Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu bedah merupakan satu cabang ilmu kedokteran yang menuntut seorang dokter
untuk terampil dalam mendiagnosis kondisi pasien berdasarkan keilmuan yang dimiliki,
dengan bantuan dari prasarana yang ada di tempat praktek tersebut. Hal ini mengingat
bahwa, sekalipun saat ini terdapat banyak peralatan modern yang boleh membantu dalam
menegakkan suatu diagnosis, tidak semua tempat mempunyai prasarana modern tersebut.
Sebagai contoh, pada kasus appendicitis. Diagnosis appendicitis merupakan suatu diagnosis
yang mempunyai banyak diagnosis banding.
BAB II
1
ISI
1. Anatomi
Appendiks dan caecum mulai muncul pada saat embryo berusia enam minggu, dalam
bentuk outpouchings dari kaudal midgut. Outpouching appendiks ini mulai berelongasi pada
saat usia fetus lima bulan.
appendiks. Posisi appendiks tetap pada ujung caecum sepanjang proses perkembangan janin.
Pertumbuhan dinding lateral caecum bersifat tidak setara. Hal ini mengakibatkan posisi
apppendiks berada di posterior medial abdomen, dibawah ileocecal valve.1
Untuk mencari letak dasar appendiks, telusuri tenia coli, sampai ditemukan caecum.
Normalnya, ujung appendiks dapat ditemukan di kuadran kanan bawah, pelvis atau
retroperitoneum. Pada pasien dengan midgut malrotation dan situs inversus, appendiks akan
ditemukan di abdomen kiri. Pada pasien dengan midgut malrotation, appendiks ditemukan di
kuadran kiri atas, sedangkan pada situs inversus, appendiks ditemukan di kuadran kiri
bawah.1
Pada orang dewasa, panjang appendiks rata-rata enam sampai sembilan sentimeter.
Diameter luar berukuran tiga sampai delapan sentimeter, manakala diameter luminal
bervariasi antara satu sampai tiga milimeter.1
Appendiks diperdarahi oleh appendicular branch dari arteri ileokolik.
Arteri ini
beroriginasi posterior dari ileum terminal, lalu memasuki mesoapendiks. Elemen simpatetik
appendiks dipersarafi oleh pleksus mesentrika superior (T10-L1), manakala elemen
parasimpatetik dipersarafi oleh nervus vagus.1
Gambar 1: Appendiks
Sumber: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/processus+vermiformis
Secara histologis, appendiks terdiri dari tiga lapisan; serosa, muskularis, serta
submukosa dan mukosa. Lapisan serosa merupakan lapisan paling luar yang merupakan
2
kelanjutan dari peritoneum. Lapisan muskularis merupakan lapisan yang tidak tegas, yang
tidak selalu ada di semua bagian. Lapisan mukosa hampir sama dengan mukosa usus besar.
Kripta appendiks berbentuk dan berukuran ireguler, tidak seperti pada kolon. Kompleks
neuroendokrin yang terdiri dari sel ganglion, sel Schwann, serabut saraf, dan sel
neurosekretorik dapat ditemukan dibawah kripta.1
Kolitis ulseratif
1.
2.
2.
Crohns Disease
3
1.
2.
3.
2.
3. Definisi Appendisitis
Appendisitis adalah peradangan pada appendiks vermiformis.2
Resiko terjadinya
appendisitis adalah 6.7% pada wanita, dan 8.6% pada laki-laki. Insidens tertinggi ditemukan
pada usia dekade kedua dan ketiga.1
Diatas tahun 1990, insidens appendisitis nonperforasi menurun. Hal ini mungkin
disebabkan oleh peningkatan tehnik diagnostik imaging yang memperbolehkan detekasi dini
appendisitis.1
4. Etiologi Appendisitis
Etiologi appendisitis belum cukup diketahui. Etiologi utama dari appendisitis diduga
adalah sumbatan lumen oleh fekalit atau hipertrofi jaringan limfoid.1
Appendisitis boleh terjadi dalam kluster, menunjukkan bahwa adanya etiologi infeksi.
Namun begitu, asosiasi dengan bakteria dan virus yang bersifat menular hanya ditemukan
pada proporsi kecil pasien appendisitis. Pada dinding appendiks yang terinflamasi, biasanya
ditemukan Escherichia coli dan Bacteroides.
terjadinya distensi appendiks. Distensi ini meransang saraf dari visceral afferent stretch
fibers yang menyebabkan pasien mengeluh nyeri tumpul dan difus di daerah tengah abdomen
atau epigastrium bawah.1
Sekresi mukosa yang berterusan, ditambah dengan multiplikasi cepat dari bakteri di
appendiks menyebabkan distensi appendiks bertambah hebat.
terjadinya refleks mual muntah, dan juga nyeri visceral bertambah hebat.1
Proses inflamasi kemudiannya melibatkan lapisan serosa appendiks, dan kemudian
peritoneum parietal. Hal ini mengakibatkan peralihan rasa nyeri dari epigastrium ke kuadran
kanan bawah.1
Aliran kapiler dan venula teroklusi, namun aliran arteri tidak terganggu,
mengakibatkan terjadinya kongesti vaskuler.
gangguan suplai darah. Integritas mukosa terganggu di awal proses inflamasi, membolehkan
terjadinya invasi bakteri. Pada area dengan suplai darah yang paling sedikit dapat ditemukan
infark ellipsoidal di antimesenteric border. Dengan bertambahnya distensi, invasi bakteri,
gangguan suplai vaskuler, dan infark, terjadilah perforasi, biasanya pada antimesenteric
border, dibawah pusat obstruksi.1
Tahapan
pertama dimulai oleh apendisitis akut. Pada tahapan ini, akan terproduksi mukosa ulserasi
dan sel PMN di lumen appendiks dan terjadi edema di appendiks.3
Edema dan iskemia di dinding appendiks akan mengakibatkan appendisitis akut
supuratif.
Pada tahapan ini, lapisan serosa terinflamasi. Hal ini akan mengakibatkan
Gejala
Proses inflamasi di appendiks mengakibatkan pasien mengeluh nyeri, yang pada
awalnya dirasakan sebagai nyeri difus dan kemudian berkelanjutan menjadi nyeri terlokalisir
di kuadran kanan bawah akibat iritasi pada peritoneal lining.1
Pasien juga sering mengeluh gangguan pada gastrointestinal (GI) seperti mual,
muntah, dan anoreksia. Seandainya keluhan pada GI mendahului keluhan nyeri, appendisitis
mungkin mempunyai etiologi lain seperti gastroenteritis. Pasien sering mengeluh obstipasi
sebelum mulai timbul nyeri, dan merasakan dengan BAB, keluhan nyeri abdomen membaik.
Diare dapat timbul apabila terjadi perforasi, terutamanya pada anak-anak.1
Tanda
Terdapat perubahan tanda-tanda vital diawal proses inflamasi appendiks. Suhu tubuh
dan frekuensi nadi dapat normal atau sedikit meningkat.
dan
Bloombergs
Sign
merupakan
tanda-tanda
adanya
iritasi
peritoneal.
menandakan letak fokus iritasi berdekatan dengan muskulus psoas kanan. Apabila pasien
mengeluh nyeri saat dilakuakan rotasi internal pada dalam kondisi kaki fleksi, menandakan
adanya inflamasi berdekatan dengan muskulus obturator internus.1
8. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi1
1
Leukosit
1
Leukositosis
1
Leukositopenia
1
Penurunan respons
Paling sering
Appendicitis
10
wanita hamil.
keahlian pemeriksaan.4
Secara umum, diagnosis banding appendisitis akut adalah diagnosis akut abdomen
lainnya. Terdapat berbagai macam proses akut di kavitas peritoneal yang menghasilkan
alterasi fisiologis yang sama dengan appendisitis akut.1
Diagnosis banding dari appendisitis akut tergantung pada empat faktor utama; lokasi
anatomis appendiks, derajat proses (dengan atau tanpa komplikasi), umur pasien, dan jenis
kelamin pasien.1
Pasien Pediatrik
1
Bersifat self-limited
Diverticulitis
Biasanya bilateral
Endometrosis
Perdarahan vaginal
Peningkatan -hCG
Pasien Immunosupresi
Kadar appendisitis akut lebih tinggi pada pasien dengan HIV dibandingkan dengan
pada populasi umum. Keluhan yang timbul sama seperti pasien tanpa HIV, namun resiko
terjadinya perforasi lebih tinggi. Pada pasien dengan HIV, diagnosis banding appendisitis
lebih luas. Perlu dipertimbangkan adanya resiko terjadinya infeksi opurtunistik.
12. Penatalaksanaan
1
Open Appendectomy
Biasanya menggunakan anastesi umum. Pada kasus non-perforasi, dilakukan insisi di
titik McBurney. Pada kecurigaan adanya perforasi, dilakukan laparotomi. Untuk mencari
letak appendeiks, dicari taenia coli terutamanya taenia libera, kemudian akan ditemukan
appendiks di distal taenia coli.
dinding lateral abdomen atau pelvis. Dilakukan ligasi appendiks. Seandainya ada pus,
dilakukan aspirasi.
14
Laparoskopic Appendectomy
Biasanya menggunakan anastesi umum.
Bagaimapaun, studi menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan atau kekurangan yang
bermakna pada teknik ini dibandingkan dengna teknik laparoskopik menggunakan tiga port.1
4
digunakan adalah melalaui transvagina dan transgastrika. Tehnik ini diharapkan dapat
mengurangkan nyeri post-operasi, mengelakkan infeksi luka, mengelakkan hernia,
dan tidak meningkalkan jaringan parut. Tehnik ini masih sangat baru, dan biasanya
masih digabung dengan tehnik laparoskopi. Masih banyak yang perlu diperhatikan
untuk menilai keuntungan dan kerugian dari tehnik ini.1
13. Kondisi Khusus Pada Kasus Appendisitis
Appendisitis pada Pediatrik
Diagnosis appendis lebih sulit ditegakkan pada pasien anak disebabkan oleh kesulitan
mendapatkan informasi yang adekuat dari anak, keterlambatan orang tua membawa anak ke
dokter, frekuensi distres gastrointestinal yang tinggi pada anak yang menyebabkan lebih
mudah terjadi misdiagnosis.
Pada anak, adanya nyeri tekan di kuadran kanan bawah, kesulitan untuk berjalan,
nyeri pada perkusi, batuk atau melompat merupakan tanda-tanda appendisitis yang cukup
sensitif. Pada anak, perkembangan penyakit lebih cepat dibandingkan dengan pada dewasa.
Omentum anak juga belum cukup kuat untuk menahan ruptur, mengakibatkan kadar
morbiditas yang lebih tinggi pada anak.
Pada kasus non-perforasi, penggunaan antibiotik hanya terbatas pada 24-48 jam.
Pada kasus perforasi, harus segera dilakukan tindakan operasi.
Operasi laparoskopik
16
Prioritas sebaiknya diberikan kepada pasien dengan peningkatan suhu tubuh melebihi
38C, leukositosis, laki-laki, anoreksia, atau mengeluh nyeri lama sebelum admisi ke rumah
sakit, karena pada pasien dengan tanda-tanda ini, resiko terjadinya perforasi lebih tinggi.
Sama seperti pada pasien anak, pasien usia lanjut juga sebaiknya dioperasi
menggunakan teknik laparoskopik.1
Appendisitis Akut saat Hamil
Appendisitis perlu dicurigai pada wanita hamil yang mengeluh nyeri abdomen akut.
Biasanya pasien akan mengeluh nyeri perut kanan.
Stump Appendicitis
18
BAB III
PENUTUP
Appendicitis merupakan satu kondisi dimana terjadinya peradangan pada appendiks.
Appendiks merupakan satu organ yang ditemukan biasanya pada kuadran kanan bawah
abdomen, bersamaan dengan caecum. Peradangan pada organ ini akan biasa menyebabkan
timbulnya satu sekuens inflamasi, yang dimulai dengan fakktor etiologik seperti
pernyumbatan oleh fecalit, dan diakhiri dengan perforasi appendiks, sekalipun beberapa
kasus dapat sembuh spontan.
Sesuai dengan perjalanan penyakit, pasien biasanya mengeluh nyeri yang awalnya
dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah. Pasien juga dapat
mengeluh keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah dan anoreksia. Pada pemeriksaan
fisik, biasanya didapatkan nyeri tekan titik McBurney, nyeri lepas, dan nyeri kontralateral
yang merupakan indikator dari terjadinya ransang peritoneal. Terdapat beberapa sistem
skoring yang boleh digunakan bagi membantu menegakkan diagnosis appendisitis.
Seandainya masih ada keraguan, boleh dilakuakan pemeriksaan penunjang dalam bentuk
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis.
paling bermakna adalah jumlah leukosit, sedangkan pemeriksaan radiologis yang paling
sering digunakan adalah USG dan CT-Scan.
Perlu diingat bahwa tidak semua pasien datang dengan keluhan seperti yang
dinyatakan diatas. Beberapa kasus yang agak sulit untuk ditegakkan diagnosisnya adalah
pada pasien pediatrik, pasien usia lanjut, pasien hamil dan pasien immunocompromised.
Pengobatan dari appendicitis adalah dengan operasi. Teknik operasi yang sering
digunakan adalah open appendectomy dan laparaoskopi appendektomi.
Terdapat juga
19
Daftar Pustaka:
1
Grace P.A., Borley N.R., At a glance ilmu bedah; Jakarta; Erlangga Medical Series,
2007, hal 107
Gates R.H.,Infectious disease secrets 2nd edition; Pennsylvenia, Elsevier, 2003, hal 37
Fischer J.E., Master of Surgery;Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2001, hal
1436
20