian Kesehatan point dan
kesehatan
tentang P3K leafleat
tentang P3K
yang diberikan
pada siswa
Dependen Sesuatu Memberikan Lembar Ordinal a. Baik :
Pengetahuan 76-100%
kegiatan yang lembar kuesioner
b. Cukup :
siswa
dapat quesioner
56-75%
anggota
diketahui sebelum dan c. Kurang :
PMR
tentang P3K sesudah <56%
tentang P3K (Nursalam
oleh siswa diberikan
,2008)
anggota PMR pendidikan
kesehatan

3.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk pertanyaan.Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir

yang merupakan jawaban sementara atas masalah yan dirumuskan

(Sugiyono, 2013)
a. Hipotesa Alternatif (Ha)
Pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan P3K, efektif terhadap

pengetahuan siswa anggota PMR di SMPN 3 Tanjung Kecamatan

Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


b. Hipotesa Nol (Ho)
Pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan P3K, tidak efektif terhadap

pengetahuan siswa anggota PMR di SMPN 3 Tanjung Kecamatan

Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian Pra-

Eksperimen,yang merupakan rencana Pra-Eksperimen dengan cara

dilakukan pre tes terlebih dahulu sebelum diberikan pendidikan kesehatan

kemudian dilakukan post test setelah dilakukan pendidikan kesehatan

(Notoatmodjo,2012). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan One-

group pra-post test desain yaitu cirri tipe penelitian ini adalah

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi.


4.2 Ruang Lingkup Peneliti
4.2.1 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di SMPN 3 Tanjung

Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan dari bulan April 2017

4.3 Populasi Dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau himpunan

obyek yang diteliti yang memiliki cirri yang sama. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa anggota PMR SMPN 3 Tanjung

Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017 yang

berjumlah 35 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di teliti

dan di anggap mewakili seluruh populasi.Sampel dalam penelitian

ini adalah siswa anggota PMR SMPN 3 Tanjung Kecamatan Tanjung

Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017 yang berjumlah 35 orang.


4.3.3 Teknik sampling
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang dilakukan

secara total sampling. Total sampling adalah mengambil semua

anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,

2013). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara

mengumpulkan siswa anggota PMR di SMPN 3 Tanjung Kecamatan

Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


4.4 Pengumpulan Data
Data yang diproleh dengan menggunakan kuesioner dimana penilaian

dilakukan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

P3K terhadap siswa anggota PMR SMPN 3 Tanjung Kecamatan Tanjung

Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


4.5 Instrument Peneliti
Instrument peneliti adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).Instrumen peneliti digunakan

dalam penelitian ini berupa kuesioner/lembar pertanyaan.


4.6 Prosedur Pengambilan Data
Dalam pengambilan data langkah-langkah yang di ambil adalah
a. Tahap persiapan
1. Meminta ijin peneliti dari institusi
2. Mengantar surat ijin peneliti dari bappeda ke SMPN 3 Tanjung

Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


3. Meminta data-data siswa anggota PMR SMPN 3 Tanjung

Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2017


b. Tahap pelaksanaan
1. Memberikan lembar persetujuan apakah responden berssedia di teliti
2. Memberikan lembaran kuesioner untuk dilakukan penilaian sebelum

diberikan pendidikan kesehatan.


3. Melakukan tindakan pendidikan kesehatan tentang P3K dan

memberikan materinya.
4. Memberikan lembaran kuesioner untuk dilakukan penilaian sesudah

diberikan pendidikan kesehatan.

4.7 Cara Pengolahan Data


Setelah semua data terkumpul maka data akan ditabulasikan dan di

kelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti, jawaban dari seluruh

responden dari masing-masing pertanyaan di jumlahkan dan di bandingkan

dengan
jumlah jawaban yang diharapkan, kemudian di kalikan 100%

(persentase) dengan menggunakan rumus Arikunto (2006). Kemudian

diolah menggunakan rumus :


F
P= x 100
N

Keterangan :
P : Persentasi
F : Skor yang diproleh oleh responden
N : Skor total
Untuk menyatakan efektivitas pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan siswa anggota PMR tentang P3K maka persentase skor yang

diproleh kemudian dibuat dalam tiga kategori menurut Arikunto (2006)

yaitu :
1. Baik :76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : <56%
Setelah dikategorikan dalam tiga kategori maka peneliti menetukan

kode dari ketiga kategori tersebut. Setelah data yang diharapkan terkumpul

dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut :


1. Coding adalah membuat atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang

termasuk kategori yang sama


2. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah

dikumpulkan
3. Scoring adalah member skor pada data yang telah dikumpulkan
4. Tabulation adalah membuat tabel yang berisikan data yang telah

diberikan kode sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan

(Hasan,2002 : 89).
5. Setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan dan diberikan

pembobotan untuk masing-masing soal sesuai dengan subjek yang

diteliti (Arikunto. 2008)


4.8 Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah

wilcoxon signed rank dengan mempergunakan program SPSS, dimana uji

statistik ini di gunakan bila masing-masing variabel yang digunakan

berbentuk ordinal.
4.9 Etika Penelitian
Pada saat melakukan penelitian ini, sebelumnya peneliti menentukan

etika penelitian terhadap calon responden antara lain sebagai berikut :


4.9.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Yaitu responden menyetujui maksud dan tujuan peneliti serta

dampak yang diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati.
4.9.2 Anonomity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, identitas dan tidak di informasikan.


4.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh

peneliti.

Anda mungkin juga menyukai