Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam menjalankan usaha penambangan yang baik dan benar halus

dilakukan dengan tingkat keserasian tinggi antara tiap kegiatann penambangan,


dan dalam menunjang kegiatan tersebut berajalan dengan baik dan benar maka
dibutuhkan fasillitas-fasilitas tambang, agar kegiatan penambangan berjalan
baik. Maka diutuhkan perencanaan penambangan, dimana dengan melakukan
perencanaan tambang akan dapat diketahui hal-hal apa saja yang akan
dilakukan sehingga suatau kegiatan penambangan tepat sasaran dan efektif,
dengan cara memanfaatkan sumberdaya seopyimal mungkin, dan dengan cost
yang sehemat mungkin/ekonomis.

1.2

Maksud Tujuan

1.2.1

Maksud
Masud dari praktikum kali ini adalah mengetahui dan memahami

perencanaan tambang.
1.2.2

Tujuan
Mengetahu Rencana Kemajuan Tambang.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Perencanaan
Perencanaan tambang merupakan suatu tahap yang sangat penting

dalam studi kelayakan dan rencana operasi penambangan. Perencanaan suatu


tambang terbuka yang modern memerlukan model komputer dari sumberdaya
yang akan ditambang, baik berupa block model untuk tambang bijih atau quarry,
maupun gridded seam model untuk endapan tabular seperti batubara.
Ada dua aspek penting dalam pekerjaan perencanaan tambang seperti
perancangan pit atau penentuan batas akhir penambangan, serta tahapan dan
penjadwalan produksi hingga ke perencanaan tahunan dan bulanan.
Masukan yang diperlukan dalam perancangan pit limit adalah aspek
tekno-ekonomik seperti kemiringan lereng tunggal dan lereng keseluruhan,
ongkos-ongkos penambangan, pengolahan, pemurnian G&A (overhead), faktorfaktor perolehan (recovery) serta harga komoditas.
Jadi out put yang dihasilkan adalah jumlah cadangan serta distribusi ton
dan kadarnya, yang harus direncanakan tingkat produksi serta tahap-tahap
penambangannya. Tingkat produksi ore dan waste yang direncanakan akan
menentukan jumlah peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Tingkat
produksi, pentahapan penambangan (pushback) dan penjadwalan produksi yang
optimum ditunjukkan untuk memaksimalkan beberapa kriteria finansial seperti
NPV atau ROI.
Kursus ini bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan kepada para
insinyur perencana tambang, yang dititik beratkan pada pemahaman aspekaspek perancangan pit dan waste dump, perencanaan produksi ore dan waste,
aspek geoteknik serta lingkungan.
Para insinyur perencana tambang yang mengikuti kursus ini diharapkan
akan lebih memahami pula aspek analisis finansial, yang pada akhirnya
menentukan tingkat keuntungan (profitability) dari suatu usaha pertambangan
Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu
rencana produksi tambang untuk sebuah cebakan bijih yang akan :

1. Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan,


dengan biaya yang semurah mungkin
2. Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa
kriteria ekonomik seperti rate of return atau net present value.
Tergantung pada situasi politik, kondisi pasar serta faktor-faktor lain,
kedua tujuan ini dapat berhubungan satu sama lain atau sebaliknya.
Masalah perencanaan tambang merupakan masalah yang kompleks
karena merupakan problem geometrik tiga dimensi yang selalu berubah dengan
waktu. Geometri tambang bukan satu-satunya parameter yang berubah dengan
waktu. Parameter-parameter ekonomi penting yang lain pun sering merupakan
fungsi waktu pula.
Agar pekerjaan perencanaan tambang terbuka ini dapat dilakukan
dengan lebih mudah, masalah ini biasanya dibagi menjadi tugas-tugas sebagai
berikut :
1. Penentuan batas dari pit
Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit limit)
untuk suatu cebakan bijih. Ini berarti menentukan berapa besar cadangan
bijih

yang

akan

ditambang

(tonase

dan

kadarnya)

yang

akan

memaksimalkan nilai bersih


2. Perancangan pushback
Merancang bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) untuk
menambang habis cadangan bijih tersebut mulai dari titik masuk awal
hingga ke batas akhir dari pit. Perancangan pushback atau tahap-tahap
penambangan ini membagi ultimate pit menjadi unit-unit perencanaan
yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah
perancangan tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih
sederhana.
3. Penjadwalan produksi
Menambang bijih dan lapisan penutupnya (waste) di atas kertas, jenjang
demi jenjang mengikuti urutan pushback, dengan menggunakan tabulasi
tonase dan kadar untuk tiap pushback yang diperoleh dari tahap b).
Pengaruh dari berbagai kadar batas (cut off grade) dan berbagai tingkat
produksi ore dan waste dievaluasi dengan menggunakan kriteria nilai
waktu dari uang, misalnya net present value. Hasilnya akan dipakai untuk

menentukan sasaran jadwal produksi yang akan memberikan tingkat


produksi dan strategi kadar batas yang terbaik.
4. Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu
Gambar atau peta-peta rencana penambangan dibuat untuk setiap
periode waktu (biasanya per tahun). Peta-peta ini menunjukkan dari
bagian mana di dalam tambang datangnya ore dan waste untuk tahun
tersebut. Rencana penambangan tahunan ini sudah cukup rinci, di
dalamnya sudah termasuk pula jalan angkut dan ruang kerja alat,
sedemikian rupa sehingga merupakan bentuk yang dapat ditambang.
Peta rencana pembuangan lapisan penutup (waste dump) dibuat pula
untuk periode waktu yang sama sehingga gambaran keseluruhan dari
kegiatan penambangan dapat terlihat.
5. Pemilihan alat
Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan lapisan
dapat dibuat profil jalan angkut untuk setiap periode waktu. Dengan
mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada alat angkut dan alat
muatnya dapat dihitung untuk setiap periode (setiap tahun).
Jumlah alat bor untuk peledakan serta alat-alat bantu lainnya (dozer,
grader, dll.) dihitung pula.
6. Perhitungan ongkos-ongkos operasi dan kapital
Dengan menggunakan tingkat produksi untuk peralatan yang dipilih,
dapat dihitung jumlah gilir kerja (operating shift) yang diperlukan untuk
mencapai sasaran produksi. Jumlah dan jadwal kerja dari personil yang
dibutuhkan untuk operasi, perawatan dan pengawasan

2.2

Investasi Tambang
Dalam UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara

menyebutkan, pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah


sumber daya mineral dan atau batubara dalam pelaksanaan penambangan,
pengolahan dan pemurnia serta pemanfaatan mineral dan batubara[4]. Nilai
tambah yang dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir dari usaha
pertambangan terhadap mineral ikutan.
Dalam UU itu juga mengamanatkan pemegang kotrak karya yang sudah
berproduksi wajib melakukan pemurnia selambat-lambatnya 5 tahun sejak UU ini

di resmikan. Artinya, pada 2014 seluruh perusahaan tambang sudah tidak


diperbolehkan ekspor barang tambang mentah[5].
Dalam artian ini pemerintah akan mendorong terjadinya investasi
perusahaan tambang yang mengarah kepada industri metalurgi seperti smelter.
Hal ini sangat mungkin dikarenakan perusahaan seperti smleter sangat kurang di
Indonesia. Perusahan-perusahaan besar di Indonesia adalah Krakatau Steel di
Jawa Barat dan PT. Smelter di Surabaya. Untuk menarik investasi tersebut,
pemerintah akan memberlakukan kebijakan khusus seperti fasilitas insentif fiskal,
seperti bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP).
Untuk meningkatkan investasi tambang nasional, pemerintah berinisiatif
untuk mengadopsi Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif (extractive Industry
Transparency Initiative/EITI)[6]. Menurut pemerintah, adanya transparansi akan
secara otomatis meningkatkan iklim investasi. Perusahaan-perusahaan akan
menganggap Indonesia sebagai tempat yang paling baik untuk investasi karena
sudah transparan.
Dalam hal batubara, ekspor mengalam kenaikan, dikarenakan harga
batubara yang naik. Selain itu, permintaan dari India dan jepang yang semakin
banyak, serta pentupan keran ekspor batubara china membuat batubara
Indonesia tidak tersaingi. Ditambah masalah banjir yang melanda australia,
membuat batubara di Indonesia melambung tinggi dan disegani oleh dunia.
Ditinjau dari sisi sektoral dalam laporan Neraca Pembayaran Indonesia,
sektor

pertambangan,

industri

manufaktur

dan

perdagangan

menjadi

penyumbang utama arus modal[7]. Hal ini dikarenakan harga komoditas migas
yang naik, dan ini menjadi insentif bagi investor untuk berinvestasi di dunia
pertambangan.

BAB III
KESIMPULAN

Investasi tidak akan berjalan lancar tanpa 3 hal yaitu dukungan dari
pemerintah, kepastian hukum yang jelas dan dukungan dari masyarakat sekitar.
Tiga hal ini yang menjadi faktor besar investasi. Jika ada salah satu yang
bermasalah, maka mungkin saja investasi akan dicabut atau dibatalkan.
Selain itu aturan yang berlaku dari pemerintah harus jelas dan harus
bersahabat dengan investor. Insentif-insentif pemerintah terhadap investor
seperti pengurangan bea masuk dan sebagainya. Harus dilkaukan pemerintah
agar tambang dapat menarik investor. Promosi lahan yang potensial harus
digencarkan oleh pemerintah, agar investor mau mendirikan perusahaan
tambang di tempat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai