Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM

MENJALANKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMASANGAN KATETER URETRA DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR
Nopia, Mahyudin, Yasir Haskas
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Dosen Tetap Program S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Dosen Tetap Program S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
NOPIA. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar Tahun 2012. Dibimbing oleh Pembimbing I : Mahyudin dan Pembimbing II: Yasir Haskas
Katerisasi urine adalah tindakan memasukkan selang kateter kedalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Katerisasi dapat menyebabkan hal-hal yang
mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar-benar diperlukan serta harus dilakukan
dengan hati-hati. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan SOP Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang Rawat Inap RSI.
Faisal Makassar Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif analitik dengan. Jumlah
sampel 43 perawat. besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Pengoalahan data menggunakan
computer program SPSS 16.00, dengan analisis statistic menggunakan uji Chi-square. yang disajikan
dalam bentuk tabel, tabel dan narasi. Dari hasil olah data diperoleh ada hubungan bermakna antara
sikap, pengetahuan perawat dan keteresediaan alat terhadap kepatuhan menjalankan SOP dengan
nilai masing-masing, sikap : 0,003, pengetahuan : 0,004 dan ketersediaan alat : 0,018 dan tidak ada
hubungan bermakna antara pendidikan terhadap kepatuhan menjalankan SOP dengan nilai 1,00.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara sikap, pengetahuan perawat dan
ketersediaan alat dan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan terhadap kepatuhan
menjalankan SOP Pemasangan Kateter Uretra di ruang rawat inap RSI. Faisal Makassar tahun 2012.
Saran bagi perawat agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SOP.
Kata Kunci: Pendidikan,sikap, pengetahuan perawat, ketersediaan alat.

PENDAHULUAN
Tuntutan
masyarakat
terhadap
pelayanan kesehatan yang tepat, cepat dan
akurat semakin meningkat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan sosial ekonomi. Untuk mewujudkan
pelayanan
kesehatan
tersebut
yang
memegang peranan penting salah satunya
adalah perawat. Di mana seorang perawat
harus menerapkan secara benar tentang
pengetahuan dan keterampilan yang dia
ketahui (BPKP, 2010).
Perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan diharapkan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku di tempat instansi bekerja. Sebab hal
ini harus mengacu pada kemampuan
mempertahankan
program-program
yang
berkaitan dengan promosi kesehatan yang

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

ditentukan oleh penyelenggara perawatan


kesehatan (BPKP, 2010).
Sebuah rumah sakit wajib menyusun
Standar Operasional Prosedur. Setidaknya
ada 13 jenis standar yang diperlukan.
Diantaranya adalah untuk pelayanan medis,
penunjang medis, keperawatan, sumber daya
manusia,
keuangan
dan
administrasi,
pelayanan umum, pemasaran, manajemen
infus, kebersihan dan keselamatan kerja,
kamar bayi, dan penyebaran bahan - bahan
berbahaya dari rumah sakit (Anonim, 2007).
Pelayanan
keperawatan
diberikan
secara menyeluruh salah satunya memenuhi
kebutuhan eliminasi (buang air kecil). Eliminasi
normal
sisa
tubuh
melalui
saluran
gastrointestinal dan perkemihan merupakan
fungsi
dasar
yang
banyak
orang
mengalaminya. Bila salah satu sistem
terganggu dan eliminasi normal tidak terjadi,

sistem
tubuh
lain
mengalami
resiko
terpengaruh (Potter, 2007). Tindakan perawat
dalam hal ini salah satunya memasang dan
merawat kateter uretra sesuai dengan Standar
Opersional Prosedur (SOP) yang berlaku.
Dari beberapa penelitian, Infeksi saluran
kemih merupakan 40% dari seluruh infeksi
nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi
saluran kemih terjadi sesudah instrumentasi,
terutama oleh katerisasi. Oleh karena itu,
pencegahan
infeksi
saluran
kemih
(Nosokomial) merupakan suatu keharusan
(Darmadi, 2008).
Katerisasi
harus
dilakukan
pada
seorang pasien hanya bila benar-benar
diperlukan mengingat tindakan katerisasi
sering menimbulkan infeksi pada traktus
urinarius.
Tindakan katerisasi merupakan tindakan
invasif dan dapat menimbulkan nyeri,
sehingga jika dikerjakan dengan cara yang
keliru akan menimbulkan kerusakan saluran
uretra yang permanen (Basuki, B. Purnomo,
2008).
Standar
Operasional
Prosedur
keperawatan merupakan bagian dari standar
mutu yang dikembangkan oleh pihak rumah
sakit, secara umum penyusunan Standar
Operasional Prosedur meliputi: analisis
kebutuhan Standar Operasional Prosedur,
pengembangan
Standar
Operasional
Prosedur, penerapan Standar Operasional
Prosedur, monitoring dan evaluasi (Darmono,
2007).
Setiap prosedur pemasangan kateter
harus diperhatikan prinsip-prinsip yang tidak
boleh ditinggalkan, yaitu : pemasangan kateter
dilakukan secara aseptic dengan melakukan
desinfeksi secukupnya memakai bahan yang
tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien,
pakai kateter dengan ukuran terkecil yang
masih cukup efektif untuk melakukan drainase
urine, jika dibutuhkan pemakaian kateter
menetap,
diusahakan
memakai
sistem
tertutup, kateter menetap dipertahankan
sesingkat mungkin sampai dilakukan tindakan
defenitif terhadap penyebab retensi urune
(Basuki,B.Purnomo,2008).
Menurut (Haslina, 2011) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat
dalam menjalankan Standar Operasional
Prosedur (SOP) adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan
formal yang pernah didapatkan oleh
seseorang. Secara umum
kategori
perawat dapat dibedakan tehnikal dan
perawat profesional. Perawat dengan
pendidikan
keperawatan
diploma

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

dikategorikan sebagai perawat tehnikal


sedangkan perawat dengan pendidikan di
perguruan tinggi lebih dari empat sampai
enam tahun disebut perawat profesional. Di
mana
seorang
perawat
profesional
mempunyai pengalaman dan jenjang
pendidikan lebih lama dari pada diploma
sehingga
perawat
profesional
lebih
memahami resiko-resiko dari apa yang
dilakukan.
b. Pengetahuan perawat
Pengetahuan adalah suatu uraian
lengkap dan tersusun sebagai suatu objek.
Di mana pengetahuan itu berasal dari kata
tahu, yang berarti seseorang mempunyai
pengetahuan tentang suatu cakrawala
tertentu, bisa didapat dari pendidikan
formal, nonformal dan informal dan
Pengetahuan bisa didapat dari pengalaman
seseorang (sesuatu yang pernah dialami
seseorang tentang sesuatu hal). Setiap
pengetahuan yang didapat dari manapun,
seorang perawat harus melakukan suatu
tindakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
c. Sikap
Sikap
adalah
kecenderungan
bertindak dari individu, berupa respon
tertutup terhadap stimulus ataupun objek
tertentu. Dari sikap sehingga muncullah
berbagai problema, apakah pengertian
sikap sebagai kepribadian, sikap yang
berkaitan motif dan mendasari tingkah laku
seseorang dan pengertian sikap sebagai
suatu keyakinan, kebiasaan, pendapat atau
suatu konsep.
d. Ketersediaan alat
Tanpa tersedianya alat steril
perawat tidak dapat melakukan tindakan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur. Oleh sebab itu, ketersediaan alat
sangat penting. Dimana kita ketahui bahwa
ketersediaan
alat
bertujuan
untuk
mencegah penyebab infeksi atau untuk
menjamin alat tersebut dalam kondisi steril
dan siap pakai. Semua alat bahan dan obat
yang akan dimasukkan ke dalam jaringan
dibawah kulit harus dalam keadaan steril.
Sterilisasi dalam pengertian medis
merupakan suatu proses dengan metode
tertentu yang dapat memberikan hasil
akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang
tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi
cukup banyak,
namun alternatif yang
dipilih sangat bergantung pada keadaan
serta kebutuhan setempat ( Darmadi,
2008).

Berdasarkan fenomena yang ada,


bahwa telah ditetapkannya Standar
Opersaional
Prosedur
Keperawatan
Medikal
Bedah
dalam
pelaksanaan
pemasangan kateter uretra dilingkungan
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar sesuai
dengan surat keputusan Derektur Rumah
Sakit
Islam
Faisal
Makassar
No.108/A.6/RSIF/2008
tentang
penyusunan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Dimana setiap ruang perawatan di
RSIF telah memiliki buku Standar
Operasional
Prosedur
Keperawatan
Medikal Bedah, yang digunakan sebagai
standar dalam melaksanakan prosedur
pemasangan Kateter Uretra.
Bertitik tolak dari uraian diatas,
maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul Faktor yang mempengaruhi
kepatuhan perawat dalam menjalankan
Standar
Operasional
Prosedur
Pemasangan Kateter Uretra Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar tahun 2012.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Berdasarkan permasalahan yang
diteliti, maka jenis penelitian ini adalah
Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan
cross
sectiona
studyl.
Penelitian
ini
dilaksanakan di RSI. Faisal Makassar pada
tanggal 21 April 05 Mei tahun 2012.
Populasi Penelitian adalah adalah
perawat
yang
memberikan
pelayanan
keperawatan di ruang rawat Inap Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar yang terdiri dari 48
perawat pada ruang perawatan I sebanyak 11
perawat, ruang perawatan II sebanyak 15
perawat, ruang perawatan IV sebanyak 11
perawat dan ruang perawatan V sebanyak 12
perawat. Jadi jumlah populasi pada ruang
Rawat Inap sebanyak 49 perawat pada tahun
2012.
Penentuan jumlah besar sampel
dengan menggunakan rumus didapatkan 43
responden sesuai dengan kriteria inklusi.
Jumlah responden di RSI. Faisal
Makassar yang sesuai dengan kriteria inklusi
sebanyak
43
orang
diambil
dengan
menggunakan rumus, Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah 43
responden.
1. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
1) Perawat yang hadir di saat penelitian
2) Perawat yang berada di ruang Rawat
Inap
3) Perawat yang bersedia di teliti

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

b. Kriteria Ekslusi
1) Perawat pelaksana yang sedang
mengikuti
pendidikan/sedang
menjalankan cuti/sakit.
2) Perawat
yang
tidak
bersedia
diwawancara
Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan data primer
yaitu data yang diperoleh dari responden
dengan menggunakan kuesioner data primer
dari kuisioner dan lembar observasi.
Pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing
Editing yaitu dilakukan penyuntingan
data yang telah terkumpul dengan cara
memeriksakan kelengkapan pengisian,
kejelasan
pengisian
dan
adanya
kesalahan.
2. Coding
Coding yaitu proses pemberian kode
pada tiap variabel dengan tujuan untuk
memudahkan dalam analisis
3. Entri data
Entri data yaitu setelah dilakukan
kegiatan editing dan koding dilanjutkan
dengan pengelompokan data ke dalam
master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana menurut sifat-sifat yang dimiliki
sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Prosessing
Prosessing adalah proses analisa data
yang telah terbentuk angka menggunakan
master tabel atau perangkat lunak
(software) komputer.
5. Cleaning
Cleaning adalah memeriksa kembali
data yang telah dientri ke dalam komputer
untuk memeriksa kebenaran data.
Analisis data
Setelah data terkumpul kemudian
ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang
hendak diukur.Analisa data dilakukan melalui
tahap editing, koding,tabulasi dan uji
statistik.Analisis univariat dilakukan dengan
menggunakan analisis distribusi frekuensi.
Menggunakan bantuan program SPSS
for windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan,
kemudian
data
dianalisis
dengan
menggunakan metode uji statistik univariat
dilakukan untuk variabel tunggal yang
dianggap terkait dengan penelitian dan
analisis bivariat untuk melihat distribusi atau
hubungan beberapa variabel yang dianggap
terkait dengan menggunakan uji chisquare.
Analisis data dilakukan dengan
pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis

yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji


chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Ho
ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p >
0,05.
Jika p < (0,05) maka hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang
berarti
ada
hubungan
antara
pengetahuan,sikap, dan ketersediaan alat
dengan
kepatuhan
menjalankan
SOP
pemasangan Kateter uretra.
Sedangkan jika p > (0,05) maka
hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif
ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan kepatuhan menjalankan
SOP pemasangan kateter uretra.

Sumber : Data Primer 2012

HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Tabel
5.1
:

Tabel

Jenis kelamin

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
jenis
Kelamin Di Rumah
Sakit Islam Faisal
Makassar
n
%

Laki-laki

18,6

Perempuan

35

81,4

Total

43

100

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa


distribusi tertinggi yaitu perawat dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 35
responden (81,4 %) dan terendah perawat
dengan jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 8 responden (18,6 %).
Tabel

5.2

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Umur di
Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar

Umur
22-30

n
39

%
90,7

31-38

9,3

Total

43

100

Masa kerja

1-5

35

81,4

6-10

16,3

>10
Total

1
43

2,3
100

Dari tabel 5.3 Menunjukkan bahwa


distribusi terbanyak adalah perawat pada
masa kerja 1-5 tahun yaitu 35 responden
(81,4%), terendah masa kerja 6-10 tahun
sebanyak 7 responden (16,3%) dan masa
kerja > 10 tahun sebanyak 1 responden
(2,3%).
5.4

Pendidikan
S1
D3

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Pendidikan di Rumah
Sakit Islam Faisal
Makassar
N
%
3
7,0
40
93,0

Total

43

100

Data tabel 5.4 menunjukkan bahwa


distribusi tertinggi adalah perawat dengan
pendidikan D3 sebanyak 40 responden
(93,0%), sedangkan yang terendah adalah
perrawat dengan pendidikan S1 sebanyak
3 responden (7,0%).
Tabel

5.5

:Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Pengetahuan Di Rumah
Sakit
Islam
Faisal
Makassar

Pengetahuan

Baik
Kurang

23
20

53,5
46,5

Total

43

100

Sumber : Data Primer 2012

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa


distribusi tertinggi pada kelompok umur 2230 tahun sebanyak 39 responden (90,7%)
dan pada kelompok umur 31-38 tahun
sebanyak 4 responden (9,3%).
Tabel

5.3

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Masa
Kerja di Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

Dari tabel 5.5 menunujukkan


bahwa distribusi terbanyak adalah tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 23
responden (53,5%) sedangkan tingkat
pengetahuan pada kategori kurang yaitu
sebanyak 20 responden (46,5%)
Tabel

5.6

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Sikap Di
Rumah Sakitt Islam
Faisal Makassar

Sikap

Setuju
Tidak setuju

19
24

44,2
55,8

Total

43

100

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa


distribusi tertinggi adalah sikap perawat
dengan kategori tidak setuju sebanyak 24
responden (55,8%) dan sikap perawat
terendah adalah setuju 19 responden
(44,2%).
Tabel

5.7

Alat

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Ketersediaan Alat di
Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar
n
%

Tersedia
Tidak tersedia

16
27

37,2
62,8

Total

43

100

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa


responden yang menganggap alat telah
cukup tersedia sebanyak 16 responden
(37,2%) dan dan responden yang
menganggap
alat
kurang
tersedia
sebanyak 27 responden (62,8%).
Tabel

5.8

Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Kepatuhan di Rumah
Sakit Islam Faisal
Makassar

Kepatuhan

Patuh
Tidak Patuh

14
29

32,6
67,4

Total

43

100

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa


distribusi terbanyak adalah perawat
dengankategori tidak patuh sebanyak 29
responden (67,4%) dan terendah adalah
kategori perawat patuh sebanyak 14
responden (32,6%).
2. Analisa Bivariat
Untuk
melihat
Pendidikan,sikap perawat,

hubungan
pengetahuan

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

perawat dan ketersediaan alat dengan


kepatuhan menjalankan SOP pemasangan
kateter uretra di Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar maka digunakan Uji Chi-Square
dengan tingkat kemaknaan < 0,05.
Ketentuan dikatakan ada hubungan
bermakna apabila : Antara variabel dengan
kepatuhan menjalankan SOP mempunyai
nilai < 0,05.
Tabel 5.9 :Hubungan antara Pendidikan
dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Pemasangan Kateter
Uretra Di Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar
KEPATUHAN
Tidak
Pendidikan
Patuh
Total
patuh
n
%
n
%
n
%
Tinggi
1
2,3 2
4,7 3
7,0
Rendah
13 30,2 27 62,8 40 93,0
Total
14 32,6 29 67,4 43 100
p=1,00
Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan


bahwa distribusi tertinggi adalah perawat
dengan pendidikan D3 sebanyak 40
responden (93,0%), sedangkan yang
terendah
adalah
perawat
dengan
pendidikan S1 sebanyak 3 responden
(7,0%).
Berdasarkan hasil uji chi-square
dengan pembacaan fisher exact Test
diperoleh nilai p=1,00 yang berarti tidak
ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kepatuhan menjalnkan SOP di
ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal
Makassar.
Tabel 5.10 :Hubungan antara Pengetahuan
dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Pemasangan Kateter
Uretra Di Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar
KEPATUHAN
Tidak
Pengetahuan Patuh
Total
patuh
n
%
n
%
n
%
Baik
12 27,9 11 25,6 23 53,5
Kurang
Total

4,7

18 41,9 20 46,5

14 32,6 29 67.4 43
p=0,004
Sumber : Data Primer 2012

100

Berdasarkan
tabel
5.10
menunjukkan bahwa distribusi tertinggi
adalah tingkat pengetahuan baik sebanyak
23 responden (53,5%) sedangkan yang

terendah adalah tingkat pengetahuan


kurang sebanyak 20 responden (46,5%).
Berdasarkan hasil uji chi-square
dengan pembacaan fisher exact Test
diperoleh nilai p=0,004 yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menjalankan SOP di ruang
rawat inap
Rumah Sakit Islam faisal
Makassar.
Tabel

Sikap
Setuju
Tidak
setuju
Total

5.11

:Hubungan antara Sikap


dengan
Kepatuhan
Perawat
Dalam
Pemasangan
Kateter
Uretra Di Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar

KEPATUHAN
Tidak
Patuh
Total
patuh
n
%
n
%
n
%
11 25,6
8
18,6 19 44,2
3

7,0

21

48,8

24

55,8

32,6 29 67.4
p=0,003
Sumber : Data Primer 2012

43

100

14

Berdasarkan
tabel
5.11
menunjukkan bahwa distribusi tertinggi
adalah sikap perawat dengan kategori tidak
setuju sebanyak 24 responden (55,8%)
sedangkan yang terendah adalah sikap
perawat dengan kategori setuju sebanyak
19 responden (44,2%).
Berdasarkan hasil uji chi-square
dengan pembacaan fisher exact Test
diperoleh nilai p=0,003 yang berarti ada
hubungan antara sikap perawat dengan
kepatuhan menjalnkan SOP di ruang rawat
inap Rumah Sakit Islam faisal Makassar.
Tabel 5.12 :Hubungan antara Ketersediaan
Alat
dengan
Kepatuhan
Perawat Dalam Pemasangan
Kateter Uretra Di Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar
KEPATUHAN
Ketersediaan
Tidak
Patuh
Total
Alat
patuh
n % n % n %
Tersedia
9 20,9 7 16,3 16 37,2
Tidak
5 11,6 22 51,2 27 62,8
tersedia
Total
14 32,6 29 67.4 43 100
p=0,018
Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan
tabel
5.12
menunjukkan
bahwa
perawat
yang
menganggap alat telah cukup tersedia
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

sebanyak
16
responden
(37,2%)
sedangkan perawat yang menganggap alat
tidak tersedia sebanyak 27 responden
(62,8%).
Berdasarkan hasil uji chi-square
dengan pembacaan fisher exact Test
diperoleh nilai p=0,018 yang berarti ada
hubungan antara ketersediaan alat dengan
kepatuhan menjalankan SOP di ruang
rawat inap
Rumah Sakit Islam faisal
Makassar.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan
Perawat Menjalankan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter
Uretra
Dari
hasil
analisa
univariat
menunjukkan bahwa distribusi tertinggi
adalah perawat dengan pendidikan D3
sebanyak
40
responden
(93,0%),
sedangkan yang terendah adalah perrawat
dengan pendidikan S1 sebanyak 3
responden (7,0%).
Berdasarkan hasil analisa uji
statistic chi-square dengan pembacaan
fisher exact Test diperoleh nilai p=1,00
yang berarti tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kepatuhan
menjalankan SOP di ruang rawat inap
Rumah Sakit Islam faisal Makassar.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Haslina dengan judul
skripsi Gambaran Penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
terhadap
pelaksanaan Pelayanan Keperawatan di
RSUD. Kab. Kolaka tahun 2010.
Adapun asumsi menurut peneliti
sendiri mengapa pendidikan tidak ada
hubungannya
dengan
kepatuhan
menjalankan
Standar
Operasional
Prosedur (SOP) pemasangan kateter,
karena masih adanya sebagian perawat
yang memiliki pendidikan yang tinggi tetapi
tidak patuh atau kurang patuh dalam
pemasangan kateter, hal ini disebabkan
karena adanya perawat yang menganggap
pendidikannya
lebih
tinggi
maka
kepatuhannya dalam pemasangan kateter
dianggap kurang penting. selain itu, hal
yamg menyebabkan perawat dengan
pendidikan yang tinggi namun kurang
patuh dalam pemasangan kateter uretra
adalah adanya beban kerja yang tinggi.
Menurut Rifai (2008), mengatakan
bahwa segala sesuatu yang akan dilakukan
tergantung dari cara kita memandang suatu
hal atau masalah. Adapun responden yang
kurang pendidikannya dan responden

tersebut tidak mau berupaya, maka hal


tersebut kembali pada individu masing
masing. Karena responden tersebut pasti
sudah mengetahui konsekuensi yang akan
ditanggung nantinya.
2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Kepatuhan Perawat dalam Menjalan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pemasangan Kateter Uretra
Dari
hasil
analisa
univariat
menunjukkan kategori tertinggi adalah
tingkat pengetahuan baik sebanyak 23
responden (53,5%) sedangkan yang
terendah adalah tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 20 responden (46,5%).
Berdasarkan hasil analisa uji chisquare dengan pembacaan fisher exact
Test diperoleh nilai p=0,004 yang berarti
ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menjalankan SOP di ruang
rawat inap
Rumah Sakit Islam faisal
Makassar. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang juga dilakukan oleh Irwan halek
dengan judul
skripsi
Faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan perawat
dalam melaksanakan protap pemasangan
oksigenasi di ruang ICU RSUD. Daya
Makassar.
Menurut
Rudi
(2007),
pengetahuan sangat penting dimana
pengetahuan seseorang dapat merubah
prilaku. Makin tahu sesuatu maka
seseorang akan lebih mudah termotivasi
untuk melakukan hal yang positif bagi
dirinya maupun orang lain. Pengetahuan itu
sendiri
bukan hanya berasal
dari
pendidikan
formal,
akan
tetapi
pengetahuan juga dapat berasal dari
pendidikan non formal.
Adapun asumsi menurut peneliti
sendiri tentang hubungan pengetahuan
dengan kepatuhan menjalankan Standar
Operasional Prosedur yaitu karena dengan
semakin tingginya tingkat pengetahuan
tentang pemasangan kateter uretra dari
perawat tersebut, maka semakin luas pula
pemahaman terhadap masalah sehingga
dapat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan dalam setiap tindakan yang
akan dilakukan. Berarti hal ini menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan
perawat
dengan
kepatuhan
dalam
menjalankan
Standar
Operasional
Prosedur (SOP) pemasangan kateter
uretra. Adapun perawat yang memiliki
pengetahuan yang cukup tetapi tidak patuh
dalam pemasangan kateter uretra mungkin
disebabkan karena beban kerja yang tinggi
dan persediaan alat yang kurang.

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

Dengan demikian, Penelitian ini


membuktikan bahwa
perawat yang
memiliki pengetahuan yang baik lebih
patuh menjalankan Standar Opersaional
Prosedur Pemasangan Kateter Uretra.
3. Hubungan
Sikap
Perawat
dengan
Kepatuhan
Menjalankan
Standar
Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan
Kateter Uretra
Dari
hasil
analisa
univariat
menunjukkan responden dengan sikap
setuju 19 responden (44,2%), sedangkan
perawat dengan sikap tidak setuju
sebanyak 24 responden (55,8%).
Berdasarkan hasil analisa uji
statistic chi-square dengan pembacaan
fisher exact Test diperoleh nilai p=0,003
yang berarti ada hubungan antara sikap
dengan kepatuhan menjalankan SOP di
ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal
Makassar. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Irwan halek dengan
judul skripsi Faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan
perawat dalam
melaksanakan
protap
pemasangan
oksigenasi di ruangan (ICU) RSUD. Daya
Makassar.
Notoatmojo
(2007)
sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap objek.
Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek.
Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini
yang akan menentukan sikap seseorang.
Semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Adapun asumsi menurut peneliti
sendiri tentang adanya hubungan sikap
perawat dengan kepatuhan menjalankan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
karena sikap merupakan reaksi perasaan
maka sikap mutlak dibutuhkan oleh
seorang perawat agar dapat memberikan
dorongan dalam diri perawat dalam
berperilaku atau bertindak dan munculnya
sikap positif pada diri perawat sangat besar
peranannya dalam membantu perawat
untuk menjalankan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pemasangan kateter
uretra.
4. Hubungan Antara Ketersediaan Alat
dengan
Kepatuhan
Perawat
Dalam
Menjalankan
Standar
Operasional

Prosedur (SOP) Pemasangan Kateter


Uretra
Dari hasil univariat menunjukkan
bahwa perawat yang menganggap alat
telah cukup tersedia sebanyak 16
responden (37,2%) sedangkan perawat
yang menganggap alat tidak tersedia
sebanyak 27 responden (62,8%).
Berdasarkan hasil analisa uji chisquare dengan pembacaan fisher exact
Test diperoleh nilai p=0,018 yang berarti
ada hubungan antara ketersediaan alat
dengan kepatuhan menjalankan SOP di
ruang rawat inap Rumah Sakit Islam faisal
Makassar. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wilhelmina mataheru
dengan judul skripsi Hubungan alat
pelindung diri dengan penularan penyakit
dalam
melaksanakan
tindakan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD.
Dr. M. Haulussy Ambon.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Supadi
(2007),
dimana
ketersediaan
alat
mempengaruhi
kepatuhan
dalam
menjalankan
Standar
Operasional
Prosedur (SOP) pemasangan kateter
uretra, semakin lengkap yang dibutuhkan
maka semakin semakin memungkinkan
seorang perawat patuh dalam menjalankan
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Adapun asumsi menurut peneliti
sendiri
tentang
adanya
hubungan
ketersediaan alat dengan kepatuhan
perawat dalam menjalankan Standar
Operasional
Prosedur
(SOP)
yaitu
mengingat peranan alat dalam setiap
tindakan itu sangat penting dimana dengan
adanya alat yang lengkap dan steril maka
akan
memudahkan
perawat
dalam
menjalankan pemasangan kateter uretra
sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP). Dimana kita ketahui bahwa
ketersediaan alat bertujuan mencegah
penyebaran infeksi atau untuk menjamin
alat tersebut dalam kondisi steril dan siap
pakai. Dengan demikian, ketersediaan alat
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
pemasangan kateter uretra sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Adapun ketersediaan alat yang tersedia
namun masih terdapat perawat yang tidak
atau kurang patuh dalam pemasangan
kateter uretra, hal ini disebabkan karena
masih adanya perawat yang memiliki
pengetahuan yang kurang dan beban kerja
yang tinggi.

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

KESIMPULAN
Hasil penelitian tentang Faktor yang
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
menjalankan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Pemasangan kateter uretra di ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar Tahun 2012 dapat disimpulkan :
1. Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan perawat
dalam menjalankan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pemasangan kateter
uretra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar tahun 2012.
2. Ada hubungan antara sikap dengan
kepatuhan perawat dalam menjalankan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
pemasangan kateter uretra di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar tahun 2012.
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan dalam menjalankan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pemasangan
kateter uretra di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar tahun 2012.
4. Ada hubungan antara ketersediaan alat
dengan
kepatuhan
perawat
dalam
menjalankan
Standdar
Operasional
Prosedur (SOP) pemasangan kateter
uretra di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar tahun2012.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh,
maka dapat diberikan saran berupa:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan perlunya peningkatan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
tentang pemasangan kateter uretra tanpa
mengesampingkan
pendidikan,
sikap
perawat, pengetahuan dan ketersediaan
alat.
2. Bagi Akademik
Menambah jumlah jam mata kuliah
Riset Keperawatan guna memberikan
cukup banyak ilmu sehingga menambah
wawasan mahasiswa dalam penyusunan
skripsi.
3. Bagi Mahasiswa
Disarankan
mahasiswa
yang
berminat meneliti judul yang sama, agar
variabel yang diteliti bisa diperdalam dan
diteliti dalam variabel yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin. 2008, Analisa lama waktu pelaksanaan perawatan kateter dan infus Di ruang Penyakit Dalam RSUP.
DR. Wahidin Sudirohusodo Skripsi tidak diterbitkan Makassar, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Arlinawaty. S. 2011. Efektifitas tehnik pemberian jelly terhadap keluhan nyeri pada Pasien dengan kateterisasi
urine di ruang IGD RSUD. Pangkep Skripsi, tidak diterbitkan- Makassar, Program S1 Keperawatan,Nani
Hasanuddin.
Anonim. 2007. http: // www. Sinarharapan. Co.id. (online). Diakses 11 Maret 2007.
Badan Pengawasan Keungan Pembangunan. 2010. Penelitian mengenai kepuasaan Masyarakat terhadap
pelayanan pemerintah di bidang kesehatan danPendidikan di makassar dan yogyakarta. (online).http : //
www.bpkp.go.id/index.php?idunit=163, diakses 20 agustus 2010.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problema dan Pengendaliannya. Salemba Medika : Jakarta
Darmono. 2007. Pengembang Standar Operating Procedures untuk perpustakaan Perguruan tinggi. (online).
http:// library.um.ac.id/indeks.php/Artikel-Pustakawan.html. diakses 20 juni 2007.
Depkes RI. 2009. Pedoman Teknis Pemasangan Kateter. Depkes RI: Jakarta.
.
Haslina. 2011. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat Dalam menjalankan Protap pemasangan
Kateter Uretra Di ruang perawatan bedah dan internaRSUD Syekh Yusuf Gowa Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar. Fakultas Ilmu Keperawatan UMI.
Hidayat, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta
Luran, F, Anwar, N. 2008. Buku Standar Operasional Prosedur Keperawatan Medikal Bedah Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar. Tidak diterbitkan : RSIF. Makassar.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Notoatmijo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Baduose Media. Jakarta.
Purnomo, B. Basuki. 2008. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Sagung Seto: Jakarta.
Potter. S. Dan Yenny. S. 2008. Kamus bahasa Indonesia kontemporer, Modem English. Press : Jakarta.
Priharjo, 2007. Perawat Sebagai Pendidik (Prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran). EGC: Jakarta.
Suharyanto, Toto dan Abdul madjid. 2009. Askep pada klien dengan Gangguan sistem Perkemihan:
Jakarta.Sunaryo. 2007. Psikologi untuk keperawatan. EGC: Jakarta.
Sunaryo, 2007. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta
Teguh sugianto. 2009. Prosedur pemasangan kateter kandung kemih. (online). (http:// Teguhsugianto. Blogspot.
Com/2009/06/prosedur pemasangan kateter -Kandung.html) . Di akses 12 juni 2009.
WHO SEA NURS. 2008. Materi pelatihan standar, indikator kinerja dan evaluasi. di akses 14 maret 2008.

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai