S2 2015 338071 Chapter1 PDF
S2 2015 338071 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia didefinisikan sebagai penyakit mental dengan gangguan otak
yang kompleks. Eugene Bleuler adalah ahli psikiatri pertama yang mendefinisikan
skizofrenia sebagai schizos yang berarti terbelah atau terpecah dan phrein yang
berarti otak. Menurut Nevid dkk, (2002:110) skizofrenia adalah penyakit pervasif
yang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses psikologis mencakup kognisi,
afek, dan perilaku. Mereka kehilangan jati diri dan mengalami kegagalan dalam
menjalankan peran dan fungsinya di dalam masyarakat. Pikiran dan perasaan
yang tidak seimbang menyebabkan penderita skizofrenia terputus dari realitas.
Penyakit ini menjadi persoalan serius di beberapa negara seperti di
Inggris, Amerika dan Belanda. Royal College of Psychiatris di Inggris
melaporkan bahwa satu diantara seratus orang mengembangkan skizofrenia pada
suatu saat dalam hidupnya (Cumming 2010: 201). Wu dkk (2006) melaporkan
bahwa pada tahun 2002 prevalensi dua belas bulan skizofrenia yang terdiagnosis
diperkirakan sebesar 5,1 per seribu jiwa dimana angka kejadiannya jauh lebih
tinggi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan yaitu (1:4).
Di Indonesia ada sebanyak 80 persen penderita skizofrenia yang tidak
diobati. Seperti yang dinyatakan dalam situs www.kompas.com tanggal 15
September 2013,
Berdasarkan survey Kementrian Sosial tahun 2008, penderita skizofrenia
di Indonesia ada 650.000 orang. Sekitar 30.000 orang dipasung dengan
alasan agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib keluarga,
Hal yang sama disampaikan oleh Direktur RSJ Menur Surabaya Adi
Wirachjanto, awal tahun 2011 dilaporkan ada 761 kasus skizofrenia dengan 500
penderita diantaranya dipasung di Jawa Timur dan menurut beliau ada 28.000
penderita gangguan jiwa berat yang tersebar di 28 Kabupaten/kota di Jawa Timur.
(Kompas, 4 November 2013)
Sementara masyarakat yang masih awam dengan penyakit ini, tidak
mengenali fase-fase yang terdapat pada penderita skizofrenia. Pada fase awal atau
prodormal penderita akan terlihat murung, menarik diri dari lingkungannya,
sedikit bicara, dan malas dalam beraktifitas. Dari sini akan terjadi penurunan
peran dan fungsi dalam sosial kemasyarakatan. Fase ini sering tidak disadari oleh
keluarga, teman dekat atau bahkan penderita skizofrenia sendiri.
Secara tidak sadar penderita akan memasuki fase berikutnya yaitu fase
akut dimana mereka akan mengalami waham dan halusinasi.
Waham dan
halusinasi ini merupakan gejala positif pada penderita skizofrenia. Waham adalah
suatu keyakinan yang salah atau false belief yang sifatnya tidak rasional.
Misalnya penderita merasa dirinya sebagai seorang utusan, nabi, messiah, merasa
dikendalikan oleh makhluk dari luar angkasa, atau merasa bahwa semua teman
sekelasnya membenci dan ingin menyakiti dirinya, sedangkan halusinasi adalah
penangkapan panca indera yang keliru, misalnya dia merasa mendengar orang
berbicara atau memanggil namanya padahal di ruangan tersebut tidak ada siapa
pun selain dirinya.
Selain gejala positif, penderita skizofrenia juga memiliki gejala negatif.
Salah satu gejala negatifnya adalah gangguan berbahasa. Menurut Burne,
kesulitan untuk mempersepsikan emosi dan pembicaraan orang lain. Mereka juga
mengalami kesulitan memahami perspektif pihak ketiga dan tidak memahami
perilaku dan ucapan mereka sebagai hal yang tidak sesuai secara sosial pada
situasi tertentu (Carini &Nevid, 1992).
Penderita skizofrenia mengalami ketidaknormalan dalam pemroduksian
bahasa. Ketidaknormalan pemroduksian bahasa tersebut tidak hanya dari segi
fonologi saja, tetapi juga dari perubahan grammar dan sintaksis.
Sehingga
tanggal 5 Oktober 2013 dan mengartikan wall post*) tersebut sebagai suatu
wacana yang membahayakan dan mengganggu kehormatan dirinya.
Dalam hal ini T tidak mampu memahami secara jelas bahwa wall post *)
tersebut ditujukan untuk menjalin persahabatan. T cenderung mengartikannya
sebagai sesuatu hal yang membahayakan dan berupa pernyataan buruk sangka
bahwa KPSI hanya mementingkan prestise. Alih-alih dalam kenyataannya KPSI
bergerak di bidang sosial kemasyarakatan tanpa menarik biaya. Kemudian kata
astaghfirullah Yng diucapkan oleh M diartikan sebagai doa. Padahal makna
astaghfirullah disini M merasa marah dan jengkel terhadap T.
Data berikut ini juga menggambarkan kerancuan bahasa yang
digunakan oleh penderita skizofrenia. Tulisan ini dibuat oleh HK pada masa
recovery atau menuju kesembuhan,
Assalamualaikum wr.wb.
Salam bahagia dan sejahtera selalu pada saat pada sahabatsahabatku,keluargaku khususnya ayah, bunda, adik-adikku, serta para pembaca
semua. Karya tulis saya ini saya persembahkan hasil dari inspirasi perjalanan
dan cerita waylife pribadi yang saya alami dalam pandang dunia dan dunia
realiti sejak dari masa lalu dan masa kini. Sejarah jaman dan peradaban masa
lalu turut memperkaya permasalah, motivator, dan wawasan saya, begitu juga
problematika dan dilema, serta realiti dari keputusan yang harus aku lakukan
untuk menentukan sikap realita perjalanan hidup (waylife of chnaged). Sebuah
perubahan
dalam
kehidupan
realita
pribadi
aku
yang
cenderung
progresive/revolusioner.
Dari data tersebut bisa dijelaskan bahwa penderita bernama (T) membuat
sebuah tulisan untuk kata pengantar, namun bahasanya bercampur sehingga tidak
bisa dikenali fungsi dan maknanya. Dia bahkan memenggabungkan bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia secara tidak tepat (waylife pribadi) seharusnya kata
waylife tersebut bisa diganti dengan kehidupan.
Perubahan yang begitu relatif cepat yang aku rasakan bahkan
melampaui batas ruang dan waktu antar peradaban dalam kehidupan realita
pribadi antar peradaban atau time futuristik decade moment.
Kalimat diatas sangat sulit untuk dipahami maknanya. Karena
penggunaan kata yang berulang-ulang seperti peradaban, dan kata yang tidak
patut untuk digunakan yaitu futuristik, mungkin yang dimaksud adalah masa
depan.
Dari ketiga jenis data tersebut dapat terlihat kekacauan bahasanya dan
ketidakmampuan dalam memahami konteks tuturan. Orang di luar skizofrenia
mengatakan bahwa penderita skizofrenia berperilaku aneh dan kata-kata yang
mereka ucapkan seringkali sulit dipahami maknanya. Ketidakmampuan dalam
berkomunikasi tersebut menjadi salah satu sebab masyarakat memberikan stigma
negatif.
Tujuan Penelitian
1.2.4
Manfaat Penelitian
penelitian ini dapat membantu mereka untuk bisa memahami diri mereka sendiri
dan memahami pola komunikasi orang lain. Sehingga pada perkembangannya
stigma negatif bahwa penderita penyakit ini bisa berkurang dan penderita bisa
kembali ke masyarakat.
10
Chaika
Dalam jurnalnya Understanding Psychotic Speech: beyond Freud
and
11
mengambil objek semua tipe skizofrenia yang berada dalam fase akut dan
residual. Dari tipe skizofrenia tersebut peneliti akan menganalisis pola kohesi,
koherensi, kalimat, dan bentukan kata.
Alasan lain dilakukannya penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu mengambil objek dari luar negeri. Pada hakikatnya struktur
sintaksis, semantik, fonologi, dan konteks pragmatik yang dipakai tidak bisa
dijadikan acuan sepenuhnya untuk penderita di Indonesia. Karena konsep
kompetensi dan performansi bahasa Indonesia tentunya berbeda dengan konsep di
Amerika, Inggris, Belanda dan negara-negara yang lainnya. Melihat fenomena
tersebut, maka peneliti memfokuskan pada penelitian pada pasien rumah sakit
jiwa di Indonesia dengan menggunakan dasar teori psikolinguistik.
12
Psikolinguistik
bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan cultural ke
suatu pendekatan yang ilmiah.
Sementara itu, di benua Amerika kaitan antara bahasa dan ilmu jiwa juga
mulai tumbuh. Perkembangan ini bisa dibagi menjadi empat tahap (Kess, 1992):a
tahap formatif, b) tahap linguistic, c) tahap kognitif, dan d) tahap teori
psikolinguistik, realita psikologis dan ilmu kogntif.
Pada tahap akhir psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang
terpisah dari ilmu ilmu lain karena pemerolahan dan penggunaan bahasa manusia
menyangkut cabang ilmu
terdiri dari psiko dan linguistik saja tetapi juga menyangkut ilmu ilmu lain seperti
neurologi, filsafat, primatologi dan genetika.
Aitchinson(1998:1) mendefinisikan psikolinguistik sebagai studi tentang
bahasa dan pikiran Harley (2001:1) menyebutnya sebagai suatu studi tentang
proses proses mental dalam pemakaian bahasa. Sementara itu, Clark dan Clark
(1977:4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama
yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dari definisi-definisi ini
13
14
1.4.2
Skizofrenia
15
skizofrenia akan cenderung lupa pada dirinya sendiri, mengalami waham, delusi,
dan halusinasi dan simtom-simtom psikotik lainnya seperti perilaku aneh,
menimbun makanan, sampah atau berbicara sendiri di jalan .
Jika mendapatkan
pengobatan
dan
perawatan
intensif penderita
16
Penderita juga mencium bau aneh yang tidak dirasakan oleh orang lain
seperti bau wangi bunga, bau busuk, asap, dan sebagainya.
Selain halusinasi, gejala positif yang lainnya adalah delusi atau disebut
waham. Delusi atau waham adala keyakinan yang salah dan cara berpikir yang
keliru yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Misalnya, dia yakin bahwa temanteman sekelasnya membenci dirinya dan orang-orang sekitarnya mengejek
dirinya. Dia juga meyakini bahwa dirinya sangat buruk dan tidak ada orang yang
menyayanginya. Ketika orang lain menceritakan sesuatu maka ia menganggap
cerita itu merupakan sindiran dan cemoohan. Pada fase akut, waham yang
berkembang adalah waham kebesaran, waham curiga, waham kejar, waham
kenabian, dan lain sebagainya.
2) Gejala Negatif
Gejala negatif pada penderita skizofrenia meliputi gangguan isi
peikiran, emosi tidak terarah atau emosi datar, gangguan wicara dan bahasa
seperti lambat dalam berbicara, tidak teraturnya topik pembicaraan, dan kurang
motivasi. Gejala lain yang paling menonjol adalah penarikan diri dari lingkungan
sosial.
Terdapat beberapa spekulasi para ahli psikiatri tentang penyebab penyakit
ini. Sampai saat ini penelitian, seminar dan kongres masih terus diadakan untuk
membahas penyakit ini. Dari perkembangan terakhir ilmu psikiatri terdapat
beberapa penyebab terjadinya penyakit skizofrenia. Diantaranya adalah;
17
18
3) Infeksi Virus
Menurut Mortensen (1999) skizofrenia disebabkan oleh virus yang
ditunjukkan oleh data bahwa penderita skizofrenia banyak dilahirkan di musim
dingin. Namun dalam hal ini tidak dijelaskan secara rinci virus apa yang
menjadi faktor penyebab skizofrenia. Teori ini hanya terjadi pada beberapa
kasus.
4) Ketidaknormalan otak
Dari penelitian yang dilakukan oleh Coursey, Alford, &Safarjan,
1997) Ventrikel yang membesar merupakan tanda-tanda hilangnya jaringan
otak (hilangnya sel-sel). Para peneliti juga menemukan bahwa otak penderita
skizofrenia rata-rata sekitar 5% lebih kecil, dari volume total dibandingkan
indiidu yang normal. Dengan pengurangan volume terbesar pada korteks
serebral (Cowan & Kandel, 2001).
Korteks prefrontalis adalah bagian otak yang mengendalikan berbagai
fungsi kognitif dan emosional. Sehingga fungsi ini tergenggu pada penderita
skizofrenia yang disebut sebagai hendaya. Cassanova, 1997 dalam Psikologi
Abnormal
menyatakan
bahwa
penderita
skizofrenia
kesulitan
dalam
19
5) Teori-teori Keluarga
Pendapat lain yang menjelaskan penyebab skziofrenia adalah teori
keluarga yang menyatakan bahwa pola pengasuhan Ibu yang skizofronogenik
yaitu ibu yang dingin, angkuh, overprotektif, dan sangat mendominasi membuat
anaknya kehilangan kemandirian dan percaya diri. Jika figur ayah tidak bisa
menjembatani dan memberikan peran positif maka anak akan cenderung terhadap
penyakit skizofrenia.
Skizofrenia memiliki beberapa jenis. Dalam Panduan Diagnosa Gangguan
Jiwa disebutkan jenis-jenis Skizofrenia adalah sebagai berikut:
1) Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia jenis ini didominasi oleh waham-waham yang tidak stabil,
seringkali bersifat aranoid yang biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi,
terutama halusinasi pendengaran, dan gangguan-gangguan persepsi. Waham
yang dimiliki adalah waham kejar, rujukan, misi khusus, perubahan tubuh,atau
kecemburuan. Pasien mendengarkan suara-suara yang berupa perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing). Halusinasi lain adalah
halusinasi pembauan atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin
ada tapi jarang menonjol.
2) Skizofrenia simplex:
Skizofrenia jenis ini sering timbul pada masa pubertas. Gejala Utama pada
jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
20
proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat pada skizofrenia jenis ini. Pada permulaan mungkin penderita mulai
kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan
kemudian semakin lama semakin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan
akhirnya menajdi penganggur. Bila tidak ada orang yang menolongnya ia
mungkin akan menjadi pengemis, pelacur atau penjahat.
3) Jensi hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau hebefrenia permulaannya perlahan-lahan atau
subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala
yang menyolok ialah gangguan proses berpikir gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi
atau
double
personality.
Gangguan
psikomotor
seperti
21
6)
Depresi Pasca-Skizofrenia
Skizofrenia jenis ini merupakan suatu episode depresif yang mungkin
berlangsung lama dan timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia
Dalam hal ini masih terdapat beberapa gejala skizofrenik namun tidak
mendominasi.
7)
Skizofrenia residual
Pada skizofrenia jenis ini terdapat satu stadium kronis dalam perkembangan
suatu gangguan skizofrenia dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium
awal. Gejala negative yang muncul adalah perlambatan psikomotor, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas dan isi pembicaraan, komunikasi verbal yang buruk seperti
dalam kuantitas isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk.
1.4.3 Gangguan Berbahasa Pada Penderita Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan mental yang diakibatkan oleh
ketidak seimbangan kadar dopamin dan serotonin pada otak. Ketika kadar
dopamin tetap, sedangkan kadar serotonin menurun maka penderita skizofrenia
bisa mengalami gangguan depresi, waham, delusi, halusinasi dan berbagai gejala
negatif lainnya.
Karena ketidakseimbangan neurokimia di dalam otak tersebut maka
penderita skizofrenia mengalami gangguan berpikir, atau di dalam bahasa Inggris
disebut Formal Thought Disorder. Penderita akan memiliki keyakinan yang
22
salah tentang dirinya. Pemikirannya cenderung acak dan bizare. Formal Thought
Disorder atau yang disebut dengan FTD memiliki gejala-gejala yang
berhubungan dengan penyimpangan dalam proses berpikir, berbahasa, dan
masalah dalam komunikasi. Gejala-gejala tersebut merupakan permasalahan
terbesar yang dialami penderita skizofrenia.
Seperti dalam contoh berikut, penderita skizofrenia mengaku sebagai satrio
pininggit. Logika berpikirnya bahwa ia menafsirkan bahwa ia adalah ksatria yang
disembunyikan (hidden knight) atau dalam bahasa sansekerta disebut
pinandita(dipilih). Ia meyakini hal ini sesuai dengan konsep besar ramalan
Jayabaya yang meramalkan akan adanya satrio pininggit di Nusantara dengan
pertanda munculnya bintang pari dari arah selatan.
Gangguan berpikir tersebut menyebabkan adanya gangguan berbahasa dan
kesulitan dalam berkomunikasi. Chaika, menyebutnya dengan speech disorder.
Gangguan berbahasa tersebut meliputi poverty of speech,dan pressure of
speech, loss of goal, derailment (loose associations), illogicality (non
sequitur)
dan
incoherence.
(Radanovic
Marcia
et
l,
Arq.
Neuro-
Psiquiatr.Vol71, 2013).
Sebagai contoh gangguan berbahasa ditunjukkan oleh penderita skizofrenia
bernama MM ( Hari ini hari Jumat saatnya membunuh Kafir ). Kemudian ada
lagi penderita skizofrenia yang merasa bahwa dirinya diikuti oleh syetan namun
dia mengungkapkannya dengan bahasa yang bizare.
Saya pecahkan kaca, saya marah-marah. Ada di ambil hati saya ada juga setan
yang mengambil hati saya disumpahi Al Quran dia nggak mau. Kan repot. Kamu
yang mau menggilakan saya? Ndak..ndak... Orang ustadz apa megang-megang
23
saya. Orang saya dikayak giniin. Saya kan janda juga, 5 tahun nggak nikahnikah.
Dalam perspektif ilmu neurolinguistik, penderita skizofrenia mengalami
defisit pada kognisiya. Mereka mengalami gangguan pada pembentukan kata
maupun kalimat dalam proses semantik. Lebih dari itu, dalam level pragmatik
mereka kehelingan sensing untuk mengerti pembicaraan yang dilakukan dengan
mitra tutur. Sehingga menyebabkan loss communication.
Untuk lebih jelasnya gangguan berbahasa pada penderita skizofrenia akan
dijelaskan lebih dalam dalam BAB II Proses Produksi Bahasa Pada Penderita
Skizofrenia dan Bab III Pola Bahasa Pada Penderita Skizofrenia
1.5 Hipotesis
Berdasarkan
2.
3.
24
1.6 Metode
Dalam penelitian ini terdapat metode yang digunakan untuk penyediaan
data dan analisis data. Peneliti menggunakan lebih dari satu metode
penelitian, yaitu sebagai berikut:
untuk
berada pada fase akut. Pada ruangan kakaktua dan seruni penulis mengambil
sampel 20 orang penderita skizofrenia. Selain itu penulis juga menggunakan
metode kajian pustaka untuk menambah data dan penjelasan tentang proses
produksi bahasa pada penderita skiozfrenia.
1.6.2 Metode Penyediaan data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan dua
metode yaitu metode cakap dengan teknik wawancara. Menurut Mahsun
(2005:95) metode cakap dilakukan karena cara yang ditempuh peneliti data itu
berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Adanya percakapan antara
25
peneliti dan informan mengandung arti terdapat kontak antar mereka. Peneliti
melakukan wawancara dengan pasien di salah satu rumah sakit jiwa di Indonesia
yaitu RSJ Radjiman Wedyodiningrat (Lawang) Metode cakap yang digunakan
adalah jenis metode cakap semuka dimana peneliti melakukan kontak langsung
dan interaksi langsung dengan informan yang diwawancara.
Metode lain yang digunakan adalah metode simak.. Metode ini
diwujudkan dengan penyadapan. Dimana peneliti menyadap penggunaan bahasa
seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Mahsun (2005:92 )
menyatakan bahwa penyadapan yang dilakukan tidak hanya berkaitan dengan
bahasa lisan, tetapi digunakan juga untuk menyadap teks-teks dan naskah tertulis.
Dalam hal ini peneliti menyadap tulisan yang ditulis oleh penderita yang berada di
Rumah Sakit Jiwa Lawang.
Selain itu peneliti juga menggunakan metode catat. Peneliti mencatat
semua tulisan yang ditulis oleh penderita skizofrenia. Dengan pertimbangan tidak
semua penderita skizofrenia mau melakukan wawancara. Sehingga untuk
mengetahui pola bahasanya maka harus menggunakan teks tertulis.
1.6.3 Metode analisis data
Dalam penanganan tahapan analisis data diperlukan metode dan
teknik-teknik yang sesuai. Untuk menganalisis data tersebut peneliti merekam
dan mencatat semua tuturan dan tulisan penderita skizofrenia yang diambil dari
RSJ Lawang. Kemudian peneliti mentranskripsi dan memilah data. Sehingga data
dapat dianalisis menggunakan teori sebagai alat analisa.
26