Helvijar Putra Utama - 10070111134 - Tugas - Pengetahuan Lingkungan Tambang
Helvijar Putra Utama - 10070111134 - Tugas - Pengetahuan Lingkungan Tambang
Disusun Oleh :
(10070111134)
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................
2.1 Sejarah Pulpen..............................................................
2.2 Para Penemu Pulpen....................................................
1
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...........
BAB III
PEMBAHASAN......................
2.1 Sejarah Pulpen..............................................................
2.2 Para Penemu Pulpen....................................................
2.3 Penolonan Pulpen.........................................................
2.4 Pengaruh Dunia Teknologi Terhadap Pulpen................
7
7
9
10
12
BAB IV KESIMPULAN........................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1
Latar Belakang
Pemanasan global menjadi isu yang panas di tahun-tahun terakhir ini. Hal
ketentuan
yang
mengikat
mengenai
perubahan
iklim.
Maka,
2.2
Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah serta
tujuan suatu perjanjian internasional yang disebut Protokol Kyoto. Selain itu,
makalah ini juga menelaah tentang isi, negara yang meratifikasi, dan cara
pelaksanaan perjanjian tersebut. Hal ini bermaksud supaya mahasiswa
mengetahui secara detail tentang Protokol Kyoto dan implikasinya. Serta untuk
memenuhi tugas Responsi Mata Kuliah Manajemen Lingkungan Industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diperkirakan bahwa 3-9 milyar ton CO2 dilepaskan dengan cara ini setiap tahun
(Anonim, 2010).
Sejak revolusi industri abad ke-18, atmosfer dimanfaatkan sebagai
kawasan buangan asap atas kegiatan industri, transportasi, dan kegiatan
manusia lainnya. Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer saat itu sebesar 290
ppmv (part per million by volume). Kini konsentrasinya mencapai sekitar 350
ppmv. Efek rumah kaca disebabkan emisi lebih dari 20 gas ke atmosfer.
Penyumbang terbesar adalah Karbondioksida, Ozon, Methana, Nitrogen
dioksida, dan klorofluorokarbon (CFC). Sumber paling besar berasal dari
pembakaran energi fosil, seperti minyak, gas alam, dan batubara (Ngili, 2009).
Kebijakan energi diarahkan untuk mengurangi peranan dan proporsi
energi tak terbarukan dengan meningkatkan peranan dan proporsi energi
terbarukan (renewable energy). Selain itu, pola pengendalian banjir perlu dikaji
ulang untuk tidak membuang air hujan ke laut, tetapi mengusahakan penyerapan
dan penampungannya melalui situ dan danau. Secara sederhana, kebijakan
pembangunan industri, energi, transportasi, dan pengembangan kota diarahkan
ke pengurangan energi penghasil gas rumah kaca. Sedangkan kebijakan
pertanian, pola pengendalian banjir, dan perencanaan penggunaan lahan serta
hutan untuk meningkatkan kemampuan alam menyimpan air hujan dan
menyerap gas rumah kaca.
Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur peserta protokol
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati. Dalam sebuah protokol,
para anggota jelas terikat secara normatif untuk mengikuti aturan-aturan di
dalamnya dan biasanya dibentuk untuk mempertegas sebuah peraturan
sebelumnya (misalnya konvensi) menjadi lebih detil dan spesifik (Anonim, 2010).
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka
Kerja
PBB
tentang
Perubahan
Iklim
(UNFCCC),
sebuah
persetujuan
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations
Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi
Rangka
Kerja
PBB
tentang
Perubahan
Iklim).
Persetujuan
tersebut
imbalan sertifikat pengurangan emisi (CER) bagi negara maju tersebut. Emission
Trading (Perdagangan emisi) adalah perdangan emisi antar negara maju.
Desember 2004, Indonesia pada akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto
melalui UU No. 17 tahun 2004. Indonesia akan menerima banyak keuntungan
dari Protokol Kyoto. Melalui dana yang disalurkan Indonesia akan bisa
meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim ini. Lewat
CDM, Indonesia memiliki potensi pengurangan emisi sampai sebesar 300 juta
ton dan diperkirakan bernilai US$ 1,26 miliar. Kegiatan CDM lainnya yang tengah
dipersiapkan di Indonesia adalah mengganti pembangkit listrik batubara dengan
geoterma dan efisiensi energi untuk produksi di pabrik Indocement.
Tahun 2001, Amerika Serikat berkeputusan untuk menarik dukungannya
terhadap Protokol Kyoto. Keputusan ini dikecam oleh rakyat Amerika sendiri dan
juga oleh pemimpin negara lain di dunia. Tidak kurang mantan Presiden Jimmy
Carter, Michael Gorbachev, bahkan oleh ilmuwan Stephen Hawking dan aktor
Harrison Ford yang membuat surat terbuka di majalah Time edisi April 2001.
Alasan yang dipakai pemerintahan Bush adalah pengurangan emisi akan
mengguncang dan mengganggu stabilitas perekonomian Amerika Serikat.
Pada saat pemberlakuan persetujuan pada Februari 2005, Protokol Kyoto
telah diratifikasi oleh 141 negara yang mewakili 61% dari seluruh emisi. Rusia
juga sempat menarik dukungan mereka terhadap Protokol Kyoto. Hal ini sempat
membuat dunia khawatir Protokol Kyoto tidak akan berkekuatan hukum secara
internasional karena tidak memenuhi persyaratannya. Menurut syarat-syarat
persetujuan protokol, Protokol Kyoto mulai berlaku "pada hari ke-90 setelah
tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak
dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55% dari seluruh
emisi karbon dioksida pada 1990 dari pihak-pihak dalam Annex I, telah
memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan".
Dari kedua syarat tersebut, bagian "55 pihak" dicapai pada 23 Mei 2002 ketika
Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi
syarat "55 persen" dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada 16
Februari 2005.
Hingga 3 Desember 2007, 174 negara telah meratifikasi protokol
tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan
25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria. Ada dua negara
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
tahun 2012.
2. Menentukan
periode
komitmen
lima
tahun
berikutnya
dimana
unit
standar
perdagangan, menentukan
Pasal
Pembahasan
Definisi
Komunikasi informasi
Peninjauan informasi
Peninjauan protokol
10
11
Mekanisme keuangan
12
13
CoP / moP
14
Sekretariat
15
16
17
Perdagangan emisi
18
Ketidaktaatan
19
Penyelesaian sengketa
20
Amandemen
21
22
Hak suara
23
Depesitori
24
25
Efektivitas protokol
26
Reservasi
27
Pengunduran diri
28
Naskah asli
Annex A : gas rumah kaca dan sektor / kategori sumbernya
Annex B : komitmen pembatasan dan pengurangan emisi tiap pihak
3.2
efek gas rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Secara
umum, pemanasan global dapat didefinisikan sebagai peningkatan suhu ratarata bumi. Gas-gas rumah kaca yang tergolong sebagai kontributor terhadap
pemanasan global di antaranya ialah CO2, CH4, N2O, CF4, dan lain-lain. Hingga
saat ini telah diketahuui bahwa konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer
terus mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 2.
Tabel 3.2
Konsentrasi Gas Rumah Kaca Di Atmosfer
GRK PraindustriTahun
alisasi
2000-an
CO2 280 ppmv 357 ppmv
CH4
800 ppbv 1720 ppbv
N2O
280 ppbv
310 ppbv
CFC
0
0,5 ppbv
Laju
(ppmv/tahun)
1,8 ppmv/tahun
10-20 ppbv/tahun
0,6-0,9 ppbv/tahun
4%/tahun
Umur hidup
(tahun)
120
10,5
132
116
Pemanasan
relatif
1
58
206
5750
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa setiap jenis gas rumah kaca memiliki
laju peningkatan yang berbeda-beda. Laju peningkatan tercepat terjadi pada gas
CO2 (1,8 ppmv/tahun). CH4 memiliki angka laju yang terlihat lebih tinggi karena
dinyatakan dalam satuan ppbv/tahun. Akan tetapi, jika laju peningkatan CH4
dinyatakan dalam satuan ppmv/tahun maka akan terlihat jelas bahwa karbon
dioksida (CO2) memiliki laju peningkatan tertinggi. Hal ini berkaitan dengan BM
dari keempat jenis gas emisi tersebut. Selain itu, Tabel 2 menunjukan panas
relatif yang berbeda pada setiap jenis gas emisi.
Sebagaimana telah disampaikan bahwa Protokol Kyoto tercetus dengan
dilatarbelakangi oleh adanya pemanasan global. Murdiyarso (2003) menyatakan
bahwa perjanjian yang dilaksanakan pertama kali di Kyoto tersebut merupakan
sebuah instrumen hukum (legal instrument) yang dirancang dengan tujuan untuk
menstabilkan gas-gas rumah kaca. Kadar gas-gas rumah kaca yang stabil akan
berimplikasi terhadap kestabilan iklim di permukaan bumi.
Meskipun
terasa
lambat,
hingga
saat
ini
Protokol
Kyoto
telah
kertas
berbasis
non-kayu
hutan,
salah
satunya
ialah
dengan
3.3
dihasilkan dari berbagai masalah iklim dunia. Protokol Kyoto akan memberikan
persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi
gas rumah kaca secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990
(namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan
jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan
sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam
3.4
karena akan
mendapat
kompensasi
dari negara-negara
dikampanyekan
dan
diimplementasikan
dalam
setiap
kegiatan
BAB IV
KESIMPULAN
Protokol
Kyoto
adalah
sebuah
kesepakatan
atau
persetujuan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Global Warming. http://priyadi.net/archives/2005/02/14/protokolkyoto/. [18 Februari 2010].
Anonim. 2010. Negara Maju dan Berkembang Debatkan Amandemen
ProtokolKyoto. Dalam http://rullysyumanda.org/republik-bencana/climatetalk-only/411-negara-maju-dan-berkembang-debatkan-amandemenprotokol-kyoto.html. [18 Februari 2010].
Murdiyarso, Daniel. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya
Berkembang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
bagi
Negara