Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Definisi Demam Berdarah dengue (DBD)
Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan virus dengue dapat yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Demam dengue terjadi dalam dua bentuk yaitu demam berdarah atau
demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk Aedes aegypti
betina menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya virus tersebut akan
ditularkan oleh manusia melalui gigitan. Setelah satu kali gigitan terhadap
seseorang, nyamuk ini akan berulang kali menggigit orang lain sehingga darah
dari seseorang yang mengandung virus dengue dapat dengan mudah dipindahkan
ke orang lain (Anggraeni,DS,2010)
Nyamuk aedes aegypti dikenal dengan sebutan Black white Mosquito atau
Tiger Mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang
menjadi ciri khas utamanya adalah dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median
dari punggungnya yang berwarna dasar hitam.(Soegeng Soegijanto,2003, hlm 99)
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorhagic fever (DHF)
bukan penyakit baru di Indonesia. Tahun 1969, kasus pertama DBD dilaporkan di
Jakarta (Kho Lin Keng,dkk). Jauh hari sebelum itu, penyakit dengue, cikal bakal
munculnya penyakit DBD, sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1979 (David
Bylon,Batavia). (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 1)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan di indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang
terutama menyerang anak-anak. (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 71)

Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan


karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya
merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilyayah lain. Setiap kejadian luar
biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di
wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus, pengasapan
(fogging),dan larvasidasi. (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 71)
Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang
terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorhagic
fever (DHF), dengue fever (DHF), demam dengue (DD), dan dengue shock
syndrome (DSS). (widoyono,2011,hlm 71).
Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di Asia, penyakit
ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua negara di Asia
Tenggara. Sejak 1981, virus ini ditemukan di Queensland, Australia. Di sepanjang
pantai Timur Afrika, DBD juga ditemukan dalam berbagai serotipe. Penyakit ini
sering menyebabkan KLB di Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai
ke Amerika Serikat sampai akhir tahun1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama
kali terjadi pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784 di Amerika Selatan pada
tahun 1835-an, dan di Inggris pada tahun 1922. (widoyono,2011,hlm 71).
Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun
1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 propinsi dan telah terjadi KLB
akibat DBD. (Nadesul Hendrawan,2007,hlm 1)
Provinsi Riau termasuk salah satu daerah endemis DBD. Jumlah kasus
DBD tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi. Hal ini dapat kita lihat dari data
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Riau
melaporkan bahwa pada tahun 2013 tercatat 1415 orang terkena DBD di 12
Kabupaten dengan jumlah kematian 11 (L+P), dan pada tahun 2014 tercatat tidak
ad kasus DBD, sedangkan pada tahun 2015 angka kasus DBD jumlahnya

mencapai 3,261 (L+P) kasus di 12 Kapupaten/kota di Provinsi Riau. Pada gambar


chart area dibawah ini akan digambarkan distribusi frekuensi jumlah kasus DBD
di Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2013-2015.Pada gambar dibawah ini
akan dijelaskan distribusi kasus demam berdarah di Provinsi Riau.

Chart area Frekuensi Distribusi kasus DBD menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Riau Tahun 2013-2015
900
800
700
600
500
JUMLAH
KASUS TAHUN 2015
400
300
200
100
0

JUMLAH KASUS TAHUN 2014

JUMLAH KASUS 2013

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Bengkalis berada pada
angka tertinggi pada tahun 2015 yaitu 678 jumlah kasus(Laki 2+Perempuan), dan
terendah

yaitu

Kabupaten

Indragiri

Hilir

12

jumlah

kasus

(Laki2+Perempuan).Pada tahun 2014 kasus DBD tidak terjadi. Sedangkan pada


tahun 2013 kasus DBD mengalami peningkatan yang signifikan dan

yang

menduduki angka kasus DBD tertinggi yaitu Kampar sebanyak 307 kasus
(Laki2+Perempuan)

dan

terendah

Meranti

sebanyak

27

kasus

(Laki2+Perempuan)DBD.
1.3 Grafik Maksimum-Minimum
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaporkan bahwa kasus DBD
tertinggi pada tahun 2013-2015 adalah daerah Kabupaten/Kota Bengkalis dengan
jumlah kasus 678 orang dengan kematian 1 penderita.

Peningkatan kasus DBD pada tahun 2013-2015 di Provinsi Riau dapat


dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik maksimum-minimum jumlah kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) menurut Kabupaten/kota Provinsi Riau tahun 2013-2015.

JUMLAH KASUS
YANG DIAMATI

900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

MAKSIMUM

MINIMUM

Sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota Provinsi Riau

Dari grafik laporan jumlah kasus DBD dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau
diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kasus DBD mengalami KLB didaerah
Kuantan Singingi (286 kasus), Indragiri hulu (176 kasus), Siak (273 kasus),
Kampar ( 269 kasus), Rokan Hulu(159 kasus), Bengkalis dengan kasus tertinggi
(678 kasus), Rokan hilir (163 kasus), Pekanbaru (516 kasus), Dumai ( 355 kasus),
dan Meranti (254 kasus). Sedangkan Kabupaten Indragiri hilir dan Pelalawan
berada pada status Kewaspadaan.
Berdasarkan data diatas kasus Demam berdarah terjadi KLB pada tahun
2015. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas tentang seputar
Demam berdarah Dengue (DBD).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi
2.1.1. Virus Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus
B,yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda virus ini
termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. (widoyono,2011,hlm 72).
Ada empat serotipe yaitu DEN -1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 . serotipe
DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah .
infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe
yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus
tersebut semuanya terdapat di Indonesia. Di daerah Endemik DBD, seseorang
dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang bersamaan.
(widoyono,2011,hlm 72).
Virus Dengue baru dapat menimbulkan gejala demam berdarah pada
manusia jika manusia tersebut terinfeksi minimal dua jenis virus dengue. Jika

manusia baru terinfeksi satu jenis virus maka tidak akan timbul gejala demam
berdarah.(Agus Susanto, 2007, hm 4)
2.1.2 Vektor
Virus dengue memerlukan perantara untuk dapat masuk kedalam tubuh
manusia. Perantara atau vektor virus ini yaitu nyamuk Aedes yang terinfeksi,
terutama Aedes aegypti dan aedes albopictus.(Agus Susanto, 2007, hm 4)
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegyti (di daerah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi
vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia yang
sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan
terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telurtelurnya. (widoyono,2011,hlm 73)
Aedes aegypti merupakan vektor utama (95%) bagi penyebaran penyakit
DBD. Jenis nyamuk ini hidup dan ditemukan di negara-negara yang terletak
antara 35o Lintang utara 35oLintang Selatan. Nyamuk ini hidup pada temperatur
udara paling rendah sekitar 10oC. Pada musim panas, jenis nyamuk ini kadangkadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 45 oLintang Selatan.
Selain itu, ketahanan hidup spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah
yang bersangkutan dari permukaan laut. Biasanya jenis nyamuk ini tidak
ditemukan di daerah dengan ketinggalan lebih dari 1000 meter diatas permukaan
laut.(Agus Susanto, 2007, hlm 4)
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan hidup di dekat manusia.
Nyamuk dewasa menyukai tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah
sebagai tempat beristirahatnya. Nyamuk ini juga menyukai benda-benda yang
tergantung di dalam rumah, seperti gorden, kelambu, maupun baju atau pakaian di
kamar yang gelap dan lembap..(Agus Susanto, 2007, hlm 5)
Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mencari makan (mengigit manusia
untuk diisap darahnya) sepanjang hari, terutama antara jam 08.00-13.00 dan

antara jam 15.00-17.00. jarak terbang nyamuk betina jenis ini terbatas sekitar 3050 meter per hari, sehingga korban gigitan nyamuk dapat dipastikan berada sekitar
jarak tersebut dari sarang nyamuk.Aedes aegypti..(Agus Susanto, 2007, hlm 5)
Nyamuk dalam fase imatur (larva) ditemukan di dalam atau di dekat
perumahan, di dalam kaleng, atau berbagai tempat penyimpanan air yang berisi air
bersih yang dipakai untuk air minum atau mandi. Nyamuk tersebut bersarang dan
berkembang biak disana. Nyamuk ini hidup tidak hidup diair mengalir maupun
comberan yang langsung berhubungan dengan tanah.(Agus Susanto, 2007, hlm 5)
Telur aedes aegypti mampu bertahan hidup dalam keadaan kering salama
beberapa bulan. Hal inilah yang menyulitkan pemusnahan vektor penyebab
penyakit DBD .(Agus Susanto, 2007, hlm 6)
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti yaitu pada badan dan tungkai nyamuk
terdapat belang hitam dan putih. Nyamuk betina mengisap darah agar bisa
memperoleh protein untuk mematangkan telurnya sampai dibuahi oleh nyamuk
jantan. Bentuk nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun yang memperoleh makanan
dengan cara menggigit dan mengisap darah berbagai jenis binatang. Nyamuk ini
berkembang biak di dalam lubang-lubang pohon, lekukan tanaman, potongan
batang bambu, dan buah kelapa yang terbuka. Habitat larva nyamuk ini yaitu
didalam genangan air , seperti airdalam kaleng atau tempat penampungan lain
termasuk timbunan sampah diudara terbuka. Habitat larva ini menyebabkan
nyamuk aedes albopictus banyak dijumpai di daerah pedesaan, pinggiran kota,
dan taman-taman kota.(Agus Susanto, 2007, hlm 6)
Pada musim penghujan,tersedia lebih banyak tempat yang cocok bagi
habitat aedes albopictus.itulah sebabnya jumlah populasi nyamuk ini pada musim
penghujan meningkat pesat.Nyamuk dewasa mempunyai kebiasaan mencari
makan pada siang hari.Daya terbang nyamuk dewasa betina erkisar antara 400600 meter.Kesempatan berpindah tempat secara pasif(terbawa alat transformasi
manusia) bagi Aedes albopictus lebih terbatas sebab nyamuk ini hidup diluar

rumah.Namun

di

sisi

lain,kebiasaan

mencari

makan

Aedesalbopictus

memungkinkan nyamuk ini menularkan virus dengue dari kera ke manusia dan
sebaliknya.telur Aedesalbopictusdapat bertahan terhadap pengawetan melalalui
proses pengeringan dalam waktu beberapa bulan..(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Meskipun vektor utama penyebaran infeksi virus dengue mempunyai
habitat hidup di daerah tropis maupun subtropis,namu ternyata di temukan pula
kasus-kasus DBD di daerah dingin.Hal ini menunjukkan bahwa vektor tersebut
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitar.(Agus Susanto, 2007,
hlm 7)

2.2 Penyebaran dan Penularan


Penyebaran DBD berkaitan erat dengan penyebaran nyamuk
Aedes.Nyamuk Aedes dapat tersebar secara aktif maupun pasif.Penyebaran secara
aktif terjadi karena nyamuk ini mempunyai kemampuan terbang.sedangkan
penyebaran secara pasif terjadi ketika yamuk terbawa kendaraan,seperti kereta
api,kapal laut,dan pesawat udara.Tampak melalui cara cara pasif inilah DBD
menyebarkan ke seluruh provinsi di indonesia.bahkan DBD juga dapat menyebar
dari satu wilayah negara ke negara lain. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Penyebaran dan penularan virus dengue di pengaruhi oleh sistem
ketahanan tubuh dan faktor lingkungan.jika seseorang memiliki daya tahan tubuh
yang bagus maka orang tersebut tidak akan mudah terserang DBD.sementara
itu,faktor lingkungan meliputi kondisi geografi dan kependudukan.Kondisi
geografi yang mempengaruhi penyebaran DBD misalnya ketinggian dari suatu
daerah

darai

permukaan

laut,curah

hujan,angin,kelembapan,

dan

musim.Sedangkan faktor kependudukan yang ikut mempengaruhi penyebaran


DBD,misalnya kepadatan penduduk,perilaku,adat-istiadat,dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)

Kasus penyebaran dan penularan DBD semakin meningkat.Meningkatnya


jumlah kasus dan wilayah yang terjangkit di sebabkan semakin mudahnya sarana
transfortasi penduduk,adanya pemukiman baru,kurangnya kepedulian masyarakat
terhdap pemberantasan sarang nyamuk,dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di
seluruh pelosok tanah air. .(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Penularan virus dengue dari manusia ke manusia atau dari kera ke
kera yang lain terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang telah terinfeksi
virus tersebut.Sekali nyamuk terinfeksi virus maka sepanjang hidupnya virus ini
akan hidup dalam tubuh nyamuk tersebut.Selanjutnya,nyamuk tersebut akan
menularkan virus ke tubuh manusia atau kera melalui gigitan dan isapan
darah.Nyamuk betina yang terinfeksi virus dengue juga dapat menularkan virus
tersebut kepada keturunannya,sehingga semakin banyak nyamuk yang terinfeksi. .
(Agus Susanto, 2007, hlm 7)
Virus tidak dapat hidup tanpa menumpang pada inang,yaitu makhluk
hidup lain.Manusia merupakan inang utama bagi virus.Beberapa jenis kera juga
dapat terinfeksi virus dengue dan selanjitnya menjadi sumber virus bagi nyamuk
ketika ada nyamuk yang mengisap darah tersebut.Nyamuk mendapat virus demam
berdarah dari pasien yang demam berdarah dengue,maupun orang yang tidak
tampak sakit namun dalam aliran darahnya terdapat virus dengue .(Agus Susanto,
2007, hlm 7)
Pada saat nyamuk menggigit orang tersebut,virus dengue akan terbawa
masuk bersama darah yang di isapnya kedalam tubuh nyamuk.Virus dalam tubuh
nyamuk akan berkembangbiak dalam tubuhnya.Dalam tempo waktu tujuh
hari,virus dengue sudah tersebar keseluruh bagian tubuh nyamuk termasuk di
kelenjar air liurnya.Jika nyamuk ini menggigit orang lain,virus dengue akan
berturut berpindah bersama air liur nyamuk kedalam tubuh orang tersebut.(Agus
Susanto, 2007, hlm 7)
Sifat gigitan nyamuk yang dirasakan manusia tidak berbeda dengan
gigitan nyamuk lainnya.Artinya,tidak lebih sakit,tidak lebih gatal,dan juga tidak

meninggalkan bekas yang istimewa.virus yang masuk kedalam tubuh manusia


selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama beberapa waktu sampai timbul
gejala demam.Periode dimana virus beredar dalam sirkulasi darah manusia di
sebutkan sebagai viremia.apabila nyamuk yang belu terinfeksi mengisap
darah,manusia dalam fase viremia,maka virus akan masuk ke tubuh nyamuk dan
selanjutnya di tularkan kepada manusia lain. (Agus Susanto, 2007, hlm 8)
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam
kelenjer air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue
akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan
berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan
berada dalam darah selama satu minggu . cara penularan DBD dari nyamuk ke
manusia diilustrasikan.gambar 1 (widoyono,2011,hlm 72).

Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan
sakit demam berdarah dengue, ada yang mengalami demam ringan dan sembuh
dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi
semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat
menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.

10

Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya. (widoyono,2011,hlm


72).
2.3 Gambaran klinis (gejala)
Gambaran Klinis dari DF sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan
anak kecil dapat mengalami penyakit demam undifferentiated, sering dengan
makulopapular. Anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami baik
syndrom demam atau penyakit klasikmyang melemahkan dengan awitan
mendadak demam tinggi, kadang-kadang dengan 2 puncak (punggung sadel),
sakit kepala berat, nyeri dibelakang mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual
dan muntah, dan ruam perdarahan kulit (petekie) tidak umum terjadi. Biasanya
ditemukan leukopenia dan mungkin tampak trombositopenia. (WHO,1999,hlm
17)
Penderita penyakit DBD sering dikira terserang penyakit flu atau tifus. Hal ini
disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan penyakit DBD
terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas. Anak yang terserang DBD
terkadang menunjukkan gejala batuk,filek,muntah,mual,atau diare.Masalah dapat
bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit
lain,seperti flu atau tifus.Oleh karena itu,diperlukan kejelian untuk mengetahui
dengan pasti sekaligus menentukan gejala penyakit DBD.seseorang baru dapat di
pastikan

menderita

DBD

setelah

dilakukan

pemeriksaan

darah

di

laboratorium.pemeriksaan darah ini punharus dilakukan berulang kali.pasien yang


tidak sabar sering berganti-ganti dokter karena gejala demam pada penyakit DBD
tidak hilang dengan obat antipanas (Antipiretik) maupun antibiotik.pasien
berpinda dokter,sementara dokter memerlukan pemeriksaan yang berulang
kali.hal ini menyebabkan penderita DBD sukar dipastikan menderita penyakit ini
sejak dini.
Secara umum penyakit DBD di awali denga beberapa gejala berikut.

11

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 c).Suhu badan yang tinggi
ini biasanya tidak terpengaruh mesti penderita telah di beri obat penurun
panas atau antibiotik.
2. Tanda-tanda pendarahan,misalnya timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembulu darah,hidung mimisan,pendarahan pada
3.
4.
5.
6.
7.

gusi,hingga keluarnya darah saat buangnya air besar.


Pembesaran hati.
Tekana darah menurun.
Penurunan trombosit sampai 100.000/ml3 Pada hari 3-7.
Lemah, mual, muntah,sakit perut,diare,kejang,dan sakit kepala.
Rasa sakit pada otot dan persendian.

Gejala penyakit DBD,pada setiap penderita berbeda-beda tergantung tingkat


keparahannya.WHO (1997) membagi gejala DBD menjadi empat derajat sebagai
berikut.
1. Derajat I (ringan)
Penderita mengalami demam mendadak selama 2-7 hari disertai
pendarahan ringan.
2. Derajat II (sedang)
Penderita mengalami gejala seperti derajat I,di tambah pendarahan pada
kulit dan pendarahan yang lebih berat.
3. Derajat III
Detak nadi penderita cepat dan lemah, tekana darah rendah,kulit dingin
dan lembap,penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Detak nadi penderita tidak dapat di raba dan tekana darah tidak terukur.
Agus Susanto, 2007, hlm 10)
Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut:

12

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas


2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+) mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak
darah hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 L,
hematokrit meningkat (normal:pria< 45, wanita < 40).
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).
Kriteria diagnosis (WHO 1997)
a. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung
terus menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan
3. Pembesaran hati)
4. syok
b. Kriteria laboratoris
1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentarsi (Ht meningkat> 20%).
(widoyono,2011,hlm 75)
2.4 Laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu
ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit <100.000/ul biasa ditemukan
pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit,sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan
perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran
plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. (Sri Rezeki H. Hadinegoro
dkk,2001,hlm 9)
Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera disusul dengan
peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal tersebut biasanya
terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. (Sri Rezeki H. Hadinegoro
dkk,2001,hlm 9)
Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian
cairan atau oleh perdarahan.jumlah leokosit bisa menurun (leukopenia) atau

13

leukositosis,limfotisosis relatif dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat


sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma bisa
ditemukan. Fibrinolisis dan gangguan tampak pada pengurangan fibrinogen,
protrombin,faktor VIII,faktor XII, dan antitrombin III. (Sri Rezeki H. Hadinegoro
dkk,2001,hlm 9)
PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD.
Fungsi trombosit juga terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN
ditemukan pada syok berat. Pada pemeriksaan radiologis bisa ditemukan efusi
pleura, terutama sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura berhubungan dengan
berat-ringannya pada penyakit. Pada pasien yang mengalami syok,efusi pleura
dapat ditemukan bilateral.
(Sri Rezeki H. Hadinegoro dkk,2001,hlm 9)
2.5 Pengobatan
Sampai saat ini, obat untuk penyakit demam berdarah belum ditemukan.
Pengobatan yang ada saat ini hanya bersifat pendukung saja. Prinsip pengobatan
penyakit demam berdarah adalah menambah cairan tubuh (plasma) yang
berkurang di samping perawatan lainya. (Agus Susanto, 2007, hlm12)
Penyembuhan penyakit demam berdarah sangat tergantung pada kecepatan
perawatan dan ketepatan pihak rumah sakit menolong penderita. Tidak ada
jaminan dengan dibawa ke rumah sakit,penderita akan sembuh jika keadaan
penderita sudah parah dan terlambat dibawa ke rumah sakit. Jadi bebrapa hal yang
dapat dilakukan jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala demam
berdarah sebagai berikut.
1. Penderita demam berdarah akan memperlihatkan gejala seperti perut
mual,badan panas yang berlangsung 3-4 hari terus-menerus,dan kulit
wajah tidak cerah.
2. Segera bawa penderita yang memperlihatkan gejala seperti di atas ke
dokter atau puskesmas untuk mengetahui secara pasti penyakit tersebut.

14

Hal ini dimaksudkan agar jika orang tersebut benar-benar terserang


demam berdarah,penanganannya dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Keterlambatan penanganan pasien demam berdarah dapat menyebabkan
kmatian.
3. Jika keadaan penderita mengkhawatirkan,langsung saja dibawa ke Unit
Gawat Darurat terdekat untuk memperoleh pemeriksaan yang lebih rinci.
Penderita DBD derajat III dan IV harus segera dibawa ke rumah sakit agar
mendapatkan perawata yang lebih baik. Mereka harus mendapatkan
penambahan cairan pengganti dan pihak rumah sakit harus menyiapkan
infus trombosit jika sewaktu-waktu diperlukan. Infus trombosit diperlukan
pada saat terjadi pendarahan yang hebat.
4. Begitu dipastikan korban benar-benar menderita demam berdarah,segera
minta surat rekomendasi dari dokter yang memeriksa agar dilakukan
penyemprotan di lingkungan rumah,sekolah,kantor,atau tempat-tempat di
mana korban diduga terserang nyamuk demam berdarah(Agus Susanto,
2007, hlm12)
Penduduk yang tinggal di daerah terpencil,seringkali mengalami kesulitan
transportasi untuk membawa anggota keluarganya ayang diduga terserang demam
berdarah ke rumah sakit. Oleh karena itu,penderita perlu mendapatkan perawatan
selama belum ditangani dokter.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Penderita boleh di rumah sampai hari ketiga sejak terserang demam.
2. Berikan minuman air putih sebanyak mungkin (sedikitnya satu gelas setiap
setengah jam) kepada penderita yang memperlihatkan gejala demam
berdarah. Penderita juga dapat diberi minum air teh,gula,sirop,atau susu
sebanyak 1,5-2 liter dalam 24 jam. Alternatif lain,penderita dapat diberi
jus jambu biji yang memiliki kandungan viamin C dan vitamin A yang
tinggi. Jika penderita diare diberi garam elektrolit (oralit) yang dilarutkan
dalam air.
3. Seka seluruh tubuh penderita dengan air memakai waslap atau sapu
tangan,berkali-kali sampai tujuh menit untuk menurunkan panas. Air di

15

tubuh akan menguap sambil membawa panas. Seka lagi setelah kulit
mengering.
4. Penderita tidak boleh diberikan Aspirin karena Aspirin bersifat
mengencerkan darah sehingga perdarahan akan semakin parah.
5. Bila dirasakan perlu,boleh memberikan parasetamol sebagai obat
antipanas.Penderita harus cukup istirahat,makan,dan minum. (Agus
Susanto, 2007, hlm 12)
Penyakit demam berdarah seperti penyakit virus lainnya,dapat sembuh
dengan sendirinya. Meski demikian,penyakit ini memerlukan perhatian yang
serius karena dapat menyebabkan komplikasi lain,seperti pengentalan darah.
Pengentalan darah mengakibatkan oksigen dan zat makanan tidak dapat
tersalurkan

dengan

baik

ke

organ-organ

tubuh

yang

penting,seperti

otak,jantung,dan ginjal. Komplikasi pada organ-organ itula yang berakibatkan


fatal bahkan mengakibatkan kematian. (Agus Susanto, 2007, hlm12)
2.6 Pencegahan dan Program pemberantasannya
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya. Cara yang dapat dilakukan yaitu mencagah gigitan nyamuk. Selain
itu,dilakukan upaya pemberantasan vektor nyamuk dewasa,jentik nyamuk,dan
sarang nyamuk.pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan menggunakan
beberapa metode berikut. (Agus Susanto, 2007, hlm13)
1. Lingkungan
Metode ini dilakukan dengan memberikan perhatian terhadap kondisi
lingkungan sekitar yang menjadi tempat hidup nyamuk penyebar demam
berdarah. Oleh sebab itu,di lakukan paya memberantas tempat hidup
nyamuk

di

lingkungan

sekitar

(PSN)

Pemberantasan

Sarang

Nyamuk,pengelolaan sampah padat dan perbaikan desain sampah. (Agus


Susanto, 2007, hlm13)
2.

Biologis

16

Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan makhluk hidup lain untuk


mengendalikan vektor nyamuk. Beberapa makhluk hidup yang dapat
digunakan sebagai pengendali biologis nyamuk pembawa demam berdarah
antara lain ikan adau atau ikan cupang. Makhluk ini berfungsi sebagai
pemakan jentik nyamuk. (Agus Susanto, 2007, hlm13)
3. Kimiawi
Metode ini dilakukan menggunakan bahan-bahan kimia untuk
pengendalian nyamuk peneyebar demam berdarah. Cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan pengasapan atau fogging dan memberi bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air. (Agus Susanto, 2007, hlm13)
Beberapa metode di atas telah dimanfaatkan oleh pemerintah dalam upaya
memerangi berjangkitnya demam berdarah. (Agus Susanto, 2007, hlm13)
Program Pemberantasan sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD
b. Mencegah dan menanggulangi KLB
c. Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN).
2. Sasarn
Sasaran Nasional (2000)
a. Morbiditas di kecamatan endemik DBD,2 per 10.000 penduduk
b. CFR ,2,5%.
3. Strategi
a. Kewaspadaan dini
b. Penanggulangan KLB
c. Peningkatan keterampilan petugas
d. penyuluhan
4. Kegiatan
a. Pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologi PE) mendatangi
rumah-rumah yang terlibat kasus
b. Penemuan dan pertolongan penderita,yaitu kegiatan mencari penderita
lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan
penanganan, ole pelayana kesehatan.

17

c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan


larvasidasi kedalam penampungan air yang positif terkena jentik Aedes
d. Fogging focus (FF) menyemprotkan dengan insektisida.
e. Pemeriksaan jentik rutin (PJR) dilakukan kader desa wisma
PKK,pengurus RT,atau petugas pemantauan jentik (PPJ) satu minggu
sekali di setiap rumah.
f. Pemeriksaan jentik secara berkala (PJB) kegiatan tiga bulan sekali
dengan cara mengambil sample di 100 rumah dilakukan dengan cara
random atau metode spiral.
g. Pembentukan
kelompok

kerja

(POKJA)

mulai

dari

desa,kecamatan,sampai tingkat pusat.


h. Penggerakan PSN (pemberantas sarang nyamuk) dengan cara 3M plus
i. Penyuluhan tentang bgejala awal penyakit DBD tindakan
pencegahan,dan rujukan penderita.
5. Pencegahan
Pembersihan jentik
Pencegahan gigitan nyamuk
6. Monitoring dan evaluasi
(widoyono ,2011 Hlm 77)

Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


PSN adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi
jentik nyamuk penularan demam berdarah.PSN dapat dilakukan dengan cara 3M
plus :
1. Menguras bak mandi secara teratur seminggu sekali,mengganti air pada
vas bunga,tempat penampungan air secara teratur kurang dari satu minggu.
2. Menutup rapat-rapat tempat pembuangan akhir (TPA)
3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas,plastik,dan ban bekas
serta barang-barang lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga
tidak menjadi sarang nyamuk
4. Plus pengendalian seperti adanya kelambu,soffel, dan sebagainya,
Pemerintah telah menganggap KLB demam berdarah yang terjadi hampir
setiap musim penghujan merupakan permasalahan kesehatan yang harus ditangani

18

secara serius. Beberapa kebijakan pemerintah terkait penanganan demam berdarah


di antaranya sebagai berikut:
a. Memerintahkan semua rumah sakit swasta maupun negeri untuk tidak
menolak pasien yang menderita DBD
b. Meminta direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan
secepatnya kepada penderita DBD
c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang terkena DBD
d. Membagikan bubuk Abate secara gratis kepada daerah-daerah yang
banyak terkena DBD
e. Menggerakkan permasalahan melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk denagn cara 3M plus melalui surat edaran dari masing-masing
provinsi
f. Pemerintah mengangkat juru pemantau jentik nyamuk honorer di
setiap rukun warga,dan diberikan pelatihan terlebih dahulu
g. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan saran dan
bantuan teknis
Jadi masyarakat perlu ikut menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
menjadi srang nyamuk. Dinas keseuatan dan aparat lainnya melakukan
penyuluhan tentang kasus dari demam berdrah yang terus meingkat.dengan
demikian di harapkan masyarakat mengetahui dan ikut berperan dalam upaya
pencegahan demam berdarah agar jumlah korban dapat ditekan. (Agus Susanto,
2007, hlm 17)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data distribusi frekuensi di atas dapat kita simpulkan

bahwa

Kabupaten Bengkalis berada pada angka tertinggi pada tahun 2015 yaitu 678
jumlah kasus(Laki2+Perempuan), dan terendah yaitu Kabupaten Indragiri
Hilir 12 jumlah kasus (Laki2+Perempuan).Pada tahun 2014 kasus DBD tidak
terjadi. Sedangkan pada tahun 2013 kasus DBD mengalami peningkatan yang

19

signifikan dan yang menduduki angka kasus DBD tertinggi yaitu Kampar
sebanyak 307 kasus (Laki2+Perempuan) dan terendah Meranti sebanyak 27
kasus (Laki2+Perempuan)DBD.
3.2 Saran
Di harapkan kepada dinas kesehatan provinsi riau dan pihak petugas
kesehatan khususnya petugas survelans agar meningkatkan pendataan secara
kongkrit.
Petugas kesehatan agar melakukan sIstem penanggulangan secara dini
sebelum masyarakat mengalami kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Melakukan promosi secara menyeluruh kepada semua pihak masyarakat agar
melakukan pencegahan dan menjaga kebersihan lingkungan didaerah sekitar
mereka tinggal.
Di harapkan kepada masyarakat agar menciptakan prilaku hidup bersih
dan sehat, agar terhindar dari berbagai penyakit khususnya penyakit demam
berdarah dengue (DBD).

DAFTAR PUSTAKA
Widoyono.PENYAKIT

TROPIS

Epidemiologi,Penularan,Pencegahan

dan

pemberantasannya.Erlangga:Jakarta.2011
Handrawan Nadesul. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Kompas Media
Nusantara:Jakarta.2007
Hadinegoro Sri Rezeki H.et al. Tata laksana Demam Berdarah dengue di
Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi riau:Riau.2005

20

World

Health

Organization.Demam

berdarah

dengue

(diagnosis,pengobatan,pencegahan, dan pengendalian):Jakarta.1999


Susanto Agus.Waspadai gigitan nyamuk:Jakarta Selatan.2007
Soegijanto soegeng.Demam Berdarah Dengue:Surabaya.2004

21

Anda mungkin juga menyukai