Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH SOFTSKILL

TRANSMISI OTOMATIS

NAMA

: AGUNG ADJI WARDANA

NPM

: 2C414987

KELAS

: 3IC08

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuntutan mobilitas yang tinggi, terutama di perkotaan menuntut kita
memiliki alat transportasi yang memadai, nyaman dan bernilai ekonomis
(dalam hal ini memiliki efisiensi bahan bakar yang optimal). Kondisi macet
di kota-kota besar di Indonesia, mendorong masyarakat modern beralih ke
opsi mobil dengan transmisi otomatis. Trend untuk mobil tansmisi otomatis
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan, terutama untuk
mobil mewah yang sebagian besar menganut transmisi otomatis.
Jika dulu kita mengenal mobil transmisi otomatis sebagai mobil
lambat berakselerasi, boros bahan bakar dan perawatan mahal. Sekarang
bahkan beberapa seri mobil transmisi otomatis bisa lebih cepat dan hemat
bahan bakar dibanding seri transmisi manualnya. Mobil sekelas
Lamborghini saja telah meninggalkan produk terakhir transmisi manual
pada 2013. Nah apa saja jenis dari transmisi otomatis yang beredar di
Indonesia saat ini. Meski kelihatan sama-sama memiliki huruf P-R-N-D
pada tuas transmisinya, tetapi memiliki teknologi yang berbeda dan karakter
yang berbeda.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ada sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan pada pembaca mengenai perbedaan pada
tipe transmisi otomatis pada mobil.
2. Memberikan pengetahuan pada pembaca mengenai kelebihan dan
kekurangan pada tipe transmisi otomatis pada mobil.
3. Memberikan informasi tipe mobil dan tipe transmisi otomatis yang
digunakan pada mobil tersebut.
1.3 METODE PENELITIAN
Beberapa metode penelitian yang saya gunakan, yaitu:
1. Metode Kualitatif
2. Metode Kuantitatif

BAB II
POKOK MASALAH
2.1 Tujuan dari Transmisi Mobil

Sama dengan tujuan dari mobil transmisi manual, transmisi otomatis juga
bertujuan memberikan pengemudi berbagai macam jenis percepatan yang
diinginkan. Hal ini karena adanya rentang tenaga dan rentang putaran mesin, yang
terbatas dari mesin mobil.
Tanpa adanya gigi transmisi, maka kecepatan mobil akan dibatasi oleh satu
rasio gigi. Hal ini akan membuat pengemudi kesusahan, untuk mendapatkan
kecepatan mobil yang diinginkan.
Sebagai contoh, pada saat anda mengendari mobil dengan transmisi manual
dan hanya menggunakan gigi 2. Akselerasi mobil akan berkurang, setelah mobil
mencapai batas dari putaran mesin (jarum pada RPM sudah di garis merah), mobil
akan susah untuk menambah kecepatan.
Dengan adanya gigi transmisi pada mobil, pengemudi mobil transmisi
manual dapat memindahkan gigi transmisi, yang memiliki rasio gigi berbedabeda. Hal ini tentunya akan memudahkan pengemudi mendapatkan kecepatan
yang diinginkan, tanpa melebihi dari kemampuan putaran mesin.
Disaat anda mengemudikan mobil transmisi otomatis, terlihat perbedaan
signifikan dengan mobil transmisi manual. Tidak ada pedal kopling dan tidak ada
tuas perpindahan gigi transmisi pada mobil transmisi otomatis.
Transmisi otomatis dapat dibedakan dalam sistem perpindahan gigi dan
waktu lock up yaitu :
1. Full hydraulic
Waktu perpindahan gigi dan waktu lock up diatur sepenuhnya secara
hidraulis.
2. Electronic Control Transmission (ECT)
Waktu perpindahan gigi dan waktu lock up diatur secara elektronik. Tipe ini
menggunakan data (shift and lock pattern) yang tersimpan dalam ECU sebagai
kontrolnya, juga terdapat fungsi diagnosa dan fail-safe.
Transmisi otomatis juga bekerja pada lima atau enam tingkat sebagaimana
berikut :

1. Netral
2. Low Range
3.
4.
5.
6.

mendaki
Drive Range
Reverse Range
Parking Range
Angka 2

: (N) Mobil berhenti sejenak.


: (L) Mobil mulai bergerak, kecepatan rendah dan
: (D) Kecepatan tinggi pada jalan normal.
: (R) Mundur.
: (P) Berhenti atau parker.
: (2) Menurun.

Gambar 2.1 Tuas Transmisi


Perubahan kecepatan pada transmisi otomatis bergantung kepada injakan
pedal gas dan kecepatan poros kopel (profeller shaft). Dengan demikian jika tuas
pengatur terpasang pada posisi Low range, kendaraan akan mulai berjalan dari
low gear dan secara otomatis berpindak ke hight gear (kecepatan tinggi).
Kemudian apabila diperlukan momen yang besar, dengan menekan pedal
akselerasi transmisi akan segera berpindah dari hight gear ke low gear.
Perpindahan secara otomatis ini dapat dicapai sampai kecepatan 60 Km/jam.
Diatas kecepatan 60 tidak akan terjadi pemindahan walaupun pedal akselerasi
ditekan dalam-dalam. Hal tersebut dimaksudkan agar pada mesin tidak terjadi
kecepatan putar yang berlebihan.
Automatic Transmission terdiri dari :

1. Full hydraulic
2. ECT meliputi :
a. Pengaturan shift dan lock up timing.
b. Fungsi Diagnosa.
c. Fungsi fail-safe.
d. Lain-lain.
Terdapat 3 tipe transmisi otomatis pada mobil, yaitu :
2.2 Torque Converter
Metode ini adalah yang paling konvensional. Transmisi otomatis dengan
torque converter memiliki komponen utama berupa planetary gear unit (gir
planet), hydraulic control unit dan tentu saja torque converter. Umumnya,
transmisi otomatis versi ini menggunakan wet clutch alias kopling basah, lalu
dioperasikan oleh torque converter untuk memperbesar momen mesin. Saat sudah
mencapai putaran tertentu dan waktunya untuk pindah gigi, komputer akan
menyuruh torque converter untuk bekerja melakukan perpindahan gigi. Komputer
transmisi otomatis bisa membaca situasi berkendara dari cara kita menginjak gas.
Contohnya, saat berkendara rileks kita akan sadar kalau di rpm 3.000-an gigi
sudah berpindah, namun saat berkendara agresif atau melakukan kickdown,
komputer akan memilih gigi yang lebih rendah agar tenaga yang besar dan
putaran mesin yang tinggi bisa kita dapatkan.

Gambar 2.2 Torque Converter


Prinsip Kerja :
1. Kendaraan berhenti, mesin idling.
Pada saat mesin idle moment yang dihasilkan oleh mesin adalah
minimum. Bila rem dioperasikan ( parking / foot brake ) beban pada
turbine runner menjadi besar karena tidak dapat berputar . Akibat
kendaraan berhenti, maka perbandingan kecepatan antara pompa impeller
dan turbine runner nol sedangkan torque rationya maksimum. Oleh karena
itu, turbine runner akan selalu siap untuk berputar dengan moment yang
dihasilkan oleh mesin.
2. Kendaraan mulai bergerak
Pada saat rem dibebaskan, maka turbine runner dapat berputar dengan
poros input transmisi. Dengan menekan pedal Akselerator, maka turbine
runner akan berputar dengan moment yang lebih besar dari yang
dihasilkan oleh mesin, jadi kendaraan mulai bergerak.
3. Kendaraan berjalan dengan kecepatan rendah.
Bila kecepatan kendaraan bertambah, putaran turbine runner dengan cepat
mendekati pompa impeller. Torque rationya dengan cepat mendekati 1,0.
Pada saat perbandingan putaran turbine runner dan pompa impeller
mendekati angka tertentu ( Clutch Point ) , stator mulai berputar . Dengan
kata lain Torque Converter mulai bekerja sebagai kopling fluida. Oleh

karena itu kecepatan kendaraan naik hampir berbanding lurus dengan


putaran mesin.
Kelebihan transmisi Torque Converter:

Relatif lebih mudah perawatan dan biaya maintenance-nya dibanding CVT

dan Dual Clutch


Memiliki efek hentakan saat kita kickdown sehingga memberi efek
akselerasi lebih spontan dibanding CVT.

Kekurangan transmisi Torque Converter:

Tidak memiliki efek engine brake, sehingga driver yang terbiasa


menggunakan transmisi manual harus beradaptasi terlebih dahulu untuk
membiasakan berkendara dengan transmisi ini, tetapi dengan perkembangan
teknologi yaitu penambahan mode manual, maka efek engine brake bisa

dimunculkan.
Perpindahan gigi tidak bisa sehalus CVT
Konstruksi transmisi relatif lebih berat dari CVT
Efisiensi bahan bakar masih di bawah jenis CVT maupun Dual Clutch,
terutama jika dihadapkan pada kondisi jalan macet atau stop and go.

Torque Ratio
Pelipatgandaan momen oleh torque converter akan terjadi sebanding dengan
semakin tingginya vortex flow. Kerja torque converter terbagi dalam dua bagian
yaitu converter range di mana saat itu terjadi pelipatgandaan momen dan coupling
range yang pada saat itu tidak terjadi pelipatgandaan momen. Clutch point adalah
garis batas dari kedua bagian itu.

Gambar 2.3 Grafik Torque Ratio

Gambar 2.4 Rumus Torque Ratio


Yang dimaksud dengan stall point adalah jika mesin hidup akan tetapi
turbine runner tidak berputar. Stall point terjadi saat stator turbine runner tidak
bergerak atau saat speed ratio (e) nol. Pada posisi ini, momen yang dihasilkan oleh
pump impeller paling besar. Sedangkan clutch point adalah garis pembagi antara
converter range dan coupling range. Artinya bila speed ratio mencapai tingkat
tertentu, maka vortex flow mencapai maksimal, jadi torque ratio mendekati 1:1.
Hal ini akan membuat torque converter bekerja sebagai kopling fluida pada clutch
point untuk mencegah torque ratio menurun di bawah 1.
Transmission Efficiency

Maksud dari Transmission Efficiency ini adalah menunjukkan keefektifan


torque converter dalam menyalurkan energi yang diberikan pump impeller ke
turbine runner.

Gambar 2.5 Grafik Transmission Efficiency


Pada stall point, pompa impeller berputar, namun turbine runner berhenti.
Efisiensi transmisi nol karena turbine tidak berputar. Seiring speed ratio
bertambah dan turbine runner mulai berputar, efisiensi meningkat tajam hingga
mendekati clutch point. Setelah mencapai titik efisiensi maksimum itu perlahan
efisiensinya kembali turun karena ATF ada yang mengalir (mengenai) ke bagian
belakang permukaan stator vane. Pada clutch point, di mana sebagian besar
minyak dari turbine membentur permukaan bagian belakang stator vane mulai
berputar mencegah penurunan efisiensi transmisi lebih jauh dan torque converter
mulai berfungsi sebagai kopling fluida. Momen dipindahkan pada perbandingan
mendekati 1 : 1 dalam kopling fluida, efisiensi transmisi pada coupling range
meningkat berbanding lurus dengan speed ratio. Akibat kerugian panas pada ATF,
maka efisiensi yang ada pada torque converter tidak dapat mencapai 100 % dan
biasanya tidak lebih dari 95 %.

Gambar 2.6 Rumus Transmission Efficiency


Contoh mobil dengan type transmisi otomatis Torque Converter adalah :

Toyota Yaris
Honda Brio
Suzuki Ertiga
Toyota Avanza
Mazda 2

2.3 CVT (Continously Variable Transmission)


Transmisi otomatis type CVT terkenal akan efisiensi bahan bakar dan efek
berkendara yang sangat halus dan tidak ada evek hentakan. Driver ataupun
penumpang tidak akan merasakan perpindahan rasio gigi pada transmisi jenis
CVT, karena memang CVT tidak mempunyai roda gigi sama sekali. Hanya ada
dua puley yang dihubungkan oleh sebuah sabuk, di mana puley yang satu
mendapat tenaga dari mesin sementara puley yang lain akan bekerja memutar
roda. Diameter kedua puley ini dapat membesar dan mengecil tergantung
kebutuhan pengendara. Karena tanpa roda gigi maka jumlah gear ratio di CVT
bisa dibilang tak terbatas sehingga apabila diberi fitur mode manual, produsen
mobil bisa memasukkan berapa pun jumlah gigi yang mereka mau secara virtual.

Gambar 2.7 CVT


Kelebihan transmisi CVT:

Karakter perpindahan transmisi sangat halus dan tidak akan terasa oleh

driver maupun penumpang kendaraan.


Relatif hemat bahan bakar, dikarenakan secara komputerised akan dijaga

putaran mesin pada kondisi se-optimal mungkin


Design konstuksi transmisi relatif lebih sederhana dibanding type Torque
Converter.

Kekurangan transmisi CVT:

Efek akselerasi kurang spontan dan tidak se-cekatan transmisi Torque

Converter
Efisiensi tenaga relatif lebih rendah dibanding transmisi Torque Converter,
dikarenakan adanya slippage atau gesekan belt dangan puli CVT.

Gambar 2.8 Sistem Diagram CVT


Prinsip peningkatan kinerja dan penghematan bahan bakar dengan CVT
Rasio gigi pada CVT dapat terus menerus yang bervariasi, sehingga
kendaraan dapat digerakkan dalam efisiensi bahan bakar yang tinggi sepanjang
waktu, sehingga hemat bahan bakar.

Gambar 2.9 Grafik Rasio Gigi pada CVT


Gambar dibawah ini menunjukkan diagram perbandingan kinerja dari AT
dan CVT ketika throttle terbuka penuh. Ada penurunan kecepatan kendaraan pada
saat terjadi perpindahan gigi pada AT, pada CVT tidak terjadi penurunan
kecepatan.

Gambar 2.10 Diagram Perbandingan Kinerja AT dan CVT

Ada kejutan-kejutan yang terjadi pada saat perpindahan gigi pada AT.

Gambar 2.11 Grafik Perpingahan Gigi pada AT dan CVT


Perbandingan transmisi otomatis konvensional (AT) dengan continuously
variable transmission (CVT). Pada gambar variogram di bawah tampak beberapa
perbedaan sebagai berikut :
1. Pada transmisi otomatis konvensional (AT), tampak jelas jeda tiap-tiap
tingkatan percepatan dan maksimal 6 rasio (tingkat kecepatan gigi),
bahkan kurang. Dengan CVT, seluruh rasio dari Low sampai tingkat
over drive tidak terjedakan seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.12 Variogram AT dan CVT


2. Titik pergeseran dari kedua transmisi berkaitan dengan pembukaan
throttle valve. Karena throttle lebih berfariasi pembukaannya, up-shifts
terjadi pada kecepatan mesin yang lebih tinggi. Dengan konvensional
transmisi jelas bahwa kecepatan mesin turun kembali ketika beralih ke
gigi yang lebih tinggi. ini tidak terjadi pada CVT, CVT akan up-shift
pada kecepatan mesin konstan.

Gambar 2.13 Komponen CVT

Contoh mobil dengan type transmisi otomatis CVT adalah :

Honda New Jazz


Mitsubishi Outlander Sport
Honda HRV
Toyota Alphard
Suzuki Swift Sport

2.4 Kopling Ganda / Dual Clutch

Type transmisi otomatis Kopling Ganda / Dual Clutch adalah type transmisi
otomatis dengan teknologi terbaru. Transmisi ini punya dua buah kopling yang
siap beroperasi untuk membantu mesin menggerakan roda. Sebut saja kopling A
dan kopling B di transmisi kopling ganda 6 percepatan, kopling A disiapkan untuk
melayani gigi 1,3,5 dan mundur, maka kopling B dirancang untuk bekerja di gigi
2,4 dan 6. Ketika misalnya kopling A sedang bekerja di gigi 1, kopling B sudah
siap bersama dengan gigi 2 hingga komputer memerintahkan untuk berpindah
gigi. Setelah gigi berpindah ke 2 melalui kopling B, maka kopling A sudah siap
ter-engage dengan gigi 3. Pada saat gigi 3 bekerja melalui kopling A, kopling B
sudah siap pada posisinya bersama gigi 4, dan begitu seterusnya bagaimana sistem
dual clutch ini bekerja.
Ada dua jenis penggunaan tipe kopling di transmisi dual clutch, ada kopling
basah (wet clutch) dan kopling kering (dry clutch). Keduanya punya kebutuhan
dan tujuan yang berbeda, namun transmisi dengan kopling kering lebih simpel dan
murah dibanding kopling basah.

Gambar 2.14 Dual Clutch


Kelebihan transmisi Dual Clutch:

Karakter perpindahan gigi sangat cepat dan halus.


Performa daya paling responsif dibanding CVT maupun Torque Converter,
sehingga type transmisi ini sering dipakai oleh mobil sport.

Kekurangan transmisi Dual Clutch:

Kontruksi sangat rumit dan bobotnya berat.


Biaya maintenance relatif lebih mahal.
Pada type dry clutch ada efek judder atau "ndut-ndutan" saat kondidi macet
dan mudah panas, tetapi hal ini tidak dialami dengan type wet clutch.

Contoh mobil dengan type transmisi otomatis Dual Clutch adalah :

Ford Fiesta
Mitsubishi Lancer Evo X
Nissan GT-R
Porche 911
Ferrari F430 Scuderia
Lamborghini Huracan
BMW M Series
VW Golf GTi

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa tipe transmisi


otomatis pada mobil :
1. Rasio gigi pada CVT dapat terus menerus yang bervariasi, sehingga
kendaraan dapat digerakkan dalam efisiensi bahan bakar yang tinggi
sepanjang waktu, sehingga hemat bahan bakar.
2. Pada transmisi otomatis konvensional (AT), tampak jelas jeda tiap-tiap
tingkatan percepatan dan maksimal 6 rasio (tingkat kecepatan gigi),
bahkan kurang. Dengan CVT, seluruh rasio dari Low sampai tingkat
over drive tidak terjedakan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11.
3. Transmisi Dual Clutch ini punya dua buah kopling yang siap beroperasi
untuk membantu mesin menggerakan roda. Sebut saja kopling A dan
kopling B di transmisi kopling ganda 6 percepatan, kopling A disiapkan
untuk melayani gigi 1,3,5 dan mundur, maka kopling B dirancang untuk
bekerja di gigi 2,4 dan 6. Ketika misalnya kopling A sedang bekerja di
gigi 1, kopling B sudah siap bersama dengan gigi 2 hingga komputer
memerintahkan untuk berpindah gigi. Setelah gigi berpindah ke 2
melalui kopling B, maka kopling A sudah siap ter-engage dengan gigi 3.
Pada saat gigi 3 bekerja melalui kopling A, kopling B sudah siap pada
posisinya bersama gigi 4, dan begitu seterusnya bagaimana sistem dual
clutch ini bekerja.
4. Ada dua jenis penggunaan tipe kopling di transmisi dual clutch, ada
kopling basah (wet clutch) dan kopling kering (dry clutch). Keduanya
punya kebutuhan dan tujuan yang berbeda, namun transmisi dengan
kopling kering lebih simpel dan murah dibanding kopling basah.

Anda mungkin juga menyukai