Anda di halaman 1dari 33

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

BAB 5

Sistem Pemisahan Dan Purifikasi


5.1

SISTEM PEMISAHAN UDARA

5.1.1 Sistem Linde double column


Sistem ini diperkenalkan pada tahun 1910 untuk mengatasi
masalah banyaknya oksigen yang hilang karena terikut aliran
nitrogen di dalam sistem Linde Single Column. Seperti sudah
diketahui sebelumnya, pada sistem Linde Single Column bahwa
kemurnian maksimum dari produk N2

adalah 94 % Nitrogen

sedangkan sisanya adalah O2.


Pada sistem Double Column (Gambar 6.1) dapat dilihat bahwa
ada dua kolom yang diletakkan bertumpuk; kolom yang dibawah
biasanya beroperasi pada tekanan 0.5 0.6 Mpa, sedangkan kolom
atas pada tekanan sekitar 0.1 Mpa. Perbedaan tekanan pada kedua
kolom ini diperlukan agar tercapai perbedaan suhu yang diperlukan
untuk mengoperasikan kondenser-reboiler yang terletak di antara
kedua

kolom.

Pada

sistem

ini,

gas

N2

pada

kolom

bawah

terkondensasi pada suhu sekitar 95 K sedangkan O 2 cair pada kolom


atas menguap pada suhu 90 K. N2 yang terkondensasi pada kolom
bawah berfungsi sebagai reflux untuk kedua kolom. Jika produk yang
diinginkan adalah O2 cair maka hanya ada 2 saluran pada heat
exchanger karena saluran untuk gas O2 dihilangkan.

191

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.1 Sistem pemisahan gas metode Linde double column

Pada sistem Double Column, umpan udara dimasukkan ke


kompresor lalu didinginkan di heat exchanger dan didinginkan lagi di
bottom

kolom

bawah

dan

diekspansi

dengan

JT

Valve

dan

kemudaian baru diumpankan ke tengah-tengah kolom bawah.


Sebagian N2 cair pada top dari kolom bawah diekspansi hingga
mencapai tekanan kondisi operasi pada kolom atas dan diumpankan
ke top kolom atas sebagai reflux. Sedangkan aliran bottom dari
kolom bawah (enriched liquid air) juga dieksansi dengan expansion
valve dan diumpankan ke tengah-tengah kolom atas.
Efisiensi aktual dari proses pemisahan udara ini pasti di bawah
dari nilai teoritisnya. Ada 3 penyebab utama inefisiensi ini yaitu :
1.

Ketidakidealan dari proses refrigerasi

2.

Ketidaksempurnaan kerja dari heat exchanger

3.

Ada transfer panas dari lingkungan karena ketidaksempurnaan dari sistem insulasi

5.1.2 Sistem kontemporer double column


192

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.2 merupakan gambar dari sistem pemisahan


Double

Column

yang

sekarang

ini

banyak

digunakan

untuk

memproduksi gas O2. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan


dibandingkan sistem Linde Double Column misalnya kontemporer
Double Column lebih memiliki sedikit (irreversibilities) dibandingkan
Linde

Double

Column

sehingga

untuk

sistem

kontemporer

diperlukan dana yang lebih sedikit. Selain itu untuk sistem


kontemporer hanya diperlukan 2 tingkatan tekanan dibandingkan
Linde Double Column yang memerlukan 3 tingkatan tekanan. Hasil
keseluruhan dari sistem ini adalah memerlukan tekanan udara
umpan yang lebih rendah dibandingkan Linde Double Column yang
berarti memerlukan daya kompresor yang lebih kecil. Keuntungan
lainnya adalah sistem kontemporer ini tidak memerlukan reboiler
pada bottom kolom bawah. Selain itu dibutuhkan transfer panas
yang

lebih

kecil

dibandingkan

Linde

Double

Column

memenuhi jumlah aliran gas yang diperlukan di kolom bawah.

193

untuk

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.2 Sistem pemisahan gas metode double column

Tekanan kolom bawah pada sistem ini berkisar antara 0.405


0.607 Mpa. Uap yang naik ke top kolom bawah mengandung banyak
N2 yang kemudian dikondensasikan di kondensor-reboiler. Sebagian
dari

N2

yang

terkondensasi

direflux

ke

kolom

atas

setelah

sebelumnya diekspansi hingga 0.1 Mpa. Sedangkan aliran bottom


kolom bawah yang banyak mengandung O 2 diekspansi hingga
mencapai tekanan yang sama dengan kolom atas dan kemudian
diumpan ke kolom atas. Udara dingin yang diekspansi di turbin
diumpankan ke tengah-tengah kolom atas. Jika unsurunsur lain pada
aliran udara seperti argon dan neon dihilangkan dari udara di lokasi
yang tepat pada kolom, maka akan dihasilkan kemurnian yang
tinggi pada aliran gas O2 di reboiler kolom atas dan gas N 2 dengan
kemurnian yang tinggi pada aliran top kolom atas.
Gambar 6.3 adalah grafik yang menunjukkan hubungan
entalpi vs konsentrasi untuk sitem kontemporer double column.
Perlu diketahui bahwa titik 10,11 dan 12 pada grafik tersebut adalah
fiktif. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembuatan grafik.
Keadaan 10 adalah kesetimbangan adiabatis dari kombinasi aliran
no 2 dan 4. Keadaan 11 adalah kesetimbangan adiabatis dari
kombinasi aliran no 3, 5 dan 6. Sedangkan keadaan 12 adalah
kesetimbangan adiabatis dari kombinasi aliran no 1 dan 6 atau
kombinasi dari aliran 7 dan 8.

194

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.3 Diagram entalpi-konsentrasi untuk sistem pemisahan gas


metode
double column

Dari Gambar 6.3 bisa didapatkan beberapa rasio mole daya alir
yaitu :
n 2 / n 4 4,10 / 10,2 L1 , 1 / 1,2
n 6 / n1 1,12 / 12,6 10,11 / 11,6
n 7 / n 8 8,12 / 12,7 8,11 / 11, U 2

Jika diinginkan O2 cair dengan kemurnian yang tinggi maka


diperlukan udara dengan tekanan sebesar 10.1 15.2 Mpa. Yield
maksimum dari oksigen cair dapat diperoleh ketika sekitar 50 % dari
udara bertekanan tinggi dialirkan ke turbin. Karena melibatkan
tekanan yang lebih tinggi maka jumlah daya untuk produksi O 2 cair
adalah tiga kali lebih besar dibandingkan untuk produksi O2 gas.
5.1.3 Sistem Linde Frankl

195

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Sistem Linde Frankl dibuat pada tahun 1930-an untuk


memenuhi permintaan O2 dan N2 yang sangat besar dari industri
kimia dan baja. Bagian pencairan dari sistem ini sangat mirip
dengan sistem pencairan Ammonia Precooked Dual Pressure
Claude. Sistem Linde Frankl ini dioperasikan dengan konsumsi daya
sebesar satu setengah kali daya yang dikonsumsi oleh sistem Linde
Double Column.
Udara yang sudah difilter akan ditekan dengan kompresor
rotary hingga 0.55 Mpa. Sekitar 96 % dari total aliran udara akan
dialirkan melewati 2 pasang regenerator. Di situ udara akan
didinginkan dan uap air serta CO2 akan dibuang. Aliran O2 dingin dan
gas N2 yang kembali dari kolom distilasi menjadi media pendingin di
regenerator. 4% sisa aliran udara akan dialirkan ke scrubber untuk
menyingkirkan CO2. Udara yang sudah akan didinginkan oleh
beberapa heat exchanger yang disusun secara seri yang terdiri dari
sebuah precooler, ammonia heat exchanger dan 2 heat exchanger
untuk gas N2 . Udara dingin hasil dari heat exchanger tersebut akan
diekspansi

oleh

expansion

valve

dan

akan

dikombinasikan

(dicampur) dengan aliran terekspansi dari regenerator. Aliran


gabungan ini dialirkan ke reboiler yang berada di kolom bawah
dengan kondisi tekanan sebesar 0.5 Mpa.
Pada dasarnya cairan N2 murni akan dialirkan dari top kolom
bawah dan dikirim ke subcooler dan kemudian diekspansi hingga
0.101 Mpa dan diumpankan ke top kolom atas. Pendinginan di
subcooler berfungsi untuk mencegah terjadinya flashing pada cairan
yang masuk ke kolom atas. Gas N 2 dengan kemurnian tinggi akan
dikeluarkan dari top kolom atasdan digunakan untuk mendinginkan
N2 cair dari kolom bawah. Gas N2 juga dikeluarkan dari top kolom
bawah dan gas ini digunakan untuk mendinginkan lebih lanjut aliran
udara (ammonia precooled) dan kemudian diekspansi oleh mesin
ekspansi hingga hingga 0.101 Mpa untuk mengurangi suhu gas N 2.
Sebagian dari aliran gas

N2 terekspansi ini digunakan untuk

196

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

mendinginkan aliran udara yang lebih kecil, sedangkan sisanya


digunakan untuk proses pendinginan di regenerator.
5.1.4 Sistem Heylandt
Sistem Heylandt dapat dilihat dari Gambar 6.4. Sistem ini
adalah sistem pemisahan udara yang biasa digunakan untuk
memproduksi O2 cair dan N2 cair. Sebuah kompresor empat tingkat
(tidak terlihat di Gambar 6.4) digunakn untuk menekan udara yang
masuk hingga mencapai 10 Mpa. Intercooler dan aftercooler dari
kompresor memisahkan uap air dari udara. Sebuah mesin ekspansi
menggerakkan kompresor kedua, dimana udara akan ditekan lebih
lanjut hingga mencapai 13.7 Mpa. Udara yang sudah ditekan
tersebut akan didinginkan hingga 233 K dengan mengalirkannya ke
precooler

dan ammonia exchanger. Setelah keluar dari ammonia

exchanger aliran akan dibagi dua. Sebagian dialirkan ke heat


exchanger utama dan kemudian diekspansi dengan expansion valve
hingga 0.7 Mpa, sedangkan sebagian lagi dialirkan langsung ke
mesin ekspansi dan ditekan hingga 0.7 Mpa dan suhu 111 K. Kedua
aliran akan digabungkan kembali dan dialirkan ke scrubber dimana
CO2 dan hidrokarbon akan dipisahkan dengan mengkontakkannya
dengan udara cair. Keluaran dari scrubber lalu difilter untuk
memisahkan padatan CO2 dan hidrokarbon. Udara cair murni dari
scrubber akan digabung dengan aliran dari bottom kolom bawah
dan kemudian dialirkan ke kolom atas sebagai umpan. Sedangkan
keluaran gas dari top scrubber akan diumpankan ke kolom bawah.
Sebagian nitrogen cair dari kondenser kolom bawah akan
didinginkan oleh gas nitrogen dari top kolom atas dan nitrogen cair
tersebut akan diumpankan kembali sebagai reflux ke kolom atas
setelah sebelumnya diekspansi hingga mencapai tekanan tertentu.
O2 cair dipisahkan dengan reboiler kolom atas sedangkan N 2 cair
murni dapat diambil di kondenser dari komlom bawah. Gas nitrogen
yang masuk dan mengandung pengotor akan mengalir ke top kolom

197

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

atas dan akan dialirkan ke subcooler, heat exchanger utama dan


precooler dan kemudian akan dibuang ke lingkungan.

Gambar 6.4 Sistem pemisahan gas metode Heylandt

Kolom bawah beroperasi pada tekanan sekitar 0.7 Mpa


sedangkan kolom bagian atas sekitar 0.2 Mpa. O2 dengan kemurnian
99.6 % dapat dihasilkan dari sistem ini dengan pengotor utamanya
adalah argon. Produk nitrogen cair biasanya mengandung 7 ppm O 2
sedangkan

gas

N2

yang

dibuang

ke

lingkungan

biasanya

mengandung 2 % O2. Jika menginginkan kemurnian N2 yang lebih


tinggi maka perlu ditambahkan plat-plat pada kolom dan argon
harus dihilangkan dari kolom atas.
5.1.5 Kolom pemisahan argon
Udara biasanya mengandung 0.934 % argon dan titik didih
argon diantara nitrogen dan oksigen. Argon dapat berada di dalam
produk nitrogen atau produk oksigen sebagai pengotor. Dulu argon
dianggap sebagai pengotor yang tidak ada gunanya tapi sekarang
198

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

argon digunakan sebagai gas inert dalam proses pengelasan dan


pembuatan lampu pijar.

Gambar 6.5 Subsistem argon recovery

Sistem pemisahan argon biasanya terdiri dari dua bagian


dasar: (1) subsistem recovery, yang dapat dilihat pada Gambar 6.5
dan (2) subsistem purifikasi. Konsentrasi argon terbanyak ada di
bagian bawah dari kolom atas dari sistem pemisahan udara double
column dimana di bagian itu juga terdapat banyak oksigen. Pada
bagian bawah kolom atas ini, sebagian dari campuran oksigenargon-nitrogen dialirkan ke kolom argon, dimana akan dihasilkan
crude argon yang akan diambil dari bagian atas kolom tersebut.
Sedangkan oksigen cair dikeluarkan dari bawah kolom dan akan
dialirkan kembali ke bagian atas dari double column, sedangkan
crude argon dialirkan ke sistem pemurnian argon.
Ada dua tipe dasar sistem pemurnian argon dalam industri: (1)
sistem pembakaran katalitik yang dapat dilihat pada Gambar 6.6

199

KRIOGENIK

dan

(2)

sistem

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

adsorpsi.

Tipe

yang

pertama

menggunakan

penambahan hidrogen ke dalam aliran argon yang akan dimurnikan.


Campuran ini ditekan hingga 0.5 MPa dan oksigen dihilangkan
dengan cara pembakaran. Sehingga nantinya kandungan oksigen
hanya ada 1 ppm (% vol), hidrogen 1 % dan nitrogen 1 % di dalam
produk argon. Kondenser yang menggunakan air dingin sebagai
media pendingin dan juga alumina drier akan menyingkirkan uap air
yang terbentuk selama proses pembakaran. Hidrogen dan nitrogen
yang tersisa akan dihilangkan dengan cara mengkondensasi aliran
argon dan menggunakan crude argon yang diumpankan ke dalam
sistem (ke dalam heat exchanger). Produk akhir argon mengandung,
20 ppm (% vol), dimana pengotor utamanya adalah nitrogen (1-10
ppm), oksigen (0-5 ppm) dan karbon dioksida (0-5 ppm).

Gambar 6.6 Subsistem purifikasi argon dengan menggunakan


pembakaran katalitik dan rektifikasi

Sedangkan

sistem

yang

kedua

menghilangkan

oksigen

dengan cara adsorpsi. Sebuah kolom rektifikasi digunakan untuk

200

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

menghilangkan nitrogen dari campuran argon-oksigen. Campuran


argon-oksigen

akan

terkumpul

di

reboiler

dimana

kemudian

campuran tersebut dialirkan ke heat exchanger dan dua adsorban


yang dipasang secara paralel akan mengadsorb oksigen. Gas argon
lalu disaring untuk menyingkirkan partikel adsorban yang mungkin
terikut ke dalam aliran argon.
5.1.6 Pemisahan neon dan helium
Setelah sebuah sistem pemisahan udara yang menggunakan
double column telah digunakan dalam jangka waktu yang cukup
lama,

efektivitas

transfer

panas

dalam

kondenser-reboiler

cenderung berkurang. Hal ini mengakibatkan akumulasi neon dan


helium secara bertahap dalam nitrogen, dimana akan menurunkan
tekanan parsial sehingga nitrogen tidak akan terkondensasi di
kondenser. Masalah ini dapat diatasi secara periodik dengan
membuang

sebagian

gas

yang

terakumulasi

melalui

kondenser ke atmosfer atau ke sistem pemisahan neon.

Gambar 6.7 Subsistem neon recovery

201

kubah

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Sebuah sistem pemisahan neon terdiri dari dua subsistem (1)


subsistem recovery (2) subsistem purifikasi. Subsistem recovery
dapat dilihat pada Gambar 6.7 terdiri dari sebuah kondenserrectifier kecil dimana gas buang (vent gas) yang dialirkan ke sistem
pemisahan ini akan dipisahkan neon dan heliumnya dari nitrogen.
Lalu campuran crude neon dan

helium dari kubah kondenser-

rectifier akan dialirkan melalui refrigeran nitrogen cair untuk


menghilangkan nitrogen yang tersisa. Sehingga akan dihasilkan
aliran dengan komposisi: neon sekitar 95 % dan nitrogen & hidrogen
sekitar 5 %.
Campuran neon helium akan ditekan dan dimasukkan ke
subsistem purifikasi seperti terlihat pada Gambar 6.8. Nitrogen yang
tersisa akan dihilangkan lebih lanjut. Lalu campuran dialirkan ke
sebuah copper-oxide furnace untuk menghilangkan hidrogen yang
ada dengan cara oksidasi sehingga nantinya terbentuk uap air. Uap
air tersebut akan membeku di dalam moisture trap. Campuran
neon-helium yang tersisa akan dialirkan ke charcoal trap dimana
neon akan diadsorb. Helium akan dialirkan ke tabung discharge
yang akan mengindikasikan kapan arang (charcoal) akan menjadi
jenuh akan neon. Indikasi tersebut dibutuhkan untuk mengalihkan
aliran dari moisture trap ke charcoal trap yang tersusun secara
paralel untuk proses adsorpsi neon lebih lanjut dan juga proses
desorpsi

traps

yang

sudah

jenuh

akan

neon

dengan

cara

dipanaskan. Gas neon hasil desorbsi dipompa melalui tabung


discharge. Kemurnian neon diperiksa dengan menggunakan teknik
analisis, seperti penggunan alat gas kromatografi. Jika kemurnian
neon tinggi maka gas neon dialirkan ke charcoal trap yang terakhir
dimana helium yang masih tersisa akan dipisahkan dari neon.
Setelah semua neon teradsorp maka trap akan dipanaskan dan
neon murni akan dialirkan ke tangki penyimpanan.

202

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.8 Subsistem pemurnian neon dengan menggunakan adsorpsi


charcoal

5.1.7 Sistem Pemisahan krypton dan xenon


Krypton dan xenon adalah gas inert yang paling berat. Pada
pabrik pemisahan udara, gas-gas ini lebih cenderung akan berada di
produk O2 dibandingkan pada produk N2 karena titik didih krypton
dan

xenon

lebih

tinggi

dibandingkan

O2.

Udara

biasanya

mengandung krypton sebesar 1.14 ppm dan xenon sebesar 0.086


ppm. Ada dua cara pendekatan untuk mendapatkan kedua gas inert
ini. Yang pertama adalah mendapatkan gas-gas tersebut sebagai byproduct (produk samping) dari sistem utama pemisahan udara
sedangkan pendekatan yang kedua adalah sebuah sistem yang
hanya memproduksi krypton dan xenon.

203

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.9 Skema subsistem recovery krypton dan xenon

Sistem proses untuk mendapatkan dan pemurnian krypton


dan xenon dapat dilihat pada gambar 6.9. Sebuah kondenserreboiler digunakan untuk menguapkan sebagian O 2 dari aliran O2krypton-Xe cair yang mengalir dari kondenser-reboiler utama yang
berada di kolom utama. Gas N2 dari kolom bawah menyediakan
panas

untuk

penguapan

O2

tersebut.

Untuk

meminimalisasi

kemungkinan adanya ledakan, maka jumlah hidrokarbon terutama


asetilen harus dikurangi/dihindari keberadaannya dalam campuran
O2.

Campuran

O2-krypton-xenon

dari

kondenser-reboiler

akan

dialirkan ke kolom stripping. Di situ O2 akan dipisahkan dari krypton


dan xenon. Kemudian aliran krypton dan xenon tersebut akan
dialirkan ke bagian pemurnian.
Pada bagian pemurnian aliran campuran krypton dan xenon
akan diuapkan agar hidrokarbon yang tersisa akan teroksidasi di

204

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

catalytic furnace sehingga akan menghasilkan uap air dan CO2 yang
akan langsung dikeluarkan ke lingkungan setelah keluar furnace.
Sebuah susunan paralel gel silika digunakan untuk mengadsorb
krypton dan xenon, sedangkan pengotor lainnya tidak akan
teradsorb. Ketika salah satu gel silika sudah jenuh maka gel silika
tersebut

akan

diisolasi

dari

sistem

dengan

maksud

untuk

melepaskan krypton dan xenon dari gel silica dengan cara


pemanasan. Krypton dan xenon yang sudah dilepaskan dari gel
silika akan dialirkan ke kolom distilasi atau dipisahkan dengan cara
adsorpsi dan desorpsi.
Proses bertekanan rendah untuk menghasilkan krypton dan
xenon saja dirancang oleh Societe Air Liquide. Dalam prosesnya
udara yang sudah ditekan akan didinginkan di regenerator, lalu
diekspansi oleh mesin ekspansi dan dikirim ke kolom distilasi.
Sebagian kecil dari udara dikeluarkan dari atas kolom dan kemudian
berturut-turut akan dipanaskan, ditekan, didinginkan dan diekspansi
sebelum akhirnya dicairkan dengan pertukaran panas yang terjadi di
reboiler. Udara yang telah dicairkan akan diekspansi lalu dialirkan ke
kolom utama sebagai reflux. Krypton dan xenon akan terkumpul di
reboiler. Selanjutnya sistem pemurnian akan sama dengan yang ada
di gambar 6.10.

205

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.10 Subsistem pemurnian krypton dan xenon

5.2 SISTEM PEMISAHAN HIDROGEN


5.2.1 Linde Brown hydrogen recovery
Gas coke-oven adalah salah satu sumber industri hidrogen di
Eropa. Gas tersebut terdiri dari campuran hidrogen, metana,
nitrogen, oksigen, CO2, etana, etilen, propilen dan hidrokarbon
lainnya. Proses kondensasi-evaporasi yang sederhana digunakan
dalam tahap pemisahan hidrogen karena titik didih hidrogen jauh
lebih rendah dibandingkan unsur-unsur lain di dalam gas tersebut.
Sistem Linde Brown ini khusus dirancang untuk mensuplai
hidrogen

untuk pembuatan amonia. Pada

sistem ini, semua

pengotor seperti uap air, naftalen, benzene, toluen, xylen, amonia,


asam nitrit dan senyawa sulfur dipisahkan pada suhu lingkungan.
Lalu gas coke-oven ditekan, didinginkan menggunakan precooler
dan didinginkan lebih lanjut hingga mencapai suhu dimana sebagian
propilen

terkondensasi.

Heat

206

exchanger

berikutnya

akan

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

menurunkan suhu gas hingga sebagian besar etilen, etana, propilen


dan

sebagian

terkondensasi

metana
akan

terkondesasi.

dikondensasi

Metana

pada

yang

belum

kondensor-evaporator

dengan menggunakan nitrogen sebagai refrigeran. Metana cair


merupakan refrigeran utama untuk ketiga heat exchanger yang
akan mendinginkan gas hidrogen yang masuk sebelum keluar dari
sistem.
H2, N2, CO keluar dari kondenser-evaporator dan kemudian
diumpankan ke bottom dari kolom rektifikasi. Sementara nitrogen
cair dari luar diumpankan ke bagian top sebagai refluks jika
dibutuhkan. Produk bawah terdiri dari CO dan N2 sedangkan produk
atas adalah 75 % H2 dan 25 % N2. Untuk mendapatkan hidrogen
yang lebih murni maka perlu ditambahkan sebuah kondenserevaporator dan sebuah purifier pada aliran hidrogen-nitrogen yang
baru keluar dari top kolom rektifikasi. Kondenser akan memisahkan
sebagian besar N2 dan silika gel pada purifier akan menghilangkan
sisa N2 yang masih ada dalam gas hidrogen sebelum gas hidrogen
tersebut keluar dari sistem melalui ketiga heat exchanger.
5.2.2 Sistem pemisahan hidrogen LAir Liquide
Salah

satu

sistem

pemisahan

H2

yang

sudah

banyak

digunakan di Eropa adalah sistem pemisahan yang dibuat oleh


Sociate LAir Liquide yang menggunakan sebuah mesin ekspansi
yang

menghasilkan

lebih

dari

15

daya

kompresor

yang

dibutuhkan. Skema dari sitem ini dapat dilihat pada Gambar 6.11.
Gas coke-oven ditekan hingga 2.5 Mpa dan kemudian didinginkan
dalam heat exchanger. Dimana setelah keluar dari heat exchanger
yang pertama maka propilen dan hidrokarbon yang sudah dalam
keadaan cair akan dibuang. Sedangkan heat exchanger yang kedua
akan mengkondensasi dan memisahkan etilen, etana dan sebagian
metana.

Sebuah

kondenser-evaporator

akan

mengkondensasi

metana yang tersisa. Sebagian dari metana yang terkondensasi di


kondenser-evaporator

akan

direcycle.
207

Dan

diekspansi

melalui

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

sebuah valve setelah sebelumnya digabung dengan aliran etilen,


etana dan metana cair dari heat exchanger yang kedua. Setelah
keluar dari expansion valve maka aliran gabungan ini akan
dimasukkan

ke

kondenser-evaporator

dan

berfungsi

sebagai

refrigeran. Gas hidrogen akan keluar dari puncak kondenserevaporator dan akan diekspansi oleh expander hingga tekanan
atmosfir dan akan digunakan untuk mendinginkan umpan cokeoven sebelum akan diambil sebagai produk.

Gambar 6.11 Sistem Soiete LAir Liqude

5.2.3 Separasi H2 dan deuterium


Nitrogen alami mengandung 0.015 %

deuterium (%

volume). Deuterium tersebut bercampur dengan hidrogen dengan


cara

membentuk

molekul

diatomik

208

HD

(Hidrogen-Deuterium).

KRIOGENIK

Pemisahan

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

hidrogen

dari

deuterium

dimungkinkan

bila

HD

dijenuhkan terlebih dahulu.


Sistem proses separasi hidrogen-deuterium dapat dilihat pada
Gambar 6.12.

Gambar 6.12 Sistem pemisahan hidrogen-deuterium

Umpan campuran hidrogen yang mengandung HD ditekan


oleh kompresor lalu dialirkan ke heat exchanger dan kemudian
dibagi menjadi dua aliran. Aliran yang pertama diekspansi oleh
mesin ekspansi, lalu dialirkan ke boiler yang ada di kolom utama
(primary column) dan kemudian diekspansi dengan expansion valve
sebelum akhirnya dialirkan ke puncak dari kolom utama. Sedangkan
satu aliran lagi dialirkan ke reboiler yang ada di kolom deuterium.
Kemudian diekspansi dengan expansion valve dan dialirkan ke
puncak dari kolom utama bersama dengan aliran yang pertama.

209

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Aliran bottom kolom utama mengandung 3 % HD (% volume)


dan akan dipisahkan lebih lanjut di bagian atas dari secondary
column, sehingga akan dihasilkan HD dengan kemurnian 95 % (%
volume) dalam fasa gas. Gas HD ini dipanaskan di heat exchanger
dan dikatalisasi sehingga akan menghasilkan hidrogen, deuterium
dan sisa HD yang tidak terurai. Campuran ini lalu didinginkan dan
dikembalikan ke bagian bawah dari kolom deuterium. Aliran bottom
dari kolom deuterium merupakan deuterium cair yang hampir
murni. Campuran H2 HD yang ada di kubah kolom deuterium
dialirkan ke bagian atas dari secondary column untuk pemisahan
lebih lanjut.
5.3 SISTEM PEMISAHAN HELIUM
5.3.1 Pemisahan helium dari gas alam
Skema sistem pemisahan helium dapat dilihat pada Gambar
6.13. Pada proses ini, gas alam yang masuk ke dalam sistem ini
ditekan hingga 4.25 MPa dan dibebaskan dari CO 2, hidrogen sulfida
dan uap air. Gas yang sudah dimurnikan tersebut didinginkan di
heat exchanger sehingga sebagian besar gas terkondensasi. Lalu
diekspansi dengan throttling valve hingga 1.8 MPa dengan suhu 128
K.

Kemudian

diumpankan

ke

alat

pemisah

helium

yang

menggunakan nitrogen sebagai refrigeran. Pada alat ini 98 % dari


gas dicairkan. Fasa uap yang disebut crude helium (60 % He dan 40
% N2 dan sedikit metana) akan dipanaskan sampai suhu lingkungan
dan kemudian akan dimurnikan lebih lanjut. Sedangkan fasa cair
yang

telah

terbebas

dari

helium

akan

digunakan

untuk

mengkondensasi gas alam yang masuk ke heat exchanger pertama.

210

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.13 Skema diagram pabrik pemisahan helium

Crude helium dimurnikan dengan cara ditekan hingga 18.7


MPa, lalu didinginkan dengan gas helium yang akan dikeluarkan dari
sistem dan kemudian dialirkan ke alat pemisah helium dengan
nitrogen yang akan memisahkan sebagian besar nitrogen dari
campuran He-N2. N2 yang dipisahkan dalam fasa cair. Helium yang
terikut

dalam

cairan

nitrogen

akan

dipisahkan

dengan

cara

mengekspansi cairan hingga 1.8 MPa di dalam separator dan


kemudian dikembalikan ke kondenser pertama. Fasa uap yang
meninggalkan kondenser berupa 98.5 % He dan 1.5 % N2.
5.3.2 Pemisahan isotop helium
Sebuah proses dengan dua langkah biasanya digunakan di
laboratorium untuk memisahkan 3He dari 4He. Karena jumlah 3He di
dalam campuran gas helium sangat kecil, maka difusi termal
digunakan

untuk

menambah

campuran. Pemurnian

jumlah

He

menjadi

dari

He lebih lanjut dilakukan dengan cara

distilasi.
Skema kolom difusi termal dapat dilihat pada Gambar 6.14.

211

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Gambar 6.14 Skema kolom difusi termal untuk memisahkan 3He dari
campuran 4He.- 3He

Helium cair digunakan untuk mendinginkan bagian luar dari


kolom difusi termal. Sebuah kawat yang dipanaskan diletakkan
sepanjang kolom/tabung untuk menghasilkan perbedaan suhu
antara kawat dengan tabung. Perbedaan suhu ini menyebabkan
terjadinya difusi isotop

He yang lebih berat menuju ke dinding

tabung yang lebih dingin dan isotop 3He yang lebih ringan akan
menuju ke kawat panas. Di dalam tabung juga ada perbedaan
densitas yang akan menyebabkan gas di dalam sel difusi ada yang
bergerak naik ke atas sepanjang permukaan kawat dan ada yang
bergerak ke bawah sepanjang dinding tabung. Hal ini akan
membuat 4He dan 3He akan terpisah. 4He akan keluar dari bawah
sedangkan 3He dari atas.
5.4 PEMURNIAN GAS
Penghilangan pengotor dari gas yang akan didinginkan atau
dicairkan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yang paling sering

212

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

digunakan pada sistem kriogenik adalah dengan refrigeran, adsorpsi


dan reaksi kimia.
5.4.1 Pemurnian dengan refrigerasi
Pemurnian

dengan

refrigerasi

relatif

mudah

untuk

memisahkan air, CO2 dan beberapa pengotor lainnya dengan cara


kondensasi atau pembekuan. Regenerator atau heat exchanger
mungkin digunakan pada sistem ini karena flow reversal secara
periodik

dibutuhkan

untuk

re-evaporate

dan

menyingkirkan

endapan padat (pengotor). Jika pengotor dalam fasa cair, maka


dipisahkan dengan gaya gravitasi (perbedaan densitas), yang
berarti harus disediakan saluran/pipa yang terletak di bawah heat
exchanger. Keefektifan dari sistem purifikasi ini tergantung kepada
tekanan uap dari pengotor. Jika diasumsikan gas ideal, maka jumlah
pengotor maksimum yang ada di dalam gas setelah proses
refrigerasi akan berbanding terbalik dengan tekanan uapnya.
Jika gas ideal, maka hubungan fraksi mol dari sebuah
komponen

di

dalam

campuran

dengan

tekanan

parsial

dari

komponen tersebut adalah


ya = na/nm = pa/pt

(6.1)

dimana :
na

= mol dari komponen a

nm

= mol total campuran

pa

= tekanan parsial komponen a

pt

= tekanan total campuran

ya

= fraksi mol komponen a


Jika sebuah komponen yang ada di dalam campuran gas

terkondensasi atau membeku, tekanan parsial dari komponen


tersebut akan sama dengan tekanan jenuh dari komponen tersebut.
Persamaan untuk mencari tekanan jenuh dari sebuah komponen
dapat diturunkan dengan menggunakan asumsi gas sempurna dan
menggunakan persamaan Clausius-Clapeyron:

213

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

(Ln p/po) = C1 C2/T C3 ln T

(6.2)

dimana:
C1, C2,dan C3

= konstanta yang berbeda untuk tiap komponen


(dapat dilihat pada Tabel 6.1)

Po

= tekanan referensi

Tabel 6.1 adalah daftar harga konstanta dari beberapa gas pada
tekanan referensi 101.325 kPa.
Tabel 6.1 Konstanta untuk persamaan 6.2

Komponen

C1

C2

C3

Above 192.4 K

46.02186

3227.716

5.89590

Below 192.4 K
Ammonia
Butane
Carbon Dioxide

6.61698
32.47835
39.42435

2390.926
3651.233
3998.688

-1.14947
3.14837
4.41474

Above 216.6 K

20.23206

2342.869

1.44734

Below 216.6 K
Carbon monoxide

6.09712

2816.149

-1.58721

Above 68.2 K

18.74780

908.1219

1.73345

Below 68.2 K
Ethane
Ethylene
Methane
Nitrogen
Oxygen
Propane
Water

48.03457
22.44295
23.85846
14.04585
15.07543
16.45239
24.44777

1357.805
2211.727
2077.362
1119.925
795.7286
967.5537
2883.487

7.10787
2.00404
2.25908
0.84985
1.10112
1.27156
2.19931

Above 273.1 K

46.45934

6731.423

4.79561

Below 273.1 K

19.68116

6233.177

0.34756

Acetylene

Fraksi mol dari pengotor yang tersisa dalam campuran gas


pada suhu tertentu dapat ditentukan dengan persamaan :
Yi = Pi / PT

(6.3)

dimana :
PT = tekanan total dari sistem
Pi = tekanan parsial dari komponen I
Yi = fraksi mol dari komponen I

214

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Karena ketika menurunkan persamaan 6.2 gas diasumsikan


ideal,maka perlu diperhatikan penggunaan persamaan ini ketika
tekanan dari campuran gas menyimpang cukup jauh dari asumsi.
Salah satu contoh adalah pada sebuah percobaan diketahui bahwa
kandungan uap air dalam udara ternyata emapat kali lebih besar
dibandingkan jika udara diasumsikan sebagai gas ideal pada suhu
227 K dan 20.2 MPa. Sehingga jika tekanan gas terlalu menyimpang
dari keadaan ideal sebaiknya tidak menggunakan persamaan ini.
Contoh 5.1
Gas hidrogen yang belum murni dengan komposisi volumetrik 85 %
H2, 9 % CH4 dan 6 % etana memasuki sebuah purifier yang
menggunakan sistem refrigerasi pada suhu 300 K dan 0.1013 MPa.
Asumsi gas H2 tersebut adalah gas ideal. Tentukan gas yang keluar
dari purifier tersebut pada suhu 67 K dan P= 0.1013 MPa.
Jawab:
Tekanan uap dari tiap komponen sama dengan tekanan parsial pada
saat jenuh. Dengan menggunakan persamaan 6.2 dan tabel 6.1,
tekanan parsial untuk metana dan etana dapat ditentukan Pada
kondisi 67 K dan 101.325 kPa.
Ln (pCH4 / 101.325) = 14.04585 1119.925/67 0.84985 ln 67 = 6.24280
pCH4 = (101.325) exp(-6.24280) = 0.1970 kPa
ln (pC2H6 / 101.325) = 22.44295 2211.727/67 2.00404 ln 67 = 18.99427
pC2H6 = (101.325) exp(-18.99427) = 5.710 x 10-7 kPa
Menggunakan persamaan 6.3 dengan yi = 1, fraksi mol tiap
komponen yang meninggalkan purifier adalah
YCH4 = (pCH4 / ptotal) = 0.1970/101.325 = 1.944 x 10-3
YC2H6 = (p C2H6/ptotal) = 5.710 x 10-7 / 101.325 = 5.635 x 10-9
YH2 = 1 yCH4 yC2H6= 0.9981

215

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Jadi, komposisi gas yang meninggalkan purifier adalah 99.81 %


hidrogen, 0.1944 % metana dan 5.6 x10-7 % etana.
5.4.2 Adsorpsi
Adsorpsi melibatkan kemampuan mengikat dan ketahanan
satu

atau

lebih

permukaan

molekul

dari

sebuah

gas

pada

permukaan sebuah padatan. Teknik adsorpsi ini memisahkan


pengotor yang ada dalam gas pada suhu yang dekat dengan suhu
kondensasi dari pengotornya. Bahan-bahan seperti silika gel,
alumina

gel,

chorcoal

dan

zeolit

banyak

digunakan

sebagai

adsorban karena struktur fisik dari bahan-bahan tersebut memiliki


luas permukaan yang besar. Biasanya adsorban jenis gel dan karbon
memiliki ukuran pori-pori yang bervariasi sedangkan zeolit biasanya
dibuat dengan ukuran pori-pori yang dikontrol sehingga variasinya
tidak terlalu besar, yaitu sekitar 4 13 A. Sehingga zeolit lebih
selektif dibandingkan adsorban yang lain.
Kapasitas

kesetimbangan

adsorpsi

dari

gel

dan

karbon

merupakan fungsi suhu, tekanan parsial dari gas yang diadsorb dan
sifat-sifat dari gas tersebut. Ada perkiraan bahwa adanya hubungan
antara jumlah gas teradsorb per unit adsorban dengan volatilitas
dari gas yang teradsorb. Oleh karena itu CO 2 akan lebih banyak
teradsorb dibandingkan N2. Secara umum dapat dikatakan, semakin
besar perbedaan volatilitas dari komponen-komponen yang ada
dalam gas maka semakin besar selektivitas untuk komponen yang
lebih volatil.
Informasi yang dibutuhkan untuk mendesign adsorber pada
suhu rendah adalah data kesetimbangan antara gas dan padatan
serta laju adsorpsi. Data kesetimbangan untuk sebuah sistem
biasanya sudah tersedia dari supplier. Laju adsorpsi biasanya sangat
cepat. Jika konsentrasi dari gas teradsorb cukup besar, maka panas
adsorpsi merupakan salah satu faktor penting dalam mendesain
adsorber.

Panas

adsorpsi

biasanya

sama

atau

dibandingkan panas kondensasi dari gas teradsorb.


216

lebih

besar

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Persamaan BET adalah salah satu persamaan yang banyak


digunakan untuk memprediksi volune gas yang teradsorb oleh
adsorban. Persamaan ini mengasumsikan bahwa sebuah molekul
dapat ditarik oleh adsorban jika energi molekul tersebut lebih kecil
dibandingkan energi interaksi antara molekul tersebut dengan
adsorban.

V m z ( p / p sat )
V

m a (1 p / p sat )1 ( z 1)( p / p sat )

(6.4)

dimana:
V

= volume gas teradsorb pada P = 0.1013 MPa dan T = 273.15

K
ma

= massa adsorban

vm

= volume gas yang dibutuhkan untuk membuat satu lapisan


molekular pada seluruh permukaan adsorban per massa
adsorban

= tekanan parsial gas teradsorb

psat

= tekanan jenuh dari gas teradsorb pada suhu adsorban

konstanta z dapat dicari dengan persamaan


z= exp [(a - 1) / RT]

(6.5)

dimana:
R

= konstanta gas

= suhu gas teradsorb

= energi interaksi antara permukaan adsorban dengan gas


pada permukaan lapisan teradsorb yang pertama

energi

kondensasi

untuk

permukaan-permukaan

lapisan

selanjutnya
Beberapa nilai vm, a, dan 1 untuk beberapa kombinasi
adsorban-gas teradsorb dapat dilihat pada Tabel 6.2. Pada tabel
dapat dilihat bahwa semakin besar perbedaan a dan 1 maka
adsorbsi akan meningkat.

217

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Tabel 6.2 Beberapa nilai vm, a, dan 1 untuk beberapa kombinasi


adsorban-gas teradsorb

Adsorban Gas
Teradsor
Silica gel
Silica gel
Silica gel
Silica gel
Silica gel
Silica gel
Charcoal

b
N2
N2
A
O2
CO
CO2
H2O

Charcoal
Charcoal
Charcoal
Charcoal
Charcoal
Charcoal
Charcoal
Cr2O3 gel

Suhu
(K)

Vm

a(kJ/kg)

1(kJ/kg)

(m3/k

a1(kJ/kg)

90.1
77.3
90.1
90.1
90.1
195
282.

g)
0.127
0.135
0.122
0.132
0.132
0.102
0.185

300.054
305.869
424.030
289.354
345.876
700.126
2326.01

181.429
198.408
361.693
212.596
200.269
573.126
2477.19

118.626
107.461
62.337
76.758
145.607
127.000
-

H2O

8
257.

0.185

1
2581.86

0
2581.86

151.179
0.0

N2
N2
A
A
O2
CO
N2

8
77.3
90.1
77.3
90.1
90.1
90.1
90.1

0.182
0.173
0.216
0.216
0.235
0.180
0.0505

0
287.494
279.818
491.949
440.079
262.605
273.538
291.680

0
198.408
181.428
421.006
361.693
212.596
200.269
181.428

89.086
98.390
70.943
78.386
50.009
73.269
110.252

vm adalah fungsi dari ukuran molekul teradsorb dan rasio luas


permukaan adsorban dengan massa adsorban
vm

NMRT0
N 0 p0 ma

(6.6)

dimana:
N

= jumlah molekul teradsorb yang dibutuhkan untuk menutupi


seluruh permukaan adsorban

= Mr dari gas teradsorb

= konstanta gas

No

= bilangan Avogadro

ma = massa adsorban
To dan Po = suhu dan tekanan standar ( 273.15 K dan 0.1013 MPa)
Ketika molekul-molekul teradsorb memiliki diameter yang sama,
maka N dapat dicari dengan persamaan

218

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

N = 1.155 A / D2

(6.7)

Jika hanya n permukaan gas yang dapat teradsorb di permukaan


maka persamaan 6.4 harus dimodifikasi

n
n 1
v v m z ( p / p sat ) 1 (n 1)( p / p sat ) n( p / p sat )

ma
1 ( p / p sat ) 1 ( z 1)( p / p sat ) n 1

(6.8)

Persamaan 6.4 dan 6.8 memiliki harga yang sama untuk


volume gas teradsorb untuk n<4 ketika tekanan parsial gas lebih
kecil dari 0.4Psat. Jika n sangat besar, maka hasil kedua persamaan
tersebut akan sama.
Contoh 5.2
Tentukan massa silica gel yang dibutuhkan untuk mengadsorb 1m 3
argon pada 0.0405 MPa jika suhu adsorban 90.1K. Pada suhu
tersebut tekanan jenuh dari argon adalah 0.1353 MPa.
Jawab:
Dari Tabel 6.2 , diketahui:
vm = 0.122 m3/kg
a - 1 = 62.337 kJ/kg
nilai z dapat dihitung dengan persamaan 6.5
z= exp[(a - 1/RT)] = exp [62.337 / {(8.314/39.948) (90.1)}]
=27.78
p/psat= 0.0405 / 0.1353 = 0.299
jumlah gas teradsorb per massa adsorban dapat dicari dengan
persamaan 6.4

V m z ( p / p sat )
V
(0.122)(27.78)(0.299)

=
(1 0.229)1 ( 27.78 1)(0.229)
m a (1 p / p sat )1 ( z 1)( p / p sat )
= 0.1605 m3/kg
massa adsorban yang dibutuhkan untukmengadsorb 1 m 3 gas
adalah
ma = 1/0.1605 = 6.23 kg

219

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Industri pemisahan udara saat ini biasanya menggunakan alat


penyaring saja atau kombinasi dengan alumina untuk mengadsorb
air dan karbon dioksida. Skema proses dapat dilihat pada Gambar
6.14. Udara didinginkan hingga beberapa derajat di bawah titik beku
air

untuk

meminimasi

muatan

air

dalam

adsorban

dan

memaksimalkan kapasitas karbon dioksida. Adsorban diregenerasi


dengan 10-15 % udara dan dipanaskan hingga 425 525 K. Suhu
regenerasi tergantung dari bahan adsorban yang digunakan. Sistem
ini dapat menghasilkan 90 % dari umpan udara akan menjadi
produk yang bebas dari pengotor. Tapi unit adsorpsi ini mampu
mengoptimasikan

sistem

heat

exchanger

dan

dapat

menyederhanakan penggunaan beberapa peralatan yang beroperasi


pada

suhu

rendah.

Dengan

pertimbangan

seperti

itu,

maka

penggunaan sistem pemisahan udara dengan unit adsorpsi dapat


bersaing dalam hal harga dengan sistem yang menggunakan
reversing heat exchanger (yang menggunakan sistem refrigerasi).
Unit adsorpsi lebih efektif bila dipakai pada lokasi dengan kualitas
udara yang jelek. Biasanya di industri, digunakan dua unit purifier
adsorpsi, satu bekerja untuk mengadsorpsi sedangkan yang lain
untuk proses desorbsi absorban dari pengotornya.

Gambar 6.14 Sistem molecular sieve untuk dehidrasi dan pemisahan CO 2

220

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Aplikasi sistem adsorbsi cukup banyak, salah satunya untuk


menghilangkan CO2 dan hidrokarbon yang masih tersisa setelah
diolah di pabrik pemisahan udara. Adsorban juga digunakan di
pabrik pencairan hidrogen untuk menghilangkan oksigen, nitrogen,
metana

dan

pengotor-pengotor

lain.

Juga

digunakan

untuk

memurnikan helium.
Unit pemurnian gas mungkin menggunakan kombinasi dari
unit refrigerasi dan adsorpsi seperti terlihat pada Gambar 6.15. Gas
yang masih ada pengotornya masuk dari bagian bawah unit
refrigerasi, dimana gas akan didinginkan dengan uap nitrogen. Air
dan uap minyak (hidrokarbon) dikondensasi di dalam refrigeration
purifier dan gas pengotor diadsorbsi di dalam adsorption purifier.
Sebagian nitrogen cair yang berfungsi sebagai refrigeran akan
menguap karena panas dari proses adsorpsi.

Gambar 6.15 Sistem purifikasi menggunakan sistem refrigerasi


dan adsorpsi secara seri

5.4.3 Pemurnian dengan proses kimia

221

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Penggunaan senyawa organik, misal amine banyak digunakan


sebagai pengabsorp karbon dioksida. Dalam proses pemisahan
karbon dioksida ini akan terjadi reaksi kimia antara komponen aktif
dari larutan amine dengan pengotor yang akan dihilangkan. Dengan
laju resirkulasi amine yang cukup, maka karbon dioksida di dalam
gas dapat berkurang hingga 25 ppm. Beberapa variasi sistem dapat
dilakukan,

terutama

bila

jumlah

karbon

dioksidanya

banyak.

Misalnya umpan gas yang akan dimurnikan diabsorb terlebih dahulu


pengotornya dengan penggunaan larutan karbonat panas (misal:
potassium

karbonat)

dan

juga

dilakukan

perlakuan

sekunder

terhadap gas yang sudah hampir murni untuk memastikan tidak ada
lagi karbon dioksida yang tersisa.
Skema sistem amine dapat dilihat pada Gambar 6.16. Proses
absorbsi merupakan reaksi kimia antara gas asam, air dan amine
dimana

akan

menghasilkan

amine

karbonat,

bikarbonat

dan

hidrosulfida. Larutan amine tersebut akan diregenerasi di stripper


untuk menghilangkan pengotor yang telah diabsorb dengan cara
dipanaskan yang akan membalikkan rekasi kimianya.

Gambar 6.16 Sistem pemisahan CO2 menggunakan amine

222

KRIOGENIK

BAB 6 SISTEM PEMISAHAN DAN PURIFIKASI

Oksigen disingkirkan dengan menggunakan reaksi katalitik


dengan menggunakan hidrogen untuk membentuk air. Katalis yang
paling efektif adalah nikel yang dipanaskan hingga 573 K atau
paladium dengan suhu ruangan. Kekurangan dari penggunaan
paladium

adalah

mudah

hidrokarbon-hidrokarbon

teracuni
tertentu

sementara
atau

oleh

karbon

pengotor
monoksida

sedangkan performance dari katalis nikel tidak akan terganggu


dengan kehadiran pengotor-pengotor tersebut.

223

Anda mungkin juga menyukai