Anda di halaman 1dari 34

Sosialisasi Peraturan Presiden

Nomor 19 Tahun 2016 tentang


Perubahan Kedua atas Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan

Disampaikan oleh:
Dr. Bimantoro R
(Kepala Cabang Utama Surakarta)

KRONOLOGIS PERUBAHAN
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG
JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 111 TAHUN 2013


TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 12 TAHUN 2013 JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG


PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR
12 TAHUN 2013 JAMINAN KESEHATAN

Keterangan:
Perubahan : 28 pasal
Penambahan baru : 10 pasal
Penghapusan : 2 pasal
Pasal yang tidak berubah : TETAP BERLAKU.

PENYESUAIAN IURAN PESERTA

Penyesuaian Iuran Peserta


Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Perpres No. 12 Tahun 2013

Perpres No. 19 Tahun 2016

Pasal 16 A:
Iuran Jaminan Kesehatan Peserta
PBI Jaminan Kesehatan serta
penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah sebesar Rp
19.225,- per orang per bulan .

Pasal 16 A:
Iuran Jaminan Kesehatan Peserta PBI
Jaminan Kesehatan serta penduduk
yang didaftarkan oleh Pemerintah
Daerah sebesar Rp 23.000,- per orang
per bulan .

Mulai berlaku pada 1 JANUARI 2016

Penyesuaian Iuran Peserta


Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
Perpres No. 12 Tahun 2013

Perpres No. 19 Tahun 2016

Pasal 16 F:
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta
Bukan Penerima Upah :
a. Sebesar Rp. 25.500 (dua puluh lima
ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan kelas III.
b. Sebesar Rp. 42.500 (empat puluh dua
ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan kelas II.
c. Sebesar Rp. 59.500 (lima puluh
sembilan ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas I

Pasal 16 F:
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta
Bukan Penerima Upah :
a. Sebesar Rp 25.500 (dua puluh lima
ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan kelas III.
b. Sebesar Rp 51.000,- (Lima Puluh Satu
Ribu Rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas II.
c. Sebesar Rp 80.000,- (Delapan Puluh
Ribu Rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas I.

Mulai berlaku pada 1 APRIL 2016

Penyesuaian Batas Gaji Paling Tinggi


untuk Iuran Pekerja Penerima Upah (PPU)
Perpres No. 12 Tahun 2013

Pasal 16 D:
Batas paling tinggi gaji atau upah
per bulan yang digunakan sebagai
dasar perhitungan besaran iuran
Jaminan Kesehatan bagi Peserta
Pekerja Penerima Upah dan
pegawai pemerintah non pegawai
negeri sebesar 2 (dua) kali
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) dengan status kawin
dengan 1 (satu) orang anak.

Perpres No. 19 Tahun 2016

Pasal 16 D:
Batas paling tinggi gaji atau upah per
bulan yang digunakan sebagai dasar
perhitungan besaran iuran Jaminan
Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah dan pegawai
pemerintah non pegawai negeri
sebesar Rp 8.000.000,- (Delapan Juta
Rupiah)

PENAMBAHAN KELOMPOK PESERTA


PPU DAN PENYESUAIAN HAK KELAS
PERAWATAN PESERTA PPU

Penambahan Kelompok Peserta


Pekerja Penerima Upah (PPU) - 1
PERPRES 12 TAHUN 2013 jo.
PERPRES 111 TAHUN 2013
TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERPRES 19 TAHUN 2016 TENTANG


PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERPRES 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN
KESEHATAN

PASAL 4
PASAL 4
(2) Pekerja Penerima Upah sebagaimana (2) Pekerja Penerima Upah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
atas:
a. Pegawai Negeri Sipil;
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
b. Anggota TNI;
c.
Anggota Polri;
c.
Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai
e. pimpinan dan anggota Dewan
Negeri;
Perwakilan Rakyat Daerah;
f.
pegawai swasta; dan
f.
Pegawai Pemerintah non Pegawai
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a
Negeri;
sampai dengan huruf g yang
g. pegawai swasta; dan
menerima Upah.
h. Pekerja yang tidak termasuk huruf a
sampai dengan huruf g yang
menerima Upah.

Penambahan Kelompok Peserta


Pekerja Penerima Upah (PPU) - 2
PERPRES 12 TAHUN 2013 jo.
PERPRES 111 TAHUN 2013
TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERPRES 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN


KEDUA ATAS PERPRES 12 TAHUN 2013 TENTANG
JAMINAN KESEHATAN

PASAL 16B
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah yang terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per
bulan.
(3) Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota
TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Pusat; dan
b. Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan
Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah
dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri Daerah.

PASAL 16B
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah yang terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
pimpinan dan anggota DPRD, dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri sebesar 5%
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan.
(3) Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota
TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Pusat; dan
b. Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan
Kesehatan bagi bagi kepala daerah dan
wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota
DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Daerah.

Penyesuaian Hak Kelas Perawatan


Peserta PPU - 1
Perpres No. 12 Tahun 2013

Perpres No. 19 Tahun 2016

Pasal 23 huruf b angka 4 :

Pasal 23 huruf b angka 4:

Ruang perawatan kelas II :


Peserta Pekerja Penerima
Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Negawai
Negeri dengan gaji atau
upah sampai dengan 1,5
(satu koma lima) kali
penghasilan tidak kena
pajak dengan status
kawin dengan 1 (satu)
anak, beserta anggota
keluarganya .

Ruang perawatan kelas II :


Peserta Pekerja Penerima
Upah dan Pegawai Pemerintah
Non Pegawai Negeri dengan
gaji atau upah sampai dengan
Rp 4.000.000,- (Empat Juta
Rupiah).

Penyesuaian Hak Kelas Perawatan


Peserta PPU - 2
Perpres No. 12 Tahun 2013

Perpres No. 19 Tahun 2016

Pasal 23 huruf c angka 7 :

Pasal 23 huruf b angka


8:

Ruang perawatan kelas I :


Peserta Pekerja Penerima
Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Negawai
Negeri dengan gaji atau
upah sampai dengan 2 (dua)
kali penghasilan tidak kena
pajak dengan status kawin
dengan 1 (satu) anak ,
beserta anggota keluarganya

Ruang perawatan kelas I :


Peserta Pekerja Penerima
Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai
Negeri dengan gaji atau
upah di atas Rp 4.000.000,(Empat Juta Rupiah) sampai
dengan Rp 8.000.000,(Delapan Juta Rupiah)

PELAYANAN KESEHATAN

Penambahan Pasal 17A.1 :

Denda atas Keterlambatan Iuran


dan Penjaminan Pelayanan Rawat Inap
Pasal 17A.1 ayat 1:
Dalam hal keterlambatan pembayaran iuran Jaminan
Kesehatan lebih dari 1 (satu) bulan sejak tanggal 10,
penjaminan peserta diberhentikan sementara
Pasal 17A.1 ayat 3:
Dalam waktu 45 (empat puluh lima ) hari sejak
status kepesertaan aktif kembali , Peserta wajib
membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk
setiap pelayanan kesehatan rawat inap yang
diperolehnya.
Pasal 17A.1 ayat 4 :
Denda sebagaimana dimaksud pada ayat 3 sebesar
2,5% (dua setengah persen) dari biaya pelayanan
kesehatan untuk setiap bulan tertunggak dengan
ketentuan :
a.jumlah bulan tertunggak maksimal 12 (dua belas)
bulan.
b.besar denda paling tinggi Rp. 30.000.000 (tiga
puluh juta rupiah).

Pasal 17A.1 ayat 6:


Ketentuan pembayaran iuran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk Peserta
yang tidak mampu yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari instansi yang berwenang.
Pasal 17A.1 ayat 6:
Ketentuan pemberhentian sementara penjaminan
Peserta dan pengenaan denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6)
mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016.

SEBELUM ADA PERATURAN PRESIDEN NO. 19/2016


Batas toleransi keterlambatan iuran PPU = 3 bulan.
Batas toleransi keterlambatan iuran PBPU = 6 bulan.

Mulai 1 Juli 2016, batas toleransi keterlambatan


iuran PPU dan PBPU adalah 1 bulan. Jika peserta
menunggak lebih dari dari 1 bulan, maka
penjaminan peserta akan dihentikan sementara.

Penjelasan tentang Pasal 17A.1


PESERTA

Membayar iuran paling lambat tgl


10 setiap bulannya
Rutin membayar
Status Kepsertaan aktif,
Penjaminan Pelayanan
berjalan

Telat membayar iuran > 1 bulan


sejak tgl 10 jatuh tempo
Kepesertaan non aktif sementara,
Penjaminan Pelayanan diberhentikan
sementara
a. membayar iuran bulan tertunggak
(maksimal 12 bulan); dan
b. membayar iuran bulan berjalan.
Status Kepesertaan aktif

Peserta menjalani RJTL


--> dijamin penuh

45 Hari sejak Status Kepesertaan aktif,


Peserta menjalani RITL --> wajib membayar
denda sebesar 2,5% dari biaya pelayanan
dikali bulan tertunggak (maksimal 12 bulan)
atau maksimal Rp30.000.000,00

Simulasi
Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)

Peserta Hak Rawat Kelas


I dengan Premi Rp
80.000,-

a. Peserta membayar iuran


bulang tertunggak sebesar
Rp 80.000/bulan x 5 bulan
= Rp 400.000,- dan
b. Peserta membayar iuran
bulan berjalan Rp 80.000,-

Telat membayar iuran 5


bulan sejak tgl 10 jatuh
tempo

Peserta menjalani
perawatan RJTL sesuai
prosedur

Kepesertaan non aktif


sementara, Penjaminan
Pelayanan diberhentikan
sementara

Dijamin BPJS Kesehatan

Simulasi
Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)

Peserta Hak Rawat Kelas


I dengan Premi Rp
80.000,-

a. Peserta membayar iuran


bulang tertunggak sebesar
Rp 80.000/bulan x 5 bulan
= Rp 400.000,- dan
b. Peserta membayar iuran
bulan berjalan Rp 80.000,-

Telat membayar iuran 5


bulan sejak tgl 10 jatuh
tempo

Pada hari ke-5 sejak


Status Kepesertaan aktif,
pasien menjalani RITL
dengan kode grouper INA
CBGs (I-1-02-I) Prosedur
Katup Jantung dengan
Kateterisasi Ringan;
biaya sebesar Rp
55.871.700,-

Kepesertaan non aktif


sementara, Penjaminan
Pelayanan diberhentikan
sementara

WAJIB membayar denda


sebsar 2.5% x Rp
55.871.700 x 5 = Rp
6.983.962,-

Pemberlakuan Denda
JENIS PESERTA

PEMBAYAR IURAN DAN DENDA

Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dan


Peserta Bukan Pekerja (BP).

Peserta.

Peserta Penerima Upah (PPU).

Pemberi Kerja, termasuk Pemberi Kerja


Penyelenggara Negara.

Ketentuan pembayaran iuran dan denda dikecualikan untuk Peserta yang


tidak mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi
yang berwenang.

Mulai berlaku pada 1 JULI 2016

PERBEDAAN DENDA LAMA DAN BARU


No

PERPRES NO 111 TAHUN 2013

PERPRES NO 28 TAHUN 2016

Denda keterlambatan sebesar 2%

Denda keterlambatan sebesar 2,5% x jumlah bulan


menunggak x biaya pelayanan.

Penonaktifan peserta adalah peserta yang terlambat 6


bulan (Non PPU) dan 3 bulan (PPU)

Penonaktifan peserta adalah peserta yang terlambat 1


bulan PPU / NON PPU.

Perhitungan denda melekat pada nominal iuran / tagihan


peserta per bulan

Perhitungan denda tidak melekat pada nomial iuran /


tagihan peserta per bulan.

Terdapat pengecualian pengenaan denda yaitu segmen


Pemerintah

Tidak ada pengecualian pengenaan denda.

Peserta kelas 3 yang terkena denda tetap harus


membayar iuran

Peserta kelas 3 yang terkena denda namun tidak mampu


dapat dihapuskan tagiahn dendanya apabila
menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
dari Dinsos Setempat.

18

TATA CARA PEMBAYARAN DENDA

1) Denda sebagaimna dimaksud, dibayarkan sebelum Peserta mendapatkan


Surat Eligibilitas Peserta (SEP) Rawat Inap di FKTRL dan diperhitungkan
kembali kelebihan atau kekurangannya setelah FKTRL menyampaikan
diagnosa akhir peserta
2) Mekanisme pembayaran denda oleh Peserta, sebagai berikut :
a) Peserta datang ke FKTRL dengan membawa dokumen rujukan rawat inap
atau dalam keadaan gawat darurat
b) Dokumen rujukan rawat inap dikecualikan bagi Peserta dengan kondisi
gawat darurat
c) Petugas BPJS Kesehatan melakukan pengecekan tunggakan di aplikasi
SEP dan melakukan koordinasi dengan FKTRL untuk meminta diagnosa
awal dari DPJP
d) Petugas di FKTRL memasukkan diagnosa awal ke dalam aplikasi INA
CBGs untuk memperoleh besaran biaya pellayanan sementara

e)Berdasarkan besaran biaya pelayanan tersebut , Petugas BPJS

Kesehatan
memberikan nilai denda sementara dan mencetak
tagihan denda sementara sesuai dengan ketentuan yang berlaku
f)Peserta atau pihak lain atas nama Peserta menandatangani surat
pernyataan terkait penggunaan selisih uang muka denda
pembayaran dan chanenel pembayaran denda yang dikehendaki
g)Peserta atau pihak lain atas nama Peserta melakukanpembayaran
tagihan denda sementara
h)Peserta atau pihak lain atas nama Peserta menunjukkan bukti
bayar uang muka denda sebagaimana dimaksud pada huruf e
kepada petugas BPJS Kesehatan
i) Petugas di FKTRL melakukan pencetakan SEP
j)Peserta mendapatkan rawat inap.

3).

Bagi peserta yang tidak mampu , dokumen rujukan rawat inap dai FKTP sebagaimana
diamksud pada ayat (2) huruf a, dilengkapi dengan surat keterangan dari instansi yang
berwenang untuk selanjutnya mekanisme sebagai berikut;
a ). Peserta datang ke FKTRL

b ). Peserta atau pihak lain atas nama Peserta menandatangani da n menyerahkan surat
pernyataan kepada Petugas BPJS Kesehatan.
c ). Petugas FKTRL melakukan pencetakan Surat Eligibilitas Peserta
d ). Peserta mendapatkan pelayanan
4 ) Dalam hal Peserta tidak mampu datang ke FKRTL dalam kondisi gawat darurat :
a ) Peserta dapat dilayani tanpa menunjukkan dokumen rujukan rawat inap
b) Surat Keterangan dari instansi yang berwenang wajib disampaikan selambat-lambatnya 3 x
24 jam hari kerja atau sebelum Peserta pulang apabila dirawat kurang dari 3 (tiga) hari
c) Petugas FKTRL melakukan pencetakan Surat Eligibilitas Peserta
d) Peserta mendapatka n pelayanan rawat inap

Perhitungan Denda
1) BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan
pembayaran denda yang dilakukan oleh Peserta akibat selisih
biaya yang timbul dari hitungan diagnosa awal dan diagnosa
akhir
2) Dalam hal terdapat kekurangan pembayaran denda
sebagaimana dimaksud pada no 1, maka biaya kekurangan
diperhitungan bersamaan dengan pembayaran tagihan iuran
iuran berikutnya.
3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara bertahap paling banyak sejumlah 3 (tiga) kali
pembayaran

Denda bagi Peserta Tidak Mampu


1) Ketentuan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud dikecualikan untuk Peserta
yang tidak mampu yag dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi berwenang.
2) Peserta yang tidak mampu yang dimaksud adalah Peserta yangh terdaftar dengan hak
perawatan kelas III
3) Surat Keterangan tidak mampu merupakan rekomendasi dari Dinas Sosial atau
instansi yang berwenang setempat yang menyatakan Peserta sebagai orang tidak
mampu sesuai dengan hak perawatan kelas III
4) Surat Keterangan sebagaimana dimaksud dalam no (3) disampaikan oleh Peserta
kepada Kantor BPJS Kesehatan setempat untuk dilakukan proses pengaktifan kembai
dari pemberhentian sementara
5) Untuk memastikan kebenaran data yang disampaikan dalam surat keterangan yang
diterbitkan oleh Dinas Sosial atau Instansi berwenang , Peserta diwajibkan
menandatangani surat pernyataan (informed consent) pada saat proses pengaktifan
kembali dari pemberhentian sementara dikantor BPJS Kesehatan.
6) Surat Pernyataan (inform consent) sebagaimaa dimaksud sekurang-kurangnya
memuat pernyataan bahwa Peserta bersedia bertanggungjawab dan diproses
secara hukum
apabila dikemudian hari Peserta terbukti membuat atau
menyampaikan keterangan /bukti palsu

SIMULASI DENDA

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN

1. Peserta Andi dengan nomor peserta 013012345678 pada tanggal 2 Juli 2016 membayar
tunggakan iuran sebesar Rp. 883.140 (terdapat tunggakan iuran 12 bulan), pada tanggal 25 Juli
2016 peserta dirawat di RSU dengan diagnosa sakit Typus dengan besar biaya pelayanan Rp.
30.000.000. Maka denda pelayanan yang dikenakan kepada peserta adalah Rp. 0 (nol rupiah).
Dari contoh kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta tidak dikenakan denda pelayanan
karena dasar perhitungan bulan menunggak di bulan Juli 2016 adalah 0.

26

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN


2. Peserta Anne dengan nomor peserta 0001543269875 pada tanggal 8 Agustus 2016
membayar tunggakan denda sebesar Rp. 240.000 (menunggak 2 bulan), pada tanggal 31
Agustus 2016 dirawat dirumah sakit karena menderita sakit Usus Buntu dengan besar biaya
pelayanan sebesar Rp. 40.000.000. Maka untuk dapat dilayani dan biayanya ditanggung oleh
BPJS Kesehatan peserta harus membayar denda awal sebesar : 2,5% x 1 x 40.000.000 = Rp.
1.000.000.
Dari hasil verifikasi akhir ternyata diagnosa peserta tidak hanya usus buntu, namun juga kanker
usus dengan besar biaya pelayanan Rp. 70.000.000, Sehingga sisa tagihan denda yang harus
dibayarkan kembali oleh peserta adalah = (2,5% x 1 x Rp. 110.000.000) 1.000.000 = Rp.
1.750.000
Dari contoh kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta yang memiliki tunggakan iuran
selama 2 bulan hanya dikenakan dasar bulan perhitungan denda 1 bulan karena dasar
perhitungan bulan menunggak dimulai dari bulan Juli 2016, sehingga peserta hanya
dikenakan denda pelayanan 1 bulan saja. Selain itu peserta juga diwajibkan untuk membayar
kekurangan denda pelayanannya.

27

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN

3. Peserta Ayu dengan nomor peserta 013087654321 pada tanggal 1 Juli 2016 membayar
tunggakan iurannya selama 2 bulan lalu sebesar Rp. 160.000. Pada tanggal 15 Agustus
2016 peserta tersebut harus dirawat di RSU dengan diagnosa sakit Jantung dengan besar
biaya pelayanan Rp. 150.000.000. Maka besar denda yang harus dibayar adalah Rp. 0 (nol
rupiah).

Dari contoh kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta tidak dikenakan denda
karena peserta tersebut dirawat di RSU pada hari ke 46 / telah melewati grace period.

28

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN


4. Peserta Yusman dengan nomor peserta 013012348765 pada tanggal 30 Juni 2016
membayar tunggakan iuran selama 12 bulan terakhir sebesar Rp. 780.000. Pada tanggal 15
Juli 2016 peserta tersebut harus dirawat di RSU dengan diagnosa sakit Usus Buntu dengan
besar biaya pelayanan Rp. 45.000.000. Maka besar denda yang harus dibayar adalah Rp. 0
(nol rupiah).

Dari contoh kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta tidak dikenakan denda
karena peserta telah melunasi seluruh tunggakan iurannya sebelum tanggal 1 Juli 2016.
Ketentuan atas perhitungan denda dengan formulasi baru sesuai dengan Peraturan
Presiden No. 19 Tahun 2016, mulai efektif berlaku per 1 Juli 2016.

29

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN


5. Peserta Ariana dengan nomor peserta 0001234826423 memiliki tunggakan sebesar 15 bulan
dengan total tunggakan sebesar Rp. 961.140, pada tanggal 9 Juli 2016 peserta tersebut akan
membayar membayar iuran. Maka untuk dapat dilayani peserta hanya diwajibkan membayar iuran
sebesar 12 bulan terakhir yaitu Rp. 782.640. Setelah membayar iuran ternyata peserta sakit dengan
diagnose Migrain dan hanya berobat ke FKTP. Atas tindakan tersebut denda pelayanan yang
dikenakan
kepada
peserta
adalah
Rp.
0.
Dari contoh kasus tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :
Peserta hanya diwajibkan membayar tunggakan maksimal 12 (dua belas) bulan dari 15 (lima
belas) bulan total tunggakannya.
Peserta tidak dikenakan denda pelayanan karena hanya berobat di FKTP.

30

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN


6. Peserta Boby dengan nomor peserta 0001238796024 pada bulan Juli 2016 belum
membayar iuran dan baru membayar iuran pada tanggal 9 Agustus 2016 sebesar Rp.
160.000. Pada tanggal 15 Agustus 2016 peserta tersebut menderita sakit Hepatitis A
sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dengan besar biaya pelayanan Rp. 40.000.000.
Atas kondisi tersebut denda pelayanan yang dikenakan kepada peserta adalah Rp. 0.

Dari contoh kasus tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa peserta belum dinyatakan
menunggak, karena telah membayar total iuran Juli Agustus 2016 belum melewati
tanggal 11 Agustus 2016.

31

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN


Peserta Rendi dengan nomor peserta 0005897421365 telah menunggak 12 bulan dengan total tunggakan hingga
September 2016 sebesar Rp. 862.640. Pada tanggal 10 September 2016 peserta tersebut membayar tunggakan
iurannya. Pada tanggal 15 September 2016 peserta tersebut menderita sakit Hepatitis A dengan biaya pelayanan
Rp. 50.000.000, maka besar denda pelayanan yang harus dibayarkan oleh peserta adalah 2,5% x 1 x Rp. 50.000.000
= Rp. 1.250.000
Dalam masa perawatan peserta ternyata juga memiliki komplikasi dengan sakit jantung dengan biaya pelayanan
sebesar Rp. 100.000.000. Peserta menyatakan ingin mencicil untuk pembayaran denda kedua, maka besar denda
yang harus dibayarkan adalah = 2,5% x 1 x 100.000.000 = Rp. 2.500.000. Dengan cicilan (standar 3x cicil) adalah
833.333.
Pada bulan Oktober Peserta tidak membayar cicilan denda kedua. Namun pada tanggal 10 November 2016 peserta
masuk kembali ke Rumah Sakit karena didiagnosa menderita sakit Hepatitis C. Besar biaya pelayanan adalah Rp.
50.000.000. Maka besar biaya denda yang harus dibayarkan adalah 2,5% x 1 x 50.000.000 + 1.666.666 = 2.916.666.
Dari contoh kasus tersebut diatas peserta akan tetap dikenakan denda pelayanan walaupun telah sembuh dari
sakit pertama karena masih dalam masa grace periode 45 (empat puluh lima) hari. Selain itu peserta pada sakit
kedua peserta diwajibkan menyelesaikan tunggakan cicilan denda kedua dan ketiga pada bulan November 2016
ditambah dengan denda pelayanan diagnose awal.

32

CONTOH KASUS DENDA PELAYANAN


Peserta Murdi (Kelas 3) dengan nomor peserta 0007895231468 telah menunggak 12 bulan dengan total tunggakan
hingga September 2016 sebesar Rp. 862.640. Pada tanggal 10 September 2016 peserta tersebut membayar
tunggakan iurannya. Pada tanggal 15 September 2016 peserta tersebut menderita sakit Typus dengan biaya
pelayanan Rp. 30.000.000, maka besar denda pelayanan yang harus dibayarkan oleh peserta adalah 2,5% x 1 x Rp.
50.000.000 = Rp. 750.000

Dalam masa perawatan peserta ternyata juga memiliki komplikasi dengan sakit ambien dengan biaya pelayanan
sebesar Rp. 10.000.000. Peserta menyatakan ingin mencicil untuk pembayaran denda kedua, maka besar denda
yang harus dibayarkan adalah = 2,5% x 1 x 10.000.000 = Rp. 250.000. Dengan cicilan (standar 3x cicil) adalah
83.333.
Pada bulan Oktober Peserta tidak membayar cicilan denda kedua. Namun pada tanggal 10 November 2016 peserta
masuk kembali ke Rumah Sakit karena didiagnosa menderita sakit Hepatitis C. Besar biaya pelayanan adalah Rp.
50.000.000. Namun peserta menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Dinas Sosial setempat,
sehingga besar denda yang harus dibayarkan adalah Rp. 0.
Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa khusus peserta kelas 3 yang tidak mampu membayar denda
dan menunjukkan SKTM tidak dikenakan denda pelayanan. Namun denda yang telah dibayarkan tidak dapat
dikembalikan.

33

Terima Kasih

Kartu Indonesia Sehat


Dengan Gotong Royong, Semua Tertolong
www.bpjs-kesehatan.go.id

@BPJSKesehatanRI

BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan
(Akun Resmi)

bpjskesehatan

BPJS Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai