K2 Ki Hajar Dewantara
K2 Ki Hajar Dewantara
OLEH:
NI KOMANG SRI ANDAYANI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dengan harapan
dapat menjadi suatu bangsa yang maju. Banyak cara diupayakan untuk dapat mengikuti
persaingan dengan negara lain salah satunya Indonesia dituntut memiliki sumber daya
manusia (SDM) yang baik. Hal tersebut sangat berkaitan dengan rancangan sistem
pendidikan yang baik yang dijalankan dalam pendidikan. Sampai saat ini pemerintah dengan
institusi terkait telah mencanangkan upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan nasional
semata demi melahirkan SDM unggulan yang dapat bersaing pada era global ini. Melihat
kembali kemasa lalu pada masa kebangkitan nasional banyak pahlawan yang berjuang baik
secara fisik, mental, serta pemikiran demi dapat mensejajarkan Indonesia dengan negara lain.
Salah satunya menitikberatkan pada pendidikan calon penerus bangsa. Banyak tokoh filsafat
pendidikan yang telah mencurahkan segala pemikiran tentang pendidikan salah satunya
adalah Ki Hajar Dewantara. Pandangan filsafat Ki Hajar Dewantara sangat menekankan pada
model pendidikan yang bersifat nasional keindonesiaan.
Ki Hajar Dewantara hidup pada zaman perjuangan dan zaman kebangkitan nasional
beliau pada masa Indonesia merdeka menjabat sebagai mentri pendidikan nasional RI ke-1.
Ki Hajar dewantara sangat gigih memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi bangsa Indonesia.
Wujud konsistensi pada bidang pendidikan beliau tidak hanya curahkan pada filsafat-filsafat
pendidikan tetapi merealisasikanya dengan membangun Perguruan Taman Siswa. Perguruan
Taman Siswa merupakan suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak
bangsa untuk dapat meperoleh hak atas pendidikan tanpa melihat status sosial di masyarakat.
Hingga saat ini hari kelahiran Ki Hajar Dewantara 2 mei 1889 diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bukan hanya suatu usaha untuk memajukan
pemikiran tetapi lebih menanamkan nilai luhur kebudayaan sehingga dapat membentuk suatu
insan yang memiliki karakter. Beberapa konsep beliau serta pandangan beliau tentang
pendidikan patut kita teladani sebagi landasan dasar dari sistem pendidikan nasional.Dengan
sistem pendidikan nasional yang baik maka secara tidak langsung diharapkan mampu
2
menghasilkan SDM yang berkualitas. Sehingga Indonesia dapat bersiap menghadapi semua
tantangan jaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara ?
2. Bagaimana konsep dasar dan pelaksanaan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara ?
3. Bagaimana filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai landasan dasar sistem
pendidikan nasional ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang definisi pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara.
2. Mengetahui informasi tentang konsep dasar dan pelaksanaan pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara.
3. Mengetahui filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai landasan dasar sistem
pendidikan nasional.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan potensi diri manusia
yang meliputi potensi cipta, rasa, maupun karsa yang nantinya dapat digunakan dalam
menjalani kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan
manusia dengan pendidikan yang baik maka akan dapat mengembangkan potensi diri menjadi
lebih baik. Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan kepribadian manusia guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan, dalam hal ini meningkatkan taraf hidupnya. Filsafat merupakan
suatu kegiatan berpikir yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan
filsafat pendidikan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hakikat pelaksanaan dan
pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan yang
meliputi latar belakang, struktur, cara, pelaksanaan, manfaat, tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
1. Beberapa teori tentang filsafat pendidikan
a. Teori Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Secara etimologi perenialisme berasal dari perennial yang berarti abadi atau kekal.
Perenialsime memandang bahwa pendidikan adalah suatu jalan untuk kembali atau dapat
diartikan sebagi suatu proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan ideal. Kebudayaan ideal yang dimaksudkan oleh kaum perenialis adalah suatu
kebudayaan yang telah teruji dan tangguh. Teori pendidikan Perenialisme ini dilatarbelakangi
oleh filsafat-filsafat Plato yang bersifat idealisme, filsafat Aristoteles yang bersifat realisme,
dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan kedua filsafat Plato dan Aristoteles.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan antara lain
1) Program pendidikan yang ideal harus didasarkan adanya nafsu, kemauan, dan akal
(Plato).
2) Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat
sebagai alat untuk mencapainya (Aristoteles).
3) Pendidikan adalah menuntun kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif dan
nyata (Thomas Aquinas)
b. Teori Progresivisme
Progresivisme lahir pada sekitar abad kedua puluh merupakan filsafat yang bermuara
pada aliran filsafat pragmatism yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan
John Dewey (1859-1952), yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Aliran
ini beranggapan bahwa kemampuan inteligensi manusia sebagai alat hidup, kesejahteraan,
dan mengembangkan kepribadian manusia. Progresivisme menekankan pada pendidikan yang
berpusat pada siswa (student centered) sebagai rekasi pelaksanaan pendidikan yang berpusat
pada guru (teacher centered). Progresivisme mengupayakan lebih besar dalam kreativitas,
aktivitas, anak dalam belajar serta berbagi pengalaman belajar dengan teman sebayanya.
c. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan merupakan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. (Von Glasersfeld)
menurut teori konstrukstivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan
adalah bahwa pendidik tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi
siswalah yang membangun sendiri pengetahuannya. Prinsip dasar pandangan para
konstruktivis adalah sebagai berikut: (1) pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik
secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pendidik
ke siswanya, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi
terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah; (4) pendidik sebagai
fasilitator.
Pendekatan ini memiliki prinsip dimana peserta didik dianggap dan dihargai sebagai
insan yang potensial (memiliki kelebihan, kekurangan, dll) sehingga tidak ada hal yang bisa
dipaksakan oleh pendidik kepada peserta didik.
b. Asas kemerdekaan
Pendidikan memberikan kebebasan untuk setiap individu dalam hal ini peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang
dituntun oleh nilai-nilai moral dan kodrat alam baik dalam kehidupan sebagai individu
maupun anggota masyarakat.
c. Asas kodrat alam
Pada dasarnya manusia sebagai mahluk yang merupakan bagian dari alam, dapat
dikatakan manusia tidak akan lepas dari aturan kodrat alam. Tiap manusia diberi keleluasaan
terbimbing untuk berkembang wajar menurut kodratnya.
d. Asas kebudayaan
Suatu kebudayaan dapat membentuk jati diri manusia, karena pendidikan berjalan
sejalan dengan perkembangan budaya manusia.
e. Asas kemanusiaan
Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai kodratnya sebagai mahluk
Tuhan.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai suatu proses dan sekaligus sebagai
suatu tujuan. Individu menjadi manusia seperti saat ini karena proses belajar atau suatu
proses interaksi dengan individu lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional menurut UU No 20 tahun 2003 pada Bab I ketentuan umum
pasal 1 ayat 2 pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman. Hakikat pendidikan
tidak akan terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan nasional
(Kemdiknas) yang tertuang dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
BAB III
PEMBAHASAN
dalam mendidik peserta didiknya menurut Ki Hajar Dewantara harus berpedoman terhadap
semboyan berikut
a. Ing ngarso sung tulodo berarti guru sebagai pemimpin berdiri di depan dan
harus mampu memberikan teladan kepada anak didiknya.
b. Ing madyo mangun karso berarti guru ketika berada di tengah harus mampu
mmbangkitkan semangat kepada anak didiknya.
c. Tut wuri handayani berarti ketika guru di belakang harus mengikuti dan
mengarahkan anak didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung
jawab.
2. Teori Trikon
Pendidikan dapat ditempuh dengan sikap yang dikenal dengan Trikon, yaitu :
a. Kontinuitas yang berarti garis hidup kita saat ini harus merupakan lanjutan dari
kehidupan kita masa lampau. Ini berarti pendidikan merupakan bentukan melalui
pengalaman-pengalaman yang telah dilalui yang bersifat kontinu/terusm menerus.
b. Konvergensi yang berarti kita harus menghindari diri dari hidup menyendiri terisolasi,
dalam belajar kita harus terbuka menerima informasi-informasi/ budaya-budaya baru
sehingga kita dapat memadukan kebudayaan bangsa sendiri dengan bangsa lain yang
dipandang mampu memajukan budaya bangsa sendiri.
c. Konsentris yang berarti dalam mengembangkan pendidikan haruslah bertolak dari
kebudayaan sendiri, sehingga nilai-nilai luhur bangsa dapat tertanam di hati generasi
baru.
C. Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Sebagai Landasan Dasar Sistem
Pendidikan Nasional
Secara umum pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah upaya untuk
memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak-anak. Pasal-pasal
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah (1) segala usaha dan cara pendidikan harus
sesuai dengan kodratnya; (2) kodratnya tersimpan dalam adat istiadatmasing-masing rakyat;
(3) adat istiada tidak luput dari pengaruh zaman dan alam; (4) perlunya mengetahui zaman
sebelumnya, kini, dan masa datang; (5) adanya pengaruh dari pergaulan bangsa satu dengan
yang lainnya. Dalam pendidikan nasional harus mencakup adanya Tri sentra pendidikan; Tri
Nga (ngerti, ngrasa, nglakoni atau mengerti, merasa dan melakukan); Tri pantang adalah
jangan menyalahgunakan wewenang, jangan melakukan manipulasi, dan jangan melanggar
9
kesusilaan; sistem among dan asas Trikon. Dalam sistem pendidikan nasional filsafat
pendidikan para pedahulu telah dilebur menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional .Telah menjadi amanat pada pembukaan UUD 1945 bahwa pemerinatah
wajib menyediakan pendidikan dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
rangka mewujudkan cita-cita tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang
mampu mencapai tujuan dari pendidikan. Sistem tersebut adalah sistem pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan unsur-unsur pendidikan yang saling terkait
secara terpadu. Menurut UU No20 tahun 2003, sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manejemen
pendidikan. Tujuan pendidikan nasional (Kemdiknas) yang tertuang dalam undang-undang no
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan pasal 4
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan keadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka
dan multi makna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteadanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Dalam UU No 20 tahun 2003 telah gambalang meleburkan filsafat-filsafat dari Ki
Hajar Dewantara sebagai landasan dasar membentuk Undang-Undang tersebut.
10
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun hal yang dapat penulis simpulkan dalam makalah ini adalah
1. Pendidikan merupakan suatu proses sadar yang dilakukan untuk membudayakan manusia
secara manusiawi.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman.
3. Pendidikan harus sesuai dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan,
asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
4. Sistem Pendidikan nasional telah melebur dasar-dasar dari pemikiran dari para filosofis
sehingga menjadi suatu dasar pendidikan yang harus dilaksanakan oleh segenap warga
negara.
B. Saran
Sistem pendidikan nasional telah jelas menerangkan bahwa pendidikan harus
diselenggarakan sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
dalam praktiknya haruslah berdasarkan UU tersebut sehingga dapat memajukan serta
mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah disepakati.
11