Anda di halaman 1dari 18

1.

1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan,
baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutukan
kesiapan mental untuk mengahadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan
mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah
depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pasa siapa saja, kapan saja,
dari kelompk mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini
selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan, serta kebencian pada
mereka sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan
psikologis dari orang-orang terdektnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang
terdekat dapat meyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu
menjadi depresi. Depresi biasnya terjadi saata stress yang dialami oleh seseorang
tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkoleras dengan kejadian dramatis
yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Penyebab depresi dapat dilihat
dari faktor biologis misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca
melahirkan atau penurunan berat yang sangat darastis. Faktor psikososial
misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga.
Penyebab depresi dari faktor bilogis salah satnya adalah depresi pasca melahirkan.
Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya
dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi postpartum
merupakan masalah psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan,
labilitas perasaan dan depresi pada ibu.
Perubahan hormonal dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70 % ibu melahirkan
menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian
gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena prose adaptasi dan dukungan
keluarga yang tepat.
Sampai saat ini belum ada alat test khusun yang dapat mendiagnosa secara
langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa
simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila
memenuhi kriteria gejala yang ada.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi
antar 26-85 %. Sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpsrtum antara
50-70 % dari wanita pasca persalinan.

1. Rumusan Masalah
2. Apa itu depresi postpartum?
3. Apa etiologi depresi postpartum?
4. Apa patofisiologi depresi postpartum?
5. Bagaimana tanda dan gejala depresi postpartum?
6. Bagaimana penatalaksanaan depresi postpartum?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik depresi postpartum?
8. Bagaimana prognosis depresi postpartum?
9. Bagaiman komplikasi depresi postpartum?

1. Tujuan
2. Tujuan Umum
Mampu mengetahui secara menyeluruh bagaimana cara penanganan pada
gangguan psikologis depresi postpartum.
1. Tujuan Khusus
2. Mengetahui defenisi depresi postpartum
3. Mengetahui etiologi depresi postpartum
4. Mengetahui patofisiologis depresi postpartum
5. Mengetahui tanda dan gejala depresi postpartum
6. Mengetahui penatalaksanaan depresi postpartum
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik depresi postpartum
8. Mengetahui prognosis depresi postpartum
9. Mengetahui komplikasi depresi postpartum

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Defenisi depresi postpartum


Kartono (2002) menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus
asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu,
pengurangan aktifitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir.
Gangguan depresi disertai kecemasan, kegelisahan dan keresahan, perasaan
bersalahan, perasaan menrunnya martabat diri atau kecendrungan bunuh diri.
Trisna (Hadi 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaa sedih atau
sendu yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh.
Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu
yakin tidak melakukan apapun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon
apapun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Clydde (Regina dkk, 2001) bentuk gangguan depresi postpartum yang umum
adalah depresi, mudah marah, mudah frustasi dan mudah emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut
DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifukasikan dalam 3 tahap, yaitu :

Baby blues

Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja.
Gejalanya berupa perasaan sedih, uring0uringan, dan khawatir tanpa alasan yang
jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung beberapa hari saja. Pelan-pelan si
ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan
barunya.

Depresi postpartum

Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
memebdekannya adalah ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi
dua minggu sampai setahun setelah melahirkan.

Psychosis postpartum

Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat megalami halusinasi, memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Tidak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung
secara keseluruhan.

2. Etiologi depresi postpartum


Disebabkan karena perubahan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya
depresi postpartum adalah prolaktin, sterois, dan progesteron. Ada 4 penyebab
depresi postpartum :

Faktor konstitusional

Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri


pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan yang lalu dan terjadi pada wanita primipara. Wanita
primipara lebih banyak yang mengalami baby blues karena setelah melahirkan
wanita primipara berada pada proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri
sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung
sementara bayinya harus tetap dirawat.

Faktor fisik

Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental


selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drasti
setelah melahirkan dan periode laten selam dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Kadang progesteron naik dan estrogen menurun secara cepat
setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.

Faktor psikologis

Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan
anak.

Faktor sosial dan karakteristik ibu

Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering


menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya dukungan dalam
perkawinan.

3. Patofisiologi depresi postpartum


Depresi postpartum dipengarhi oleh beberapa faktor :
1. Biologis
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron, dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau
telalu lambat.
1. Karkteristik ibu, yang meliputi :

Faktor umur

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseornaf
perempuan untuk melahirkan pada usia 20-30 tahun, dan hal ini mendukung
masalah periode optimal bagi perawatan bayi oleh seseorang ibu. Faktor usia yang
perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali diakitkan
dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.

Faktor pengalama

Penelitian mengatakan bahwa depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada


wanita primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru baginya dan dapat
menimbulkan stress.

Faktor pendidikan

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik


peran, antara tuntuan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja
atau melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran merak sebagai ibu rumah
tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.

Faktor selama proses persalinan

Hal ini mencakup lamanya proses persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis
yang muncul dan kemungkin perempuan yang bersangkutan akan menghadapi
depresi postpartum.

Faktor dukungan sosial

Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan


pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang

4. Tanda dan gejala depresi postpartum


Gejala yang menonjol dalam depresi postpartum alah trias depresi yaitu :

Berkurangnya energi

Penurunan efek

Hilang minat (anhedonia)

Gejala depresi postpartum yang dialami 60 % wanita mempunyai karakteristik


dan spesifik antara lain :

Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi

Kelelahan dan perubahan mood

Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur

Tidak mau berhubungan dengan orang lain

Tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayinya dan dirinya sendiri

5. Penatalaksanaan depresi postpartum


Untuk mecegah terjadinya depresi postpartum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu apabila
terlihat sedih, dan sarankan pada ibu untuk :

Beristirahat dengan baik

Berolahraga yang ringan

Berbagi cerita dengan orang lain

Bersikap fleksibel

Bergabung dengan orang-orang baru

Sarankan untuk berkonsultasi dengan dokter

Cara-cara untuk menghindari dan mengurangi stress :

Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata mengganggu istirahat


anda

Untuk sementara waktu hindari konsumsi coklat dan gula dalam jumlah
yang berlebihan karena dapat memicu depresi

Perbanyak mendengar musik favori anda agar anda merasa lebih rileks,
disarankan musik-musik yang menyenangkan.

Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam
mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk
tubuh

Sesekali berpergianlah agar anda tidka merasa bosan karena berada


dirumah

Dukungan dari suami dan keluarga lainnya sangat berpengaruh pada


keadaan psikis ibu

Ada dua macam perawatn depresi :

Terapi bicara

Adalah sesi bicara dengan terpai, psikologis atau pekerja sosial untuk mengubah
apa yang dipikirkan, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.

Obat medis

Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti
depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang yang tepat dan aman bagi
bayi untuk dikonsumsi untuk ibu hamil dan menyusui.
Penatalaksanaan depresi postpartum
1. Dapat riwayat kesehatan selama periode antepartum
mengidentifikasi resiko potensial depresi postpartum

untuk

2. Atur konseling selama periode anterpartum pada klien yang beresiko


3. Bantu klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama
periode antepartumjika dia dinyatakan beresiko terhadap depresi
postpartum
4. Dapatkan riwayat kesehatan postpartum yang akurat termasuk demografi,
informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
5. Tawarkan dukungan, dorongan, dan bantuan kepada klien untuk
memahami bahwa perasaan deprsi dalam beberapa hari setelah melahirkan
adalah normal
6. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hri
dia harus berkonsultasi
7. Atur konseling selanjutnya jika klien memperlihatkan depresi belanjut

6. Pemeriksaan diagnostik depresi postpartum


Tidak ada yang pasti untuk meyakinkan diagnosis depresi postpartum, hanya
dibuat berdasarkan penilaian secara klinik.

7. Prognosis depresi postpartum


Identifikasi dan intervensi secara dini prognosanya pada wanita yang megalami
depresi postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan
tertangani dengan baik jika efek depresi postpartum ini diketahui sejak awal.
Pencegahan yang paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya
depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penying untuk mencegah
terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat
diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk
dilakukan imunisasi sehingga pencengah terjadinya depresi postpartum dan
depresi secara umum dapat dilihat.

8. Komplikasi depresi postpartum

Gangguan jiwa dapat meliputin :

Waham

Halusinai

Kerusakan psikoafektif

Resiko bunuh diri

Resiko mencederai diri

Resiko mencederai anak

BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN


DEPRESI POSTPARTUM TERHADAP Ny. K DI BPS IRMAYANTI
KURANJI, SITEBA TANGGAL I NOVEMBER 2013

1. PENGUMPULAN DATA
Tanggal

: 1 November 2013

Pukul

: 10.00 WIB

1. Identitas
Nama

: Ny. K

Umur

: 21 tahun

Agama

: islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Suku

: Minang

Alamat

: Jl. Teknologi No.3, Siteba

No. Telepon

: 081374562311

Nama suami

: Tn. J

Umur

: 28 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Buruh

Suku

: Minang

Alamat

: Jl. Teknologi No.3, Siteba

No. Telepon

: 081374621134

1. Anamnesa
2. Keluhan utama
Ibu postpartum 3 minggu yang lalu mengeluhkan sangat merasa lelah, tidak ingin
melihat apalagi mendekati bayinya, kerena bayinya laki-laki, ibu tidak nafsu
makan, mersa lelah yang berlelbihan dan tidak bisa tidur.
2. Riwayat persalinan
Anak lahir

: 17 Oktober 2013

Jenis kelamin

: Laki-laki

Jenis persalinan

: Spontan

No

Keadaan

Uraian

1.

Kala I

Lamanya 6 jam

2.

Kala II

Pukul 16.00 WIB persalinan spontan, jenis kelamin lakilaki, BB 3200 gr, PB 48 cm, apgar score 10, rupture
perineum

3.

Kala III

Plasenta lahit puku 16.45 WIB dengan manajemen aktif


kala III, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat 20 cm,
kotiledon dan fisik lengkap

Kala IV

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TFU 2 jari


dibawah pusat, kontaksi baik, tidak ada nyeri, TD : 120/70
mmHg, N : 22/menit, S : 366C, P : 80/menit

4.

3. Pola Kehidupan
4. Eliminasi
BAB
Sebelum melahirkan

: 1/hari

Sesudah melahirkan

: 1/hari

BAK
Sebelum melahirkan

: 6-7/hari

Sesudah melahirkan

: 4-5/hari

1. Nutrisi
Sebelum melahirkan
: ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi 1
piring nasi + 1 potong lauk + 1 mangkuk nasi + 6-8 gelas air putih
Sesudah melahirkan
: ibu mengatakan makan 2 kali sehari dengan porsi
setengah pring nasi + 1 potong lauk + setengah mangkuk sayur + 4-5 gelas air
putih
1. Istirahat
Sebelum melahirkan

: ibu mengaatakan tidur 7-8 jam/hari

Sesudah melahirkan
sering terbangun

: ibu mengataka sulit tidur, tidur hanya 4-5 jam/hari dan

1. Aktifitas
Sebelum melahirkan
dengan sendirian

: ibu mengatakan bekerja dan beraktifitas seperti biasa

Sesudah melahirkan
aktifitas

: ibu mengatakan masih perlu bantuan untuk melakukan

1. Personal hygiene
Sebelum melahirkan
menggosok gigi 2sehari
Sesudah melahirkan
rambut 1seminggu

: mandi 2sehari, mencuci rambut 3seminggu,


: mandi 1sehari, menggosol gigi 2sehari, mencuci

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan sulit tidur, cemas, nafsu makan berkurang, perasaan putus asa,
tidak senang melihat bayinya, tidak perhatian pada bayinya dan panampilannya.
5. Keadaan Psikologi
Ibu sedih, tidak mau melihat dan merawat bayinya, karena bayi lahir laki-laki ibu
cemas dan taku kalau suami dan keluarganya tidak menyukai bayinya.

1. Pemeriksaan Fisik

2. Keadaan Umum : ibu tampak kusut dan lemah


Kesadaran

: CMC

1. Tanda-tanda Vital
TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 90/menit

Suhu

: 36

Penafasan : 24/menit
1. Pemeriksaan inspeksi, palapasi, auskultasi, dan perkusi
2. Rambut : bersih, tidak berketombe, hitam, tidak rontok
3. Wajah : tidak ada oedema, dan closma gravidarum tidak ada
4. Mata : konjungtiva agak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada
pembengkakakn
5. Hidung : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada peradangan, tidak ada
polip, fungsi penciuman normal
6. Mulut : kurang bersih, terdapat stomatit, tidak ada karies, pengecapan baik
7. Telinga : simetris kira dan kanan, bersih, pendengaran normal
8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak pembesaran kelenjar
limfe
9. Dada : simetris kiri dan kanan, gerakan dada saat inspiras dan ekspiras
seirama
10. Payudara : simetris kiri dan kanan, puting menonjol, tidak ada benjolan,
keadaan kurang bersih, terjadi pembengkakan
11. Abdomen : TFU tidak teraba. Tidak ada nyeri tekan, terdapat striae albican
12. Genetalia : kurang bersih, tidak ada luka heating, lochea alba, tidak ada
oedema dan haemoroid
13. Eksremitas

Atas : simertis kiri dan kanan, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap,
kurang bersih, kuku pada jari tangan panjang dan kotor

Bawah : simetris kiri dan kanan, tidak ada cacat, bebas digerakkan,
lengkap, kurang bersih, kuku pada jari kaki panjang dan kotor, tidak ada
varises dan oedam

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 1 November 2013 pukul 10.00 Wib, bidan melakukan pengkajian
pada Ny. K. Dalam kasus Ny. K diperoleh data-data berikut, data
subjektignya adalah Ibu mengatakan merasa lelah ibu mengatakan tidak nafsu
makan, ibu mengatakan tidak bisa tidur, ibu mengatakan tidak mau melihat dan
mendekati anaknya. Dalam data subyektif terdiri dari biodata yang mencakup
identitas klien serta suami yang terdiri dari Nama yang jelas dan lengkap. Hal ini
untuk mengetahui identitas ibu dan suami. bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari hal ini untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. Dalam
lahan pasien kami bernama Ny K dan suaminya Tn R. Dalam praktek dan teori
sudah sesuai kami melakukan anamnesa identitas ibu dan suami hal ini untuk
mencegah kekeliruan dengan pasien yang lain.
Dalam biodata juga tercantum umur dicatat dalam tahun. Sebaiknya juga tanggal
lahir klien, umur berguna mengetahui apakah ibu tergolong dalam primi para tua
atau primi para muda. Primi para tua yaitu hamil pertama saat umur 35 tahun dan
untuk primi para muda adalah umur kurang dari 16 tahun saat hamil pertama.
Dalam lahan kami mendapati umur Ny Y 30 tahun. Tidak ada kesenjangan antara
teori dan lahan umur ibu tidak masuk dalam daftar resti yaitu kurang dari 16 tahun
dan lebih dari 35 tahun.
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak.
Misalnya ibu yang dirawat memerlukan bantuan keluarga. Dengan adanya alamat
tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga alamat dapat

memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal klien. Dalam


lahan kami juga menanyakan alamat ibu kami mendapati alamat ibu di desa
Jatimalang,Mojolaban. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan.
Dalam teori biodata juga dilengkapi dengan pekerjaan yang dicatat untuk
mengetahui taraf sosial ekonomi ibu tersebut. Sejauh mana pengaruh pekerjaan
dengan permasalahan kesehatan klien berkaitan dengan aktivitasnya sehari-hari
dan juga pembiayaan hidupnya yang berkaitan dengan gizi, perencanaan tempat
persalinan. Dilahan kami mencatat pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga dan
suami bekerja swasta. Dengan demikian kami dapat menilai taraf social ibu
termasuk katagori menengah sehingga pembiayaan hidup dan gizi ibu cukup baik.
Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan karena dalam lahan pekerjaan juga
ditanyakan.
Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk
kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan. Dilahan Agama juga
kami tanyakan dan ibu dan suami beragama Islam sehingga pendekatan yang kami
lakukan dengan menganjurkan ibu banyak berdoa dan sholat agar persalinannya
dapat berjalan dengan lancar. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan.
Dalam teori pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya,
tingkat pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Dalam
lahan kami ibu dan suami pendidikan terakhirnya adalah SMP sehingga hal ini
dapat menjadikan acuan bagi bidan untuk memberikan asuhan dan pengarahan
sesuai tingkat pendidikan agar mudah dimengerti. Oleh karena hal tersebut, tidak
ada kesenjangan antara teori dengan lahan karena dilahan pendidikan juga
menjadi daftar pertanyaan.
Pola pemenuhan kebutuhan salah satunya menanyakan nutrisi ibu, Tanyakan
kebiasaan makan dirumah selama hamil biasanya berapa kali dalam satu hari
normalnya 3x sehari, berapa piring dalam satu kali makan, jenis makanan yang
bergizi dan berserat tinggi, dan adakah makanan yang berpantang selama hamil.
Hal ini perlu ditanyakan karena kebiasaan makan mempengaruhi kesehatan
klien .Dalam praktek kami mananyakan tentang nutrisi ibu selama hamil dan
selama nifas, selama hamilibu mengatakan makan 3x sehari porsi ibu hamil jenis :
nasi, lauk, sayur, buah-buahan dan minum 6-8 gelas /hari (air putih dan susu).
Selama nifas ibu mengatakan makan 2x nasi, lauk sayur dan buah satu porsi habis,
serta minum 4 gelas (air putih dan teh hangat). Kebutuhan nutrisi ibu sudah baik
sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara keduanya.
Eliminasi juga perlu ditanyankan karena bila ada gangguan ini akan mengganggu
berjalannya masa nifas. Selama masa nifas ibu mengatakan BAK 1x jernih, encer
bau khas. Tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan karena yang dialami ibu
dalam batas normal.

Pola istirahat ibu juga perlu ditanyakan. Hal ini untuk mengkaji kenyamanan dan
mengembalikan tenaga ibu setelah persalinan. Ibu mengatakan telah tidur 7-8 jam
sehari. Dari hal tersebut diketahui tidak ada kesenjagan antara teori dan lahan.
Dalam data objektif yang didapatkan adalah kesadaran umum ibu, ibu tampak
kusut dan lemah. TD : 110/70, N: 90, S: 36 6 C, P: 24/menit,ibu tampak lesu,
konjungtiva agak pucat, ibu tampak tidak memperhatikan dirinya. Pemeriksaan
inspeksi, palapasi, auskultasi, dan perkusi. Normalnya : Rambut : bersih, tidak
berketombe, hitam, tidak rontok. Wajah : tidak ada oedema, dan closma
gravidarum tidak ada. Mata
: konjungtiva agak pucat, sklera tidak ikterik,
tidak ada pembengkakan. Hidung : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
peradangan, tidak ada polip, fungsi penciuman normal . Mulut : kurang bersih,
terdapat stomatit, tidak ada karies, pengecapan baik. Telinga
: simetris kira
dan kanan, bersih, pendengaran normal. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak pembesaran kelenjar limfe. Dada : simetris kiri dan kanan, gerakan
dada saat inspiras dan ekspiras seirama. Payudara : simetris kiri dan kanan, puting
menonjol, tidak ada benjolan, keadaan kurang bersih, terjadi pembengkakan.
Abdomen : TFU tidak teraba. Tidak ada nyeri tekan, terdapat striae albican.
Genetalia: kurang bersih, tidak ada luka heating, lochea alba, tidak ada oedema
dan haemoroid. Eksremitas, atas : simertis kiri dan kanan, tidak ada cacat, bebas
digerakkan, lengkap, kurang bersih, kuku pada jari tangan panjang dan kotor,
bawah : simetris kiri dan kanan, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap,
kurang bersih, kuku pada jari kaki panjang dan kotor, tidak ada varises dan oedam
Perencana yang dibuat :
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
2. Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital
3. Bantu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygine
4. Ajarkan tentang perawatan bayi
5. Libatkan keluarga dan teman terdekatnya untuk memberi dukungan dan
semangat
6. Jelaskan faktor-fakor yang memperberat depresi dan cara penangananya
7. Kolaborasi dengan dokter atau psikiater
Pelaksanaan yang diberikan juga disesuaikan dengan perencanaan yang diberikan
pada ibu, tidak didapati kesenjangan antara lahan dan teori.
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai semua tindakan yang kita berikan apakah
sudah sesuai dengan yang dibutuhkan ibu dan juga menilai keadaan ibu. Dilahan

setelah melakukan evalusi semua kebutuhan ibu telah diberikan dan semua
tindakan telah diberikan dengan baik. Keadaan ibu dan bayinya baik. Tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.

BAB V
PENUTUPAN

1. KESIMPULAN
Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan
melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktifitas fisik
maupun mental dan kesulitan dalam berpikir. Gangguan depresi disertai
kecemasan, kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalahan, perasaan menrunnya
martabat diri atau kecendrungan bunuh diri.
Ada 4 penyebab depresi postpartum :

Faktor konstitusional

Faktor fisik

Faktor psikologis

Faktor sosial dan karakteristik ibu

Depresi postpartum dipengarhi oleh beberapa faktor :


1. Biologis
2. Karkteristik ibu, yang meliputi :

Faktor pengalama

Faktor pendidikan

Faktor selama proses persalinan

Faktor dukungan social

1. SARAN
Agar ibu nifas dapat menegtahui tanda dan gejala depresi postpartum dan ibu
yang siap melahirkan tidak berada pada posisi depresi postpartum. Apabila ibu
yang sudah berada dalam tahap depresi partum bisa keluar dari tahap ini dan bisa
merawat kembali bayinya.

DAFTAR PUSATA
Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima
Medika : Jakarta
Reece, EA. And Hobbins, JC. Clinical Obstetrics The Fetus and Mother. 3 rd ed.
Blackwell Publishing. Massachussetts. USA. 2007. p. 1022 6
Cockburn J. and Pawson, ME. (eds). Psychological Challenges in Obstetrics and
Gynecology The Clinical Management. Springer-Verlag. London. 2007. p. 141
56

Anda mungkin juga menyukai