Anda di halaman 1dari 12

HERNIA

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Banyak orang mengeluh karena gangguan sistem pencernaan, biasanya kejadian yang
terbanyak adalah obstruksi usus. Penyebab inilah yang biasannya disebut dengan hernia.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. Dalam hal hernia usus, hernia
mungkin disertai dengan lemak peritonium, sebagian dari kandung kemih, atau sebagian
dari lambung, tergantung dari lokasinya.
Jika strutur yang menonjol dari organ tersebut dapat dikembalikan ketempatnya semula
dengan manipulasi, maka ia dinamakan reducible hernia. Jika tidak maka namanya
adalah irreducible atau incarcerated hernia. Ketika aliran darah kedalam struktur yang
menjalani hernia menjadi terbendung, hernia dikatakan sebagai strangulated hernia.
Tujuan
Setelah melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan hernia diharapkan :
1. Mengetahui dan memahami lebih jauh tentang hernia, meliputi tanda, gejala,
penatalaksanaan, dan pencegahannya.
2. Mengetahui asuhan keperawatan yang diperlukan meliputi, pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi pada pasien dengan hernia.
3. Mampu melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien hernia
dengan komprehensif dan paripurna.
B. Tinjauan Teori
1. Definisi.

Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh, biasanya abdomen lewat suatu
celah pada dinding yang mengelilinginya.

Hernia adalah keluarnya jaringan, organ tubuh dari suatu ruangan melalui
suatu lubang atau suatu celah keluar di bawah rongga kulit atau menuju rongga
lainnya (yang terjadi secara congenital atau akuisital).

Hernia dapat terjadi karena adanya suatu daerah yang lemah yang disebut
Locus Minoris Resistantie (LMR).

Bagian-bagian dari hernia adalah sebagai berikut:


a)

Kantong hernia.

b)

Pada hernia abdominalis biasanya adalah peritoneum parietalis, tetapi tidak


semua hernia mempunyai kantong, seperti hernia incisionalis, adipose,
intersisialis.

c)

Isi hernia.

d)

Organ/ jaringan yang keluar melalui kantong hernia, biasanya hernia


abdominalis berupa usus.

e)

Pintu hernia: bagian LMR yang dilalui kantong hernia.

f)

Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia yang sesuai pintu hernia.

2. Klasifikasi.
a. Berdasar terjadinya:
1)

Hernia bawaan atau kongenital.

2) Hernia dapatan atau akuisita.


b. Berdasar sifat hernia:
1) Hernia reponible yaitu bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Usus keluar
bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong
masuk. Tidak terdapat keluhan atau gejala obstruktif.
2) Hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga, hal ini disebabkan perlengketan isi usus pada peritonium
kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.
c. Berdasarkan isinya:
1) Hernia adipose, isinya jaringan lemak.
2) Standing hernia, isinya kembali sebagian dari dinding kantong hernia.
3) Hernia litter, hernia inkaserata/ strangulasi yang sebagian dinding ususnya
terjepit dalam cincin hernia.

d. Berdasar letaknya:
1) Diafragma.

5) Perineal.

2) Inguinal.

6) Ventral.

3) Umbilikalis.

7) Scrotal.

4) Femoralis.
3. Patofisiologi
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. Dalam hal hernia usus,
hernia mungkin disertai dengan lemak peritonium, sebagian dari kandung kemih,
atau sebagian dari lambung, tergantung dari lokasinya.

Jika strutur yang menonjol dari organ tersebut dapat dikembalikan ketempatnya
semula dengan manipulasi, maka ia dinamakan reducible hernia. Jika tidak maka
namanya adalah irreducible atau incarcerated hernia. Ketika aliran darah kedalam
struktur yang menjalani hernia menjadi terbendung, hernia dikatakan sebagai
strangulated hernia.
4. Tanda dan Gejala.
a. Hernia reponible.
1) Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan.
2) Terdapat benjolan di salah satu lokasi abdomen (mis. Inguinal, femoralis,
dll). Benjolan timbul saat mengejan ketika BAB, mengangkat beban berat
ataupun aktifitas berat lainnya dan hilang saat istirahat baring.
3) Kadang-kadang perut kembung.
4) Bila terjadi perekatan antara kantong hernia dengan isi hernia maka tidak
dapat dimasukkan kembali.

b. Hernia inkaserata.
Adanya gambaran obstruksi usus: klien mengalami obstipasi, muntah, tidak
flatus, perut kembung, dehidrasi.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa.
Bila lelah terjadi strangulasi.
Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri menetap karena
rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang
tidak dapat dimasukkan lagi disertai nyeri tekan dan tergantung isi hernia.
Dapat dijumpai tanda peritonitis, atau terjadi abses lokal, merupakan keadaan
gawat darurat dan perlu pertolongan segera.
5. Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan melalui Anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis
perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan lain adanya obtruksi saluran cerna
(usus).
a.

Perkusi, bila isi gas akan terdengar suara timpani.

b.

Auskultasi, terdengar suara usus, bila negatif kemungkinan omentum.

c.

Diapanaskopi.
Menggunakan sinar kuat pada kamar gelap untuk melihat apakah cairan atau
tidak. Caranya dengan melihat scrotum yang disinari, bila jernih berarti ada
cairan/ hidrocele dan nilai diapanaskopi positif, bila gelap berarti hernia dan nilai
diapanaskopi negatif.

d. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, fluoroskopi.


Lab darah: hematologi rutin, BUN, kreatinin, elektrolit darah

6. Pathway.

Defek dinding abdomen

Mengejan saat BAB, angkat beban berat,


aktifitas berat
Hernia

Reponible
Hernia letak rendah
Benjolan saat mengejan,
angkat beban berat,
aktifitas berat
Hilang saat istirahat
baring

Ireponible

Strangulata

Isi hernia tidak


dapat dimasukkan
lagi

Obstipasi, muntah, tidak flatus, perut


kembung, dehidrasi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan asam-basa, nyeri di tempat
hernia, peritonitis/ abses local.

Pembedahan
Nyeri Akut

Cemas

Nyeri Akut

Defisit volume
cairan

7. Penatalaksanaan
Hernia yang tidak inkerserata seringakali dapat diatasi dengan membaringkan pasien
dengan kaki diangkat atau berbaring didalam bak yang berisi air hangat dan
mendorong massa hernia dengan lembut kearah rongga abdomen kembali.
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkrserasi. Suatu tindakan Herniorthaphy terdiri atas tindakan menjepit
defek didalam fascia.

8. Komplikasi

Terjadi bila isi hernia berupa usus dan pintunya sempit:


1. Perlekatan.
Bisa terjadi antara isi dengan isi atau isi dengan kantongnya, atau kantong
dengan jaringan ikat sekitarnya. Disebut juga hernia akreta.
2. Hernia ireponibilis.
Yaitu isi hernia tidak dapat dimasukkan lagi tanpa operasi. Terjadi bila ada
perlekatan hernia dengan jaringan sekitarnya.
3. Jepitan terhadap isi hernia sehingga vaskularisasinya terganggu menyebabkan
iskemia (hernia strangulasi).
4. Infeksi: menimbulkan nekrosis.
5. Obstipasi: gangguan defekasi karena adanya obstruksi. Perlu dibedakan dengan
istilah konstipasi.
9. Pengkajian
1. Anamnesis.
Gejala yang ditimbulkan hernia sangat bervariasi dan lebih tergantung pada
tekanan yang menekan isi hernia daripada ukuran hernia, hernia yang besar
bisa hanya menyebabkan penderita merasa tidak enak. Sementara hernia
yang kecil yang terjepit erat menyebabkan rasa nyeri lokal dan proyeksi
hebay serta nausea. Apalagi hernia yang mengalami strangulasi akan
menimbulkan gwjala yang hebat dan progresif dan perlu pertolongan segera.
Pada awalnya (hernia yang baru terjadi) umumnya tidak terdapat keluhan
sakit. Kalaupun ada hanya rasa tidak enak, kecuali pada hernia inkarserata
yang menimbulkan rasa sakti yang hebat. Selanjutnya gejala hernia berkaitan
erat terutama dengan letak dan isi hernia, misalnya:
Hernia femoralis yang berisi kandung kemih akan menimbulkan kelainan
kencing, seperti frekuensi, urgensi, disuria terminal dan bahkan hematuria.
Hernia haitus oesophagus menimbulkan palpitasi dan rasa sesak substernal
oleh karena tekanan lambung.

Tekanan isi hernia yang berupa usus akan menimbulkan obstruksi usus,
bahkan meskipun hanya sebagian kecil usus saja yang terjepit.
2. Inspeksi.
Dilakukan pada penderita baik dengan ileus maupun tidak. Pasien disuruh berdiri
dan mengejan, lihat apakah daerah lipat paha ada benjolan atau tidak, lihat pula
saat tidur. Hal ini untuk membedakan dengan limphadenopathy dimana benjolan
tetap ada pada posisi tidur.
3. Palpasi.
Akan teraba benjolan abnormal yang dapat teraba adanya fluktuasi, tegas
atau keras, tergantung isi hernia dan tekanan. Isi hernia yang berupa
omentum, atau colon sigmoid, yang mengandung feses akan teraba liat,
sedang usus yang mengandung gas akan teraba lembut dan dapat ditekan
atau tegang tergantung derajat incarcerasinya. Kecuali bila mengalami
incarcerasi, masa hernia dapat dalam posisi supinasi.
Benjolan yang dapat dilihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis,
sedang di bawah lipat paha hernia femoralis. Palpasi hernia inguinalis
lateralis dapat dilakukan dengan 3 jari, sedang untuk bagian medialis dapat
dengan jari telunjuk melalu scrotum.

10. Manajemen Hernia.


Konservatif.
Bukan merupakan tindakan definitif.
a. Reposisi.
Memasukan isi hernia secara hati-hati, dilakukan dengan baik dan tekanan
lembut tapi pasti. Pada hernia reponible dilakukan tekanan secara terus-menerus
pada benjolan seperti dengan bantal pasir, pasien tidur pada posisi supine
antitrendernburg atau memakai korset. Komlikasinya: perdarahan, jepitan
dengan pintu dan isinya tidak masuk cavum abdomen tapi masuk sela-sela
jaringan, sehingga terjadi hernia intersisialis. Hal ini terjadi bila pintu hernia
terlalu kecil.

b. Suntikan.
Dengan cairan sklerotik, misalnya kinin atau bradikinin dengan maksud supaya
pintu hernia mengecil, bahkan jika mungkin dihilangkan (ditutup). Hal ini
setelah reposisi, harus hati-hati karena bila isi hernia terjepit bisa menimbulkan
incarserata.
c. Sabuk hernia.
Dilakukan bila pintu hernia masih kecil, bahayanya akan menimbulkan
incarserata bila pemasangannya tidak pas. Dapat menambah lebar pintu hernia.
2. Terapi pembedahan.
a. Elektif: untuk hernia repinibilis.
b. 2 x 24 jam: untuk hernia ireponibilis (elektif terbatas).
c. Spoed/ cepat: hernia incarserata.
Tindakan konservatif dilakukan bila keadaan umum (KU) jelek, tapi hernia masih
bersifat reponibilis. Bila KU jelek dan hernianya incarserata, maska harus dilakukan
tindakan operatif tapi hanya bersifat paliatif (menghilangkan ileus) dahulu, sedang
penutupan hernia setelah KU baik. Hernia reponibilis pada bayi dioperasi jia umur
bayi lebih dari 6 bulan atau BB lebih dari 6 kg.
Tujuan operasi hernia:
a. Reposisi hernia (isi hernia).
b. Menutup pintu hernia (menghilangkan LMR).
c. Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut.
Metode pembedahan antara lain:
a. Perbaiklan bassini.
Kantong indirek dibuka, diperiksa, diligasi. Bagian dasar inguinalis diperkuat
dengan menjahit fascia transversalis pada ligamentum inguinalis di belakang
funikulus.
b. Ligasi kantong hernia.
Merupakan tindakan pada hernia inguinalis pada bayi dan anak.

c. Perbaikan shoudice.
Fascia transversal dibagi secara longitudianl dan kedua lembaran diimbrikasi
pada ligamentum inguinal. Perbaikan diperkuat dengan menjahit muskulus
obligus internus dan conjoined tendon pada opneurosisi obligustrenus, untuk
hernia direk dan indirek.
11. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidra biologi
c. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
12. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang
ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a. Kaji dan catat nyeri
b. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat
benda yang berat.
c. Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).
d. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering
diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
e. Berikan analgesik sesuai program.
2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri,
trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang
diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan.
Haluaran urine 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500
ml) selama periode 24 jam.
a. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.

b. Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam
suatu waktu.
c. Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk
berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada
baskom hangat.
3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya
hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang
diperkirakan : setelah instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda
dan gejala komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh
pencegahan.
a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan
muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan
inkarserasi/strangulasi usus.
b. Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau
penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan
mengangkat benda yang berat.
c. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan
suplement diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan
sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
d. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

DAFTAR PUSTAKA

M. Arief. 1998. DkkKapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Salemba Media. Edisi I.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

Oleh:
Anis Eko Artantyo, S.Kep
G1B210003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2011

Anda mungkin juga menyukai