Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI POLITIK NABI MUHAMMAD SAW

Dalam Perjanjian Hudaibiyah


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Pada Mata Kuliah:

Hadis dan Sirah Nabawiyah: Tekstual dan Kontekstual

Oleh:
Ali Geno Berutu
NIM. 13.2.00.1.01.01.0016

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Said Aqil al-Munawwar, MA.

Disusun Oleh:
Ali Geno Berutu
13200101010016

SEKOLAH PASCASARJANA
UNVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1435 H
1

STRATEGI POLITIK NABI MUHAMMAD SAW


Dalam Perjanjian Hudaibiyah
Berkembangnya Islam sampai ke seluruh penjuru dunia, dan
tetap bertahan sampai zaman sekarang ini, salah satu faktornya adalah
kecerdasan sang pembawa risalah tersebut, yaitu Nabi Muhammad
SAW. Beliau adalah tokoh dengan karakter yang paling hebat. Bahkan
Michael J Hart1 yang non muslim pun menempatkan beliau di urutan
teratas dalam daftar 100 orang terhebat dalam buku karyanya. Salah
satu bukti kehebatan Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa
terjadinya Perjanjian Hudaibiyah, atau Shulhul Hudaibiyah.
1. Sejarah Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyyah ( ) adalah sebuah perjanjian
yang di adakan di sebuah tempat di antara Madinah dan Mekkah pada
bulan Maret 628 M (Dzulqaidah, 6 H). Rasulullah dan para sahabat
berada pada posisi sulit, karena seluruh prosesi pelaksanaan ibadah
Haji bertempat di Makkah sedangkan pada saat itu Makkah dikuasai
oleh kaum kafir Quraisy.
Quraisy menganggap Rasulullah dan pengikut-pengikutnya
telah mengingkari berhala-berhala yang terdapat di dalamnya. Oleh
karena itu, memerangi dan melarang mereka datang berkunjung ke
Ka'bah adalah suatu kewajiban bagi Quraisy, kalau mereka tidak mau
kembali kepada dewa-dewa nenek-moyangnya. Sementara itu kaum
Muslimin merasa menderita karena tak dapat melakukan tugas agama
yang sudah menjadi kewajiban mereka, juga sudah menjadi kewajiban
nenek-moyang mereka dahulu. Disamping itu, kaum Muhajirin sendiri
pun sudah merasa tersiksa dan merasa tertekantersiksa dalam
pembuangan, tertekan karena kehilangan tanah air dan keluarga. Hanya
saja, mereka semua yakin akan adanya pertolongan Allah kepada
Rasul-Nya dan kepada mereka. 2

Michael H. Hart, The 100, a ranking of the most influential persons in


history (New York: Publishing Company, 1978), 27.
2
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad : Ibadah Haji
Yang
Pertama,
http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/khazanah/11/06/28/lni2wy-sejarah-hidup-muhammad-saw-ibadah-haji-yangpertama ( diakses pada tanggal 3 Desember 2014)

Pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijriyyah Nabi


Muhammad s.a.w. beserta pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi
Makkah untuk melakukan 'umrah dan melihat keluarga-keluarga
mereka yang telah lama ditinggalkan. Untuk mendapat kepercayaan
kaum kafir Quraisy bahwa kedatangan Rasulullah dan kaum Muslimin
adalah murni untuk melakukan ibadah umrah maka Rasulullah
memerintahkan beberapa hal, pertama agar perjalanan dilakukan
melalui rute yang tidak menimbulkan kecurigaan kaum kafir Quraisy,
kedua Rasulullah memerintahkan agar hewan hadyu untuk pelaksanaan
ibadah umrah ditandai agar tidak disangka sebagai kendaraan perang
dan Ketiga kaum Muslimin diperintahkan untuk melakukan perjalanan
dengan pedang disarungkan untuk memperlihatkan bahwa perjalanan
dilakukan bukan bermaksud untuk melakukan penyerangan.
Muhammad juga membawa binatang qurban yang terdiri dari 70 ekor
unta, juga mengenakan pakian ihram3
Cara ini akan menghilangkan kecurigaan orang-orang Quraisy,
dengan meyakinkan mereka akan maksud damai umat Islam. Dan
memang sudah men-tradisi dikalangan Arab siapa saja yang melakukan
peribadatan di al-Masjid al-Haram pada bulan-bulan suci, maka
terjamin keamanannya. Dalam hal ini Allah berfirman QS Al-Baqarah:
217:


Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan
Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa
besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir
kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan
mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di
sisi Allah
Berita tentang keberangkatan rombongan Nabi ini terdengar
oleh orang-orang Musyrik Mekkah. Mereka pun menyiapkan satu
pasukan tentara dengan pasukan berkuda sebanyak 200 orang. Pasukan
ini di bawah pimpinan Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abi Jahal.
3

Muhammad Husayn Haikal, Hayat Muhammad (Cairo: Dar al-Maarif,

1935), 374

Pasukan ini bergerak menyongsong kedatangan rombongan Nabi


Muhammad, dan mereka berkemah di Dzu Thuwa.
Dari Dzul Hulaifah rombongan Nabi bergerak terus menuju
Mekkah. Tetapi sesampainya di Usfan, rombongan ini bertemu dengan
seseorang dari suku Banu Kaab. Nabi bertanya kalau-kalau ia
mengetahui berita sekitar orang-orang Quraisy. Orang tersebut
menjelaskan : Mereka sudah mendengar tentang perjalanan tuan ini.
Lalu mereka berangkat dengan menekan pakaian kulit harimau.
Mereka berhenti di Dzu Thuwa dan sudah bersumpah bahwa tempat
itu sama sekali tidak boleh tuan masuki. Sekarang Khalid bin Walid
dengan pasukan berkudanya sudah maju terus ke Kiral Ghanim.4
Nabi mempertimbangkan, bila mereka terus melakukan
perjalanan dan bertemu dengan pasukan Quraisy tersebut, tentulah
akan terjadi pertumpahan darah. Padahal sejak awal beliau sudah
memutuskan bahwa tidak akan ada darah yang tetumpah. Mereka
bermaksud memasuki Mekkah dengan damai, aman dan tenteram.
Dalam suasana seperti itu, dari kejauhan sayup-sayup terlihat kepulan
debu dari pasukan Musyrik Makkah tersebut. Nabi kemudian berseru
kepada anggota rombongannya, siapa diantara mereka yang
mengetahui jalan lain untuk mencapai Mekkah. Mendengar itu
seseorang maju ke depan yang mengetahui jalan lain menuju Mekkah
tersebut.
Namun jalannya berliku-liku dan sangat sulit dilalui. Nabi
menyetujui hal itu, lalu memerintahkan rombongan untuk menmepuh
jalan tersebut. Akhirnya mereka sampai ke satu tempat bernama
Thaniat al-Murar, jalur menuju ke Hudaybiyah yang terdapat di sebelah
bawah kota Mekkah. Ternyata kawasan tersebut sangat kerontang,
tiada satupun sumber mata air. Mndengar itu Rasulullah mengeluarkan
sebuah anak panah dari tabungnya lalu diberikan kepada seseorang
anggota rombongan kemudian dibawa ke salah satu sumur yang
terdapat di kawasan itu. Bila anak panah itu ditancapkan ke dalam pasir
pada salah satu sumur tetsrebut airpun memancar. 5
Ketika hampir sampai di kota Makah mereka melihat kaum
Quraisy bersiap-siap untuk mencegah mereka dengan senjata. Budail
kepala suku Khuzaah, meskipun bukan seorang muslim, bersikap baik
4

Muhammad Husein Haikal, Hayatu Muhammad, (Cairo : Maktabah


Nahdhah al-Mishriyyah, 1965), hal. 396.
5
Muhammad Husein Haikal, Hayatu Muhammad..

terhadap Islam. Dia membawa kabar ini kepada Nabi dan selanjutnya
mengirimkannya kembali untuk melaporkan kepada kaum Quraisy
bahwa umat Islam datang untuk melaksanakan ibadah haji bukan untuk
berperang. Kepada kaum Quraisy juga diiusulkan agar menerima
perdamaian dengan mereka selama masa tertentu. Karena telah
mengirim pesan kepada kaum Quraisy, umat Islam berhenti di
Hudaibiyah6
Kaum Quraisy, walaupun begitu tetap menyiagakan
pasukannya untuk menahan Rasulullah dan para sahabat agar tidak
masuk kota Makkah. Pada waktu itu, bangsa Arab bersiaga terhadap
kekuatan militer Islam yang sedang berkembang. Pada awalnya beliau
mengutus Umar Ibnul-Khattab, namun sekali lagi Nabi Muhammad
mencoba mengirim utusan. Pertama sekali maksud tersebut dibebankan
kepada Umar bin Khattab. Tetapi Umar menolak dengan mengatakan
: Rasulullah, saya kahawatir Quraisy akan mengadakan tindakan
kepada saya, mengingat di Mekkah tidak ada pihak Banu Adi bin
Kaab yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui
bagaimana permusuhan saya dan tindakan tegas saya terhadap
mereka. Saya ingin menyarankan orang yang lebih dalam hal ini dari
pada saya, yakni Usman bin Affan..
Usman pun dipanggil oleh Nabi untuk melaksanakan tugas
sebagai utusan kepada pihak Quraisy. Pertama sekali ia diperintahkan
untuk bertemu dengan Abu Sufyan. Dan ketika Usman sudah bertemu
dengan mereka, ia diperintahkan untuk mengehentikan keinginan untuk
masuk Mekkah. Kalau ia sendiri mau thawaf silakan thawaf. Tetapi
Usman menampik bujukan tersebut. Dia baru mau thawaf kalau Nabi
juga dan beserta rombongan dapat pula thawaf bersama sama.
Perundingan antara Utsman bin Affan dan para pemimpin
Quraisy memakan waktu agak lama, sehingga tersiar kabar di kalangan
kaum Muslimin bahwa Utsman telah dibunuh. Tiada pilihan lain bagi
mereka kecuali menuntut balas, sambil berdiri di sebatang pohon beliau
mengumpulkan semua sahabatnya untuk membulatkan tekad dan
bersiap-siap menghadapi kaum musyrikin Quraisy.

Hudaibiyah merupakan sebuah tempat yang berada dilintasan jalan dari


Jedah ke Makah yang berada diluar tanah haram. Tempat tersebut diperkirakan
perjalanan satu hari dari Makah (saat itu). Ditempat inilah Nabi Muhammad
berhenti dan menanti penyeleseian ketika terjadi penolakan oleh penduduk Arab atas
pelaksanaan ibadah haji Nabi. (Lihat Ensilkopedi Islam, 137).

Mereka mengikrarkan sumpah setia akan tetap membela Allah


dan Rasul-Nya dalam keadaan bagaimanapun juga. Peristiwa tersebut
dalam sejarah Islam terkenal dengan nama Baiatur-Ridhwan7, yaitu
: Pernyataan janji setia yang diridhoi Allah, yang kemudian diabadikan
dalam Al-Quran. Peristiwa baiat, yang berlangsung di bawah pohon
Samrah, seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Salmah bin
Akwa, menjadi asbab nuzulnya firman Allah : QS. Al-Fath:18.


Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya).
Tekat umat Islam untuk mengorbankan jiwa mereka dalam
mempertahan kan agama mereka, membuat orang Quraisy menjadi
sadar. Pengalaman mereka yang telah lalu berfaedah sekali bagi
mereka. Sekarang mereka dapat menyadari apa arti tekat umat Islam
itu. Karena itu mereka menugaskan Suhel Ibn Amar untuk melanjutkan
perundingan damai. Suatu genjatan senjata disetujui dengan
memulihkan perdamaian diantara kedua belah pihak dalam jangka
waktu 10 tahun. Pasal-pasal pokok perjanjian8 itu adalah sebagai
berikut :
1. Nabi Muhammad dan kaum-Nya pada tahun ini harus kembali
tanpa melaksanakan ibadah haji. Tahun depan mereka boleh
datang untuk melaksanakan ibadah haji, tetapi tidak beleh lebih
dari tiga hari.
2. Kedua belah pihak tidak saling menyerang (mengadakan
gencatan senjata) selama 10 (sepuluh) tahun.
3. Siapa saja dari pihak Quraisy yang berkeinginan bergabung
dengan pihak Muhammad (Islam) maka diperkenankan.
7

Mahmudunnasir, Islam, Its Consepts and History, ter Adang Affandi, Cet
4 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 140.
8
Abd al-Aziz Salim, Tarikh al-Daulah al-Arabiyyah (Bairut: Dar alNahdhah al-Arabiyyah, 1986), 126.

Demikian juga sebaliknya pihak Islam yang bergabung dengan


pihak Quraisy maka dianggap bagian dari mereka.
4. Siapa saja yang datang kepada Muhammad tanpa izin walinya
maka harus dikembalikan. Dan siapa saja yang datang kepada
pihak Quraisy dari golongan Muhammad maka tidak
dikembalikan
Sekilas isi perjanjian tersebut sama sekali tidak menguntungkan
bagi Kaum Muslimin, dan hanya menguntungkan kaum Quraisy
Mekah9. Ini bisa kita cermati satu persatu isinya:
1. Gencatan senjata sudah tidak diperlukan oleh Kaum Muslimin,
mengingat setelah Perang Ahzab/ Khandaq, Kaum Quraisy
sudah putus asa dalam memerangi Kaum Muslimin. Dan itu
dibuktikan bahwa mereka tidak berani memerangi Kaum
Muslimin yang hendak datang ke Mekah.
2. Jika penduduk Mekah tidak boleh menyeberang ke Madinah,
jelas jumlah Kaum Muslimin tidak akan bertambah, sedangkan
Kaum Quraisy tidak akan melemah.
3. Jika penduduk Madinah yang pergi ke Mekah tidak
diperbolehkan untuk kembali ke Madinah, tentu warga Madinah
akan berkurang.
4. Kaum Muslimin yang sudah capek- capek menempuh
perjalanan harus pulang tanpa tercapai tujuannya yaitu berhaji.
Ini tentu sangat mengecewakan mereka. Ditambah lagi
sebelumnya Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan
bahwa beliau bermimpi memasuki Mekah bersama- sama
Kaum Muslimin dengan aman, dan mimpi beliau pasti terjadi.
Jika ternyata apa yang beliau ucapkan tidak menjadi kenyataan,
tentu akan menjadi pukulan bagi mereka. Terlebih berita
tersebut sudah menyebar di kalangan kaum munafiq dan Kaum
Yahudi. Jika mereka tahu, tentu Nabi Muhammad SAW dan
Kaum Muslimin akan menjadi bahan ejekan oleh mereka.
5. Diperbolehkannya untuk kembali lagi, dan hanya tinggal
selama 3 hari, maka waktu 3 hari ini tidak cukup untuk
9

Islam Pos, Perjanjian Hudaibiyah, Bukti Kejeniusan Politik Nabi,


http://www.islampos.com/perjanjian-hudaibiyah-bukti-kejeniusan-politik-nabi99285/ (diakses pada tanggal 08 Des 2014).

melaksanakan ibadah Haji. Apalagi tidak diperkenankan


menghunus pedang, maka ini adalah hal yang sangat
merugikan.
Syarat-syarat itu tentu sangat tidak menyenangkan umat Islam,
tetapi karena menghormati sikap perdamaian Nabi, mereka tetap diam.
Kemurahan dan keluhuran budi Nabi didalam menyetujui perjanjian ini
menyebabkan sedikit rasa tidak puas diantara pengikutnya. Akan tetapi,
Nabi meyakinkan mereka akan pendirian yang benar dan meramalkan
hasil ahir yang baik dari perjanjian itu.
Dengan hasil kesepakan seperti ini, maka kaum Muslimin harus
kembali ke Madinah dengan harapan akan kembali ke Makah pada
tahun depan. Sebagian besar dari mereka pulang dengan parasaan barat
hati. Kalau tidak karena perintah Nabi, mereka tidak akan dapat
menahan hati. Tiada biasanya mereka menerima kekalahan atau
menyerah tanpa berperang.10Dalam perjalanan menuju Madinah tibatiba turun wahyu kepada Nabi yaitu surat al-Fath, Surat ini kemudian
dibacakan Nabi kepada para sahabat-sahabat-Nya :




Kami telah memberikan kepadamu suatu kemenangan yang
nyata; supaya Tuhan mengampuni kesalahanmu yang sudah
lalu dan yang akan datang, dan Tuhan akan mencukupkan
karunia-Nya kepadamu serta membimbing engkau ke jalan
yang lurusdan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan
yang kuat (banyak)
Turunnya ayat ini merupakaan kabar gembira yang
menyejukkan jiwa mereka dan menyembuhkan luka hati. Mereka
sangat yakin terhadap informasi yang datang dari Al-Quran karena
10

Muhammad Husayn Haikal, Hayat Muhammad (Cairo: Dar al-Maarif,

1935), 383.

mereka adalah generasi yang dibentuk oleh kitab tersebut. Bahwa


ternyata perjanjian yang telah disepakati tersebut sebenarnya
mengandung hikmah yang sangat besar. Seperti yang ditegaskan oleh
Ibnu Masud r.a. dikatakan11, Sesungguhnya kalian menyangka
kemenangan yang dimaksud ayat itu adalah ditaklukkannya Makkah,
padahal kami mengatakan bahwa, yang dimaksud kemenangan adalah
perjanjian damai di Hudaibiyah.12
Ibnu Katsir mengatakan bahwa surat yang mulia ini turun
ketika Rasulullah s.a.w kembali dari Hudaibiyah di bulan dzulqaidah
tahun ke-6 H yang pada saat itu dihalang-halangi oleh kaum musyrikin
untuk memasuki Masjidil Haram dalam menunaikan umroh. Kaum
musyrikin cenderung untuk mengadakan perjanjian dan gencatan
senjata serta meminta Rasulullah s.a.w pulang pada tahun ini dan
kembali lagi pada tahun berikutnya. Tawaran ini disambut oleh
Rasulullah s.a.w meskipun tampak kekurangsukaan diwajah sebagian
sahabat, diantaranya Umar bin Khottob r.a. Setelah mereka
menyembelih hewan-hewan kurbanya dan pada saat pulang kemudian
Allah s.w.t menurunkan surat ini yang menceritakan tentang apa yang
terjadi diantara Rasulullah s.a.w dengan merekaorang-orang
Quraisydan menyatakan bahwa perjanjian tersebut adalah
kemenangan dikarenakan berbagai maslahat yang ada didalamnya.13
5. Perjanjian Hudaibiyah dan Strategi Politik Nabi
Pada saat itu kondisi psikis Kaum Muslimin sangat tertekan.
Mereka tidak percaya bahwa pemimpin mereka yang sangat cerdas
mau menerima perjanjian itu begitu saja. Bahkan Umar bin Khattab r.a
sempat memprotes secara halus tentang isi perjanjian ini. Bahkan
ketika Nabi Muhammad SAW memerintahkan Kaum Muslimin untuk
menyembelih hewan kurban yang telah mereka siapkan sebagai tanda
berakhirnya ibadah Haji, tidak ada satupun yang melaksanakannya
karena rasa heran lebih menguasai pikiran mereka. Kalaulah bukan
karena usul Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad SAW, mungkin
mereka akan tetap terpaku dalam keadaan seperti itu.
Namun ternyata Nabi Muhammad SAW mempunyai pandangan
yang orang lain tidak mampu menangkapnya. Dan hal ini tidak pernah
beliau beri tahukan kepada sahabat- sahabat beliau, bahkan kepada Abu
11

Tafsir Ibnu Katsir juz IV: 182


Siti Fatimah, Dakwah Struktural, Studi Kasus Perjanjian Hudaibiyah,
Jurnal Dakwah, Vol X No.1 Januari-Juni 2009, h. 74.
13
Tafsir Ibnu Katsir juz VII hal 325
12

Bakar r.a dan Umar r.a. Ini beliau lakukan demi menjaga rahasia
strategi beliau. Maka beliau membiarkan para sahabat dan Kaum
Muslimin dalam keadaan seperti itu. Ternyata, setelah kemenangan
Islam terjadi, kita bisa mengambil pelajaran bahwa paling tidak ada 5
hal penting yang beliau ambil dari Perjanjian Hudaibiyah tersebut:
1. Perjanjian ini ditandatangani oleh Kaum Quraisy dengan Suhail
bin Amr sebagai wakilnya. Suku Quraisy adalah suku paling
terhormat di daerah Arab, sehingga siapapun akan menghormati
apa yang mereka tentukan. Dengan penandatanganan perjanjian
ini, maka Madinah diakui sebagai suatu daerah yang
mempunyai otoritas sendiri. Jika Suku Quraisy telah mengakui,
maka suku- suku lain pun pasti mengakuinya.
2. Dengan perjanjian ini, maka pihak Quraisy (Mekah) memberi
kekuasaan kepada Madinah untuk menghukum mereka jika
menyalahi perjanjian tersebut. Ternyata sangat hebat
konsekuensi dari perjanjian ini. Kaum Muslimin Madinah yang
tadinya dianggap bukan apa- apa, sejak perjanjian itu dibuat
bisa menghukum suku yang paling terhormat di Arab.
3. Perjanjian ini menjadi payung legalitas kaum Muslimin dalam
berdakwah di jazirah Arab, termasuk di Mekkah. Karena dalam
perjanjian itu tidak boleh ada penyerangan dari kedua pihak.
Termasuk perjanjian nomor 3 tidak menjadi sebuah kerugian
bagi kaum Muslimin. Karena ketika ada seseorang dari
Mekkah yang masuk Islam ia harus kembali ke Mekkah
sebagai juru dakwah. Hingga justru perkembangan dakwah
Islam di Mekkah menjadi signifikan, termasuk masuknya
Khalid bin Walid ke dalam Islam tanpa ada satu orangpun yang
bisa menghalangi.
4. Perjanjian ini juga membuka keran dukungan kabilah-kabilah
yang ada di Jazirah Arab untuk bersekutu dengan kaum
Muslimin. Kabilah-kabilah yang tadinya sembunyi-sembunyi
menyatakan dukungan pada kaum Muslimin, karena
memandang Mekkah, setelah perjanjian ini terang-terangan
menyatakan bersekutu dengan kaum Muslimin.
5. Perjanjian ini mengajarkan kita, dalam fiqih pertimbangan
yang ditulis Dr. Yusuf Al-Qordhowi bahwa dalam mengambil
keputusan, kita harus mendahulukan kepentingan yang lebih
10

luas dan lebih panjang. Lebih luas artinya membawa maslahat


ke lebih banyak orang dan membawa mudhorot pada lebih
sedikit orang. Lebih panjang artinya kemaslahatannya lebih
tahan lama bahkan lebih berkembang dan kemudhorotannya
tidak berlanjut.
Maka dengan keuntungan yang didapat dari Perjanjian
Hudaibiyah itu, Nabi Muhammad berusaha mengukuhkan status
Madinah dengan cara mengutus berbagai utusan kepada pemimpin
negara- negara tetangga, diantaranya Mesir, Persia, Romawi, Habasyah
(Ethiopia), dan lain- lain. Selain itu beliau juga menyebar pendakwah
untuk menyebarkan Agama Islam.
Kemudian dengan dijaminnya Quraisy tidak akan memusuhi
Kaum Muslimin, maka Kaum Muslimin bisa dengan leluasa
menghukum Kaum Yahudi Khaibar yang telah mendalangi
penyerangan terhadap Kaum Muslim Madinah dalam Perang Ahzab/
Khandaq. Ini yang beliau lakukan sehingga Kaum Yahudi pun di
kemudian hari tidak berani lagi mengganggu Madinah.
Demikian juga dengan dibolehkannya umat Islam melakukan
ibadah haji, merupakan suatu pengakuan dari mereka bahwa Islam
adalah agama yang sah diakui diantara agama-agama di jazirah Arab.
Berkat perjanjian Hudaibiyan ini, maka pada tahun yang telah
ditentukan (satu tahun kemudian), obsesi umat Islam menjadi
kenyataan. Di Makah banyak orang yang membuka pintu hatinya
untuk menerima ajakan orang-orang Islam betapapun kondisi mereka
dalam pengawasan pemerintah Quraisy14
Masuknya Muhammad ke Makah merupakan langkah yang
mempunyai makna stategis bagi terjalinnya hubungan Muhammad
dengan berbagai suku. Ibadah haji kali ini telah membuka peluang bagi
orang-orang Islam untuk mengadakan dialog dengan mayoritas warga
Makah dan warga suku-suku yang lain dengan melancarkan dakwah
kepada mereka untuk memeluk agama Islam. Semua itu dapat
dilakukan dengan mulus tanpa ancaman yang berarti, bahkan
sekalipun dari pihak-pihak yang tidak mau menerima ajakan
Muhammad. Tak ada lagi keberanian melakukan ancaman terhadap

14

Abdurrahman al-Sharqawi, Muhammad Rasul al-Huriyyah, Ter Ilyas


Siraj (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 329

11

orang-orang Islam secara terang-terangan dan biadab sebagaimana


masa-masa yang silam.
Demikian halnya dengan adanya gencatan senjata, maka
Muhammad dengan leluasa menjalin komusikasi dengan penguasapenguasa diluar zarirah Arab. Muhammad menulis surat yang dikirim
kepada raja-raja dan penguasa diluar semenanjung Arab yang isinya
berupa ajakan untuk bergabung dalam satu ajaran. Muhammad
mengutus kurir yang ditugaskan untuk menyampaikan suratnya pada
Heraklius, Kisra, Muqauqis, Najasyi (Negus) di Abisinia, kapada
Haristh al-Ghassani dan kepada penguasa Kisra di Yaman.15 Demikian
juga surat dikirim kepada penguasa Bashra di Siria. Isi surat itu adalah
ajakan untuk memeluk agama Islam.16Muhammad mengetahui daerah
Basrah pada masa Ramawi selalu mengalami perderitaan. Dan secara
khusus Muhammad menggugah keadilan dan melepaskan manusia dari
kesewenang-wenangan yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak
pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orangorang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan
pahala yang besar.17
6. Sebuah Kemenangan Besar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah insan sempurna.
Semua tindak-langkah dan pemikirannya adalah pengejawantahan
wahyu Sang Maha Kuasa. Kekecewaan para Sahabat tidak lain karena
mereka tidak dapat menjangkau maksud tersembunyi di balik
15

Muhammad Husayn Haikal, Hayat Muhammad (Cairo: Dar al-Maarif,

1935),387.
16

Abdurrahman al-Sharqawi, Muhammad Rasul al-Huriyyah, Ter Ilyas


Siraj (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997),929.
17

Qs Al-Fath: 29

12

Perjanjian Hudaibiyah. Mereka baru menyadari hal itu setelah turun


QS al-Fath (48): 1-2 dan 27 dalam perjalanan pulang ke Madinah.
Setelah itu, mereka bisa melihat hasilnya. Kaum Muslimin
yang masuk Islam pasca Hudaibiyah jauh lebih banyak dari pada
sebelumnya. Jumlah mereka yang datang ke Hudaibiyah sekitar 1.400.
Tapi dua tahun kemudian (saat Fathu Makkah), jumlah umat Islam
sudah mencapai 10.000. Setelah peristiwa ini, Abu Bakar
berkomentar, Belum pernah Islam meraih kemenangan, sebesar
kemenangan yang diraih melalui Perjanjian Hudaibiyyah.
Analisis berikut mengurai betapa poin-poin perjanjian tersebut,
yang sekilas merugikan pihak kaum Muslimin, justru menjadi sarana
yang sangat ampuh dalam menggapai kejayaan. Hal itu sekaligus
menunjukkan kehebatan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam
berdiplomasi dan visi luar biasa beliau dalam berpolitik. Ada banyak
keuntungan yang diraih kaum Muslimin melalui perjanjian
Hudaibiyah, antara lain:

Pertama, Islam diakui sebagai agama dan kaum


Muslimin diberi hak sama untuk beribadah haji. Sebelum itu,
Islam tidak diterima sebagai agama, tapi dianggap sebuah
penyelewengan dari ajaran nenek moyang. Dan meski kaum
Muslimin dilarang melakukan haji tahun itu, tapi untuk
selanjutnya mereka bebas melakukannya tanpa ada yang bisa
menghalangi.

Kedua,secara

politik, pihak Quraisy mengakui


kedaulatan negara Madinah dengan Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam sebagai pemimpin. Kaum Muslimin tidak lagi
dipandang sebagai pembangkang, tetapi sudah tegak sama
tinggi dan duduk sama rendah di tengah komunitas Arab.
Dan sikap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang
tidak memaksa memasuki Makkah turut mengundang simpati
kabilah-kabilah Arab, khususnya kalangan Badui. Usai
perjanjian ditandatangani, sebagian besar Badui memilih
beraliansi dengan Madinah. Demikian pula Bani Khuzaah,
suku besar dan yang posisinya dekat dengan Makkah yang
langsung bergabung dengan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam. Dan sesuai tradisi Arab, pimpinan Khuzaah

13

menikahkan putrinya (Juwairiyah binti al-Harits) dengan


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Ketiga, secara militer, kaum Muslimin tidak lagi


disibukkan oleh konfrontasi mereka dengan pihak Quraisy.
Ketika kaum Muslimin menyerang Yahudi Khaibar (7 H),
pihak Quraisy tidak bisa membela mereka sebab adanya
klausul gencatan senjata yang tersirat dalam perjanjian.
Keempat, semakin terbukanya jalur dakwah penyebaran
Islam. Ini merupakan efek positif dari ketiga keuntungan di
atas. Dengan diizinkan beribadah haji, kaum Muslimin
berpeluang untuk berdakwah kepada suku Quraisy dan yang
lain. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga leluasa
menjalin komunikasi dengan para penguasa di luar Arab dan
mengajak mereka ke dalam Islam (7 H).
Dan klausul keempat, yang jelas-jelas merugikan umat Islam,
ternyata membawa manfaat tersendiri. Kaum Muslimin di Makkah
meski dilarang pindah ke Madinahcukup tinggal di Makkah dan bisa
menyebarkan Islam kepada sanak keluarga. Sementara kaum Muslimin
yang hendak pulang ke Makkah, mereka adalah kaum murtad yang
keberadaannya akan merugikan jika tetap tinggal di Madinah.
Kasus Abu Bashir juga memberikan efek positif yang luar
biasa. Abu Bashir Utbah bin Usaid adalah seorang Muslim yang
ditawan di Makkah. Tak lama setelah Perjanjian Hudaibiyah, ia
melarikan diri ke Madinah. Tapi Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam menyuruhnya kembali ke Makkah kerena terikat dengan
perjanjian. Abu Bashir tak sudi kembali. Ia malah membunuh utusan
Quraisy yang menjemputnya dalam perjalanan ke Makkah.
Selanjutnya, bersama hampir 70 orang Islam pelarian dari Makkah, ia
merampok setiap kafilah dagang Quraisy yang hendak berangkat ke
Syam. Situasi ini memaksa pembesar Quraisy mendatangi Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dan menghapus poin keempat ini.
Di luar empat keuntungan di atas, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam telah bergerak ke arah penyelesaian konflik secara damai,
dan meninggalkan pemecahan dengan jalan kekerasan yang menjadi
tradisi Arab sebelumnya.

14

7. Kemenangan Besar Dalam Perjanjian Hudaibiyah


Kunci Rasulullah mengalahkan seluruh unsur agresor di perang
Ahzab adalah perjanjian Hudaibiyah. Mengapa bisa dikatakan
demikian? karena Quraisy adalah motor utama dari koalisi pasukan
Ahzab, yang mungkin saja di kemudian hari melakukan hal yang sama.
Perjanjian Hudaibiyah itu menjinakkan Quraisy dengan sedikit saja hal
yang mereka anggap menguntungkan. Tapi memastikan Quraisy tidak
akan ikut campur atas apa yang terjadi pada Agresor Ahzab lain yang
menyerang Madinah.
Mari kita perhatikan apa yang dilakukan Rasulullah setelah
pulang ke madinah setelah perjanjian Hudaibiyah dilakukan, Hal ini
saya sebut sebagai dampak dari perjanjian Hudaibiyah, yaitu :
a. Menaklukkan Bani Nadhir dari kalangan Yahudi. Dikenal
dengan bentengnya yang kuat yaitu benteng Khaibar.
Terhapuslah satu unsur kekuatan Ahzab.
b. Menaklukkan Banyak suku Badui dari berbagai kalangan.
c. Memastikan Suku-suku badui yang tidak termasuk dalam
koalisi Ahzab untuk tidak bersekutu dengan Quraisy, bahkan
menjadi bagian dari sekutu umat Islam.
d. Berkirim surat kepada raja-raja. Siapa pun sah-sah saja
berkirim surat kepada raja. Tapi Rasulullah berkirim surat
dalam posisi memiliki kekuatan politis dan dauli. Kalaulah
mereka menolak ajakan Rasulullah, maka eksistensi
keberadaannya sudah di akui.
e. Dan yang tak kalah dahsyat adalah Perang Mutah. Pasukan
sejumlah 3000 orang melawan 100.000. orang tentara Romawi.
Tidak ada sejarahnya Pasukan romawi bisa dikalahkan atau
dipukul mundur. Kita sendiri hanya bisa mendengar di kisah
komik fiktif yang berjudul Asterix yang didukung ramuan obat
kuat dukun panoramix dan si subur Obelix. Adapun di dunia
nyata dipukul mundur oleh kaum muslimin. Sekalipun pada
dasarnya tidak tuntas dikalahkan, tapi dipukul mundur.
Sepulang dari Mutah, kabar menggemparkan ini sampai ke
seantero jazirah Arab. Tidak sedikit kabilah dan penguasa yang
berbondong masuk Islam karena menyimpulkan : Tidak
mungkin ada yang bisa mengalahkan rumawi, kecuali memang
dibantu Allah. Dan tidak mungkin dibantu Allah kecuali
Muhammad memang hamba dan utusannya. Ada juga
15

Kabilah-kabilah yang membuat perjanjian dan menjadi sekutu


Umat Islam sekalipun mereka tetap dalam agamanya.
f. Dan ditinggalah Quraisy sendiri, atau hanya dengan sedikit
sekali sekutu. Kabilah terbesar yang menjadi semakin sendiri.
dan sebesar apapun kabilah Quraisy sebelum Hudaibiyah,
mereka tidak akan pernah berani mengirim surat dakwah
kepada raja Najasy, Raja habasyah, Persia, dan Imperium
terbesar Heraklius. Apalagi setelah Mereka hanya tinggal
sendiri atau hanya memiliki sedikit sekutu saja. 18

8. Peran Politik Perempuan Dalam Perjanjian Hudaibiyah


Adapun perempuan yang menduduki posisi strategis dan
berperan besar dalam perjanjian Hudaibiyah di antaranya, Ummu
Salamah. Ketika perjanjian Hudaibiyah ditandatangani dan disahkan,
Nabi mengintruksikan untuk menyembelih hewan dan bertahallul,
namun isi perjanjian sempat membuat mereka marah, karena
menghalangi langkah penyempurnaan tawaf. Mereka tidak memahami
hikmah yang tersirat dari perjanjian ini, yaitu sinyal-sinyal
kemenangan Islam dan ekspansi wilayah Islam sampai tanah Mekkah.
Andaikata mereka lebih memilih untuk menyelesaikan
permasalahan ini dengan peperangan, maka peperangan ini dapat
dikatakan tragis, dalam arti pertempuran akan terjadi antara kaum
muslim dan kaum muslim lainnya yang berdomisili di Mekkah, karena
tidak sedikit dari warga Mekkah yang menganut agama Islam secara
sembunyi-sembunyi.
Pada perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah memerintahkan
umatnya untuk menyembelih hewan dan bertahallul, namun seorang
dari umatnya tidak melaksanakan instruksi Rasul, akhirnya Rasul
menemui Umu Salamah binti Abi Umaiyyah dengan kemarahan
memuncak.
Umu Salamah berkata:Apa yang terjadi padamu wahai
Rasulullah? Nabi diam seribu bahasa. Umu Salamah tidak berhenti
pada titik ini, dia justeru menanyakan perihal apakah yang
membuatnya tidak mau bercerita kepadanya, kemudian Nabi
berkata:Orang-orang muslim telah punah, mereka tidak
18

Dakwatuna, Kemenangan Besar Itu Bernama Perjanjian Hudaibiyah


http://www.dakwatuna.com/2011/09/29/11897/kemenangan-besar-itu-bernamaperjanjian-hudaibiyah/#ixzz3MmG4SIQK

16

mengindahkan
perintahku,
aku
memerintahkannya
untuk
menyembelih hewan dan memotong rambutnya, namun tidak
melaksanakannya. Umu Salamah berkata: Wahai Rasulullah!
Janganlah engkau mencelanya, karena mereka sedang mengalami
kejadian yang dilematis akibat isi perjanjian yang menahan perolehan
kemenangan yang sebenaranya dapat dicapai, wahai Nabi utusan
Allah, keluarlah dan jangan mengeluarkan sepatah katapun,
sembelihlah hewanmu dan bertahalullah!. Akhirnya Nabi
menjalankan nasehat isterinya Umu Salamah, kemudian orang-orang
menyembelih hewan korbannya dan bertahallul seperti Nabi.19
Demikianlah Nabi mengaplikasikan nasehat isterinya Umu
Salamah guna menyelesaikan permasalahan yang rumit. Jika pendapat
perempuan diklaim sangat tidak proporsional dan akal perempuan
tidak sebanding dengan akal laki-laki, secara implisit Nabi dalam hal
ini tidak melaksanakan nasehat Umu Salamah.20
9. Penutup
Perjanjian Hudaibiyah merupakan titik awal kemenangan umat
Islam dalam melakukan deplomasi dengan pihak Quraisy. Meski
disangsikan oleh para sahabat Muhammad kokoh dalam pendiriannya
karena baginya memenangan yang hakiki bukan pada waktu terjadinya
perjanjian. Kemenangan yang sebenarnya adalah pasca terjadinya
perjanjian. Ini berarti Muhammad merupakan pemimpin yang
mempunyai pandangan kedepan, yang bisa memprediksi apa yang
akan terjadi di kemudian hari.
Maka terbukti ketika perjanjian berjalan selam satu tahun
disaat umat Islam diperkenankan melakukan ibadah haji, maka
pengaruh dari ritual itu sangat terasa sekali bagi perkembangan Islam.
Ini disebabkan umat Islam diberi wewenang untuk melakukan
pertemuan-pertemuan dengan famili-famili mereka yang masih kafir di
Makah untuk diajak memeluk agama Islam. Meski ini disaksikan oleh
orang-orang Quraisy, tetapi mereka tidak mampu berbuat banyak
19

Diriwayatkan Ahmad dalam musnadnya, jilid 4: 336.

20

Istibsyaroh, Hak Politik Perempuan Perspektif Islam:Kajian Tafsir


Mawd`,www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&ved=0
CBoQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fdiktis.kemenag.go.id%2Facis%2Fancon06
%2Fmakalah%2FMakalah%2520Istibsyarah.doc&ei=oCKaVMSiCtiQuASoxIHAC
Q&usg=AFQjCNFpzcC0Edh6oxlsCGv5q7ityDuag&sig2=vlkWjhrO_EUulTXJGTx
6Hg&bvm=bv.82001339,d.c2E

17

karena terikat kontrak yang tidak akan saling memerangi selama 10


tahun. Ini adalah kemengan yang nyata sebagaimana yang dikabarkan
oleh Allah dalam surat al-Fath. Mudah-mudahan Islam tetap kokoh
ditengah-tengah krisis moral.

18

10. Daftar Pustaka


Michael H. Hart, The 100, a ranking of the most influential persons in
history (New York: Publishing Company, 1978)
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad : Ibadah Haji
Yang
Pertama,
http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/khazanah/11/06/28/lni2wy-sejarah-hidup-muhammadsaw-ibadah-haji-yang-pertama ( diakses pada tanggal 3
Desember 2014)
Muhammad Husayn Haikal, Hayat Muhammad (Cairo: Dar al-Maarif,
1935)
Muhammad Husein Haikal, Hayatu Muhammad, (Cairo : Maktabah
Nahdhah al-Mishriyyah, 1965)
Mahmudunnasir, Islam, Its Consepts and History, ter Adang Affandi,
Cet 4 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999)
Abd al-Aziz Salim, Tarikh al-Daulah al-Arabiyyah (Bairut: Dar alNahdhah al-Arabiyyah, 1986)
Islam Pos, Perjanjian Hudaibiyah, Bukti Kejeniusan Politik Nabi,
http://www.islampos.com/perjanjian-hudaibiyah-buktikejeniusan-politik-nabi-99285/ (diakses pada tanggal 08 Des
2014).
Tafsir Ibnu Katsir juz IV
Tafsir Ibnu Katsir juz VII
Siti Fatimah, Dakwah Struktural, Studi Kasus Perjanjian
Hudaibiyah, Jurnal Dakwah, Vol X No.1 Januari-Juni 2009
Abdurrahman al-Sharqawi, Muhammad Rasul al-Huriyyah, Ter Ilyas
Siraj (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997)

19

Anda mungkin juga menyukai