Anda di halaman 1dari 18

FRAKTUR HIP

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR HIP

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. DEFINISI
Fraktur

: Adalah diskontinuitas struktural pada tulang

Hip

: Adalah bagian dari tulang panggul yang berartikulasi dengan pangkal tulang femur
pada asetabulum

Fraktur Hip : Adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang
femur pada daerah ujung/pangkal proksimal yang meliputi kepala sendi, leher, dan
daerah trochanter. (Sumber: NCP, Susan P.C., 1980, p. 698)

2. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang femur terdiri dari :
a.

Ujung atas

b.

Korpus

c.

Ujung bawah
Ujung atas terdiri dari :

Kaput Femur
Massa yang membulat mengarah ke dalam dan keatas, tulang ini halus dan dilapisi
dengan kartilago kecuali pada fovea, lubang kecil tempat melekatnya ligamen yang
menghubungkan kaput ke area yang besar pada asetabulum dari tulang coxae. Di
dalam kaput tersebut terdapat percabangan dari arteri retinakular posterior dan
anterior, dan ligamentum teres serta arteri ligamentum teres.
Kolum(leher) femur
Korpus tulang mengarah ke bawah dan ke sebelah lateral menghubungkan kaput
dan korpus.
Trochanter mayor pada sisi lateral dan trochanter minor pada sisi medial
merupakan tempat melekatnya otot-otot.
Tulang femur bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh sehingga memungkinkan
untuk bergerak. Tulang hip dibungkus oleh serabut yang berbentuk kapsul, ligamen,
dan otot.

Bagian besar trochanter dalam pergerakannya dibantu oleh otot abduktor dan
gerakan rotasinya terbatas. Bagian terkecil dari trochanter dalam pergerakannya
dibantu oleh otot ileopsoas.

3. ETIOLOGI
Secara umum fraktur disebabkan oleh :
a.

Benturan dan cedera (kecelakaan)

b.

Kelemahan/kerapuhan tulang akibat osteoporosis

c.

Patah karena letih, patah karena otot tidak dapat mengabsorpsi energi seperti
karena berjalan kaki terlalu lama.
Patah tulang panggul lebih sering pada wanita dari pada laki- laki, alasannya :

a.

Wanita memiliki tulang panggul lebih lebar yang cenderung mengalami coxa
vara(deformitas dari hip dimana sudut antara leher dan batang tulang mengecil).

b.

Wanita mengalami perubahan hormon post menopausal dan berhubungan dengan


meningkatnya insiden osteoporosis.

c.

Harapan hidup wanita lebih panjang dari pria.

4. PATOFISIOLOGI
Dalam beberapa literatur keperawatan medikal bedah diuraikan bahwa fraktur hip
digolongkan dalam dua klasifikasi, yaitu:
a. Intra kapsular
Fraktur terjadi pada daerah yang masih berada dalam lingkup kapsul sendi yang
meliputi:
1)Fraktur sub kapital
b)Fraktur transervikal
c)Fraktur basal leher
b. Ekstra kapsular
Fraktur terjadi di luar kapsul sendi panggul pada daerah sekitar 5 sentimeter di
bawah trochanter minor. Fraktur ini juga disebut dengan fraktur intertrochanteric.
Suplai darah kepada kaput femoris oleh arteri retunakular sangat penting.
Penyaluran makanan ke pembuluh periosteal dan batang femur berlanjut ke
trochanter dan ke bawah kolom femoris. Aliran darah ini bervariasi menurut umur.
Pada fraktur di luar dan di dalam sendi panggul, suplai darah ke bagian kepala

femur naik keatas melalui bagian leher sering terganggu terutama pada fraktur
intra kapsular. Bila suplai darah terputus total maka dapat terjadi kematian atau
nekrosis jaringan tulang kepala femur(kaput femoris), disebut Avascular necrosis.

5. TANDA DAN GEJALA


a.

Nyeri hebat pada daerah fraktur.

b. Tak mampu menggerakkan kaki.


c.

Terjadi pemendekan karena kontraksi/spasmus otot-otot paha.

d. Eksternal rotasi pada tungkai tersebut.


e.

Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya, yaitu:

1)

Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba

2)

Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal.

3)

Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.

4)

Teraba panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di daerah
tersebut.

5)

Pulsa/nadi pada daerah distal melemah/berkurang.

6)

Kehilangan sensasi pada daerah distal karena jepitan saraf oleh fragmen tulang.

7)

Krepitasi jika digerakkan (jangan melakukan pembuktian lebih lanjut jika pasti ada
fraktur)

8)

Perdarahan.

9)

Hematoma, edema karena extravasasi darah dan cairan jaringan.

10) Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat nyeri hebat.
11) Keterbatasan mobilisasi.
12) Terbukti fraktur lewat foto rontgen

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Pemeriksaan darah lengkap


Dilakukan untuk persiapan pre operasi. Dapat menunjukkan tingkat kehilangan
darah hingga cedera (pemeriksaaan Hb dan Hct)
Nilai leukosit meningkat sesuai respon tubuh terhadap cedera.

2.

Golongan darah dan cross match


Dilakukan sebagai persiapan transfudi darah jika kehilangan darah yang bermakna
akibat cedera atau tindakan pembedahan.

3.

Pemeriksaan kimia darah.


Sebagai persiapan pre operatif untuk mengkaji ketidak seimbangan akibat cedera
yang dapat menimbulkan masalah pada saat intra operasi (misalnya, ketidak
seimbangan potassium dapat meningkatkan iritasi cardiac selama anestesi) BUN
creatinin untuk evaluasi fungsi ginjal.

4.

Masa pembekuan dan perdarahan (clotting time, bleeding time) sebagai persiapan
pre operasi, biasanya normal jika tak ada gangguan perdarahan. Pada pasien lanjut
usia dapat diberikan terapi antikoagulan segera setelah post operasi untuk
memperkecil terjadinya tromboemboli.

5.

Pemeriksaan urine.
Sebagai evaluasi awal fungsi ginjal.

6.

Pemeriksaan X-ray dada.


Sebagai evaluasi tingkat cedera, persiapan pre operasi, atau mengetahui kondisi
selama perawatan pembedahan, dll.(misalnya, kardiomegali atau gagal jantung
kongestif).

7.

EKG
Sebagai persiapan operasi maupun untuk mengevaluasi apakah terdapat juga
cedera pada jantung (misalnya kontusio cardiac) disamping trauma/cedera pada
hip.

7. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur hip adalah:
1.

Shock dan perdarahan. Pada saat terjadinya cedera atau segera sesudah operasi

2.

Komplikasi immobilitas. Terutama pada usia lanjut, antara lain:


a. Pneumonia
b. Thromboplebitis
c. Emboli pulmonal

3.

Penyembuhan terlambat, non-union. Sering pada fraktur intrakapsular sembuh


lebih lambat bila dibanding dengan fraktur ekstra kapsular karena adanya
gangguan suplai darah.

4.

Aseptic necrosis kepala femur. Merupakan komplikasi fraktur femur proksimal an


dislokasi traumatik pada hip.

5.

Deformitas, malposisi femur, arthritis sekunder. Displasemen fragmen tulang dapat


menyebabkan deformitas, sedangkan trauma menyebabkan arthritis.

6.

Masalah post operatif dengan alat-alat fiksasi internal. Fiksasi internal bisa
melemah, patah, atau pindah tempat yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak.
Untuk ini perlu pembedahan ulang.

7.

Ekstrim eksternal/internal rotasi dan adduksi.


Sedangkan komplikasi lain yang dapat terjadi karena immobilisasi dan post operasi
adalah:

1.

Atelektasis

2.

Infeksi Luka

3.

Stasis atau infeksi saluran kemih

4.

Kejang pada otot

8. TERAPI / PENGELOLAAN MEDIK


Pemilihan alat fiksasi tergantung lokasi fraktur, potensial nekrosis avascular pada
kepala sendi femur, dan kesukaan dokter yang merawat. Fraktur intrakapsular
dengan impaksi tanpa displasemen dapat disembuhkan cukup dengan bed rest
saja. Jenis tindakan untuk jenis fraktur yang lain adalah sebagai berikut :
1. Stable plate and screw fixation : Dengan status non-weight bearingselama 6
minggu sampai 3 bulan
2. Telescoping nail fixation : Dengan status minimal weight bearing sampaipartial
weight bearing selama 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Prosthetic implant : Biasanya digunakan protesis Austin Moore atau protesis bipolar untuk mengganti leher dan kepala sendi. Harus menjalani restriksi posisi dari
2 minggu sampai 2 bulan dan restriksipartial weight bearing sampai sekitar 2 bulan.
4. Closed reduction and external fixation (reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal)
dilakukan jika kondisi umum pasien tidak mengijinkan untuk menjalani
pembedahan.
(Med.Sur.Nursing, Barbara C.long)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pada orang-orang lanjut usia sering disertai riwayat kesehatan seperti penyakit
jantung, diabetes, hipertensi, yang bisa menyebabkan jatuh.

b. Pola aktivitas dan latihan.


- Ada riwayat jatuh ketika sedang beraktifitas atau kecelakaan lain.
- Pada fraktur femur pangkal proximal kadang masih dapat berjalan tetapi tidak dapat
menahan beban.
- Pada fraktur batang femur biasanya tidak kuat berdiri/menahan beban.
- Ada perubahan bentuk atau pemendekan pada tungkai yang terkena.
c. Pola persepsi kognitif.
- Biasanya mengeluh nyeri hebat pada lokasi tungkai yang terkena.
- Mengeluh kesemutan atau baal pada lokasi tungkai yang terkena.
d. Pola nilai kepercayaan.
- Pada umumnya pasien menyatakan tidak percaya bahwa cederanya berat.
- Pada pasien lanjut usia dengan tegas menyangkal dan akan segera sembih bila nyeri
dapat diatasi tanpa pembedahan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Preoperatif :
a. Nyeri sehubungan dengan:
- Spasmus otot
- Pergerakan fragmen tulang, edema, dan luka jaringan lunak
- Traksi/alat immobilisasi
- Stress, kecemasan (NCP, M.E. Doenges)
b. Potensial komplikasi preoperatif sehubungan dengan keadaan perlukaan(fraktur)
akibat trauma (NCP, Nancy H.)
c. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang informasi tentang prosedur
operasi(Med.Sur.Nsg.,Barbara C. Long)

Post operatif :
a. Nyeri sehubungan dengan prosedur operasi (Med.Sur.Nsg.,Barbara C. Long)
b. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan perubahan status extremitas bawah
sesudah operasi perbaikan. (Med.Sur.Nsg.,Barbara C. Long)

c. Potensial komplikasi post operasi sehubungan dengan


- Keadaan perlukaan akibat trauma
- Intervensi pembedahan
- Imobilitas (NCP, Nancy H.)
d. Potensial infeksi sehubungan dengan gangguan integritas kulit(Med.Sur.Nsg.,
Donna, Marylin)
e. Potensial gangguan perawatan di rumah sehubungan dengan situasi
ketergantungan (Med.Sur.Nsg.,Barbara C. Long)
f. Kurang pengetahuan sehubungan dengan perubahan tingkat aktivitas yang boleh
dilakukan dan perawatan di rumah (NCP, Nancy H.)

3. DISCHARGE PLANNING:
Persiapan Perawatan Di Rumah.
Pasien lanjut usia dengan fraktur hip biasanya mendapat rujukan rehabilitasi.
Perawat harus mengkomunikasikan rencana asuhan kepada fasilitas yagn akan
melanjutkan rehabilitasi.
Pasien tidak boleh dipulangkan untuk tinggal sendiri di rumah karena
membutuhkan bantuan selama proses penyambuhan. Perawat mengkaji struktur
rumah atas adanya barrier terhadap mobilitas pasien (mis. tangga, dll.). Pasien
harus mampu bergerak bebas dengan alat bantu di dalam rumah.
Penyuluhan pasien /keluarga.
Perawat menyediakan instruksi tertulis tentang cara merawat diri. Keluarganya
mendapat penyuluhan tentang cara menjaga/merawat bagian yang sakit.
Perawatan luka di rumah dapat diatur sesuai perjanjian dengan RS atau referal ke
instansi lain. Pasien harus mengetahui cara meningkatkan penyembuhan,
mencegah komplikasi, mengenali tanda-tanda komplikasi, dan kapan dan dimana
harus menghubungi tenaga kesehatan jika komplikasi terjadi.
Persiapan Psikososial.
Perawat mengatur perawatan lanjut di rumah, mis. konsultasi bagi pasien dengan
depresi. Jika ada kerusakan jaringan yang parah maka perawat harus realistik dan
menolong klien mengerti bahwa penyembuhan memerlukan waktu cukup lama,
terutama jika terjadi infeksi. Keparahan dan penanganan yang kompleks dapat
merongrong kondisi mental pasien dan keluarganya. Konseling kerja kadang
diperlukan untuk membantu pasien mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
kondisinya.

Sumber-sumber Pelayanan Kesehatan.


Pasien dengan cedera berat memerlukan perawatan lanjut di rumah oleh perawat
komiunitas. Perawat mengidentifikasi jika manula memerlukan tenaga pembantu di
rumah dan mengaturnya. Sangat penting bagi perawat untuk mengkomunikasikan
kebutuhan pasien kepada perawat/pengasuh yang melanjutkan perawatan di
rumah. Tenaga fisioterapi diperlukan dalam rehabilitasi. Tenaga terapist okupasi
diperlukan untuk mengkaji lingkungan,retraining aktivitas harian adaptasi agar lebih
mandiri.

4. PERENCANAAN

Nyeri sehubungan dengan:


Spasmus otot
Pergerakan fragmen tulang, edema, dan luka jaringan lunak
Traksi/alat immobilisasi
Stress, kecemasan (NCP, M.E. Doenges)
HYD:
Memverbalisasikan berkurangnya nyeri
Menunjukkan sikap yang relaks, mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan sesuai.
Intervensi
1. Pertahankan immobilisasi pada sisi paha
yang fraktur
2. Evaluasi laporan nyeri/ketidak

Rasional
Displasemen tulang, pelebaran luka, dan
nyeri hebat dapat terjadi
Berpengaruh terhadap pemilihan dan

nyamanan, lokasi dan karakteristik,

efektivitas intervensi. Tingkat kecemasan

intensitas(skala 0-10), tanda nyeri

berpengaruh dalam persepsi/reaksi

nonverbal (perubahan TTV, dan

terhadap nyeri.

emosi/tingkah laku)
3. Dorong pasien untuk mendiskusikan
masalah sehubungan dengan perlukaan.

Luka dapat sembuh atau memburuk


dipengaruhi oleh sikap pasien terhadap
lukanya

4. Jelaskan prosedur sebelum memulai

Pasien siap mental dlm beraktifitas dan


mampu mengendalikan ketidak
nyamanan.

5. Berikan medikasi sebelum akivitas


keperawatan

Relaksasi otot diperlukan untuk


partisipasi aktivitas

6. Laksanakan aktif/pasif ROM dengan


pengawasan

Kekuatan dan mobilitas memudahkan


penyembuhan inflamasi daerah luka.

7. Dorong penggunaan tehnik manajemen


stress: tehnik pernafasan, dll)

fokus perhatian, meningkatkan


kemampuan pengendalian nyeri yang
dapat berlangsung untuk waktu lama.

8. Identifikasi aktivitas yang sesuai dengan


pasien dan dan kesukaannya
9. Kolaborasi: Berikan medikasi yg sesuai:
narkotik/non-narkotik: AINS

Kebosanan, ketegangan, mengganggu


self esteem, dan pola koping.
Nyeri dan/atau spasmus otot menambah
ketidak nyamanan

berikan narkotik sesuai jadwal selama 35 hari

Potensial komplikasi preoperatif sehubungan dengan keadaan perlukaan(fraktur)


akibat trauma (NCP, Nancy H.)
HYD:
Sebelum pembedahan :
Respirasi normal atau jika abnormal masalahnya teratasi
Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
Perdarahan teratasi
Temuan neurovaskular dalam batas yang diharapkan
Memverbalisasikan berkurangnya rasa nyeri
Mendapat penyuluhan dan persiapan operasi
Intervensi
1. Pastikan adekuasi pernafasan.

Rasional
Kecelakaan ber-impak tinggi dengan

Auskulatasi paru, laporkan temuan yang

fraktur femur mempunyai insiden tinggi

patologi kepada dokter, dan siap untuk

trauma multisistem, termasuk

memberikan dukungan respirasi jika

pernafasan, jantung dan sistem saraf

diperlukan.

pusat.

2. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan,

Fraktur femur mempunyai hubungan

dan pertahankan volume sirkulasi.

bermakna dengan kehilangan darah

Laporkan kenaikan denyut nadi,

karena mempunyai pembuluh darah

penurunan tekanan darah, pucat,

yang cukup besar. Parameter yang

berkeringat, atau penurunan kesadaran.

disebut adalah sebagai tanda shock dan

Berikan dan pertahankan masukan

memerlukan intervensi segera. Cairan

cairan intravena. Jika fraktur terbuka

intravena untuk mempertahankan

dengan perdarahan aktif lakukan

keseimbangan cairan dan mengganti

tekanan langsung pada luka dan

volume darah yang hilang.

laporkan dokter.
3. Kaji status neurovaskular ekstremitas.

Pembuluh darah dan syaraf pada fraktur

Perhatikan jika denyut tak ada, bercak

dapat diperparah oleh fragmen tulang,

pada kulit, cianosis, parestesis, atau rasa

edema, dan deformitas. pergeraka dapat

baal. Bandingkan denyut nadi secara

memperparah perlukaan. Perfusi yang

bilateral. Laporkan adanya defisit segera

tidak adekuat dapat mengakibatkan

kepada dokter. Hindari pergerakan yang

gangguan fungsi permanen.

tidak perlu.
4. Kendalikan nyerilihat DP nyeri
5. Jika fraktur terbuka, pastikan

Luka terbuka sangat besar potensi infeksi

pencegahan tetanus dan infeksi sudah

tetanus dan lainnya. Balutan steril

dipertimbangkan sebelum operasi. Balut

meminimalkan kontaminasi bakteria

luka secara steril

lainnya lebih lanjut.

6. Siapkan pasien untuk menjalani


pembedahan

Nyeri sehubungan dengan prosedur operasi


HYD:
Pasien menyatakan merasa nyaman
Pasien mampu melaksanakan aktivitas post operasi

Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri pasien dan evaluasi

Rasional
Data subyektif dan obyektif penting

respon pasien thd tindakan pemberian

dalam mengatasi rasa nyeri post operasi

rasa nyaman yang sudah dilakukan.

dan menentukan manajemennya.

2. Ajarkan tehnik relaksasi yang sesuai

Relaksasi mempermudah istirahat dan

memperbaiki respon terhadap nyeri


3. Gunakan tehnik pengurangan nyeri
lainnya yang sesuai. Mis. gosok

Perubahan stimulasi pada kulit dapat


menghasilkan pengurangan nyeri.

punggung, pengaturan posisi.


4. Kolaborasi: pemberian analgesik

Biasanya perlu diberikan narkotik 48-

(biasanya narkotik) sesuai jadwal pada

72jam pertama post operasi. Analgesi

masa segera sesudah operasi

memepunyai efek lebih besar jika


diberikan sebelum nyeri menjadi parah.

5. Kolaborasi: gunakan analgesik yang

Nyeri dapat dikendalikan dengan

lebih ringan sesuai order jika nyeri sudah

analgesik lebih ringan (dengan efek

berkurang.

samping sedikit) jika nyeri sudah


berkurang.

Potensial komplikasi post operasi sehubungan dengan


Keadaan perlukaan akibat trauma
Intervensi pembedahan
Imobilitas
HYD:
Dalam 24 jam post operasi di ruangan:
Tanda-tanda dalam batas normal
Tak ada perdarahan berlebihan, gangguan neurovaskular, atau infeksi
Nyeri terkendali
Dapat melaksanakan nafas dalam dan batuk efektif
Mempertahankan posisi yang tepat
Dalam 24 jam post operasi:
Melaksanakan latihan yang diperbolehkan
Tak ada tanda dan gejala tromboemboli
Memverbalisasikan pembatasan posisi
Makan dan minum cukup secara oral jika mengijinkan.

Intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital sesuai protokol
post pembedahan atau lebih sering jika

Rasional
Seperti yang telah disebutkan dapat
mengakibatkan perdarahan hebat.

tidak stabil. Cek pembalut dan drain atas

Takikardia dan hipotensi merupakan

adanya perdarahan. Laporkan adanya

petunjuk tidak adekuatnya penggantian

abnormalitas tanda vital, perdarahan

cairan, kehilangan darah karena cedera

berlebihan pada balutan, drain, adanya

dan pembedahan, atau cedera lain yang

edema, atau ecchymosis. Kaji cedera

tak terdeteksi.

yang berhubungan jika cedera


melibatkan trauma pada bagian lain.
2. Kaji status neurovaskular sekurang-

Pengkajian neurovaskular memastikan

kurangnya 1 jam sekali. Perhatikan

penyesuaian intervensi. Peningkatan

melemahnya atau tak adanya denyut

edema dapat menekan struktur vaskular

nadi, bercak kulit, cianosis, parestesia,

dan mengganggu oksigenisasi jaringan.

baal, atau bertambahnya edema post

Diperlukan tindakan segera untuk

operatif yang signifikan. Waspadai

memperbaiki sirkulasi. Sindroma

sindroma kompartemen: nyeri progresif

kompartemen terjadi pembengkakan otot

yang yang dapat diperberat dengan

yang memperburuk sirkulasi dan

peregangan, defisit sensori, paralisis,

menimbulkan iskemia. Ini dapat terjadi

bengkakan keras, atau menurunnya

segera sesudah operasi atau beberapa

denyut nadi distal. Hubungi dokter

hari sesudahnya. Untuk itu diperlukan

segara jika status pasien memburuk.

tindakan fasciotomy.

3. Pertahankan kepatenan infus dan

Infus berperan untuk mengganti cairan

berikan cairan sesuai order sekurangnya

yang hilang karena perdarahan, status

24 jam pertama post operasi

NPO, ancaman dehidrasi, atau


kehilangan jaringan pada pembedahan,
juga sebagai jalur untuk pemberian obat
intravena.

4. Berikan antibiotik sesuai order,

Antibiotik biasanya diberikan sesudah

observasi daerah luka, dan laporkan

operasi, terutama pasien dengan fraktur

adanya peningkatan pembengkakan,

terbuka, mencegah osteomyelitis.

eritema, demam, cairan purulen, atau

Perubahan kadang diperlukan untuk

tanda-tanda infeksi lainnya.

mengantisipasi adanya mikroorganisme


patologis lain

5. Cegah komplikasi yang berhubungan


dengan imobilitasi :

Imobilitas merupakan predisposisi bagi


komplikasi post operasi.

Dorong pelaksanaan ROM lihat Pada

Latihan yang sesuai mengurangi stasis

DP Gangguan mobilitas fisik


Gunakan stoking antiembolic sesuai

vena dan menjaga tonus otot

order dokter

Sediakan pegangan untuk membantu

Pegangan berguna untuk bergerak

gerak pasien
Dorong pelaksanaan nafas dalam dan

Mencegah infeksi pernafasan dan

batuk efektif tiap jam pada saat pasien


tidak tidur
Pastikan kecukupan intake cairan jika tak

akumulasi cairan.
Mempertahankan hidrasi, mengencerkan

ada kontra indikasi. Catat intake dan

sekret, fungsi renal, dan infeksi sal.

output.

Kemih

6. Observasi tanda dan gejala


tromboemboli:
Emboli lemak: takikardia, dispnea, nyeri

Emboli lemak terjadi lebih sering pada

pleuritik, pucat dan cianosis, petechiae,

fraktur tulang panjang (3hari pertama).

wheezing, nausea, syncope, lemas,

Mekanisme fisiologiknya tak diketahui.

perubahan mental, perubahan ECG, atau

Emboli dapat terjadi di paru, jantung,

demam. Daerah yang sakit teraba

otak, atau ekstremitas.

dingin, kaku, dan pucat


Emboli paru: nyeri pulmonal mendadak,
dispnea, takikardia, batuk, henoptisis,

Emboli paru biasanya terjadi belakangan


antara 10-24 hari sesudah cedera

cemas, syncope, perubahan ECG,


hipotensi, atau demam
Tromboplebitis: positif Hommans sign ,

Biasa terjadi pada tungkai sebagai akibat

nyeri pada betis, bengkak, atau

pembentukan bekuan dan menyumbat

kemerahan pada tungkai.

vena superfiisial maupun vena besar.

Laporkan setiap tanda dan gejala diatas

Intervensi segera perlu dilakukan karena

segera kepada dokter.


7. Pertahankan imobilisasi yang tepat pada

komplikasi dapat mengancam kehidupan.


Pergerakan tersebut dapat menyebabkan

bagian yang sakit tergantung tempat

displasemen dan mempengaruhi proses

fraktur dan jenis pembedahan.

penyembuhan.

Umumnya hindari adduksi, rotasi


eksternal, fleksi hip mendadak.
8. Observasi dan lapor segera jika

Merupakan tanda dislokasi atau nekrosis

mendadak terjadi: Nyeri hebat,

kepala sendi. Diperlukan intervensi

pemendekan atau rotasi pada sisi

segera untuk mencegah kerusakan

tungkai yang sakit, atau spasmus otot

permanen.

yang persisten.
9. Dorong intake nutrisi adekuat, terutama
makanan kaya protein, vitamin, dan

Proses penyembuhan memerlukan


tambahan nutrisi. Defisit vitamin dan

mineral.

mineral menghambat penyembuhan dan


dapat menyebabkan osteomalasia.

Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan perubahan status extremitas bawah


sesudah operasi perbaikan.(Med.Sur.,Barbara C. Long)
HYD:
Pasien mendemonstrasikan tingkat mobilitas optimal dengan alat adaptivedengan
pembatasan aktivitas yang dianjurkan pada saat pulang dari RS.
Tak terjadi cedera selama dirawat di RS

Intervensi
1. Ajak pasien melaksanakan latihan nafas

Rasional
Jika dilaksanakan dengan tepat dan

dalam dan batuk efektif tiap 1-2 jam

interval yang benar, latihan pulmonal

sampai ambulasi penuh

dapat mencegah atelektasis dan


pnemonia.

2. Dorong pasien untuk melaksanakan

Latihan meningkatkan venous

secara aktif: dorsifleksi, palantar fleksi,

return, mencegah pembentukan trombus,

setting quadrisep isometrik dan gluteal,

dan menolong mempertahakan tonus otot

dan aktif ROM pada bagian yang tidak


sakit 2x/hari sampai awal ambulasi
3. Dapatkan dari dokter mengenai batas

Restriksi dalam pengaturan posisi

gerakan dan pembebanan berat yang

dirancang untuk mencegah dislokasi

diperbolehkan, dan perlu diingat

protesa atau kepala sendi pada hip

pedoman berikut ini:


Fleksi hip biasanya dibatasi max.
90 selama 2-3 bulan
Adduksi melebihi midlinedilarang
selama 2-3 bulan.
Rotasi internal dan external secara
ekstrem dilarang selama 2-3 bulan
Partial weight bearing pada bagian yang
sakit dengan bantuan walker atau kruk
biasanya diobservasi selama 2-3 bulan
4. Alih posisi pasien dari punggung ke sisi
tubuh yang tidak sakit tiap 2jam atau

Alih/pengaturan posisi dapat


meningkatkan sirkulasi, usaha bernafas,

p.r.n.

dan aktivitas otot.

5. Ketika alih posisi, tahan kaki yang

Mencegah adduksi tungkai bawah

dioperasi dalam posisi abduksi, gunakan


bantal untuk mempertahankan posisi
abduksi 30 jika alih posisi sudah
dilakukan.
6. Bantu pasien berjalan mempergunakan

Aktivitas post operasi yang awal,

alat ambulasi yang tepat. Mulai

termasuk jalan, dapat

ambulasi pada hari pertama atau kedua

mempercepat recovery(pemulihan) dan

post operasi dan tingkatkan frekuensi

mencegah komplikasi post operatif.

ambulasi maupun jarak yang dapat


ditoleransi pasien.
7. Mulai duduk ketika pasien menunjukkan

Dipersiapkan untuk pulang dan

pengendalian yang cukup pada bagian

meyakinkan pasien dapat duduk dalam

yang sakit untuk duduk dalam batas

batas fleksi anjuran

fleksi yang danjurkan


8. Naikkan permukaan tempat duduk

Membatasi fleksi tak lebih dari 90

dengan bantal untuk mempertahankan


sudut hip dalam batas anjuran.

Potensial infeksi sehubungan dengan gangguan integritas kulit (Med.Sur.Nsg.,


Donna, Marylin)
HYD:
Pasien tidak akan mengalami infeksi luka operasi.
Tak ada tanda dan gejala infeksi luka
Mengalami penyembuhan tanpa komplikasi
Intervensi
1. Inspeksi balutan operasi atas
pengeluaran cairan, catat jenis dan

Rasional
Cairan purulen menunjukkan adanya
infeksi luka

banyaknya
2. Monitor dan ukur cairan drainase,

Drain mengeluarkan exudat yang bisa

misalnya hemovac (jaga suction tetap

menjadi medium bagi pertumbuhan

bertekanan untuk mencegah

kuman.

pembentukan hematoma)
3. Setelah melepas pembalut, inspeksi

Tanda inflamasi dapat menunjukkan

insisi terhadap adanya kemerahan,

adanya proses infeksi

pembengkakan, dan hangat.


4. Ganti balutan dengan tehnik aseptik.

Keadaan steril mengurangi peluang


infeksi.

5. Monitor TTV tiap 4 jam

Kenaikan suhu dan nadi menunjukkan


adanya infeksi.

Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang informasi tentang prosedur


operasi(Med.Sur.,Barbara C. Long)
HYD:
Pasien dapat menjelaskan isi penyuluhan oleh perawat tentang persiapan operasi,
operasi dan perawatan post operasi
Pasien menyatakan berkurangnya rasa cemas yang berhubungan dengan
miskonsepsi tentang pembedahan dan masa pemulihan

Intervensi
1. Kaji kebutuhan instruksi dan berikan
sesuai kebutuhan.
2. Sediakan informasi tertulis mengenai
pembedahan jika institusi menyediakan
3. Bahas instruksi pre operatif dengan
pasien dan keluarganya sebelum

Rasional
Pemahaman prosedur pembedahan dan
perawatan post operatif dapat
mengurangi kecemasan dan
meningkatkan keinginan untuk sembuh
dan pulih bagi pasien sesudah tindakan
pembedahan.

pembedahan
4. Evaluasi pemahaman pasien mengenai
informasi yang sudah diberikan

Potensial gangguan perawatan di rumah sehubungan dengan situasi


ketergantungan (Med.Sur.,Barbara C. Long)
HYD: Pasien dan keluarganya menyatakan puas dengan rencana yang diatur untuk
mempermudah perawatan di rumah.
Intervensi
1. Diskusikan dengan pesien dan
keluarganya mengenai rencana mereka

Rasional
Rencana pulang yang adekuat dapat
memberikan hasil optimal untuk

untuk perawatan di rumah


2. Tentukan bersama pasien apa yang
harus dilakukan untuk diri sendiri untuk

mencapai pelaksanaan rehabilitasi di


rumah dan mendapat bantuan sesuai
dengan yang di butuhkan.

pulang ke rumah.
3. Tentukan dengan pasien jenis peralatan
dan pelayanan yang diperlukan yang
dibutuhkan untuk di rumah(mis. kruk,
walker, peninggian toilet, fisioterapi, dan
lai-lain)
4. Kaji perkembangan pasien secara
reguler untuk memastikan apakah
kemampuan fungsionalnya sesuai untuk
pelaksanaan renca di atas.
5. Libatkan bagian lain yang sesuai (mis.
bagian sosial medik) untuk
mendapatkan bantuan jika pasien pada
awalnya belum mampu melaksanakan
rencana yang sudah ditentukan untuk di
rumah.

Kurang pengetahuan sehubungan dengan perubahan tingkat aktivitas yang boleh


dilakukan dan perawatan di rumah (NCP, Nancy H.)
HYD:
Pada saat pulang pasien akan:
Menyatakan dan mendemonstrasikan pemahaman tentang pengaturan posisi,
pembatasan gerak, atau perawatan luka
Menyatakan pemahamannya tentang jenis diet dan pengobatan yang harus dijalani
Dapat mengidentifikasi tanda dan gejala komplikasi
Mendapat keperluan untuk referal dan follow-up.

Intervensi
1. Berikan penyuluhan kepada pasien dan

Rasional
Rekomendasi perawatan di rumah

keluarganya tentang : pengaturan posisi,

bervariasi tergantung keadaan fraktur

pembatasan aktivitas, cara pemakaian

dan pembedahan, umur dan kondisi

kruk/walker, diet, komplikasi, dan

pasien, dan kondisi kesehatan yang

medikasi/pengobatan. Perhatikan

sudah ada sebelumnya. Pasien biasanya

rekomendasi dokter dan laksanakan

lebih responsif terhadap instruksi yang

penyuluhan sepanjang masa perawatan

berulang dan berkelanjutan selama

di rumah sakit

dirawat di rumah sakit dari pada


memberikan sejumlah besar informasi
dalam waktu yang sama.

2. Kaji sumber-sumber untuk perawatan di

Tergantung kepada faktor-faktor yang

rumah, dan buat rujukan-rujukan yang

disebutkan di atas dan sistem

sesuai.

pendukung dalam keluarga. Kadang


pasien memerlukan bantuan medis dan
perawatan, atau follow-up lainnya untuk
memastikan pemulihan tanpa komplikasi

REFERENSI
Joan Luckman, R.N., M.A., Karen C. Sorensen, R.N., M.N., Medical-Surgical Nursing: A
psychohysiological Approach, Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1987
Wilma J. Phipps, PH.D., R.N., F.A.A.N., Barbara C. Long M.S.N., R.N.,Medical-Surgical Nursing:
Concept and Clinical Practice, fourth edition, Missouri: Mosby-Year Book, Inc, 1991
Donna

D.

Ignatavicius,

Marylin

V.B., Medical

Surgical

Nursing:

Nursing

Process

Approach, Pensylvania: WB Saunders Company, 1991.


Nancy M. Holloway, RN, MSN, CCRN, CEN., Medical Surgical Care Plan.Pennsylvania:
Springhouse Corporation, 1988
John Gibson, MD, Anatomi dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Edisi ke 2, Jakarta, 1995
Marilynn E. Doenges, Mary F. Mooerhouse, Nursing Care Plan. Edition 3, Philadhelphia:
F.A.Davis Company, 1993

Anda mungkin juga menyukai