Gajah (Filariasis)
Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah merupakan penyakit infeksi yang bersifat menahun
disebabkan cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. penyakit ini dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantung buah zakar, payudara dan kelamin wanita.
Gejala dan Tanda Filariasis, antara lain, pada tahap Awal (akut) berupa demam berulang 1-2
kali atau lebih setiap bulan selama 3-5 hari terutama bila bekerja berat. Demam dapat sembuh
sendiri tanpa diobati.Juga timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak
tanpa adanya luka badan.Kemudian ketika teraba adanya urat seperti tali yang berwarna
merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan ke arah ujung kaki atau
tangan. Sedangkan pada tahap Lanjut (kronis), akan terjadi pembesaran yang hilang timbul
pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita dan lama kelamaan
menjadi cacat menetap.
penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak
karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi.
Filariasis disebabkan oleh tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori. Morfologi Cacing dewasa jantan W. bancrofti berukuran 2-4 cm dan betina 5-10 cm.
Mikrofilaria berukuran panjang antara 245-300 m, bersarung pucat, lekuk badan halus,
panjang ruangan kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur. Tidak ada inti
tambahan. Larva stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 m. Larva
stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1 , ekor pendek seperti kerucut, panjang 450 m.
Larva stadium 3 (L3) bentuk langsing panjang, panjang 1200 m, pada ekor terdapat 3 papila
bulat
Cacing dewasa jantan brugia malayi berukuran panjang 23 mm, ekor melingkar. Cacing
betina berukuran panjang 55 mm, ekor lurus. Mikrofilaria brugia malayi panjangnya 200-275
m, bersarung merah pada pewarnaan giemsa, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya
dua kali lebarnya, badannya mempunyai inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai satu-dua
inti tambahan. Memiliki L1, L2, dan L3 seperti Wuchereria bancrofti namun bila dijumpai
dapat dibedakan dari L3 Wuchereria bancrofti dari keberadaan tonjolan di bagian posterior
tubuhnya.
Cacing dewasa brugia timori berbentuk halus seperti benang, warna putih susu, yang betina
berukuran 40 mm ekor lurus, dan cacing jantan berukuran 23 mm (lebih kecil dari yang
betina) ekornya melengkung kearah ventral. Mikrofilaria berukuran 3 1 0 m, ruang kepala
memiliki rasio panjang-lebar sekitar 2: 1 pada brugia malayi tetapi pada brugia timori 3: 1,
bersarung pucat, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya tiga kali lebarnya, badan
mempunyai inti-inti tidak teratur, ekor mempunyai dua inti tambahan.
Daur hidup parasit brugia malayi ini cukup panjang, masa pertumbuhannya di dalam tubuh
nyamuk kurang lebih 3 bulan. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk, melepaskan
sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang dalam otot-otot
toraks. Mula-mula parasit ini memendek disebut L1, kemudian berganti kulit tumbuh lebih
gemuk dan panjang disebut L2, selanjutnya jadi L3 yang lebih kurus dan makin panjang, L3
ini kemudian bermigrasi mula-mula ke abdomen, kemudian ke kep ala dan alat tusuk
nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung L3 (bentuk infekti) menggigit manusia maka secara
aktif larva tersebut masuk melalui luka dan masuk ke tubuh hospes dan bersarang di saluran
limfe setempat. Di dalam tubuh hospes larva mengalami pergantian kulit dan menjadi cacing
dewasa
Prevalensi infeksi dapat berubah-ubah dari masa ke masa dan pada umumnya ada tendensi
menurun dengan adanya kemajuan dalam pembangunan yang menyebabkan perubahan
lingkungan. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis perlu diperhatikan faktor-faktor
seperti hospes definitif (manusia), hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan yang
sesuai untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing
Hospes Reservoar dan vektor Filariasis
Beberapa hewan dapat berperan sebagai hospes reservoar atau sumber penularan penyakit
ini. Dari semua spesies cacing filarial yang menginfeksi manusia di Indonesia, hanya brugia
malayi tipe sub periodik nokturna yang ditemukan di hewan. Kera (Macaca sp.) dan lutung
(Presbytis sp.) merupakan reservoar dari strain tertentu brugmalayi, yang juga dapat menular
ke kucing (John & Petri, 2006). Pengendalian filariasis pada hewan reservoar ini tidak
mudah, oleh karena itu juga akan menyulitkan upaya pemberantasan filariasis pada manusia.
Brugia malayi kebanyakan di daerah tertentu vektor utamanya nyamuk genus Mansonia dan
Anopheles. brugia timori vektornya adalah nyamuk Anopheles barbirotris dan sejauh
diketahui, manusia adalah satu-satunya hospes definitif. Brugia malayi yang hidup pada
manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirotris dan yang hidup pada manusia dan
hewan ditularkan oleh nyamuk Mansonia.
Beberapa sifat vektor nyamuk adalah menyukai darah manusia (antropofilik), menyukai
darah hewan (zoofilik), menyukai darah hewan dan manusia (zooantropofilik), menggigit di
luar rumah (eksofagik) dan menggigit di dalam rumah (endofagik). Perilaku nyamuk sebagai
vektor penyakit kaki gajah menentukan distribusi penyakit kaki gajah.
Sedangkan secara intrinsik, stadium mikrofilaria ditemukan di dalam darah tepi terutama
pada malam hari dan mencapai puncaknya pada pukul 22.00 01.00 (sifat periodisitas
mikrofilaria yang bersifat nocturnal). Sedangkan mikrofilaria yang mempunyai sifat
subperiodik nokturnal, berada dalam darah tepi selama 24 jam tetapi mencapai puncaknya
pada pukul 18.00 22.00. Pada mikrofilaria yang sifatnya nonperiodik, stadium mikrofilaria
dapat ditemukan di dalam darah tepi setiap saat dan tidak pernah mencapai puncak.
Refference, antara lain :
Depkes RI. 2008. Pedoman Program Eliminasi Filariasis Di Indonesia dan Kunci
Identifikasi Nyamuk Mansonia Ditjen PP & PL Depkes RI.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Erlangga.
Filariasis atau kita bisa sebut dengan penyakit kaki gajah dan salah satu penyakit
tertua yang melemahkan dikenal didunia.penyakit filariasis adalah penyakit menahun
yang disebabkan oleh infeksi cacing yang hidup dalam saluran dan kelenjar limfe
hospes dan ditlarkan melalui nyamuk.
1. VEKTOR
Salah Satu vektor dari penyakit filariasis atau kaki gajah ini adalah nyamuk di
indonesia saat ini telah diketahui terdapat 23 spesies nyamuk dari Genus Mansonia,
Anopheles, Culex, Aedes, dan Amigeres.
Penentuan stdium limfadema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri dan
kanan lengan dan tungkai
penentuan stadium limfadema lengan ( atas, bawah ) atau tunkai ( atas,
bawah ) dalam satu sisi dibuat dalam stadium limfadema
( Gmabar Mikrofilaria )
PENCEGAHAN
Bagaimanapun juga mencegah terjadinya penyakit lebih baik dari pada
mengobatinya. Adapun cara untuk mencegah penyakit kaki gajah antara lain :
Memakai kelambu pada saat tidur juga dapat mencegah gigitan nyamuk.
Dengan melakukan hal-hal tersebut maka kita telah berusaha mengurangi resiko
terjangkitnya penyakit kaki gajah maupun penyakit-penyakit lain yang juga bisa
ditularkan oleh nyamuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filariasis
2.1.1. Pengertian
Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan
penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing fila
ria dan ditularkan
oleh berbagai jenis nyam
uk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup
berupa pembesaran tangan, kaki, payudara
, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di
saluran dan kelenjar getah
bening. Infeksi cacing filari
a dapat menyebabkan gejala
klinis akut dan atau
kronik (Depkes RI, 2005).
2.1.2. Etiologi
Filariasis disebabkan oleh infeksi c
acing filaria yang hidu
p di saluran dan
kelenjar getah bening. Anak cacing yang di
sebut mikrofilaria, hidup dalam darah.
Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari.
Filariasis di Indonesia disebabkan ol
eh tiga spesies cacing filaria yaitu:
1.
Wuchereria bancrofti
2.
Brugia malayi
3.
Brugia timori
(Gandahusada, 1998).
2.1.3. Vektor
Di Indonesia telah terindentifikasi 23
spesies nyamuk dari 5 genus yaitu
Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes,
dan
Armigeres
yang menjadi vektor filariasis.
Sepuluh spesies nyamuk
Anopheles
bancrofti
tipe pedesaan.
Culex quinquefasciatus
merupakan vektor
Wuchereria
bancrofti
tipe perkotaan. Enam spesies
Mansonia
merupakan vektor
Brugia malayi.
Di Indonesia bagian timur,
Mansonia
dan
Anopheles barbirostris
merupakan vektor
filariasis yang paling penting.
Beberapa spesies
Mansonia
dapat menjadi vektor
Brugia malayi
tipe subperiodik nokturna. Sementara
Anopheles barbirostris
merupakan vektor penting
Brugia malayi
yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dan
kepulauan Maluku Selatan.
Perlu kiranya mengetahui bionomik (t
ata hidup) vektor yang mencakup
tempat berkembangbiak, perilaku menggig
it, dan tempat istirahat untuk dapat
melaksanakan pemberantasan vektor fila
riasis. Tempat perindukan nyamuk berbedabeda tergantung jenisnya. Umumnya nyam
uk beristirahat di tempat-tempat teduh,
seperti semak-semak sekitar tempat perindukan dan di dalam rumah pada tempattempat yang gelap. Sifat nyamuk dalam me
milih jenis mangsanya berbeda-beda, ada
yang hanya suka darah manusia (antrofilik
), darah hewan (zoof
ilik), dan darah
keduanya (zooantrofilik). Terdapat perb
edaan waktu dalam mencari mangsanya, ada
yang di dalam rumah (endofagik) dan ada yang di luar rumah (eksofagik). Perilaku
nyamuk tersebut berpengaruh terhadap dist
ribusi kasus filariasis. Setiap daerah
mempunyai spesies nyamuk yang berbeda-beda (Depkes RI, 2005).
2.1.4. Hospes
A. Manusia
Setiap orang mempunyai peluang yang sa
ma untuk dapat tertular filariasis
apabila digigit oleh nyamuk infektif (m
engandung larva stadium III). Manusia yang
Universitas
Sumatera
Utara
B. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi dapat menjadi rantai
penularan filariasis. Misalnya,
adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk
Mansonia sp
. Daerah
endemis
Brugia malayi
adalah daerah dengan hutan
rawa, sepanjang sungai atau
badan air yang ditumbuhi tanaman air.
C. Lingkungan Sosial
, Ekonomi dan Budaya
Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah lingkungan yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi antara
manusia, termasuk perilaku, adat istiadat,
budaya, kebiasaan, dan perilaku penduduk. Ke
biasaan bekerja di kebun pada malam
hari, keluar pada malam hari, dan kebias
aan tidur berkaitan de
ngan intensitas kontak
vektor. Insiden filariasis pada laki-lak
i lebih tinggi daripada perempuan karena
umumnya laki-laki sering kontak dengan vekt
or pada saat beke
rja (Depkes RI, 2005).
2.1.6. Cara Penularan
Pada saat nyamuk menghisap darah manusia/hewan yang mengandung
mikrofilaria, mikrofilari
a akan terbawa masuk ke
dalam lambung nyamuk dan
melepaskan selubungnya kemudian menem
bus dinding lambung nyamuk bergerak
menuju otot atau jaringan lemak di ba
gian dada. Mikrofilaria akan mengalami
perubahan bentuk menjadi larva stadium I
(L1), bentuknya seperti sosis berukuran
125-250m x 10-17m dengan ekor runcing se
perti cambuk setelah 3 hari. Larva
tumbuh menjadi larva stadium II (L2) dise
but larva preinfektif yang berukuran 200300m x 15-30m dengan ekor tumpul atau
memendek setelah 6 hari. Pada stadium
II larva menunjukkan adanya gerakan. Kemudi
an larva tumbuh menjadi larva stadium
Universitas
Sumatera
Utara
akan
menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu 3,5 bulan, sedangkan
Wuchereria
bancrofti
memerlukan waktu lebih 9 bulan (Depkes RI, 2005).
Gambar 2.1. Cara Penularan
Universitas
Sumatera
Utara
2.
Sikap
(attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan mer
upakan pelaksanaan motif tertentu
(Notoatmodjo, 2003).
3.
Tindakan
(practice)
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau situasi yang memungkinkan,
antara lain ad
alah fasilitas
(Notoatmodjo, 2003).
2.5.3. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluar
ga terhadap Tindakan Pencegahan
Filariasis
Manusia diciptakan dengan ciri khas ya
ng melekat pada dirinya dan di sebuah
lingkungan, dimana ciri yang melekat dan
lingkungan tersebut be
rkontribusi pada
perilaku manusia dalam kehidupan sehari-har
i, termasuk perilaku kesehatan. Kepala
Keluarga sebagai individu mempunyai ciri-c
iri yang melekat padanya. Ciri ciri yang
Universitas
Sumatera
Utara