Anda di halaman 1dari 38

1

PROPOSAL INDIVIDU
Hubungan pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap praktek pelaksanaan
pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di Wilayah kerja Puskesmas
Payung Sekaki tahun 2016

DISUSUN OLEH:
MILA FEBRIANI (14011214)

DOSEN PEMBIMBING

: Ibu Yessi Harnani,SKM,M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH PEKANBARU


KOTA PEKANBARU
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti,
yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyer ulu hati, disertai tanda
perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan (peteciae, lebam ( ecymosis) atau
ruam (pura-pura) . kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun atau renjatan (shock) (Kemenkes RI, 2011).
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan di indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular
yang terutama menyerang anak-anak. (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 71)
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
Data dari seluruh dinia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penerita DBD setiap tahunnya. Sementara itu terhitung sejak tahun
1968 hingga tahun 2009, World health organization (WHO) mencatat negara
indonesia sebagai negara dengan kasus Demam berdarah dengue (DBD)
pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak
58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (amgka
kematian (AK): 41,3%) (Buletin Jendela Epidemiologi, 2010).
Di Indonesia pada tahun 2014 jumlah penderita DBD yang dilaporkan
sebanyak 100.347 kasus dengan

jumlah kematian sebanyak 907 orang

(Incidens rate /angka kesakitan =39,8per 100.000 penduduk dan CFR/ angka
kematian =0,9%). Dibandingkan tahun 2013dengan kasus sebanyak 112.511
serta Incidens Rate/45,85 terjadi penutunan kasus pada tahun 2014 (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015).

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini masih


merupakan masalah kessehatan di Provinsi Riau yang memerlukan perhatian
serius dari semua pihak, mengingat penyakit ini sangat potensial untuk terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan merupakan ancaman bagi masyarakat luas.
Di Provinsi Riau, jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2013
dilaporkan sebanyak 1.415 orang Iincidens rate=23,45 per 100.000
penduduk) dan angka kematian sebanyak 11 0rang (CFR=0,8%). Sedangkan
pada tahun 2014 , penderita demam berdarah sebanyak 2.342 kasus dan
meninggal sebanyak 31 orang (IR 36,83 per 100.000 penduduk. CFR=1,32%)
(Profil kesehatan Indonesia,2015).
Pada Tahun 2009, di Kota Pekanbaru terdapat 397 kasus DBD, terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 326 kasus. Dan pada
tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 204 kasus sedangkan pada tahun 2011
terjadi peningkatan 2 kali lipat dari tahun 2010 yaitu 426 kasus. Pada tahun
2012 terjadi penurunan jumlah kasus DBD yang signifikan yaitu menjadi 157
kasus. Sementara itu untuk tahun 2013 hanya 113 kasus. Pada tahun 2014
terdapat 5 kasus meninggal akkibat DBD dengan Casefatality Rate 2,4%
dengan Incidens rate 19,9 per 100.000 penduduk (Profil Kesehatan Kota
Pekanbaru, 2014).
Berdasarkan data Dinkes Kota Pekanbaru dan puskesmas payung sekaki,
Kecamatan payung sekaki yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan dan seluruh
kelurahan merupakan endemis DBD serta setiap tahun terjadi peningkatan
kasus. Pada tahun 2013 terjadi 42 kasus (Incidens rate 42,7 per 100.000
penduduk ). Meningkat lagi pada tahun 2014 menjadi 59 kasus (Incidens rate
52,8 per 100.000 penduduk). Lalu kasus meningkat menjadi 68 kasus pada
tahun 2015 (Incidens rate 64,7 per 100.000 penduduk). Batas endemisitas
untuk angka kesakitan DBD tahun 2014 sebesar <_ 51 per 100.000 penduduk.
Dengan demikian pada tahun 2015 kecamatan Payung sekaki melebihi batas
endemisitas (Profil Kesehatan Indonesia, 2014)

Indonesia sebagai negara tropis merupakan kawasan endemik penyakit


menular, baik penyakit menular endemik maupun penyakit yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa (KLB). Departemen Kesehatan sejak tahun 2000
telah menetapkan 10 upaya pemberantasan penyakit dan penyehatan
lingkungan sebagai prioritas perhatian, salah satu diantaranya pengendalian
demam berdarah.
Penyakit DBD bersifat musiman, yaitu biasa terjadi pada musim hujan
yang memungkinkan nyamuk penular (Aedes aegypti dan aedes albopictus)
hidup digenangan air bersih. Nyamuk DBD adalah nyamuk domestik yang
banyak ditemukan terutama pada lokasi padat penduduk di lingkungan
perkotaan. Program pengendalian nyamuk DBD difokuskan pada 3M plus,
yang

meliputi

menguras

dan

menutup

tempat

penampungan

air,

menyingkirkan barang-barang bekas seperti ban atau kaleng yang dapat


menampung genangan air serta penggunaan obat pembasmi jentik nyamuk
(temephos)atau ikan pemakan jentik didalam kontainer air rumah tangga.
Upaya pemberantasan penyakit, baik itu menyangkut pencegahan,
pengobatan maupun rehabilitasi selalu melibatkan perempuan, khususnya ibu
rumah tangga. Di masyarakat, perempuan khususnya Ibu rumah tangga
diposisikan sebagai Care giver. Artinya, mereka bertugas menjaga, merawat,
mengobati anggota keluarga apabila menderita penyakit. Padahal dengan
tugas ganda ibu rumah tangga, tidak mudah bagi mereka untuk mencegah
penyakit. Tugas Ibu rumah tangga untuk menjaga kesehatan keluarga dan
masyarakat selain memerlukan waktu, tenaga, uang juga memerlukan
keterampilan.
Keterampilan merawat kesehatan keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan
dan pengalaman seseorang. Mereka yang memiliki banyak pengetahuan akan
lebih terampil daripada yang kurang. Dengan demikian pengetahuan akan
mempengaruhi bagaimana perempuan memperlakukan diri dan keluarganya
terkait penyakit.

Banyak

masalah

kesehatan

dipengaruhi

oleh

kebersihan

dalam

masyarakat, keluarga, pribadi sehingga pencegahan penyakit dengan cara


menghentikan

penyebaran

penyakit

seperti

menyentuh

orang

yang

mengandung kuman, pakaian, udara, makana, atau gigitan serangga, perlu


dipahami secara benar oleh perempuan sebagai cara care giver. Hal ini
dikarenakan pemahaman yang benar mengenai cara penyebaran penyakit
akan mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan agen (kuman ).
Pemahaman yang keliru akan menimbulkan persepsi negatif mengenai
sesuatu hal sehingga berpengaruh atas kesadaran diri teradap pencegahan.
Sebaliknya, pemahaman yang benar dianggap akan meningkatkan kesadaran
atas suatu penyakit. Kepercayaan individu datang dari apa yang individu lihat
( persepsi) dan yang dia ketahui akan suatu objek tertentu. Kepercayaan dapat
terus berkembang berdasarkan pengalaman pribadi, apa yang diceritakan
orang lain dan kebutuhan emosional individu. Komunitas didefinisikan bukan
hanya sebagai kumpulan individu-individu, namun suatu sstem yang dinamis
dengan kekuatan dan kemampuan tertentu yang dapat dipengaruhi dan
didukung dengan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas kesehatannya.
Pemahaman akan pengetahuan dan pengalaman lokal pada suatu kelompok
masyarakat dapat berguna untuk mengetahui kebutuhan komunitas yang
sesungguhnya serta faktor determinan masalah kesehatan yang paling
memiliki daya ungkit besar.
Pengalaman menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat tradisional
sebab melalui pengalaman warga masyarakat (kelompok) terbentuklah
pengetahuan. Pengalaman bersifat subyektif, akan tetapi dalam masyarakat
yang bersifat komunal pengalaman bersama merupakan suatu community
mind (pengetahuan masyarakat) sehingga hal tersebut dianggap sebagai
pengetahuan mereka. Sebaliknya pada masyarakat yang maju, individual
mind (pengetahuan perorangan) lebih penting. Individu-individu dengan latar
budaya dan kondisi geografis yang hampir sama cenderung akan memiliki
perspektif yang serupa. Pada kelompok masyarakat tradisional, pemahaman

akan masalah kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, nilai-nilai serta sikap


dalam kelompok etnik tersebut yang telah berakar kuat dan merupakan suatu
perspektif yang turun menurun.

Beberapa studi menunjukkan persepsi

individu terhadap kesehatan lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi keluarga,


tokoh masyarakat serta komunitas disekitarnya daripada pengetahuan
subjektif yang dia miliki. Pada masyarakat yang menganut sistem nonwestern medicine (masyarakat tradisional agraris), klasifikasi teori penyebab
penyakit dibedakan menjadi sistem naturalistik maupun personalistik. Kedua
sistem tersebut berpengaruh atas pandangan masyarakat terhadap penyebab
suatu penyakit dan upaya pengobatannya.
Keberhasilan program pencegahan DBD tergantung pada cara masyarakat
memandang nyamuk sebagai penyebab serta memahami pentingnya upaya
pelaksanaan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan masingmasing, terutama dengan langkah-langkah 3M plus yang benar. Beberapa
studi telah menunjukkan keberhasilan penerapan pendidikan kesehatan
melalui sintesis dari faktor sosial budaya masyarakat.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
kasus demam berdarah dengue (DBD) dari tahun ke tahun, maka dengan
demikian penulis tertarik untuk meneliti judul Hubungan pengetahuan Ibu
rumah tangga terhadap praktek pelaksanaan pencegahan demam berdarah
dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Dalam tiga tahuh terakhir, terjadi peningkatan kasus DBD di Kecamatan
payung Sekaki. Pada tahun 2013 terjadi 42 kasus meningkat lagi pada tahun
2014 menjadi 54 kasus. Lalu kasus meningkat menjadi 68 kasus pada tahun
2015 dengan Incidens rate 64,7 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
wilayah kerja Puskesmaa payung sekaki dengan judul

Hubungan

pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap praktek pelaksanaan pencegahan


6

demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki


tahun 2016.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap praktek
pelaksanaan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja
Puskesmas Payung Sekaki tahun 2016.
2 Tujuan Khusus
Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan,sikap dan persepsi
Ibu rumah tangga terhadap proses pelaksanaan pencegahan demam berdarah
dengue (DBD) di Puskesmas payung sekaki tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti memperoleh pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya
tentang Hubungan

pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap praktek

pelaksanaan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja


Puskesmas Payung Sekaki tahun 2016.
2. Bagi Puskesmas Payung Sekaki
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan berupa
informasi tentang Hubungan

pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap

praktek pelaksanaan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di


wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki tahun 2016
3. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Memberikan masukan dan kajian yang dapat menjadi sumbangsih
pemikiran informasi Kesehatan untuk peningkatan mutu pendidikan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi yang berminat untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini berfokus kepada tingkat pengetahuan, sikap dan persepsi Ibu
rumah tangga terhadap praktek dalam pelaksanaan pencegahan demam
berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Tahun
2016.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Pengertian DBD
Penyakit Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti,yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari
tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan (petechiae,lebab
(echymosis) atau ruam (pura-pura). Kadang-kadang mimisan, berak
darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock)
(Kemenkes RI,2011).
Demam Berdarah dengue adalah penyakit yang menyerang bagian
utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah.
Bagian darah yang diserang oleh penyakit ini yaitu keping-keping atau
trombosit. Akibat dari serangan penyakit ini, kadar trombosit dalam
darah menurun drastis. Darah lebih pekat dan mengental karena
kehilangan cairan. Akibat selanjutnya adalah fatal yaitu kematian
(Surtiretna N, 2009).
b. Etiologi
1. Virus Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
Arbovirus B,yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan
oleh artropoda virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili
Flaviviridae. (widoyono,2011,hlm 72).
Ada empat serotipe yaitu DEN -1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 .
serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan
kasus-kasus parah . infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan
kekebalan terhadap serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk
serotipe yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di

10

Indonesia. Di daerah Endemik DBD, seseorang dapat terkena infeksi


semua

serotipe

virus

pada

waktu

yang

bersamaan.

(widoyono,2011,hlm 72).
Virus Dengue baru dapat menimbulkan gejala demam berdarah
pada manusia jika manusia tersebut terinfeksi minimal dua jenis virus
dengue. Jika manusia baru terinfeksi satu jenis virus maka tidak akan
timbul gejala demam berdarah.(Agus Susanto, 2007, hm 4)
2. Vektor
Virus dengue memerlukan perantara untuk dapat masuk kedalam
tubuh manusia. Perantara atau vektor virus ini yaitu nyamuk Aedes
yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan aedes albopictus.(Agus
Susanto, 2007, hm 4)
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegyti (di
daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan).
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang
terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia
(terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat
pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.
(widoyono,2011,hlm 73)
Aedes aegypti merupakan vektor utama (95%) bagi penyebaran
penyakit DBD. Jenis nyamuk ini hidup dan ditemukan di negaranegara yang terletak antara 35o Lintang utara 35oLintang Selatan.
Nyamuk ini hidup pada temperatur udara paling rendah sekitar 10oC.
Pada musim panas, jenis nyamuk ini kadang-kadang ditemukan di
daerah yang terletak sampai sekitar 45oLintang Selatan. Selain itu,
ketahanan hidup spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah
yang bersangkutan dari permukaan laut. Biasanya jenis nyamuk ini
tidak ditemukan di daerah dengan ketinggalan lebih dari 1000 meter
diatas permukaan laut.(Agus Susanto, 2007, hlm 4)
10

11

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan hidup di dekat


manusia. Nyamuk dewasa menyukai tempat gelap yang tersembunyi
di dalam rumah sebagai tempat beristirahatnya. Nyamuk ini juga
menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah, seperti
gorden, kelambu, maupun baju atau pakaian di kamar yang gelap dan
lembap..(Agus Susanto, 2007, hlm 5)
Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mencari makan (mengigit
manusia untuk diisap darahnya) sepanjang hari, terutama antara jam
08.00-13.00 dan antara jam 15.00-17.00. jarak terbang nyamuk betina
jenis ini terbatas sekitar 30-50 meter per hari, sehingga korban gigitan
nyamuk dapat dipastikan berada sekitar jarak tersebut dari sarang
nyamuk.Aedes aegypti..(Agus Susanto, 2007, hlm 5)
Nyamuk dalam fase imatur (larva) ditemukan di dalam atau di
dekat perumahan, di dalam kaleng, atau berbagai tempat penyimpanan
air yang berisi air bersih yang dipakai untuk air minum atau mandi.
Nyamuk tersebut bersarang dan berkembang biak disana. Nyamuk ini
hidup tidak hidup diair mengalir maupun comberan yang langsung
berhubungan dengan tanah.(Agus Susanto, 2007, hlm 5)
Telur aedes aegypti mampu bertahan hidup dalam

keadaan

kering salama beberapa bulan. Hal inilah yang menyulitkan


pemusnahan vektor penyebab penyakit DBD .(Agus Susanto, 2007,
hlm 6)
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti yaitu pada badan dan tungkai
nyamuk terdapat belang hitam dan putih. Nyamuk betina mengisap
darah agar bisa memperoleh protein untuk mematangkan telurnya
sampai dibuahi oleh nyamuk jantan. Bentuk nyamuk Aedes aegypti
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun yang memperoleh
makanan dengan cara menggigit dan mengisap darah berbagai jenis
11

12

binatang. Nyamuk ini berkembang biak di dalam lubang-lubang


pohon, lekukan tanaman, potongan batang bambu, dan buah kelapa
yang terbuka. Habitat larva nyamuk ini yaitu didalam genangan air ,
seperti airdalam kaleng atau tempat penampungan lain termasuk
timbunan sampah diudara terbuka. Habitat larva ini menyebabkan
nyamuk aedes albopictus banyak dijumpai di daerah pedesaan,
pinggiran kota, dan taman-taman kota.(Agus Susanto, 2007, hlm 6)
Pada musim penghujan,tersedia lebih banyak tempat yang cocok
bagi habitat aedes albopictus.itulah sebabnya jumlah populasi nyamuk
ini pada musim penghujan meningkat pesat.Nyamuk dewasa
mempunyai kebiasaan mencari makan pada siang hari.Daya terbang
nyamuk dewasa betina erkisar antara 400-600 meter.Kesempatan
berpindah tempat secara pasif(terbawa alat transformasi manusia) bagi
Aedes albopictus lebih terbatas sebab nyamuk ini hidup diluar
rumah.Namun di sisi lain,kebiasaan mencari makan Aedesalbopictus
memungkinkan nyamuk ini menularkan virus dengue dari kera ke
manusia dan sebaliknya.telur Aedesalbopictusdapat bertahan terhadap
pengawetan melalalui proses pengeringan dalam waktu beberapa
bulan..(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Meskipun vektor utama penyebaran infeksi virus dengue
mempunyai habitat hidup di daerah tropis maupun subtropis,namu
ternyata di temukan pula kasus-kasus DBD di daerah dingin.Hal ini
menunjukkan bahwa vektor tersebut dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan sekitar.(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
c. Penyebaran dan penularan
Penyebaran DBD berkaitan erat dengan penyebaran nyamuk
Aedes.Nyamuk

Aedes

dapat

tersebar

secara

aktif

maupun

pasif.Penyebaran secara aktif terjadi karena nyamuk ini mempunyai


kemampuan terbang.sedangkan penyebaran secara pasif terjadi ketika

12

13

yamuk terbawa kendaraan,seperti kereta api,kapal laut,dan pesawat


udara.Tampak melalui cara cara pasif inilah DBD menyebarkan ke
seluruh provinsi di indonesia.bahkan DBD juga dapat menyebar dari satu
wilayah negara ke negara lain. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Penyebaran dan penularan virus dengue di pengaruhi oleh
sistem ketahanan tubuh dan faktor lingkungan.jika seseorang memiliki
daya tahan tubuh yang bagus maka orang tersebut tidak akan mudah
terserang DBD.sementara itu,faktor lingkungan meliputi kondisi geografi
dan kependudukan.Kondisi geografi yang mempengaruhi penyebaran
DBD misalnya ketinggian dari suatu daerah darai permukaan laut,curah
hujan,angin,kelembapan, dan musim.Sedangkan faktor kependudukan
yang

ikut

mempengaruhi

penyebaran

DBD,misalnya

kepadatan

penduduk,perilaku,adat-istiadat,dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. .


(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Kasus

penyebaran

dan

penularan

DBD

semakin

meningkat.Meningkatnya jumlah kasus dan wilayah yang terjangkit di


sebabkan semakin mudahnya sarana transfortasi penduduk,adanya
pemukiman

baru,kurangnya

kepedulian

masyarakat

terhdap

pemberantasan sarang nyamuk,dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di


seluruh pelosok tanah air. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Penularan virus dengue dari manusia ke manusia atau dari
kera ke kera yang lain terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang
telah terinfeksi virus tersebut.Sekali nyamuk terinfeksi virus maka
sepanjang hidupnya virus ini akan hidup dalam tubuh nyamuk
tersebut.Selanjutnya,nyamuk tersebut akan menularkan virus ke tubuh
manusia atau kera melalui gigitan dan isapan darah.Nyamuk betina yang
terinfeksi virus dengue juga dapat menularkan virus tersebut kepada
keturunannya,sehingga semakin banyak nyamuk yang terinfeksi. .(Agus
Susanto, 2007, hlm 7)

13

14

Virus tidak dapat hidup tanpa menumpang pada inang,yaitu


makhluk

hidup

lain.Manusia

merupakan

inang

utama

bagi

virus.Beberapa jenis kera juga dapat terinfeksi virus dengue dan


selanjitnya menjadi sumber virus bagi nyamuk ketika ada nyamuk yang
mengisap darah tersebut.Nyamuk mendapat virus demam berdarah dari
pasien yang demam berdarah dengue,maupun orang yang tidak tampak
sakit namun dalam aliran darahnya terdapat virus dengue .(Agus Susanto,
2007, hlm 7)
Pada saat nyamuk menggigit orang tersebut,virus dengue akan
terbawa masuk bersama darah yang di isapnya kedalam tubuh
nyamuk.Virus dalam tubuh nyamuk akan berkembangbiak dalam
tubuhnya.Dalam tempo waktu tujuh hari,virus dengue sudah tersebar
keseluruh bagian tubuh nyamuk termasuk di kelenjar air liurnya.Jika
nyamuk ini menggigit orang lain,virus dengue akan berturut berpindah
bersama air liur nyamuk kedalam tubuh orang tersebut.(Agus Susanto,
2007, hlm 7)
Sifat gigitan nyamuk yang dirasakan manusia tidak berbeda
dengan gigitan nyamuk lainnya.Artinya,tidak lebih sakit,tidak lebih
gatal,dan juga tidak meninggalkan bekas yang istimewa.virus yang
masuk kedalam tubuh manusia selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah
selama beberapa waktu sampai timbul gejala demam.Periode dimana
virus beredar dalam sirkulasi darah manusia di sebutkan sebagai
viremia.apabila nyamuk yang belu terinfeksi mengisap darah,manusia
dalam fase viremia,maka virus akan masuk ke tubuh nyamuk dan
selanjutnya di tularkan kepada manusia lain. (Agus Susanto, 2007, hlm
8)
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari
terutama dalam kelenjer air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang
lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.

14

15

Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan
orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus
dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah
selama satu minggu . cara penularan DBD dari nyamuk ke manusia
diilustrasikan.gambar 1 (widoyono,2011,hlm 72).

Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak


semuanya akan sakit demam berdarah dengue, ada yang mengalami
demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang
sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa
virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada
orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya. Sekali
terinfeksi,

nyamuk

menjadi

infektif

seumur

hidupnya.

(widoyono,2011,hlm 72).

d. Gambaran Klinis (gejala)


Gambaran Klinis dari DF sering tergantung pada usia pasien.
Bayi dan anak kecil dapat mengalami penyakit demam undifferentiated,
sering dengan makulopapular. Anak yang lebih besar dan orang dewasa

15

16

dapat mengalami baik syndrom demam atau penyakit klasikmyang


melemahkan dengan awitan mendadak demam tinggi, kadang-kadang
dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala berat, nyeri dibelakang
mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual dan muntah, dan ruam
perdarahan kulit (petekie) tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan
leukopenia dan mungkin tampak trombositopenia. (WHO,1999,hlm 17)
Penderita penyakit DBD sering dikira terserang penyakit flu
atau tifus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang
menyebabkan penyakit DBD terkadang tidak menunjukkan gejala yang
jelas. Anak yang terserang DBD terkadang menunjukkan gejala
batuk,filek,muntah,mual,atau diare.Masalah dapat bertambah karena
virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit
lain,seperti flu atau tifus.Oleh karena itu,diperlukan kejelian untuk
mengetahui dengan pasti sekaligus menentukan gejala penyakit
DBD.seseorang baru dapat di pastikan menderita DBD setelah dilakukan
pemeriksaan darah di laboratorium.pemeriksaan darah ini punharus
dilakukan berulang kali.pasien yang tidak sabar sering berganti-ganti
dokter karena gejala demam pada penyakit DBD tidak hilang dengan
obat

antipanas

(Antipiretik)

maupun

antibiotik.pasien

berpinda

dokter,sementara dokter memerlukan pemeriksaan yang berulang kali.hal


ini menyebabkan penderita DBD sukar dipastikan menderita penyakit ini
sejak dini.
Secara umum penyakit DBD di awali dengan beberapa gejala berikut.
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 c).Suhu badan yang
tinggi ini biasanya tidak terpengaruh mesti penderita telah di beri obat
penurun panas atau antibiotik.
2. Tanda-tanda pendarahan,misalnya timbul bintik-bintik merah pada
kulit akibat pecahnya pembulu darah,hidung mimisan,pendarahan
pada gusi,hingga keluarnya darah saat buangnya air besar.
3. Pembesaran hati.

16

17

4.
5.
6.
7.

Tekana darah menurun.


Penurunan trombosit sampai 100.000/ml3 Pada hari 3-7.
Lemah, mual, muntah,sakit perut,diare,kejang,dan sakit kepala.
Rasa sakit pada otot dan persendian.
Gejala

penyakit

DBD,pada

setiap

penderita

berbeda-beda

tergantung tingkat keparahannya.WHO (1997) membagi gejala DBD


menjadi empat derajat sebagai berikut.
1. Derajat I (ringan)
Penderita mengalami demam mendadak selama 2-7 hari disertai
pendarahan ringan.
2. Derajat II (sedang)
Penderita mengalami gejala seperti derajat I,di tambah pendarahan pada
kulit dan pendarahan yang lebih berat.
3. Derajat III
Detak nadi penderita cepat dan lemah, tekana darah rendah,kulit dingin
dan lembap,penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Detak nadi penderita tidak dapat di raba dan tekana darah tidak terukur.
Agus Susanto, 2007, hlm 10)
Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut:
1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+) mulai dari
petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah,
atau berak darah hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 L,
hematokrit meningkat (normal:pria< 45, wanita < 40).
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

17

18

Kriteria diagnosis (WHO 1997)


a. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung
terus menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan
3. Pembesaran hati)
4. syok
b. Kriteria laboratoris
1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentarsi (Ht meningkat> 20%).
(widoyono,2011,hlm 75)
e. Laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang
selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit <100.000/ul
biasa ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit,sering terjadi sebelum
atau bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi
yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai
hematokrit. (Sri Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)
Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera disusul dengan
peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal tersebut
biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. (Sri
Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)
Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh
pemberian cairan atau oleh perdarahan.jumlah leokosit bisa menurun
(leukopenia) atau leukositosis,limfotisosis relatif dengan limfosit atipik
sering

ditemukan

pada

saat

sebelum

suhu

turun

atau

syok.

Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma bisa ditemukan. Fibrinolisis


dan gangguan tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin,faktor
VIII,faktor XII, dan antitrombin III. (Sri Rezeki H. Hadinegoro
dkk,2001,hlm 9)

18

19

PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus


DBD. Fungsi trombosit juga terganggu. Asidosis metabolik dan
peningkatan BUN ditemukan pada syok berat. Pada pemeriksaan
radiologis bisa ditemukan efusi pleura, terutama sebelah kanan. Beratringannya efusi pleura berhubungan dengan

berat-ringannya pada

penyakit. Pada pasien yang mengalami syok,efusi pleura dapat


ditemukan bilateral.(Sri Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)
f. Pengobatan
Sampai saat ini, obat untuk penyakit demam berdarah belum
ditemukan. Pengobatan yang ada saat ini hanya bersifat pendukung saja.
Prinsip pengobatan penyakit demam berdarah adalah menambah cairan
tubuh (plasma) yang berkurang di samping perawatan lainya. (Agus
Susanto, 2007, hlm12)
Penyembuhan penyakit demam berdarah sangat tergantung pada
kecepatan perawatan dan ketepatan pihak rumah sakit menolong
penderita. Tidak ada jaminan dengan dibawa ke rumah sakit,penderita
akan sembuh jika keadaan penderita sudah parah dan terlambat dibawa
ke rumah sakit. Jadi bebrapa hal yang dapat dilakukan jika ada anggota
keluarga yang menunjukkan gejala demam berdarah sebagai berikut.
1. Penderita demam berdarah akan memperlihatkan gejala seperti perut
mual,badan panas yang berlangsung 3-4 hari terus-menerus,dan kulit
wajah tidak cerah.
2. Segera bawa penderita yang memperlihatkan gejala seperti di atas ke
dokter atau puskesmas untuk mengetahui secara pasti penyakit
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar jika orang tersebut benar-benar
terserang demam berdarah,penanganannya dapat dilakukan secara
cepat dan tepat. Keterlambatan penanganan pasien demam berdarah
dapat menyebabkan kematian.
3. Jika keadaan penderita mengkhawatirkan,langsung saja dibawa ke
Unit Gawat Darurat terdekat untuk memperoleh pemeriksaan yang
19

20

lebih rinci. Penderita DBD derajat III dan IV harus segera dibawa ke
rumah sakit agar mendapatkan perawata yang lebih baik. Mereka
harus mendapatkan penambahan cairan pengganti dan pihak rumah
sakit harus menyiapkan infus trombosit jika sewaktu-waktu
diperlukan. Infus trombosit diperlukan pada saat terjadi pendarahan
yang hebat.
4. Begitu dipastikan

korban

benar-benar

menderita

demam

berdarah,segera minta surat rekomendasi dari dokter yang memeriksa


agar

dilakukan

penyemprotan

di

lingkungan

rumah,sekolah,kantor,atau tempat-tempat di mana korban diduga


terserang nyamuk demam berdarah(Agus Susanto, 2007, hlm12)
Penduduk yang tinggal di daerah terpencil,seringkali mengalami
kesulitan transportasi untuk membawa anggota keluarganya ayang diduga
terserang demam berdarah ke rumah sakit. Oleh karena itu,penderita perlu
mendapatkan perawatan selama belum ditangani dokter.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Penderita boleh di rumah sampai hari ketiga sejak terserang demam.
2. Berikan minuman air putih sebanyak mungkin (sedikitnya satu gelas
setiap setengah jam) kepada penderita yang memperlihatkan gejala
demam

berdarah.

Penderita

juga

dapat

diberi

minum

air

teh,gula,sirop,atau susu sebanyak 1,5-2 liter dalam 24 jam. Alternatif


lain,penderita dapat diberi jus jambu biji yang memiliki kandungan
viamin C dan vitamin A yang tinggi. Jika penderita diare diberi garam
elektrolit (oralit) yang dilarutkan dalam air.
3. Seka seluruh tubuh penderita dengan air memakai waslap atau sapu
tangan,berkali-kali sampai tujuh menit untuk menurunkan panas. Air di
tubuh akan menguap sambil membawa panas. Seka lagi setelah kulit
mengering.
4. Penderita tidak boleh diberikan Aspirin karena Aspirin bersifat
mengencerkan darah sehingga perdarahan akan semakin parah.

20

21

5. Bila dirasakan perlu,boleh memberikan parasetamol sebagai obat


antipanas.Penderita harus cukup istirahat,makan,dan minum. (Agus
Susanto, 2007, hlm 12)
Penyakit demam berdarah seperti penyakit virus lainnya,dapat
sembuh dengan sendirinya. Meski demikian,penyakit ini memerlukan
perhatian yang serius karena dapat menyebabkan komplikasi lain,seperti
pengentalan darah. Pengentalan darah mengakibatkan oksigen dan zat
makanan tidak dapat tersalurkan dengan baik ke organ-organ tubuh yang
penting,seperti otak,jantung,dan ginjal. Komplikasi pada organ-organ itula
yang berakibatkan fatal bahkan mengakibatkan kematian. (Agus Susanto,
2007, hlm12)
g. Pencegahan dan Program Pemberantasannya
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya. Cara yang dapat dilakukan yaitu mencagah gigitan nyamuk.
Selain itu,dilakukan upaya pemberantasan vektor nyamuk dewasa,jentik
nyamuk,dan

sarang

nyamuk.pengendalian

nyamuk

tersebut

dapat

dilakukan menggunakan beberapa metode berikut. (Agus Susanto, 2007,)


1. Lingkungan
Metode ini dilakukan dengan memberikan perhatian terhadap kondisi
lingkungan sekitar yang menjadi tempat hidup nyamuk penyebar demam
berdarah. Oleh sebab itu,di lakukan paya memberantas tempat hidup
nyamuk

di

lingkungan

sekitar

(PSN)

Pemberantasan

Sarang

Nyamuk,pengelolaan sampah padat dan perbaikan desain sampah. (Agus


Susanto, 2007)
2.

Biologis
Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan makhluk hidup lain untuk

mengendalikan vektor nyamuk. Beberapa makhluk hidup yang dapat


digunakan sebagai pengendali biologis nyamuk pembawa demam berdarah
21

22

antara lain ikan adau atau ikan cupang. Makhluk ini berfungsi sebagai
pemakan jentik nyamuk. (Agus Susanto, 2007)
3. Kimiawi
Metode ini dilakukan menggunakan bahan-bahan kimia untuk
pengendalian nyamuk peneyebar demam berdarah. Cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan pengasapan atau fogging dan memberi bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air. (Agus Susanto, 2007, hlm13)
Beberapa metode di atas telah dimanfaatkan oleh pemerintah dalam
upaya memerangi berjangkitnya demam berdarah. (Agus Susanto, 2007)
Program Pemberantasan sebagai berikut:
1.
a.
b.
c.

Tujuan
Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD
Mencegah dan menanggulangi KLB
Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN).


2. Sasarn
Sasaran Nasional (2000)
a. Morbiditas di kecamatan endemik DBD,2 per 10.000 penduduk
b. CFR ,2,5%.
3. Strategi
a. Kewaspadaan dini
b. Penanggulangan KLB
c. Peningkatan keterampilan petugas
d. penyuluhan
4. Kegiatan
a. Pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologi PE) mendatangi
rumah-rumah yang terlibat kasus
b. Penemuan dan pertolongan penderita,yaitu kegiatan mencari penderita
lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan
penanganan, ole pelayana kesehatan.
c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan
larvasidasi kedalam penampungan air yang positif terkena jentik Aedes
d. Fogging focus (FF) menyemprotkan dengan insektisida.

22

23

e. Pemeriksaan jentik rutin (PJR) dilakukan kader desa wisma


PKK,pengurus RT,atau petugas pemantauan jentik (PPJ) satu minggu
sekali di setiap rumah.
f. Pemeriksaan jentik secara berkala (PJB) kegiatan tiga bulan sekali
dengan cara mengambil sample di 100 rumah dilakukan dengan cara
random atau metode spiral.
g. Pembentukan
kelompok

kerja

(POKJA)

mulai

dari

desa,kecamatan,sampai tingkat pusat.


h. Penggerakan PSN (pemberantas sarang nyamuk) dengan cara 3M plus
i. Penyuluhan tentang bgejala awal penyakit DBD tindakan
pencegahan,dan rujukan penderita.
5. Pencegahan
Pembersihan jentik
Pencegahan gigitan nyamuk
6. Monitoring dan evaluasi
(widoyono ,2011 Hlm 77)
Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
PSN adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
membasmi jentik nyamuk penularan demam berdarah.PSN dapat
dilakukan dengan cara 3M plus :
1. Menguras bak mandi secara teratur seminggu sekali,mengganti air
pada vas bunga,tempat penampungan air secara teratur kurang dari
satu minggu.
2. Menutup rapat-rapat tempat pembuangan akhir (TPA)
3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas,plastik,dan ban
bekas serta barang-barang lainnya yang dapat menampung air hujan
sehingga tidak menjadi sarang nyamuk
4. Plus pengendalian seperti adanya kelambu,soffel, dan sebagainya,
Pemerintah telah menganggap KLB demam berdarah yang terjadi
hampir setiap musim penghujan merupakan permasalahan kesehatan yang
harus ditangani secara serius. Beberapa kebijakan pemerintah terkait
penanganan demam berdarah di antaranya sebagai berikut:

23

24

a. Memerintahkan semua rumah sakit swasta maupun negeri untuk tidak


menolak pasien yang menderita DBD
b. Meminta direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan
secepatnya kepada penderita DBD
c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang terkena DBD
d. Membagikan bubuk Abate secara gratis kepada daerah-daerah yang
banyak terkena DBD
e. Menggerakkan permasalahan melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk denagn cara 3M plus melalui surat edaran dari masing-masing
provinsi
f. Pemerintah mengangkat juru pemantau jentik nyamuk honorer di
setiap rukun warga,dan diberikan pelatihan terlebih dahulu
g. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan saran dan
bantuan teknis
Jadi masyarakat perlu ikut menjaga kebersihan lingkungan agar
tidak menjadi srang nyamuk. Dinas keseuatan dan aparat lainnya
melakukan penyuluhan tentang kasus dari demam berdrah yang terus
meingkat.dengan demikian di harapkan masyarakat mengetahui dan ikut
berperan dalam upaya pencegahan demam berdarah agar jumlah korban
dapat ditekan. (Agus Susanto, 2007, hlm 17)
2. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoadmojo dalam Suhardiano (2005), pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
melalui panca indera manusia yakni indera pendengaraan,penciuman,ras
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.
Berdasarkan penelitian Herke (2003) Responden terbanyak
menderita DBD

adalahresponden yang memiliki pengetahuan yang

kurang yaitu 42,5%. Hal ini menggambarkan bahwa lebih tinggi


pengetahuan seseorang maka pencegahan terhadap penyakit akan lebih

24

25

baik pula. Namun bila kita lihat lebih seksama, ada hal yang menarik
yang ternyata responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
DBD ternyata masih ada yang terkena penyakit tersebut walaupun dalam
persentase yang kecil
Berdasarkan penelitian Suhardiano (2005) ada hubungan tingkat
pengetahuan responden/masyarakat dengan kejadian DBD, yang mana
tingkat pengetahuannya yang kurang baik tentang kejadian DBD
sebagian besar pernah menderita DBD yaitu 7,49% dan tingkat
pengetahuannya yang baik pernah menderita DBD lebih kecil yaitu
20,51%.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007), tingkat pengetahuan didalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, antara lain:
a. Tahu
Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya atau disebut juga recall (mengingat kembali) sesuatu
yang spesifik

dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu merupaka tingkat


pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain
menyebutkan,

menguraikan,mendefinisikan,menyatakan,

dan

sebagainya. Contoh: seseorang yang telah mempelajari tingkat


chikungunya, dapat menyebutkan kembali tanda-tanda penyakit
DBD.
b. Memahami
Memahami berarti suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar

suatu

onyek

yang

telah

diketahui,

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar pula. Seseorang


yang telah mempelajari dan paham terhadap suatu objek atau
materi,harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan dan meramalkan terhadap suatu objek atau materi


yang telah dipelajari tersebut. misal: dapat menjelaskan pentingya

25

26

menjaga

kebersihan

lingkungan

untuk

mencegah

terkena

penyakit DBD.
c. Aplikasi
Aplikasi erarti sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata
atau sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum-hukum, rumus,metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti

dapat

menggambarkan,

membedakan,

memisahkan,mengelompokkan dan sebagainya.


e. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan

bagian-bagian

di

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan


suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi

yang

ada.

Misal:

dapat

merencanakan,

dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap


suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kinerja yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Misal: dapat menanggapi terjadinya chikungunya disuatu
tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab kenapa warka terkena
penyakit DBD.
3. Sikap
1. pengertian

26

27

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari


seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap tidak dapat dilihat oleh
orang lain (pihak luar). Sikap merupakan respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak senang,setuju tidak
setuju,baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoadmojo,2005).
Menurut Allport dalam Hamdani (2015) sikap merupakan kesiapan
mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang,
bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan
dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi.
Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional
atau evaluasi terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga componen ini secara bersamasama membentuk sikap yang utuh.
Berbagai tingkatan sikap adalah menerima (receiving) =orang / subjek
mau dan memperhatikan timulus yang diberikan (objek), merespon
(responding) =memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan

tugas

yang

diberikan

adalah

suatu indikasi dari setiap tingkat ini, menghargai (valving) = mengajak


orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga, bertanggung jawab (responsible) atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
Berdasarkan penelitian Mara Ipa(2006) status sikap responden
terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan DBD secara umum
adalah baik karena 161 orang responden (82,65%) bersikap baik.
Kejadian kasus DBD pada kelompok responden yang sikapnya baik
adalah 22 kasus (66,67%) dan 11 orang (33,33%) pada kelompok
responden yang sikapnya buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak adanya hubungan sikap dengan kejadian penyakit DBD
2. Tingkatan Sikap
a. Menerima

27

28

Menerima diartikan bahwa seorang (subyek) mau memperhatikan


stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari suatu pekerjaan itu benar atau salah, berarti
bahwa seseorang menerima ide tersebut.
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi ssikap tingkat ketiga.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
B. Kerangka Teori/Landasan Teori
Berdasarkan uraian tinjauan kepustakaan diatas dapat dirumuskan kerangka
teori sebagai berikut:
Faktor
Predisposisi:

Pengetahuan
Sikap
persepsi
PERILAKU

Faktor
Pendukung:

Keterampilan
Keterjangkaua
Sumber: Green kreuter and

C. Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel dependen

Faktor-faktor yang
mempengaruhi

Pengetahuan
Sikap
persepsi

28

29

Proses pelaksanaan
pencegahan Demam
berdarah dengue (DBD)

D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga terhadap
proses pelaksanaan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di
puskesmas payung sekaki.
2. Ada hubungan antara Sikap

Ibu rumah tangga terhadap proses

pelaksanaan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di puskesmas


payung sekaki.
3. Ada hubungan antara Persepsi

Ibu rumah tangga terhadap proses

pelaksanaan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di puskesmas


payung sekaki.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian

29

30

Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif observasional, dengan


desain case control. Penelitian ini adalah penelitian yang berusaha melihat
kebelakang, artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah
terjadi. Kemudian dari efek tersebut dielusuri ke belakang tentang
penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut
(Notoadmojo,2010).
Dengan skema kasus kontrol dapat digambarkan sebagai berikut:
Paparan
(+)

Kasus
(Penderita
DBD)

Paparan
(-)
Paparan
(+)

Kontrol
(bukan penderita
DBD)

GAMBAR

Paparan
(-)

Skema Dasar Studi Kontrol


B. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Puskemas Payung
Sekaki Tahun 2016.
2. Waktu Penelitian
Lamanya waktu yang direncanakan penelitian ini yaitu sejak penelusuran
pustaka, survey awal dan mempersiapkan proposal, merancang kuesioner,
sampai pada pengumpulan dan analisis data selanjutnya pelaksanaan
penelitian dan seminar hasil, berlangsung selama 5 bulan yaitu dari bulan
September hingga bulan Februar 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi

30

31

a. Populasi Kasus
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang menderita DBD yang terdapat diwilayah keja
Puskesmas Payung Sekaki dari tahun 2015 dan 2016 yang dimulai dari
bulan Agustus yang berjumlah 109 orang.
b. Populasi Kontrol
Populasi kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat

yang tidak menderita DBD yang terdapat di

wilayah keja Puskesmas Payung Sekaki tahun 2016.


2. Sampel Penelitian
a. Sampel Kasus
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat
yang menderita DBD yang terdapat di wilayah keja Puskesmas Payung
Sekaki dari tahun 2015 dan 2016 yang dimulai dari bulan Agustus yang
berjumlah 109 orang.
Adapun kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti yang
untuk dijadikan responden , antara lain:
1. Kriteria Inklusi adalah apabila responden memenuhi syarat yang telah
ditentukan maka bisa dijadikan responden:
a. Menderita DBD dari tahun 2015 dan tahun 2016 yang dimulai
dari bulan Januari sampai dengan bulan April yang berjumlah 109
orang.
b. Mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk
diwawancarai.
c. Beromisili di Kecamatan payung Sekaki
d. Apabila penderita berhalangan atau belum mencapaiumur, maka
dapat diwakilkan oleh anggota keluarga dengan syarat berusia
minimal 18 tahun.
2. Kriteria Eksklusi adalah apabila responden tidak memenuhi syarat
yang ditentukan maka tidak bisa dijadikan responden:
a. Menolak berpartisipasi (diwawancarai dan observasi)
b. Tidak berada ditempat saat penelitian.
b. Sampel Kontrol
Sampel kontrol adalah sebagaian Ibu rumah tangga yang menderita
penyakit DBD di Wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki tahun 2016.

31

32

1. Kriteria Inklusi adalah apabila responden memenuhi syarat yang


telah ditentukan maka bisa dijadikan responden:
a. Responden yang tidak menderita DBD.
b. Mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk
diwawancarai.
c. Bertempat tinggal di Kecamatan Payung Sekaki.
d. Bertempat tinggal di dekat rumahkasus dengan jarak maksimal
100 meter dari rumah kasus.
2. Kriteria eksklusi adalah apabila responden tidak memenuhi syarat
yang ditentukan maka tidak bisa dijadikan responden:
a. Responden yang menolak berpartisipasi.

D. Besar Sampel
Besar sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus Lmeshow
(1997) sebagai berikut:
n

= (Z1-a/2

2 P ( 1P ) + Z

1-

(1-P1)+P2(1-P2 )2

(P1-P2)2
n

= jumlah sampel

= 5% (0,05)

Z1-a/2

= Distribusi Z pada tingkat kemaknaan () pada uji 2 sisi (two tail)


(1,96)

1-

= Distribusi Z pada kekuatan uji power () pada uji 2 sisi (two tail)
(1,28)

P1

= proporsi faktor resiko tertentu pada kelompok yang menderita


DBD pada penelitian sebelumnya.

32

33

P2

= proporsi faktor resiko tertentu pada kelompok yang tidak


menderita DBD pada penelitian sebelumnya. Yaitu melakukan 3M
Plus (0,51)

= (P1+P2)/2
Penentuan besar sampel menggunakan tingkat kemaknaan 5%
(=0,05) dan CI= 95%, kekuatan uji 90%.

P1

= ORxP2
(ORxP2)+(1-P2)
= 3,463x0,51
(3,463x0,51)+(1-0,51)
=0,78
= (P1+P2)/2= (0,78+0,51)/2= 0,645
Maka besar sampel dapat ditentukan dengan rumus dibawah ini
n

= (Z1-a/2

2 P ( 1P ) + Z

1-

(1-P1)+P2(1-P2 )2

(P1-P2)2
=(1,96

2.0,645 ( 10,645 ) +1,28 0,78 ( 10,78 ) +0,51(10,51)

(0,78-0,51)2
= =(1,96 2.0,645.0,355+1,28 0,78.0,22+0,51.0,49

(0,27)2
=(1,96

0,5+1,28 0,2+ 0,2

0,07
= (1,96 0,5+1,28 0,4

=(1,96.0,7+1,28.0,6)2
0,07
= (1,4+0,8)2
0,07
= (2,2)2
0,07
=4,84
0,07
= 69

33

34

E. Tekhnik Sampling
Adapun tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling yaitu sistem acak sederhana yaitu keseluruhan
populasi mempunyao kesempatan untuk menjdi sampel, terpilihnya sampel
berdasarkan faktor kebetulan (Notoadmojo,2012). Jumlah sampel kasus
dalam penelitian ini adalah 76 orang. Sedangkan jumlah sampel kontrol
dalam penelitian inia dalah sebanyak 76 orang. Dengan perbandingan sampel
dan kasus dan sampel kontrol adalah 1:1 jadi jumlah sampel dalam penelitian
adalah 152 orang.

F. Variabel penelitian dan defenisi Operasional


Tabel..
Variabel penelitian dan definisi Operasional
N

Variabel

o
1 Pengetahuan

Definisi

Alat Ukur

Cara

Operasional
ukur
Pemahaman Kuesioner Cheklis
responden
tentang
DBD

Skala

Hasil Ukur

Ukur
Ordinal 0=rendah
apabila jawaban
kuesioner 5.
1=tingg apabila
jawaban
kuesioner yang

34

35

Sikap

Kesiapan

Kuesioner

Ceklis

Ordinal

mental

apabila jawaban

responden

kuesioner

terhadap

jawaban

DBD
Persepsi

Kepercayaa

5.

1=tingg apabila

pencegahan

benar >5
0=rendah

kuesioner yang
Kuesioner

n
Responden
tentang
DBD

Ceklis

Ordinal

benar >5
0=rendah
apabila jawaban
kuesioner

5.

1=tingg apabila
jawaban
kuesioner yang
benar >5

G. Jenis dan Cara Pengumpulan data


1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder .
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari
responden, yaitu berupa pengetahuan responden, sikap, dan persepsi
responden terhadap pencegahan DBD di wilayah kerja Puskermas Payung
sekaki tahun 2016. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
penelusuran dokumen DBD dari dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dan
pengobatan DBD di Puskesmas Payung Sekaki.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
wawancara menggunakan alat ukur yaitu kuesioner yang berupa panduan
pertanyan mengenai penyakit demam berdarah dengue (DBD) meliputi
pengetahuan,sikap, dan persepsi terhadap pencegahan DBD.

35

36

H. Pengolahan data
Pengolahan

data

dalam

penelitian

ini

dengan

komputerisasi

(Notoadmojo,2012).
1. Editing
Hasil angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
merupakan kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian formulir atau
kuesioner apakah sudah lengkap, jelas, dan relevan, serta konsisten dengan
yanga da di kuesioner.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau di sunting. Selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Processing
Adalah tahapan kegiatan memproses data agar dapat dianalisa,
pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan) data
kedalam komputer.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan,

perlu

dicek

kembali

untuk

melihat

kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan


sebagainya, kemudian dilakukan pembentukan atau korelasi. Proses ini
disebut pembersihan data (data cleaning).
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Univariat bertujuan untuk melihat gambaran dari masing-masing
variabel dependen dan independen.
2. Analisis Bivariat
Bivariat bertujuan untuk mengetahui signifikasi hubungan maisngmaisng variabel independen dengan satu variabel dependen, dan sekaligus
menghitung OR dengan menggunakan Chi square (x2 test) dan tingkat

36

37

kepercayaan 95% jika p value 0,05 berarti signifikasi atau jika p


value>0,05 berarti tidak signifikan.
Untuk odds ratio bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel
Dependen dan Variabel independen. Interprestasi OR dalam kasus kontrol
yaitu:
a. OR

=1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor

risiko
b. OR
c. OR

> 1artinya variabel independen merupakan faktor risiko


<1 artinya variabel independen merupakan faktor protektif

atau faktor pencegah.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.(2014).Data Kasus Demam Berdarah Dengue
Seluruh Puskesmas Kota Pekanbaru:Pekanbaru.
Hadinegoro Sri Rezeki H.et al. Tata laksana Demam Berdarah dengue di
Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi riau:Riau.2005
Handrawan Nadesul. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Kompas Media
Nusantara:Jakarta.2007
Kementrian

Kesehatan

Republik

Indonesia,(2010).Buletin

Jendela

Epidemiologi:Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,(2011).Modul Pengendalian Demam
berdarah Dengue:Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,(2015).Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015:Jakarta
Profil Puskesmas Payung sekaki,(2015).Data Kasus Demam berdarah Dengue:
Pekanbaru.
Soegijanto soegeng.Demam Berdarah Dengue:Surabaya.2004

37

38

Suhardiano.(2005).Sebuah Analisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap


Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah,
Medan.Jurnal:Mutiara Kesehatan Indonesia. diakses 08 Desember 2016)
Susanto Agus.Waspadai gigitan nyamuk:Jakarta Selatan.2007
Widoyono.penyakit

tropis

Epidemiologi,Penularan,Pencegahan

dan

pemberantasannya.Erlangga:Jakarta.2011
World

Health

Organization.

Demam

berdarah

dengue

(diagnosis,pengobatan,pencegahan, dan pengendalian):Jakarta.1999

38

Anda mungkin juga menyukai