Anda di halaman 1dari 116

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR FEMUR

Posted by Qittun on Wednesday, October 01, 2008 2 komentar This item was filled under Asuhan Keperawatan I. DEFENISI Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. II. FISIOLOGI / ANATOMI Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur. III. KLASIFIKASI Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur) Hanya di bawah kepala femur Melalui leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil. IV. PATOFISIOLOGI A. Penyebab fraktur adalah trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis Penyakit metabolik TRAUMA Dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring

dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. TANDA DAN GEJALA Nyeri hebat di tempat fraktur Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah Rotasi luar dari kaki lebih pendek Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. PENATALAKSANAAN MEDIK X.Ray Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. CCT kalau banyak kerusakan otot. TRAKSI Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : 1. Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. 1. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki dan mencegah deformitas Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). Mengencangkan pada perlekatannya. MACAM - MACAM TRAKSI 1. Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. 1. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. 1. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. 1. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. 1. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. PENGKAJIAN 1. Riwayat keperawatan a. Riwayat Perjalanan penyakit Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan Kehilangan fungsi Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis b. Riwayat pengobatan sebelumnya Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan

Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema 2. Pemeriksaan fisik a. Mengidentifikasi tipe fraktur b. Inspeksi daerah mana yang terkena - Deformitas yang nampak jelas - Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera - Laserasi - Perubahan warna kulit - Kehilangan fungsi daerah yang cidera c. Palpasi Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran Krepitasi Nadi, dingin Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemasPotensial infeksi se- hubungan dengan luka terbuka. Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi. RENCANA KEPERAWATAN DX 1 Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak INTERVENSI INDENPENDEN: a)Observasi tanda-tanda vital. b)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan c)Memberikan posisi supinasi d)Memberikan banyak cairan (minum) KOLABORASI:

a)Pemberian cairan per infus b)Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dgn fiksasi. c)Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht) RASIONAL a)Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini mungkin b)Untuk menentukan tindak an c)Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah kekurangan darah ke otak. d)Untuk mencegah ke- kurangan cairan (mengganti cairan yang hilang) e)Pemberian cairan per-infus. f)Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk menghentikan perda-rahan. g)Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak. DX2 Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas INTERVENSI INDEPENDEN: a) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (010) b) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab) c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka. d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas KOLABORASI: e) Pemberian obat-obatan analgesik RASIONAL a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya. b) Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka. c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri. d) Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan. e) Mengurangi rasa nyeri DAFTAR KEPUSTAKAAN Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company. http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-dengan-fraktur-femur.html I. DEFENISI Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. II. FISIOLOGI / ANATOMI Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur. III. KLASIFIKASI Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur) Hanya di bawah kepala femur Melalui leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil. IV. PATOFISIOLOGI A. PENYEBAB FRAKTUR ADALAH TRAUMA Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis Penyakit metabolik TRAUMA Dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh

terpeleset di kamar mandi pada orangtua. TANDA DAN GEJALA Nyeri hebat di tempat fraktur Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah Rotasi luar dari kaki lebih pendek Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. PENATALAKSANAAN MEDIK X.Ray Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. CCT kalau banyak kerusakan otot. TRAKSI Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : 1. Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. 2. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki dan mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). Mengencangkan pada perlekatannya.

MACAM - MACAM TRAKSI 1. Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. 2. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. 3. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. 4. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. 5. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. PENGKAJIAN 1. Riwayat keperawatan a. Riwayat Perjalanan penyakit Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan Kehilangan fungsi Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis b. Riwayat pengobatan sebelumnya Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema 2. Pemeriksaan fisik

a. Mengidentifikasi tipe fraktur b. Inspeksi daerah mana yang terkena - Deformitas yang nampak jelas - Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera - Laserasi - Perubahan warna kulit - Kehilangan fungsi daerah yang cidera c. Palpasi Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran Krepitasi Nadi, dingin Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur NURSING PLANING NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI 1. Potensial terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak INDENPENDEN: a) Observasi tanda-tanda vital. b) Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan c) Memberikan posisi supinasi d) Memberikan banyak cairan (minum) KOLABORASI: a) Pemberian cairan per infus b) Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dgn fiksasi. c) Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht) a) Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini mungkin b) Untuk menentukan tindak an c) Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah kekurangan darah ke otak. d) Untuk mencegah ke- kurangan cairan (mengganti cairan yang hilang) e) Pemberian cairan per-infus. f) Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk menghentikan perda-rahan. g) Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak. 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress,

dan cemas INDEPENDEN: a) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10) b) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab) c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka. d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas KOLABORASI: e) Pemberian obat-obatan analgesik a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya. b) Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka. c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri. d) Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan. e) Mengurangi rasa nyeri 3. Potensial infeksi se- hubungan dengan luka terbuka. INDEPENDEN: a) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa. b) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka. c) Merawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik d) Mewaspadai adanya keluhan nyeri men- dadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka. KOLABORASI: a) Pemeriksaan darah : leokosit b) Pemberian obat-obatan : antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus) c) Persiapan untuk operasi sesuai indikasi a) Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi. b) Meminimalkan terjadinya kontaminasi. c) Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an infeksi silang. d) Merupakan indikasi adanya osteomilitis.

a) Lekosit yang me- ningkat artinya sudah terjadi proses infeksi b) Untuk mencegah ke- lanjutan terjadinya infeksi. dan pencegah an tetanus. c) Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi. 4. Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi. INDEPENDEN: a) Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter- sebut. b) Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ). c) Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak. d) Membantu pasien dalam perawatan diri e) Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur. f) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mi- neral. KOLABORASI : a) Konsul dengan bagi- an fisioterapi a) Pasien akan mem- batasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak pro- posional) b) Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial. c) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, men- cegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan. d) Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam me- ngontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh. e) Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus dan konstipasi. f) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb). Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi. a) Untuk menentukan program latihan. 5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi. INDEPENDEN: a) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul prognosa, dan harap- an yang akan datang. b) Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagian fisioterapi. c) Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.

d) Mengidentifikasi pe- layanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care) e) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan. a) Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan. b) Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat. c) Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke- luarga). d) Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan mandiri memberi support untuk man- diri. e) Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif. DAFTAR KEPUSTAKAAN Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company. Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company. http://denfirman.blogspot.com/2009/12/asuhan-keperawatan-fraktur-femur.html PENDAHULUAN Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal me-merlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama; oleh karena itu, penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang dewasa.
Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainnya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti bentuk semula

(remodelling/swapugar). Cara osteosintesis yang lazim digunakan adalah cara menurut Arbeisgemeinschaft fr Osteosynthesefrage/AO yang mulai dikenal sekitar tahun 60an di Swiss, yang membuat luka patah tulang dapat sembuh tanpa pembentukan jaringan ikat dengan menggunakan fiksasi kuat bertekanan tinggi. Keuntungan dengan metode ini adalah gerakan dapat dimulai segera walaupun setelah setengah sampai dua tahun alat osteosintesis ini harus dikeluarkan yang membuat tempat fraktur tidak sekuat bila dibandingkan penyembuhan natural oleh tubuh sendiri (yaitu dengan pembentukan kalus). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian dengan prostesis dan lain-lain. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit. Sedangkan fiksasi interna yang biasa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini adalah terjadi reposisi sempurna, tidak perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai risiko infeksi tulang. Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung kembali. Beberapa metode terbaru adalah dengan cangkok tulang (INFUSE Bone Graft) yang penggunaannya telah disetujui Food and Drug Administration (semacam Badan POM milik Amerika Serikat) untuk penangangan patah tulang kering (Tibia) yang terbuka. Sebelumnya INFUSE Bone Graft hanya digunakan dalam operasi tulang belakang. Patah tulang kering yang terbuka cukup susah sembuh karena risiko infeksi dan kerusakan otot sekitar yang cukup tinggi. Namun dengan cangkok tulang ini, peluang pulih pun meningkat. Bahkan tidak perlu operasi kedua untuk memperbaiki patah tulang, yang biasa dilakukan berkali-kali pada metode lama. INFUSE Bone Graft menggunakan protein rhBMP-2 yang merupakan hasil rekayasa genetika dari protein manusia yang memacu pertumbuhan tulang. Untuk penanganan patah tulang paha (femur) yang sering terjadi pada anak-anak umur 6-14 tahun, kini digunakan paku elastis dari titanium. Rumah sakit khusus anak di AS rata-rata menerima 40-50 kasus ini tiap tahunnya. Dimulai dari tahun 1996 untuk kemudian menjadi ramai digunakan tahun 2000, paku elastis dari titanium ini menggantikan metode lama dengan traksi, dengan biaya yang relatif sama namun anak dapat bergerak lebih cepat. Metode baru ini membuat anak bisa bangun dari tempat tidur 2 hari setelah operasi, keluar dari RS setelah 4 hari dan berjalan dengan tongkat penyangga dalam bebrapa minggu setelahnya. Hal ini membuat anak bisa kembali

bersekolah setengah kali lebih cepat dibanding anak dengan metode lama yang butuh 3 minggu traksi dan 3-5 minggu tambahan dengan pembalut tubuh (body cast). Paku elastis ini fleksibel sehingga bisa ditempatkan di antara tulang yang patah untuk menyangga selama masa penyembuhan. Paku ini mempunyai panjang 15-20 inchi dengan lebar hanya seukuran antena radio. Kadang diperlukan dua paku untuk kemudian diambil 6-9 bulan setelah operasi pertama.

DEFINISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur) Hanya di bawah kepala femur Melalui leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

PATOFISIOLOGI
A. Penyebab fraktur adalah trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis Penyakit metabolik

TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma

langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring

dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
Trauma

tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh

terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

GAMBARAN KLINIS
Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab: 1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah membengkak. 2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi antagonis. 3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna. 4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan (1,2,3). Selain itu, adapun tanda dan gejalanya adalah : Nyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah Rotasi luar dari kaki lebih pendek Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

KOMPLIKASI
a) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai. b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai. c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna. d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini. e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi (2)

TATALAKSANA
X.Ray Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. CCT kalau banyak kerusakan otot. Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu, tindakan ini tidak banyak dilakukan pada orang dewasa (4). Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan empat cara berikut ini: 1) Traksi.

2) Fiksasi interna. 3) Fiksasi eksterna. 4) Cast bracing

Traksi
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI


Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki dan mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). Mengencangkan pada perlekatannya.

Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah peleng-kungan. Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila terdapat overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah. Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan-lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk.

MACAM MACAM TRAKSI


Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih,

sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dpat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.

Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini (2). KEPUSTAKAAN 1) Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2005 2) Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI. 3) Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone, 1989. 4) Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983. 5) Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990

Struktur Dan Fungsi Of The otot Dari Manusia

Mencakup struktur kerangka tulang-tulang kerangka, tulang rawan, ligamen, dan jaringan ikat lain yang bergabung atau melekat pada tulang. Selain mendukung berat tubuh, tulang bekerja bersama-sama dengan otot tubuh untuk menjaga situasi dan untuk membawa tentang dikontrol, gerakan akurat. Situasi ini apa yang memunculkan muskuloskeletal. Pusat pemikiran di balik sistem muskuloskeletal adalah untuk mempertahankan organ-organ penting seperti otak, jantung dan paru-paru. Selain itu, juga bekerja terhadap struktur dan menjaga stabilitas tubuh manusia. Selain itu, memungkinkan tubuh untuk bergerak. Sebagai contoh, membungkuk, berjalan, dan berdiri. Dalam ketiadaan kerangka untuk menarik melawan, filamen otot yang ketat tidak akan dapat bekerja ketika kita perlu duduk, berdiri, berjalan, atau lari. Termasuk dalam struktur dan fungsi muskuloskeletal manusia adalah: Sendi: Ini adalah di mana dua tulang berpaut. Tendon: ini bersatu otot fillet. Ligamen: Ini kencangkan satu tulang tulang lain. Otot rangka: otot-otot ini ikatan untuk menarik tendon, dan memindahkan tulang dari kerangka. Selain itu untuk memproduksi gerakan rangka, otot juga menegakkan postur dan posisi tubuh, dukungan jaringan lunak, melindungi pintu masuk dan keluar ke pencernaan dan saluran urine, dan mempertahankan suhu tubuh. Saraf: Saraf mengelola kontraksi otot rangka, menafsirkan informasi sensorik, dan menyelaraskan kegiatan sistem organ tubuh. Tulang rawan: Ini adalah semacam jaringan yang menghubungkan. Ini adalah seperti gel padat materi. Tubuh berisi tiga jenis utama tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, kartilago elastis, dan fibro kartilago.

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/anatomy/musculoskeletal-system/Structure-And-Function-OfThe-Musculoskeletal-Of-Humans.html

Pendahuluan
Struktur Tulang Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan syaraf yang melindungi jaringan lunak, juga tulang merupakan organ yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat. Intinya tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk melakukan aktifits seharihari. Sehingga kita tidak dapat membayangkan bagaimana terganggunya kita bila ada kerusakan yang terjadi pada tulang kita. Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang : 1. Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif. 2. Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang. 3. Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan phospat. 4. Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah. Betapa pentingnya tulang.. sehingga harus kita jaga!! Secara anatomi ( dilihat dari bentuknya ), tulang terbagi dua : 1. Tulang Pipih ( Tulang-tulang kepala, tulang rahang, dll ) 2. Tulang panjang ( Tulang-tulang lengan, paha, punggung, dll ) Bagian luar tulang ( bagian yang keras ) disebut tulang kortikal, dimana bagian ini sudah mengalami KALSIFIKASI sehingga terlihat sangat kokoh, kompak dan kuat. Sedangkan bagian dalam yang berpori dan berongga disebut tulang trabekular, bagian ini belum terKALSIFIKASI sempurna, sehingga bersifat POROUS atau berpori. Komposisi Tulang Tulang terdiri dari 2 bahan: 1. Matrik yang kaya mineral (70%) = Bone (Tulang yang sudah matang) 2. Bahan-bahan organik (30%) yang terdiri dari: 1. Sel (2%) : 1. Sel Osteoblast : yang membuat matrik (bahan) tulang / sel pembentuk tulang 2. Sel Osteocyte : mempertahankan matrik tulang 3. Sel Osteoclast : yang menyerap osteoid (95%) (resorbsi) bahan tulang (matrik) / sel yang menyerap tulang. 2. Osteoid (98%) : Matrik (bahan) tulang yang mengandung sedikit mineral (osteoid=tulang muda) Pembentukan Tulang Pembentukan tulang manusia dimulai pada saat masih janin dan umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai umur 30 sampai 35 tahun. Berikut adalah gambaran pembentukan tulang Dari grafik massa tulang mulai bertumbuh sejak usia nol. Sampai usia 30 atau 35 tahun ( tergantung individual ) pertumbuhan tulang berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Puncak massa tulang belum tentu bagus, tapi diumur itulah tercapai puncak massa tulang manusia. Bila dari awal proses

pertumbuhan, asupan kalsium selalu terjaga, maka tercapailah puncak massa tulang yang maksimal, tapi bila dari awal pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta giji yang seimbang, maka puncak massa tulang tidak maksimal.

Pada usia 0 30/35 tahun, disebut modeling tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk MODEL tulang seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30 35 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling dimana modeling sudah selesai tinggal proses pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda. Secara alami setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga assupan kalsium setelah tercapainya puncak massa tulang. Dengan assupan kalsium 800 1200 mg perhari, puncak massa tulang ini bisa dipertahankan. Di pasaran sudah beredar asupan kalsium dan vit.D3 yang dilengkapi EPO dengan nama dagang EPOCALDI mengandung kalsium 400 mg, Vit D3 50 iu dan EPO 400 mg, dengan mengkonsumsi EPOCALDI 2 x sehari, bisa mempertahankan puncak massa tulang. Untuk apa Puncak massa tulang dipertahankan? Massa tulang dipertahankan untuk mencegah penurunan massa tulang, dimana penurunan massa tulang ini akan mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang, dan tulang akan mengalami OSTEOPOROSIS. Jadi Selagi masih bisa, Jagalah massa tulang dari sekarang jangan biarkan menurun massanya pertahankan puncak massanya agar jangan terjadi OSTEOPOROSIS. Karena OSTEOPOROSIS lebih baik dicegah dengan cara asupan kalsium yang cukup setelah usia 30 atau 35 tahun. Kesimpulan : Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu pergantian tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak massa tulang. Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yamg masih muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang diserap untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan, maka terjadi penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus menerus, akan terjadi osteoporosis

JenisJenis Penyakit Tulang


Ada beberapa macam gangguan atau kerusakan yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tulang, seperti : 1. Osteolisis Hancurnya tulang yang mungkin disebabkan oleh trauma atau kecelakaan berat dan juga mungkin disebabkan adanya kanker yang mengenai tulang. 2. Osteomalacia Gangguan pembentukan tulang sehingga tulang lembek dan melunak. Orang yang terkena biasanya mempunyai cirri-ciri kaki bengkok, tulang punggung memendek dan tulang pinggul pipih. Gangguan ini disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium dan vit.D3 serta kurangnya berjemur di sinar matahari 3. Osteoarthritis Gangguan yang ditandai dengan menipisnya tulang rawan yang ada di persendian, sehingga menggangu gerak persendian 4. Rhematoid Arthritis Penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan persendian 5. Osteopenia Suatu keadaan dimana terjadi penurunan massa tulang, suatu keadaan atau gezala awal terjadinya osteoporosis 6. Osteoporosis Suatu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang, kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah. Diantara penyakit-penyakit di atas, yang menjadi pusat perhatian adalah osteoporosis, karena gezalagezalanya yang menyiksa dan akibat yang ditimbulkannya yaitu patah tulang. http://medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang

STRUKTUR OTOT

gambar tatoo otot hehehe Arti definisi / pengertian Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur dan fungsi yang sama. Jadi jaringan otot adalah sekumpulan sel-sel otot. A. Bagian-bagian otot: 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot 2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada 3. Miofibril Miofibril merupakan serat-serat pada otot. 4. Miofilamen Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni : a. miofilamen homogen (terdapat pada otot polos) b. miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik). Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek)maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja. B. Jaringan otot terdiri dari: 1. Otot Polos (otot volunter) Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti:lambung dan usus. 2. Otot Lurik (otot rangka) Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan 3. Otot Jantung (otot cardiak) Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa karena memiliki

bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari) http://2.bp.blogspot.com/_hV0RdPETxDI/SyTRdbj6MII/AAAAAAAAAME/Z5ik8wyblNE/s1600h/Muscle+tattoo+4.jpg http://isharmanto.blogspot.com/2009/12/otot-1.html a.Periosteum Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otototot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak. b.Tulang Kompak (Compact Bone) Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

Gambar lapisan kedua tulang kompak c.Tulang Spongiosa (Spongy Bone) Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

Gambar struktur tulang spongiosa dan trabekula. d.Sumsum Tulang (Bone Marrow) Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang

wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

1. Jenis jenis tulang


a. Tulang rawan (kartilago)
gambar:penampang melintang tulang rawan.jpg Bersifat bingkas dan lentur serta terdiri atas sel- sel rawan yang dapat menghasilkan matriks berupa kondrin. Pada anak anak jaringan tulang rawan banyak mengandung matriks. Pada orang dewasa tulang rawan hanya terdapat pada beberapa tempat , misalnya cuping hidung, cuping telinga, antara tulang rusuk dan tulang dada, sendi- sendi tulang, antar ruas tulang belakang, pada cakra epifis. Matriks tulang rawan merupakan campuran protein dengan polisakarida yang disebut kondrin. Tulang rawan ada tiga tipe yaitu: hialin, elastik dan serat. 1) Tulang Rawan Hialin Matriksnya memiiki serat kolagen yang tersebar dalam bentuk anyaman halus dan rapat. Terdapat pada saluran pernapasan dan ujung tulang rusuk. Tulang rawan hialin bening seperti kaca.

2) Tulang Rawan Elastik Susunan polikandrium, matriks , sel dan lacuna tulang rawan elastic sama dengan tulang rawan hialin. Akan tetapi serat kolagen tulang rawan elastic tidak tersebar dan nyata seperti pada tulang rawan hialin. Bentuk serat serat elastic bergelombang . tulang rawan elastic terdapat pada epiglottis dan bagian luar telinga.

3) Tulang Rawan Fibrosa (Fibrokartilago) / Serat Matriksnya mengandung serabut kolagen kasar dan tidak teratur; terletak di perlekatan ligamen, sambungan tulang belakang, dan simfisis pubis. Sifat khas dari tulang rawan ini adalah lakuna lakunanya bulat atau bulat telur dan berisi sel sel (kondrosit).

b. Tulang (osteon)
gambar:Perkembangan sel - sel tulang.jpg

Bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka.tersusun dari bagian bagian sebagai berikut: a. Ostreoprogenator, merupakan sel khusus yaitu derivate mesenkima yang memiliki potensi mitosis yang mampu berdiferensiasi menjadi osteoblas terdapat dibagian luar membrane ( periosteum) b. Osteoblas merupakan sel tulang muda yang akan membentuk osteosit. c. Osteosit merupakan sel sel tulang dewasa. d. Osteoklas merupakan sel yang berkembang dari monosit dan terdapat disekitar permukaan tulang . fungsi osteoklas untuk perkembangan, pemeliharaan , perawatan dan perbaikan tulang.

2. Pembentukan Tulang
gambar:proses osifikasi.jpg

Pembentukan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Kartilago dihasilkan dari sel-sel mensenkima. Setelah kartilago terbentuk, bagian dalamnya akan berongga dan terisi osteoblas. Osteoblas juga menempati jaringan seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang. Sel-sel tulang dibentuk dari arah dalam ke luar atau proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan sel tulang mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut Sistem Havers. Berdasarkan matriksnya , jaringan tulang dibedakan sebagai berikut: 1. Tulang Kompak, merupakan tulang dengan matrik yang padat dan rapat, misalnya tulang pipa. 2. Tulang Spons merupakan tulang yang matriksnya berongga misalnya tulang tulang pipih dan tulang tulang pendek. Berdasarkan bentuknya terdapat tiga macam bentuk tulang yang menyusun rangka tubuh, yaitu tulang pipa , tulang pipih, dan tulang pendek, selain itu ada pula tulang tak terbentuk.

a) Tulang pipa (tulang panjang) Berbentuk tabung dan biasanya berongga. Diujung tulang terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain, contohnya adalah tulang betis, tulang kering, tulang hasta, dan tulang pengupil. Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian , yaitu bagian tengah disebut diafisis , kedua ujung disebut epifisis, dan antara epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Pada anak anak cakra epifisis berupa karti;ago yang mengandung osteoblas, sedangkan pada orang dewasa yang sudah tidak bertambah lagi tingginya cakra epifisis sudah sudah menulang. Osteoblas menempati rongga yang disebut rongga sumsum tulang.

b) Tulang pipih Tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons, didalamnya terdapat sumsum. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding rongga sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindung atau untuk memperkuat , contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak.

c) Tulang pendek Tulang pendek berbentuk kubus dan hanya ditemukan pada pangkal kaki, pangkal lengan dan ruas ruas tulang belakang.

d) Tulang tak berbentuk Memiliki bentuk yang tertentu . tulang ini terdapat diwajah dan tulang belakang.

3. Fungsi Tulang
Tulang tulang pada manusia selain menyusun rangka, juga mempunyai fungsi lain, yaitu: a. Memberi bentuk tubuh b. Melindungi alat tubuh yang vital, c. Menahan dan menegakkan tubuh d. Tempat perlekatan otot e. Tempat menyimpan mineral terutama kalsium dan posfor f. Tempat pembentukan sel darah g. Tempat penyimpan energy, yaitu berupa lemak yang ada di sumsum kuning '

4. Hubungan Antar Tulang


Hubungan antar tulang disebut artikulasi. Untuk dapat bergerak dibutuhkan struktur khusus yang terdapat pada artikulasi, Struktur khusus tersebut dinamakan sendi.terbentuknya sendi dimulai dari kartilago didaerah sendi. Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago didaerah sendi. Mula mula kartilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi jaringan ikat. Kemudian kedua ujung kartilago akan membentuk sel sel tulang , keduanya diselaputi oleh selaput sendi (membrane sinoval) yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut sinoval.

a. Sinartrosis
Adalah hubungan antar tulang yang tidak memiliki celah sendi, hubungan antar tukang ini dihubungkan dengan erat oleh jaringan serabut sehingga sam sekali tidak bisa digerakkan. Ada dua tipe utama sinartrosis , yaitu suture dan sinkrondosis. Suture adalah hubungan antar tulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat, contohnya pada tengkorak. Sikondrosis adalah hubungan antar tulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin, contohnya

hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa ; hubungan antar tulang ini tidak dapat digerakkan.

b. Amfiartrosis
Adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk sedikit gerakan. Dibagi menjadi dua, yaitu simfisis dan sindesmosis. Pada simfisis sendi dihubungkanoleh kartilago serabut yang pipih, contohnya pada sendi antar tulang belakang , dan pada tulang kemaluan. Pada sindesmosis , sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligament . contohnya sendi anatar tulang betis dan tulang kering.

c. Diartosis
Adalah hubungan antar tulang yang kedua ujungnya tidak dihubungka oleh jaringan sehingga tulang dapat digerakkan , disebut juga sendi. Diartosis disebut juga hubungan synovial yang dicirikan dengan keleluasaan bergerak dan fleksibel. Diatrosis dicirikan sebagai berikut: 1. Permukaan sendi dibalut oleh selaput atau kapsul jaringan ikat fibrous, 2. Bagian dalam kapsul dibatasi oleh membrane jaringan ikat yang disebut membrane synovial yang menghasilkan cairan pelumas untuk mengurangi gesekan, 3. Kapsul fibrousnya ada yang diperkuat oleh ligament dan ada yang tidak, 4. Di dalam kapsul biasanya terdapat bantalan kartilago serabut. Hubungan tulang yang bersifat diartrosis contohnya adalah sebagai berikut:

1) Sendi Peluru
Pada sendi ini kedua ujung berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan yang bebas dan dapat berporos tiga. Misalnya sendi pada gelang bahu dan gelang panggul.

2) Sendi Engsel
Pada sendi engsel kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu , misalnya pada siku, lutut, nata kaki, dan ruas antar jari.

3) Sendi Putar
Pada sendi ini ujung yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini memungkinkan untuk gerakan rotasi untuk satu poros , misalnya antar tulang hasta dan pengumpil, dan antar tulang atlas dengan tulang tengkorak.

4) Sendi Ovoid
Sendi ini memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerakan kekiri dan kekanan , maju mundur

dan muka belakang. Misalnya antar tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.

5) Sendi Pelana atau Sela


Pada sendi ini kedua ujung tulang membentuk sendi berbentuk pelana dan berporos dua, tetapi dapat bergerak lebih bebas, seperti gerakan orang naik kuda. Misalnya sendi antar tulang telapak tangan dan tulang pergelangan tangan dan ibu jari.

6) Sendi luncur
Kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos, contohnya sendi antar tulang pergelangan tangan, antar tulang pergelangan kaki, antar tulang selangka dan tulang belikat.

5. Sistem Rangka
gambar:rangka manusia.png

Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Kemudian sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh. Secara garis besar, rangka (skeleton) manusia dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (tumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh).

a. Rangka Aksial
Rangka aksral terdiri dari tulang belakang (vertebra), tulang tengkorak, dan tulang rusuk. 1,) Tengkorak gambar:struktur tengkorak manusia.jpg

Tengkorak berfungsi melindungi otak. Hubungan tulang yang terdapat pada tempurung kepala bersifat suture, yaitu tidak dapat digerakkan.

2) Tulang Belakang Pada tulang belakang terjadi pelengkungan - pelengkungan yang berfungsi untuk menyangga berat dan memungkinkan manusia melakukan berbagai jenis posisi dan gerakar misalnya berdiri, duduk, atau berlari.

3) Hioid Hioid merupakan tulang yang berbentuk huruf U, terdapat di antara laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat pelekatan beberapa otot mulut dan lidah.

4) Tulang dada dan tulang rusuk gambar:struktur tulang belakang manusia.jpg

Berkas:Struktur tulang rusuk dan dada manusia.jpg Tulang dada dan tulang rusuk bersamaan membentuk perisai pelindung bagi organ organ penting yang terdapat di dada, yaitu paru paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang.

b. Rangka Apendikuler
Rangka apendikuler terdiri atas pinggul, bahu, telapak tangan, tulang-tulang lengan, tungkai, dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak, yaitu tangan dan kaki yang dibedakan atas rangka bagian atas dan rangka bagian bawah. Tulang rangka apendikuler bagian atas terdiri atas beberapa tulang sebagai berikut:

1) Tulang Selangka Tulang selangka atau tulang leher membentuk bagian depan bahu.

2) Tulang Belikat Tulang belikat terdapat di atas sendi bahu dan merupakan bagian pembentuk bahu.

3) Tulang Pangkal Lengan, Pengumpil, Hasta Tulang pangkal lengan bersama dengan tulang pengumpil dan tulang hasta menyusun alat gerak, yaitu tangan.

4) Tangan Tulang tangan tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari tangan. Tangan disusun oleh karpal skafoid, lunate, triquetrum, pisiform, trapesium, trapesoid, kapitatum, hamate. Telapak tangan (metakarpal) terdiri dari bagian dasar, batang, dan kepala. Jari tangan terdiri dari tiga ruas, kecuali ibu jari yang mempunyai dua ruas.

5) Kaki Tulang apendikuler bagian bawah terdiri atas beberapa tulang yang menyusun kaki (alat gerak bagian bawah). Kaki terdiri atas tulang kaki dan telapak kaki. Tulang kaki disusun oleh tulang paha , tempurung lutut, tulang kering dan tulang betis. Pergelangan kaki disusun oleh tulang tumit, kalkaneus, talus, kuboid, navikular, kuneiformis, dan jari jari. http://www.hughston.com/hha/b.pfjoint.jpg

6. Kelainan dan Gangguan pada Tulang


Kelainan dan ganguan pada tulang dapat mengganggu proses gerakan yang normal. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat terjadi karena kekurangan vitamin D, penyakit, kecelakaan atau karena kebiasaan yang salah dalam waktu lama.

a) Kekurangan Vitamin D
Vitamin D (kalsiferol) adalah vitamin yang diperlukan untuk kalsif ikasi (penulangan) pada tulang. Pada mamalia, vitamin D dapat disintesis oleh tubuh dari pro vitamin D dengan bantuan ultraviolet. Kekurangan vitamin D dapat terjadi jika tubuh tidak menerima sinar matahari yang cukup. Kekurangan vitamin D pada anak-anak menyebabkan rakitis, biasanva terlihat pada pertumbuhannya yang terganggu dan kaki berbentuk O atau X. pada orang dewasa kekurangan viramin D dan zat kapur menyebabkan penyakit yang disebut osteomalasi.

b) Kecelakaan
Gangguan pada tulang dapat berupa memar dan fraktura seperti berikut ini: 1. Memar Gangguan ini merupakan robeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi diikuti lepasnya ujung tulang dari sendi disebut urai sendi. 2. Fraktura atau patah tulang dibedakan sebagai berikut: a. Patah tulang tertutup bila tulang yang patah tidak merobek kulit. b. Patah tulang terbuka , bila tulang yang patah merobek kulit dan mencuat keluar.

c. Fisura , bila tulang hanya retak.

c) kebiasaan yang salah


Kebiasaan duduk yang salah atau kebiasaan membawa beban disatu sisi tubuh saja dapat menyebabkan kelainan pada tulang seperti berikut ini: 1) Lordosis Adalah jika tulang leher dan panggul terlalu bengkok kedepan. 2) Kifosis Adalah jika tulang punggung dan tungging terlalu bengkok kebelakang. Kelainan ini dapat terjadi karena kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk yang dilakukan selama bertahun tahun. 3) Skoliosis Skoliosis adalah jika ruas-ruas tulang belakang bengkok ke samping. Kelainan ini dapat terjadi jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang belakang, dan kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/spanish/ency/images/ency/fullsize/9583.jpg http://nld.by/498/stat7_1.jpg

d) Nekrosa
Nekrosa terjadi bila selaput tulang (periosteum) rusak sehingga bagian tulang tidak memperoleh makanan, lalu mati dan mengering.

e) Gangguan persendian
Macam gangguan pada persendian antara lain dislokasi, ankilosis, artritis, dan terkilir. 1) Dislokasi Dislokasi disebabkan bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan gantungnya (ligamentum) sobek. 2) Ankilosis Ankilosis adalah suatu keadaan persendian yang tidak dapat digerakkan karena seolah - olah menyatu. 3) Terkilir Terkilir adalah tertariknya ligamentum ke posisi yang tidak sesuai, tetapi sendi tidak bergeser. Terkilir dapat terjadi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang jarang dan sulit dilakukan. 4) Artritis Artrisis adalah peradangan yang_terjadi pada sendi. Artrisis dapat dibedakan menjadi empat sebagai berikut:

a. Artritis Gout Gout terjadi karena adanya timbunan asam urat pada sendi-sendi kecil terutama jari - jari tangan. Sebagai akibatnya ruas jari-jari membesar. b. Osteoartritis Osteoartritis adalah menipisnya tulang rawan sehingga mengalami degenerasi. Akibatnya, terjadi gangguan pada saat sendi digerakkan. c. Artritis eskudatif Artrisis eskudatif adalah terisinya rongga sendi oleh cairan yang disebut getah radang. Penyakit ini terjadi karena serangan kuman. d. Artritis sika Artrisis sika adalah berkurangnya minyak sendi yang menyebabkan rasa nyeri saat tulang digerakkan.

Sumber : - http://www.majalah-farmacia.com/images/articles/m/0606_60.jpg - http://www.youtube.com/watch?v=tlXUmgr-SWU

f) Serangan Kuman pada Sendi


1) Infeksi gonorhoe dan sifilis dapat menyerang persendian sehingga sendi menjadi kaku. 2) Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi yang disebabkan layuhnya tulang akibat infeksi sifilis ketika bayi dalam kandungan. FISIOLOGI TULANG Tulang terdiri atas matriks organic keras yang sangat diperkuat dengan endapan garam kalsium dan garam tulang. 1. Matriks organik ini terdiri dari serat-serat kolagen dan medium gelatin homogen yang disebut substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri atas cairan ekstraseluler ditambah proteoglikan, khususnya

kondroitin sulfat dan asam hialuronat yang membantu mengatur pengendapan kalsium. 2. Garam-garam tulang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat. Rumus garam utamanya dikenal sebagai hidroksiapatit. Tahap awal pembentukan tulang adalah sekresi kolagen (kolagen monomer) dan substansi dasar oleh osteoblas. Kolagen monomer dengan cepat membentuk serat-serat kolagen dan jaringan akhir yang terbentuk adalah osteoid, yang akan menjadi tempat di mana kalsium mengendap. Sewaktu osteoid terbentuk, beberapa osteoblas terperangkap dalam osteoid dan selanjutnya disebut osteosit. Osteoblas dapat dijumpai di permukaan luar tulang dan dalam rongga tulang. Lawan dari osteoblas yang membentuk tulang adalah osteoklas yang menyerap tulang dan mengikisnya. Pada pertumbuhan tulang normal, kecepatan pengendapan dan absorpsi tulang sama satu dengan lainnya, sehingga massa total dari tulang tetap konstan. Biasanya, osteoklas terdapat dalam massa yang sedikit tetapi pekat, dan sekali massa osteoklas mulai terbentuk, maka osteoklas akan memakan tulang dalam waktu 3 minggu dan membentuk terowongan. Pada akhir waktu ini, osteoklas akan menghilang dan terowongan itu akan ditempati osteoblas. Selanjutnya, mulai dibentuk tulang baru. Pengendapan tulang ini kemudian terus berlangsung selama beberapa bulan, dan tulang yang baru itu diletakkan pada lapisan berikutnya dari lingkaran konsentris (lamella) pada permukaan dalam rongga tersebut sampai pada akhirnya terowongan itu terisi semua. Pengendapan ini berhenti setelah ada pembuluh darah yang mendarahi daerah tersebut. Kanal yang dilewati pembuluh darah ini disebut kanal harvers. Setiap daerah tempat terjadinya tulang baru dengan cara seperti ini disebut osteon. Apabila mendapat beban yang berat, tulang akan menebal. Selain itu, tulang akan terus melakukan regenerasi kalau sudah mulai perlu diganti. Kemampuan tulang melakukan regenerasi akibat adanya absorpsi-pengendapan tulang. Kecepatan absorpsi-pengendapan tulang yang berlangsung cepat, misalnya pada anak-anak, cenderung membuat tulang rapuh dibandingkan dengan absorpsipengendapan tulang yang lambat. Jadi, pada anak-anak akan terjadi regenerasi yang cepat apabila ada kerusakan. KALSIUM Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100gr kalsium, dan 99%nya berada dalam kerangka tubuh. Kalsium dalam tulang terdiri Atas 2 tipe: cadangan yang dapat ditukar dengan cepat, dan cadangan kalsium yang jauh lebih besar ddengan proses penukaran yang lambat. Ada 2 sistem homeostatik yang independen: sistem yang mengatur Ca2+ plasma yang tiap harinya bergerak keluar masuk dari cadangan yang mudah ditukar; dan sistem yang berperan dalam remodelling tulang melalui resropsi dan deposisi tulang yang konstan. Ada 2 tipe kalsium: plasma dan bebas. Kalsium plasma ada yang terikat pada protein (albumin dan globulin) dan ada juga yang berdifusi (berionisasi dan berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dst). Kalsium bebas yang terionisasi dalam cairan tubuh adalah perantara kedua dan diperlukan untuk pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi saraf. Penurunan kadar Ca2+ dapat menyebabkan tetani hipokalsemik yang ditandai dengan sejumlah besar spasme otot rangka, seperti yang terjadi pada laringospasme dimana jalan napas akan tersumbat dan menimbulkan asfiksia fatal. Metabolisme kalsium pada manusia dewasa yang mengonsumsi 1000mg (25mmol) kalsium per hari adalah sebagai berikut: Makanan (25mmol) Tulang Pertukaran cepat 500 mmol Dapat dipertukarkan 100mmol Stabil 27200 mmol

Penyerapan 15 mmol Saluran Reabsorbsi 7,5 mmol Penambahan 7,5 mmol cerna Sekresi 12,5 mmol feses 22,5 mmol Reabsorbsi 7,5 mmol Filtrate golemulus 250 mmol Urine 2,5 mmol Terdapat 3 hormon yang mengatur metabolisme kalsium, yaitu: 1. 1,25-dihidroksikolikalsiferol yang merupakan hormon steroid yang dibentuk dari vitamin D. Reseptor 1,25-dihidrokolekalsiferol ditemukan di banyak jaringan selain usus, ginjal, dan tulang. Jaringan tersebut di antaranya adalah kulit, limfosit, monosit, otot rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar hipofisis anterior. Zat ini dapat mempermudah penyerapan Ca2+ dari usus, mempermudah reasorbsi Ca2+ di ginjal, meningkatkan aktivitas sintetik osteoblas, dan diperlukan untuk klasifikasi normal matriks. 2. hormon paratiroid (PTH) yang memobilisasi kalsium dari usus. PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan resorpsi tulang, ekskresi fosfat dalam urine dan memobilisasi Ca2+. 3. kalsitonin yang menurunkan kadar kalsium dengan cara menghambat resorpsi tulang, dan menghambat aktivitas osteoklas secara in vitro. Ketiga hormon ini bekerja secara terpadu untuk mempetahankan kadar Ca2+ yang konstan dalam cairan tubuh. MINERALISASI DAN DEMINERALISASI Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke dalam jaringan tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan proses yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang. Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresobsi dan dibentuk tulang baru. Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan kecepatan 100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling tulang ini, sebagian bessar adalah proses local yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh populasi sel yang disebut unit remodeling tulang. Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa pertumbuhan akibat proses remodeling konstan, disertai proses pengerasan tulang oleh osteoblas (mineralisasi) dan pada proses resoprsi oleh osteoklas (demineralisasi) yang terjadi pada permukaan dan di dalam tulang. Osteoklas membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular.

KELAINAN PADA TULANG Terdapat beberapa kelainan yang dapat terjadi pada tulang, antara lain: 1. Osteopetrosis, merupakan penyakit tulang yang jarang sekali dijumpai dan sering kali parah. Hal ini dimana osteoklas mengalami gangguan dan tidak mampu menyerap tulang secara wajar sehingga osteoblas bekerja tanpa ada yang menyeimbagi. Akibatnya adalah pemadatan tulang, gangguan neurologik akibat penyempitan dan distorsi forame tempat lewatnya berbagai saraf, dan kelainan hematologik akibat dipenuhinya rongga sumsum. 2. Osteoporosis, merupakan kelainan pada tulang ayng disebabkan oleh kelebihan relatif fungsi osteoklas. Matriks tulang pada penyakit ini berkurang dan insidens fraktura meningkat. Artinya, keadaan tulang osteoporosis ini sangat rapuh karena osteoklas tidak diimbangi oleh osteoblas. Osteoporosis ini sering terjadi pada wanita dewasa terutama yang telah mnegalami menopaose karena tingkat estrogen sangat berpengaruh dalam pembetukan tulang atau osteoblas. 3. Osteomalasia, merupakan kelainan pada tulang yang terjadi karena gagalnya osteoid pada tulang untuk mengeras karena kekurangan vitamin D dan Estrogen, selain itu juga penurunannya tingkat kalsium dan fosfat serta demineralisasi seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini juga terjadi karena meningkatnya hormon paratiroid dalam tubuh. Osteomalasia ini sering disebut softbone atau tulang lunak. http://adul2008.wordpress.com/2009/04/30/fisiologi-tulang/ PENDAHULUAN Diantara karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah kemampuan mempertahankan postur tubuhnya yang bisa tegak dan bergerak yang diatur oleh sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal tersebut bekerja membuat gerakan dan tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari tulang/kerangka, otot, tulang rawan (cartilago), ligamen, tendon, fascia, bursae dan persendian. 1. TULANG Sistem skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan bahan tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan tulang bagian luar yang keras disebut Periosteum, terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa. Kualitas kerasnya tulang merupakan hasil deposit kalsium. Periosteum mengandung pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke sel tulang. Rongga tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan sumsum merah. Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs; WBCs) serta platelet. Fungsi tulang adalah sebagai berikut, yaitu : 1. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh 2. Melindungi organ organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak) 3. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak) 4. Merupakan gudang untuk menyimpan mineral (contoh kalsium) 5. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang) Menurut bentuknya tulang dibagi 4 (empat), yaitu : 1. Tulang panjang (tulang paha ,tulang lengan atas ) terdiri dari bagian tengah dan bagian tepi (epifise). Bagian tengah terdiri dari tulang padat; bagian epifise dari tulang karang (cancellous atau

trabecular),trabecular memberi tenaga kepada tulang ketika menurun bobotnya 2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang karang ,bagian luar terdiri dari tulang padat. 3. Tulang ceper (adalah tulang tengkorak) terdiri dari dua tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat di sebelah luar. 4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebrae) sama seperti tulang pendek 2. OTOT Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut : Otot rangka (striated/otot lurik ) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran Otot cardiac hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar pengendalian Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain : 1. Untuk menggerakkan skelet 2. Untuk menghasilkan panas 3. Untuk mempertahankan sikap badan Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas, dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan namun memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi (penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik tulang yang berfungsi sebagai tangkai dan persendian bekerja sebagai engsel. Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan metabolik otot. Kontraksi otot yang tidak normal dapat terjadi dalam bentuk : Spasmus, suatu kontraksi yang tidak sengaja, dalam waktu yang singkat dan tiba-tiba. Kejang/kram, spasme yang menimbulkan rasa nyeri kram, merupakan reaksi tetanus yang sempurna. Kontraksi tetanus,keseluruhan serabut berkontraksi Konktraktur, otot berkontraksi tetapi tidak bisa kembali ke bentuk semula. 3. CARTILAGO (TULANG RAWAN) Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang di letakkan pada suatu gelatin yang kuat , tetapi fleksibel tidak memiliki vaskuler. Nutrisi mencapai kartilago melalui proses disfusi gel / perekat dari kapiler yang berada pada perichondrium (serabut yang membentuk kartilago) melalui cairan sinovial. Jumlah serabut collagen yang terdapat pada kartilago menentukan bentuk fibrous, hyalin atau elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memiliki paling banyak serabut dan karena itu memiliki kekuatan meregang. Fibro kartilago menyusun diskus intervertebralis artikular (hyaline) kartilago halus, putih, mengkilap dan kenyal membungkus permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Kartilago yang elastis memiliki sedikit serat dan dapat di temukan pada daerah telinga luar .

4. LIGAMEN (SIMPAY) Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadannya kenyal dan fleksibel. Ligamen mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial,

lateral colateral dari lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta ligamen cruciate anterior dan posterior didalam kapsul lutut yang mempertahankan posisi anterior posterior yang stabil. Ligamen pada daerah tertentu melengket kepada jaringan untuk mempertahankan struktur, contoh ligamen ovarium yang melalui ujung tuba ke pritoneum. 5. TENDON Tendon adalah ikatan jaringan fibrosa yang padat yang merupakan ujung dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari selaput fibrosa yang membungkus otot dan bersambung dengan periosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu, terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambung dengan membran synovia yang menjamin pelumasan sehingga mudah bergerak. 6. FASCIA Fascia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di bawah kulit sebagai fascia superficial, atau sebagai pembungkus tebal jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah yang demikian disebut fascia dalam 7. BURSAE Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat yang berisi cairan yang memudahkan gerakan pada suatu sendi. Misalnya terdapat diantara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon atau diantara otot-otot. Bursae dibatasi oleh membran sinovial dan mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae, terletak antara prosesus olekranon dan kulit Bursa dapat terganggu oleh radang yang disebut bursitis. 8. PERSENDIAN Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Klasifikasi Persendian : 1. Berdasarkan Fungsinya dibagi menjadi : a. Sendi Fibrus atau Sinartrosis (sendi yang tidak bergerak). Tulang yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa atau tulang rawan (cartilago), seperti pada tulang tengkorak yang tidak dapat melakukan pergerakan. b. Sendi Sinovial atau Diartrosis (sendi yang bergerak) adalah persendian yang dapat bergerak lebih leluasa, seperti sendi panggul, lutut, bahu, siku. Bagian akhir yang berdekatan dibungkus oleh hyalin cartilago dan dikelilingi oleh fibrous kapsula sendi yang dibatasi oleh membran synovial yang mensekresi cairan synovial untuk melumas sendi. Ligamen, tendon dan otot berperan dalam stabilitas sendi. Bentuk-bentuk pergerakan sendi antara lain, adalah : No Gerakan Definisi Contoh 1. Fleksi Gerakan menjauhi posisi nol Kebanyakan sendi 2. Ekstensi Gerakan kembali ke posisi nol Kebanyakan sendi 3. Dorsofleksi Gerakan dalam arah permukaan dorsal Pergelangan kaki, jari kaki, pergelangan tangan, jari tangan 4. Plantar (atau palmar) fleksi Gerakan dalam arah permukaan plantar (atau) palmar Pergelangan kaki, jari kaki, (pergelangan tangan, jari tangan) 5. Aduksi Gerakan ke arah gais tengah Sendi bahu, pinggul, metakarpofalangeal, metatarsofalangeal

6. Abduksi Gerakan menjauhi garis tengah Sendi bahu, pinggul, metakarpofalangeal, metatarsofalangeal 7. Inversi Memutar permukaan plantar kaki ke dalam Sendi subtalar dan midtarsal kaki 8. Eversi Memutar permukaan plantar kaki ke luar Sendi subtalar dan midtarsal kaki 9. Rotasi internal Memutar permukaan anterior ekstremitas ke dalam Bahu, pinggul 10. Rotasi eksternal Memutar permukaan anterior ekstremitas ke luar Bahu, pinggul 11. Pronasi Rotasi sehingga permukaan palmar tanan mengarah ke bawah Siku pergelangan tangan 12. Supinasi Rotasi sehingga permukaan palmar tanan mengarah ke atas Siku pergelangan tangan CATATAN : Jika gerakan melebihi posisi nol, dikatakan ada Hiperekstensi Pada tangan atau kaki, garis tengah adalah garis yang berturut-turut ditarik melalui jari tengah tangan atau kaki c. Sendi Amfiartrosis adalah persendian yang dapat bergerak sedikit, seperti persendian antar vertebra. Pada persendian ini tidak terdapat rongga sendi tetapi jaringan (fibrous, tulang rawan atau tulang) ditemukan diantara permukaan articular. 2. Berdasarkan Bentuknya sendi dibagi menjadi : a. Ada tidaknya rongga atau celah sendi b. Jenis jaringan pengikat tulang 3. Berdasarkan Pengikatnya sendi dibagi menjadi : a. Pengikat jaringan fibrosa. Sendi ini tidak mempunyai celah. Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa dan berubah sifatnya. Contoh : tulang tengkorak dari fibrosa menjadi tulang dan hubungan ini disebut sutura. b. Sindermosis. Jaringan fibrosa membentuk ligamentum. Misalnya hubungan anatara fibula dan tibia atau hubungan antara radius dan ulna. c. Glomphosis. Sendi ini ada pada gigi. Penghubungnya adalah tulang rawan/kartilago. Mungkin ada gerakan atau tidak. Hubungannya disebut sinkondrosis. Terdapat pada tulang iga dan tulang dada. Juga pada simpisis pubis dan diantara ruas-ruas ada sendi yang mempunyai celah, terdapat cairan sinovial, cairan ini berfungsi sebagai pelumas. http://puskesmas-oke.blogspot.com/2008/12/fisiologi-otot-dan-tulang.html February 26th, 2010 Related Filed Under Filed Under: Umum Tags: Ergonomi Dasar Tubuh manusia memiliki kemampuan gerak secara aktif. Hal ini karena pada manusia terdapat dua alat gerak utama, yakni tulang dan otot. Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh manusia disebut alat gerak pasif, sedangkan otot disebut sebagai alat gerak aktif. Pada tubuh manusia, tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh dikelompokkan menjadi tulang-tulang tengkorak, tulang-tulang badan, dan tulang-tulang anggota badan. Berdasarkan pada bentuknya, tulan dibedakan menjadi tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Berdasarkan pada zat penyusun strukturnya, tulang dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang keras.hubungan dua tulang atau lebih membentuk suatu susunan yang disebut sendi atau artikulasi. Fungsi kerangka:

1. Untuk menggerakan tubuh serta menentukan bentuk tubuh. 2. Melindungi alat-alat tubuh yang penting dan lemah, misalnya otak, jantung, dll. 3. Tempat melekatnya otot-otot 4. Tempat pembentukan sel darh merah dan sel darah putih Didalam perkembangannya, bentuk tulang dan rangka tubuh yang disusunnya dapat mengalami kelainan. Kelainan pada sistem rangka dapat dikarenakan gangguan yang dibawa sejak lahir, infeksi penyakit, factor makanan, dan posisi tubuh yang salah. Kelainan tulang karena kebiasaan yang salah : 1. Lordosis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke depan 2. Kiposis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke belakang 3. Skoliosis, tulang punggung yang bengkok ke kiri atau ke kanan Kelainan tulang karena kekurangan gizi, yaitu kekurangan zat gizi seperti vitamin D, zat kapur, dan fosfor, dapat menimbulkan gangguan proses pembentukan tulang. Selain alat gerak pasif, manusia juga memiliki alat gerak aktif, yaitu otot-otot. Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakan bagianbagian tubuh baik yang di sadari maupun yang tidak.Sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. Sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. Tubuh manusia memiliki lebih dari 600 otot rangka. Otot memiliki sel-sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah lemak dan glukosa menjadi gerakan dan energi panas. Pada manusia, otot dapat dibedakan atas otot polos, otot lurik dan otot jantung. Otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi dengan menggunakan tenaga mekanik yang dihasilkan melalui proses metabolisme atau respirasi didalam sel otot. Berdasarkan tujuan kerjanya, otot dibedakan menjadi otot sinergis dan otot antagonis. Sebagaimana tulang atau rangka, otot dapat mengalami gangguan atau kelainan karena faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam misalnya bawaan dan kesalahan gerak atau akibat dari otot yang tidak pernah dilatih. Sedangkan faktor dari luar meliputi kecelakaan dan serangan penyakit. Untuk mempertahankan otot yang kuat dan sehat diperlukan pola makan yang tepat. Berikut ini adalah daftar lima makanan yang bisa memperkuat otot anda: 1. Ikan, Terutama jenis-jenis ikan yang kaya akan omega-3 seperti salmon, tuna dan ikan sardin. Karena ikan-ikan tersebut mengandung semua asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan otot dan menyediakan materi-materi untuk menciptakan atau memperbaiki jaringan tubuh lainnya.Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi setidaknya 2-3 porsi ikan yang kaya akan omega-3 setiap minggunya. 2. Ubi Jalar, Ubi jalar merupakan sumber potasium dan antioksidan, yang amat berguna dalam pembentukan otot. Siapapun yang rajin berolahraga dan melatih otot mereka pasti akan menghasilkan radikal bebas. Antioksidan akan membantu pelepasan radikal bebas tersebut dan memperbaiki otot serta jaringan tubuh yang rusak., jelas Tara Gidus, ahli diet olahraga dari American Dietetic Association. Makanan kaya potassium seperti ubi jalar juga dapat menangkis efek negatif dari konsumsi makanan yang banyak menghasilkan asam dalam tubuh, seperti daging dan beberapa produk susu yang dapat mengurangi massa otot. Makanan lain yang sarat potassium diantaranya paprika, kiwi, melon dan jeruk. Idealnya, anda harus mengonsumsi 5-9 porsi sayuran dan 3 porsi makanan berpotasium setiap harinya. 3. Yoghurt rendah Lemak, Yoghurt rendah lemak sarat akan protein, potassium, kalsium dan vitamin D, yang semuanya bekerja bersamaan untuk memastikan agar otot anda bekerja dengan baik. Penelitian menunjukkan bahwa Vitamin D dalam tubuh akan terikat pada bagian otot dan akan meningkatkan pertumbuhan dan kekuatan otot. Pilihlah merek yoghurt yang disertai dengan vitamin D dengan konsumsi ideal sebanyak 6-8 ons per hari. 4. Quinoa (keen-wah), adalah biji-bijian asli Amerika Selatan yang kaya karbohidrat baik sebagai sumber energi manusia. Selain karbohidrat, Quinoa juga mengandung protein, potassium dan zat besi yang semuanya berguna untuk memperkuat dan meningkatkan massa otot. Nikmati setengah mangkuk quinoa yang dipadukan dengan buah-buahan kering dan kacang-kacangan untuk sarapan. Atau bisa

juga ditambahkan pada sup, kaserol atau salad. Quinoa dapat ditemui di deretan seral di supermarketsupermarket ternama. 5. Kuaci, cemilan yang berasal dari biji labu kuning ini memiliki banyak muatan magnesium, mangan, zat besi dan tembaga. Mineral-mineral tersebut saling bekerja sama untuk membangun jaringan tubuh, membentuk enzim-enzim penunjang sel-sel tubuh dan tentu saja memaksimalkan massa otot. Magnesium dapat membantu terciptanya protein yang dibutuhkan oleh otot. Mangan berfungsi untuk menghasilkan protein pembentuk antioksidan untuk memperbaiki jaringan otot yang rusak. Sedangan zat besi baik untuk meningkatkan daya tahan. Hubungan antara system kerangka dan otot manusia dengan ilmu ergonomi adalah seringnya terjadinya keluhan muskuloskeletal jika tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keluhan muskuloskeletal yaitu keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculoskeletal Disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries), CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion Injury). Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 Faktor Yang meningkatkan terjadinya keluhan muskuloskeletal: 1. Tekanan/gaya pada otot yang berlebihan 2. Awkward Posture (postur kerja yang tidak benar) 3. Terjadinya pengulangan-pengulangan pekerjaan pada satu otot 4. Lamanya paparan yang diterima oleh otot Level MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas. Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan dan minimalisasi timbulnya MSD di lingkungan kerja. Pencegahan terhdap MSD akan memperoleh manfaat berupa, penghematan biaya, meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dna kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007) http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/sistem-kerangka-dan-otot-manusia-14/ ANATOMI- Dr. H. M. Syamsir, MS _____________________________________________________________________________ FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL Dr. H. Sonny Pamuji Laksono. M.Kes Berdasarkan morfologi dan fungsinya jaringan otot dibagi 3 atas jenis: 1. Otot Rangka 2. Otot Jantung 3. Otot Polos: Visceral Multiunit Pada tubuh: otot rangka dimulai dan berakhir pada tendon yang melekat pada tulang Setiap serat otot merupakan 1 sel otot dilapisi oleh Sarkolema Didalam sitoplasma (Sarkolema) banyak mitokondria, granula Glikogen, dan myoglobin Didalam 1 serat otot banyak mengandung myofibril myofilamen (tebal dan tipis) Setiap filamen tebal terdiri dari: myosin

OTOT RANGKA

Setiap filament tipis terdiri dari 2 rantai globulin aktin Sel otot rangka tidak dapat berkontraksi tanpa rangsang dari luar Potensial membran istirahat: -90MV Satu sel otot rangka mengikuti Hukum Gagal atau Tuntas 1. Rangsang bawah ambang potensial aksi (-) 2. Rangsang atas / ambang potensial aksi (+) diikuti kontraksi otot yang maksimum

SIFAT LISTRIK OTOT RANGKA:

Satu berkas otot terdiri dari banyak serat otot, masing-masing serat otot memiliki ambang

MEKANISME SELULER PERISTIWA KONTRAKSI (Excitation Contraction Coupling): Otot dapat dirangsang secara langsung pada serat otot dan tidak langsung melalui syaraf motoriknya. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sel otot dirangsang Depolarisasi membrane sel Potensial Aksi Penyebaran impuls melalui system T sampai ke TRIAD Terminal Cisterna melepaskan ion Kalsium ke Sarkoplasma Kalsium berdifusi ke myofibril dan berikatan dengan Troponin C Ikatan troponin I dan molekul Aktin terlepas Tropomyosin ke lateral Binding site untuk kepala Myosin terbuka Ion kalsium diikat oleh myosin kepala myosin medekati Aktin membentuk Cross Bridge dengan Aktin. 8. Enzym Myosin ATP Ase diaktifkan Hidrolisis ATP ADP + Energi (Dipakai menekuk kepala Myosin) 9. Proses pergerakan kepala myosin yang mengikat dan melepaskan molekul Aktin Sliding of Myofilament 10. Proses mulai Depolarisasi sampai terjadi Kontraksi Excitation-Contraction Coupling 11. Segera setelah melepaskan ion Kalsium, Retikulum Sarkoplasma mulai menarik kembali ion Kalsium (transport aktif) kedalam Tubulus Longitudinalis R.S. Terminal-Cisternae Konsentrasi Ion Kalsium menurun Interaksi Myosin dan Aktin terhenti Relaksasi otot KARAKTERISTIK KONTRAKSI OTOT RANGKA Bila satu otot rangka di rangsang: 1. Masa Periode Laten: Saat antara pemberian rangsang dengan awal terjadinya kontraksi mekanik. (75 mdet) 2. Masa Periode Kontraksi: Pemendekan otot karena pergeseran myofilament (0,04 mdet) 3. Masa Periode Relaksasi: Otot kembali kepanjang awal sebelum kontraksi (0,05 mdet) JENIS JENIS KONTRAKSI: 1. 2. 3. 4. Kontraksi Isotonik: Pemendekan panjang otot Tonus / tegangan otot tak berubah Kerja = Beban x Jarak 1. Kontraksi Isometrik: 2. Panjang otot tidak berubah 3. Peningkatan tegangan / tonus otot 4. Tidak terjadi pemendekan myofilament, peneliti lain: Pemendekan beberapa sarkomer disertai pemanjangan sarkomer lain

5. Misalnya: 1. 2. 3. 4. Kontraksi saat mengangkat beban yang sangat berat Kontraksi otot tungkai saat berdiri tegak Kontraksi Isokinetik: Kontraksi konsetrik (pemendekan otot) pada kecepatan tetap (isokinetik) Tegangan otot yang dihasilkan maksimal pada seluruh lingkup gerak sendi Misalnya: Biasanya: Saat olah raga Gerakan lengan saat renang gaya bebas Sumber energi otot untuk: Kontraksi dan Relaksasi Sumber energi berasal: Metabolisme Karbohidrat dan Lipid Energi ATP dibutuhkan untuk: 1. Tenaga Power Stroke dalam rangka sliding of myofilament 2. Memompa ion Kalsium ke R. Sarkoplasma 3. Memutuskan ikatan Myosin dari Binding Site di Aktin pada akhir Power Stroke ASAL SUMBER SUMBER ENERGI OTOT: 1. Cadangan ATP di dalam otot 2. Resintesis ATP yang berasal dari: 3. Pemecahan Fosfokreatin: Proses tak memerlukan Oksigen Jumlah sedikit (20-30 detik habis) Harus diresistensis kembali Katalis : Kreatin Kinase 1. Pemecahan Glukaosa / Glikogen (cadangan glukosa otot): Hasilnya : CO2 + H2O + ATP Merupakan proses penghasil ATP terbesar pada saat Fosfokreatin habis atau diperlukan sejumlah ATP dalam waktu singkat Bila tersedia cukup Oksigen: Bila tidak tersedia cukup oksigen: 1. Pemecahan Asam Lemak Bebas: FFA + O2 CO2 + H2O + ATP Sumber energi dalam keadaan istirahat dan merasa pemulihan sesudah kerja otot Pada saat kerja otot pembuluh darah dilatasi Aliran darah ke otot meningkat supply O2 ke - Asam pyruvat Siklus Krebs / TGA cycle Menghasilkan ATP lebih banyak (Glikolisis Aerob) - Asam pyruvat Asam Laktat + ATP (Glikolisis Anaerobik) ATP dihasilkan lebih sedikit

SUMBER ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DALAM KONTRAKSI OTOT

MEKANISME HUTANG OKSIGEN:

jaringan tersebut meningkat Pada saat kerja otot ringan dan sedang peningkatan konsumsi O2 sebanding dengan energi yang dibutuhkan Kebutuhan energinya dipenuhi melalui proses Aerobik Pada kerja otot Berat Resistensi Fosfokreatin (sebagai sumber energi cepat) dilakukan dengan memakai ATP dari pemecahan: Glukosa As Laktat (proses Anaerob) Terjadi peningkatan Asam Laktat Asam Laktat tertumpuk di otot pH darah menurun aktifitas enzim anaerob terhambat kerja otot berat tidak dapat berlangsung lama Setelah kerja otot selesai: Diperlukan adanya sejumlah besar oksigen untuk proses: Oksidasi Asam Laktat menjadi Asam Piruvat Mengembalikan cadangan ATP Resistensi Fosfokreatin

Jumlah oksigen tambahan yang dikonsumsi pada masa pemulihan sebanding dengan jumlah oksigen yang seharusnya dibutuhkan untuk penyediaam kembali energi melalui proses aerobik selama kerja berat tersebut Volume oksigen yang dikonsumsi selama masa pemulihan: Hutang Oksigen / Oxygen Debt / Excess Post-exercise Oxygen Consumption (EPOC) PEMBENTUKAN PANAS PADA OTOT : 1. Resting Heat Panas yang dihasilkan pada keadaan istirahat / basal sebagai hasil proses metabolism sel 1. Initial Heat (Panas Awal) Activation Heat Contraction Heat Relaxation Heat 1. Recovery Heat / Delayed Heat Panas yang dibebaskan setelah relaksasi selesai ( sebagai hasil proses metabolism untuk pemulihan otot ) MOTOR UNIT : Satu motor unit terdiri dari : 1syaraf motor (serat afferen) dan beberapa serat otot yang dipersyarafi Untuk Gerakan Halus dan Terampil : Motor Unit kecil satu syaraf motor hanya mempersyarafi sedikit serat otot. Misalnya: otot mata ekstrinsik dalam satu motor unit terdapat 3-6 serat otot. Untuk Gerakan Lambat dan Kasar/ untuk mempertahankan sikap tubuh Dapat mengandung 500-1000 serat otot dalam 1 motor unit. Letak setiap serat otot dalam 1 motor unit tidak berdekatan setiap serat otot kontraksi berbeda (masa laten beda)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRAKSI OTOT : 1. Suhu Suhu meningkat / Suhu menurun reaksi enzymatik terganggu, terjadi denaturasi protein kekuatan kontraksi menurun Terjadi peningkatan masa laten, masa kontraksi dan masa relaksasi pada mekanomiogram 1. Panjang Awal (Initial Length) Panjang otot sebelum berkontraksi Dalam tubuh: otot melekat pada tulang panjang otot pada awal berkontraksi (resting length)

Diluar tubuh: Bila otot dilepas dari origin/insertionya otot memendek, tonus berkurang (panjang otot / Equilibrium Length) Percobaan di Lab: merangsang secara maksimal dengan memakai system induksi pada seberkas otot yang terfiksasi (Kontraksi isometric), Didapat: Makin Besar panjang awal Kontraksi makin meningkat sampai dengan batas tertentu FENOMENA: MEKANISME PERGESERAN FILAMENT Kekuatan kontraksi maksimal terjadi pada panjang awal yang sesuai dengan: EQUILIBRIUM LENGTH 1. Jenis Pembebanan: Pembanan langsung Beban diberikan langsung pada ujung otot yang bebas Otot diregang sebelum berkontraksi Pembebanan tak langsung Beban diberikan pada ujung otot yang terfiksasi dengan penumpu Otot tidak diregang sebelum berkontraksi 1. Cara Perangsangan Rangsang Langsung Rangsang langsung pada otot tidak melalui syaraf motoriknya

Serat otot yang berkontraksi adalah serat otot yang secara mekanik langsung dipengaruhi oleh stimulator Rangsang Tak Langsung Perangsangan otot melalui sayaraf motoriknya Semua serat otot dengan ambang rangsang terendah dalam 1 motor unit akan berkontraksi 1. Jenis jenis Kontraksi: TREPPE (Stair Case Effect) Seberkas otot dirangsang berkali-kali dengan rangsang maksimum dan super maksimum segera setelah masa relaksasi selesai, maka akan terlihat peningkatan kekuatan kontraksi. Berlangsung selama 30-50 kali kontraksi berurutan, setelah itu akan terjadi PLEATEAU dimana kekuatan kontraksi selanjutnya akan menetap.

Ion Kalsium intrasel meningkat Kemampuan Troponin C untuk mengikat ion kalsium meningkat SUMASI (penjumlahan) Motor Unit

Bila seberkas otot dirangsang beberapa kali mulai dengan rangsang yang randah kemudian di tingkatkan kekuatan kontraksi otot meningkat Semakin besar rangsang Semakin besar Motor Unit yang terangsang Makin banyak motor yang berkontraksi PENJUMLAHAN GELOMBANG (Wave Summation) Seberkas otot dirangsang beberapa kali dengan rangsang maks / supramaks segera setelah masa refrakternya pada saat otot belum selesai relaksasi akan terjadi peningkatan kekuatan kontraksi Bila rangsang diberikan pada masa relaksasi, maka pada mekano terlihat: Gelombang kontraksi yang timbul ditambahkan pada Gelombang kontraksi sebelumnya (Tetanus tak sempurna) Bila rangsang berulang diberikan pada masa kontraksi terjadi Tetanus Sempurna (Tak ada Relaksasi sama sekali) RESEPTOR DI OTOT : Memantau perubahan panjang otot dan regangan otot Jenis: Muscle Spindle (Panjang otot) Golgi Tendon Organ (Tegangan otot) Reflek Regang:

Berperan untuk mekanisme Feed Back negative local yang melawan setiap perubahan pasif panjang otot sehingga panjang otot optimal saat istirahat tetap dipertahankan Proses Refleks Regang: Berkas otot diregang secara pasif Serat Intrafusal (di dalam Muscle Spindle) teregang Perangsang terhadap syaraf afferent yang berhubungan dengan ujung Muscle Spindle meningkat (ujung syaraf Afferen ini bersinaps dengan Alpha Motor Neuron yang mempersyarafi serat otot ekstrafusal yang sama Terjadi kontraksi otot tersebut BEBERAPA KEADAAN YANG MEMPENGARUHI FUNGSI OTOT 1. Kelelahan (Fatique) Penurunan kekuatan kontraksi Ketidakmampuan elemen kontraktil melakukan fungsinya, Penyebabnya: Cadangan energi dalam otot habis Penimbunan Asam Laktat Peningkatan Kadar ion ekstrasel 1. Kontraktur fisiologis Kegagalan otot kembali kepanjang awal setelah kontraksi Terjadi pada kelelahan hebat, dimana energi untuk relaksasi tidak ada 1. Atrophy Otot

Otot tidak aktif dalam waktu yang cukup lama atau terjadi kerusakan pada syaraf motornya sel sel otot mengecil Cadangan energy dalam sel (ATP, Fosfokreatin, Glikogen) dan protein berkurang kekuatan kontraksi otot berkurang Disuse atrophy 1. Hipertrophy otot Otot sering digunakan untuk aktifitas berat (mis: olah raga) Terjadi pembesaran ukuran tiap-tiap sel otot Cadangan energi dalam sel bertambah kontraksi meningkat Beberapa jam setelah kematian Seluruh otot mengalami kontraktur:

RIGOR MORTIS

Otot berkontraksi dan menjadi kaku walaupun tidak terjadi potensial aksi, otot kaku pleh karena tak tersedianya ATP untuk perombakan Cross Bridge antara Aktin dan Myosin Keadaan ini terus berlangsung sampai terjadinya denaturasi protein karena autolysis enzim dari lisosome Autolisis terjadi 15-25 jam setelah kematian, otot terlihat melemas setelah kaku MYASTENIA GRAVIS Melemah /hilangnya kekuatan kontraksi otot akibat gangguan hantaran impuls listrik pada Myoneural Junction Penyebab: Adanya Antibodi terhadap jaringan itu sendiri Berkurangnya jumlah Asetilkolin pada ujung syaraf Meningkatnya enzim Asetilkolin Esterase pada celah Myoneural Junction Terdapat zat yang menyerupai Asetilkolin Esterase (Pseudo ACE) Umumnya dimulai mengenai otot-otot kecil (Kelopak Mata)

OTOT JANTUNG Setiap sel mempunyai satu inti, banyak mitokondria dan terdapat myofibril yang mengandung aktin dan myosin Proses kontraksi = proses kontraksi otot Rangka Garis Z pada miokardium terlihat sebagai daerah gelap (Intercalated)

Hubungan antara 2 sel bersebelahan: Tahanan listrik rendah Memudahkan penyebaran impuls listrik (sifat Syncytium) Bila satu sel miokardium terangsang, maka potensial aksi akan diteruskan ke seluruh miokardium (Mengikuti hukum gagal atau tuntas) SIFAT LISTRIK OTOT JANTUNG Potensial Membran Istirahat mantap (-80Mv)

Bila di rangsang terjadi Depolarisasi yang cepat disertai Kaduk julang Proses berbeda dengan otot Rangka: Seluruh proses Repolarisasi : 200 mdet Kecepatan hantar impuls : 0,3 0,5 m/det Sel picu jantung (S.A node) mempunyai sifat listrik yang berbeda dengan sel miokardium

Repolarisasi Cepat - Repolarisasi Lambat (Plateau) - Repolarisasi Cepat

SIFAT MEKANIK OTOT JANTUNG Kontraksi terjadi segera setelah terjadi Potensial Aksi dan berlangsung satu setengah kali lebih lama daripada potensial aksinya Tak dapat berkontraksi Tetanus Karena masa refrakter Absolut Potensial aksi lebih lama dari pada kontraksinya Perangsangan yang cukup kuat pada masa refrakter Relatif dapat menimbulkan kontraksi tambahan yaitu: Extra systole/ denyut ektopik HUBUNGAN PANJANG AWAL DENGAN KEKUATAN KONTRAKSI OTOT JANTUNG Hubungannya sama dengan otot Rangka Panjang awal serat otot miokardium ditentukan oleh derajat pengisian ventrikel pada akhir diastolic (End Diastolic Filling) Tegangan Total miokardium sebanding dengan tekanan yang terjadi dalam ventrikel Fenomena Frank Starling:

Makin besar volume ventrikel pada akhir Diastolik, makin tinggi tekanan di dalam ventrikel (Makin besar kekuatan kontraksi ventrikel) sampai batas tertentu OTOT POLOS Memiliki miofilament Aktin dan myosin (Susunan struktur tidak jelas) Retikulum Sarkoplasma tidak berkembang dengan baik Terdiri dari: Otot Polos Viseral Otot Polos Multi Unit Terdapat pada dinding organ berongga (Organ visceral): Saluran pencernaan Reproduksi Saluran Kemih Pembuluh darah kecil Sel-sel saling berdekatan dan mempunyai hubungan antar sel yang erat

OTOT POLOS VISERAL

Pada bagian sel tertentu membrane sel antara 2 sel otot bersebelahan bersatu - tahanan listrik didaerah tersebut sangat rendah - sehingga otot polos bekerja sebagai satu kesatuan fungsional,

sehingga disebut SINGLE UNIT SMOOTH MUSCLE Potensial membrane istirahat tidak mantap Beda Potensial Listrik intra-seluler saat istirahat : -55-60 mV Terdapat 2 Potensial Aksi pada sel otot polos: 1. Spike Potensial: Timbul karena Rangsang: Listrik, Hormon, Neurotransmiter Bentuk P.A mirip P.A otot rangka 1. Slow Wave Potential: P.A yang timbul spontan tanpa rangsang dari luar, akibat tidak mantapnya Potensial membrane Gelombang Depol lambat yang timbul spontan = Gel Pace Maker (sering pada usus dan ureter) OTOT POLOS MULTI UNIT Sel-sel otot polos ini umumnya berdiri sendiri Masing-masing sel dipersyarafi satu sel syaraf Antara sel satu dgn lainnya tidak tdp hubungan ( Syncytium tidak berfungsi) Pot Membran istirahat mantap

Sel ini sangat peka terhadap rangsang kimia, terutama oleh NT yg dilepaskan oleh ujung-ujung syaraf motornya ( Ach & Epinefrin) Dipersyarafi oleh : syaraf motorik autonom Contoh Otot Polos M.U: Otot Siliaris pada mata Otot iris pada mata Otot piloereksi kulit Otot polos Pembuluh darah besar Otot Polos Saluran pernapasan (trachea, Bronkus)

FAAL TULANG FUNGSI TULANG PENYANGGA TUBUH MELINDUNGI ORGAN TUDUH HEMATOPOESIS HOMEOSTASIS (MEMPERTAHANKAN KADAR ION KALSIUM) 1. LABILE POOL 5 gr (MUDAH DILEPAS) Exchangable Calcium Senyawa kalsium yang terdapat pada jaringan lain selain tulang serta yang terikat pada protein

TULANG MEMILIKI 2 JENIS SIMPANAN ION KALSIUM

plasma Yang tredapat dalam tulang > tersimpan dalam bentuk kristal amorf > mudah dilepaskan kedalam plasma bila kadar kalsium menurun atau sebaliknya 1. STABLE POOL 1000 gr (Sukar di lepas) Kalsium yang terdapat di pool ini penglepasannya lebih lambat dan dibutuhkan perangsangan hormone TULANG MEMILIKI 4 JENIS SEL YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN TULANG 1. OSTEOBLAST ASAL SEL PRIMITIF (OSTEOPROGENITOR) MENSINTESA KOLAGEN UNTUK MEMBENTUK MATRIK ORGANIK (OSTEOID) PADA MATRIKS DIDEPOSITKAN CaPO4 DAN ALKALI POSPATASE:

CaPO4 DIDEPOSIT SELAMA 6-12 JAM DEPOSIT HIDROKSIDA & BIKARBONAT KRISTAL HYDROXYAPETITE AKUMULASI SEKELILING OSTEOBLAST PROTEIN TULANG OSTEONLOTIN PROTEIN BERIKATAN DENGAN KOLAGEN BERIKATAN KRISTAL HYDROXYAPATITE OSTEOCALCIN : PROTEIN BERIKATAN DENGAN CALCIUM 1. OSTEOSIT : SEL TULANG BERASAL DARI OSTEOBLAST TERDAPAT DIANTARA MATRIKS ORGANIK & HYDROXYAPATITE MEMILIKI ENZIM PROTEOLITIK PENGHANCUR TULANG BERPERAN MELEPASKAN CADANGAN KALSIUM DARI LABILE POOL 1. OSTEOKLAST: PENGHANCUR TULANG (RESORPSI) INTI MEMBESAR, BERGERAK & TERDAPAT ENZIM PENGHANCUR TULANG ASAL : MONOSIT TULANG SEBAGAI MAKROFAG 1. OSTEOPROGENITOR ASAL SEL OSTEOBLAST PROSES REMODELING TULANG : 1. PROSES RESORBSI ( PENGHANCURAN TULANG) 2. PROSES DEPOSISI ( PEMBENTUKAN TULANG ) PROSES REMODELING TULANG MENGGANTI TULANG YANG SUDAH TUA DENGAN TULANG BARU PROSES DEPOSISI SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR MEKANIK:

MAKIN BESAR STRESS FISIK / TEKANAN YANG DITERIMA OLEH SUATU BAGIAN TULANG MAKIN BESAR DEPOSISINYA STRESS FISIK / TEKANAN PADA TULANG TIDAK ADA MASSA TULANG HILANG MIS : AT LET/PEKERJA BERAT TULANG LEBIH PADAT & KUAT PASIEN TERBARING LAMA DI RS? ASTRONUT (PENERBANG LUAR ANGKASA)? PROSES RESORPSI & DEPOSISI BERBAGAI HORMON

PADA USIA ANAK-ANAK PERTUMBUHAN TULANG GROWTH HORMON SELANJUTNYA PTH MENGGUNAKAN TULANG SEBAGAI BANK TEMPAT SIMPANAN ION KALSIUM HISTOLOGI MUSKULOSKELETAL dr.R,W.Susilowati MKes 4 JARINGAN DASAR DALAM HISTOLOGI 1. 2. 3. 4. Jaringan epitel Jaringan penyambung dan JaringanPenyokong Jaringan Muskular Jaringan Syaraf TULANG (Skeleton) Tulang rawan Tulang OTOT (Muskulus) Otot Polos Otot Rangka Otot Jantung Tdd 3 unsur : sel, serat dan substansi dasar Serat dan substansi dasar membentuk substansi interselular / matrix Fetal : hampir semua tulang rawan Dewasa : permukaan sendi, saluran nafas, telinga

SISTEM MUSKULOSKELETAL

TULANG DAN TULANG RAWAN

TULANG RAWAN

Matrix : meningkatkan daya rentang dan elastisitas dan untuk menyesuaikan jaringan itu terhadap kebutuhan mekanik Matrix mengandung serat kolagen atau elastin Jenis dan jumlah serat dalam matrix menentukan penggolongan tulang Rawan

PEMBENTUKAN TULANG RAWAN

Berkembang dari mesenchym Pada tempat akan dibentuk tl rawan : sel2 mesenchym membulat berdesakan chondroblast

chondroblast menghasilkan serat kolagen dan substansi dasar diletakkan di substansi interselular / matrix chondroblast makin berkembang dewasa, mengalami 1-2 kali pembelahan, letak berjauhan karena penambahan matrix disekitarnya chondrocyte Di dalam chondrocyte tertimbun vakuol, lipid dan glikogen mesenchym yang mengelilingi massa tl rawan yg membesar itu terdesak dan berwujud sebagai pembungkus fibrosa perichondrium 2 CARA : 1. Pertumbuhan interstitial (endogen) pd tulang rawan muda yg masih memungkinkan pengembangan chondrocyte muda membelah diri, berproliferasi dan meletakkan matrix baru sel isogen 1. Pertumbuhan apositional (eksogen) Terjadi oleh aktivitas lapis dalam perichondrium fibroblast berproliferasi menjadi sel2 tl rawan (chondroblast) chondrocyte 1. Tulang rawan Hyalin (paling banyak) 2. Tulang rawan elastis 3. Fibrokartilago 1. TULANG RAWAN hyaline Segar : massa bening putih kebiruan Terdapat pada : permukaan sendi ujung sternal iga septum nasal laring cincin trachea bronchi. SEL TULANG RAWAN (chondrocyte) Terletak dalam lacuna Sel bulat/lonjong, inti bulat ditengah, dengan satu atau lebih anak inti Permukaan sel tidak rata

3 jenis tulang rawan :

Sitoplasma berbutir halus, bersifat basofil karena ribosom >>, mengandung REP, kompleks golgi, mitochondria, vakuol, titik2 lemak dan glikogen. Sel2 pada bagian pusat berkelompok, berasal dari 1 chondrocyte induk, kadang berada dalam 1

lacuna kelompok sel isogen / cell nest. acid Matrix Mengandung banyak serat kolagen tipe 2 dan unsur amorf : proteoglycans (75%), hialuronat Fungsi proteoglycans : menahan air Proteoglycans : kondroitin 4-sulfat, kondroitin-6 sulfat, keratan sulfat Kondronektin perlekatan chondrocyte pada matrix kolagen

Daerah yg mengitari sel/kelompok sel mengandung proteoglycan, terlihat basofil matrix teritorium (kapsula) Matrix diantara kapsula matrix inter teritorium Perichondrium Pembungkus tulang rawan sendi, tdd : 1. sel2 berbentuk gelendong (tdk dpt dibedakan dg fibroblast) 2. Serat elastin 3. Serat kolagen tipe 1 Bagian dalam perichondrium (dekat dengan tulang rawan) lebih selular sel meletakkan matrix secara berangsur beralih menyatu dengan tulang rawan NUTRISI Tulang rawan tidak mempunyai pembuluh darah, pembuluh limf dan saraf

Banyaknya kandungan cairan dalam matrix memungkinkan nutrien, gas terlarut dan produk sisa dg mudah dapat berdifusi antara pembuluh darah kecil pada perichondrium dan chondrocyte yang ditengah Difusi ini walaupun terbatas, cukup untuk tulang rawan PERUBAHAN RETROGRESIF/degenerasi Makin bertambah usia : Tulang rawan kurang bening Jumlah sel berkurang Proteoglycans berkurang menurunnya basofil Protein non kolagen meningkat KALSIFIKASI

Butir2 Ca-fosfat & Ca-karbonat diendapkan pada matrix nutrien tidak dapat berdifusi sel mati tulang rawan keras dan rapuh REGENERASI Kemampuan regenerasi tulang rawan rendah

Perbaikan kerusakan lambat, terutama oleh perichondrium dengan cara menyerupai pertumbuhan apositional 1. TULANG RAWAN ELASTIS

Terdapat pada tempat2 yg memerlukan penyokong, seperti: telinga luar, tuba auditiva, epiglottis Segar : kuning, lebih keruh Merupakan modifikasi tulang rawan hyaline Sel2 : lemak dan glikogen menurun matrix : serat kolagen dan serat elastin halus meningkat Penyebaran serat tdk merata, terutama di bgn pusat tl rawan Dibungkus perichondrium Pertumbuhan : intertitial dan appositional Jarang mengalami perubahan retrogresif 1. FIBROKARTILAGO

Terdapat pd tempat yg memerlukan penyokong kuat dan atau daya rentang : discus intervertebralis, simphysis pubis, discus inter-articular sendi tertentu Bukan modifikasi tulang rawan hyaline Tidak pernah terdapat tersendiri, berangsur menyatu dengan tulang rawan hyaline di dekatnya atau dengan jaringan ikat fibrosa Terdiri dari jaringan ikat padat kolagen yang diantaranya matrix tulang rawan hyaline dengan lacuna serta sel di dalamnya Sel2 dapat satu2 atau berkelompok/berderet perichondrium tidak ada Merupakan bentuk peralihan antara tulang rawan dan jaringan ikat padat

Pembentukan : serupa dengan pembentukan jarigan ikat fibroblast dipisahkan oleh jarigan serat bertransformasi menjadi chondroblast yang menghasilkan matrix tipis disekitarnya chondrocyte TULANG Merupakan jaringan ikat kaku Terdiri dari sel2 dan matrix Matrix: Unsur organik (1/3): terutama serat kolagen Unsur an organik (2/3) : ca-fosfat (85%), ca-karbonat (10%), ca-florida dan Mg-florida Unsur utama kerangka dewasa Melindungi organ-organ vital (rongga kranium, rongga dada) Menunjang struktur berdaging Mengandung sumsum tulang (tempat sel2 darah dibentuk) Reservoir Calcium dan phosphate Matrix sangat keras Sistem pengungkit untuk melipat gandakan kekuatan akibat kontraksi otot rangka gerak tubuh

1 2 -

Makroskopis TULANG SPONGIOSA Tidak ada trabekula/balok tulang langsing, tidak teratur, bercabang dan membentuk anyaman Celah2 diantaranya diisi oleh sumsum tulang Terdapat pada epiphysis tulang panjang. Terdiri dari trabecula dan spicula yang saling berhubungan dan bercabang kesegala arah. Ruang diantara trabecula berisi sumsum tulang merah. Matrix berlamel, pada trabecula yang tebal dapat terlihat osteon TULANG COMPACTA Tampak padat, kecuali bila dilihat dengan mikroskop Massa padat, terbentuk dari matrix tulang yang tersusun secara berlapis (lamellae) Terdapat dalam setiap tulang secara berdampingan Unsur histologik keduanya sama Terdapat 4 jenis sel pada jaringan tulang 1. Osteoprogenitor Sel induk tulang Pada tulang dewasa terdapat pada: Periosteum Endosteum, yang melapisi rongga sumsum tulang, saluran Havers dan saluran Volkman Berperan pada bone repair dan pembentukan callus Pada stimulasi dapat berdifferensiasi menjadi pro-osteoblast dan osteoblast

SEL JARINGAN TULANG

Multipotent, selain menjadi osteoblast, osteoprogenitor mampu berdifferensiasi menjadi sel lemak, chondroblast dan fibroblast 1. Osteoblast Morphologis mirip fibroblast Mensekresi matrix organik tulang (serat kolagen dan proteoglycan) dengan bantuan vitamin C Turut berperan dalam proses kalsifikasi Saling berhubungan melalui gap junction dengan osteoblast lain / osteocyte Terlihat pada daerah osteogenesis balok tulang Sitoplasma biru, mempunyai aparatus Golgi, banyak rER, mengandung alkali phosphatase 1. Osteocyte Bentuk seperti kenari Sel tulang dewasa, hasil differensiasi dari osteoblast, terperangkap didalam lacuna dikelilingi matrix padat, saling berhubungan dengan osteocyte lain melalui gap junction diujung kanalikuli

Nutrisi disalurkan melalui sistem kanalikuli Dipengaruhi oleh hormon parathyroid dan calcitonin Secara aktif terlibat dalam mempertahankan matrix tulang Matinya ostecyte akan diikuti oleh resorbsi matrix

Osteocyte terdapat didalam lacuna diantara lapisan lamel, cabang sitoplasmanya terdapat didalam canaliculi 1. Osteoclast Sel motil dan sangat besar multinuclei (5-50 inti) permukaan sel keriput, didalam sitoplasma terdapat banyak vacuola dan vesicle Bersifat fagositik, diturunkan dari monosit darah, mengeluarkan lisosome ke ruang extra selular. Aktivitas meningkat atas pengaruh hormon parathyroid, dihambat oleh calcitonin (tiroid) Tempat resorbsi tulang, osteoclast raksasa terletak di dalam lekukan Lakuna Howship Jaringan Tulang Osteocyte tedapat didalam lacuna, cabang cytoplasmanya terdapat didalam canaliculi Matrix tulang tersusun secara berlapis (lamellae) Osteocyte terdapat didalam lacunae diantara lamellae Terbungkus oleh periosteum Tumbuh secara appositional LAMEL: Matrix tulang yang tersusun berlapis-lapis LAMEL HAVERS: 8 15 lapis mengelilingi saluran Havers membentuk sistem Havers / osteon

ARSITEKTUR TULANG

Osteon: unit tulang, terdiri dari saluran Havers dan lamellae yang mengelilingi saluran Havers (sistem Havers) Osteoid: osteon muda sebelum terjadi mineralisasi matrix Lamel Interstitial: susunan lamel iregular diluar osteon, Merupakan sisa osteon yang telah lebih dulu terbentuk yang mengalami rekonstruksi Lamel General: Lamel general luar: lamel yang terletak paling luar dibawah periosteum

Lamel general dalam: lamel yang membatasi rongga sumsum tulang, terdapat dibawah endosteum FUNGSI UTAMA PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM Nutrisi jaringan tulang Membentuk osteoblast baru untuk perbaikan dan pertumbuhan tulang Penting dalam pembedahan tetap dipertahankan

OSSIFIKASI OSSIFIKASI DESMAL: Ossifikasi intra membranosa Tulang terbentuk dari differensiasi jaringan mesenchym Terjadi pada tulang pipih Terjadi pada pembentukan tulang tipis: tulang tengkorak, clavicula dan sebagian mandibula

Dimulai dengan differensiasi sel mesenchym menjadi osteoblast, sekresi matrix, terbentuk balok tulang OSSIFIKASI ENDOCHONDRAL Ossifikasi intra kartilaginosa Terjadi pada tulang panjang

Melalui pembentukan model rangka dari tulang rawan hyalin yang kemudian diganti dengan tulang Awal terjadi pada daerah diaphysis dari model rangka tulang rawan (pusat ossifikasi primer) Pada waktu umur kehamilan 12 minggu, terjadi perubahan pada tulang rawan didaerah diaphysis, berupa: hypertrophy chondrocyte kalsifikasi matrix disintegrasi chondrocyte degenerasi tulang rawan Jaringan ikat vaskular dari periosteum tumbuh menembus periosteal bone collar dan masuk kedaerah degenerasi tulang rawan Aktivitas osteoblas didaerah degenerasi menyebabkan terbentuknya trabekula Pertambahan diameter tulang terjadi dengan pertumbuhan apositional berupa pembentukan tulang baru dibawah periosteum Pertambahan panjang tulang terjadi dengan pembentukan matrix tulang rawan baru pada lempeng tulang rawan epiphysis Pertumbuhan panjang tulang terhenti dengan menutupnya lempeng epiphysis (epiphyseal closure) Zona pertumbuhan ossifikasi endochondral: 1. ZONA ISTIRAHAT: Tidak terlihat proliferasi sel tulang rawan atau pembentukan matrix 2. ZONA PROLIFERASI : Terlihat pada daerah metaphysis. Tampak mitosis chondrocyte. Chondrocyte tersusun berderet-deret 3. ZONA MATURASI DAN HYPERTROPHY CHONDROCYTE: Chondrocyte sangat membesar, sehingga matrix hanya terlihat sebagai garis diantara chondrocyte 4. ZONA KALSIFIKASI MATRIX TULANG RAWAN: Matrix menjadi basophil karena kalsifikasi. Mulai tampak degenerasi chondrocyte 5. ZONA RESORBSI TULANG RAWAN DAN DEPOSISI TULANG: Pada daerah yang dekat ke diaphysis. Tampak daerah tulang rawan yang hancur diisi oleh sel periosteum dan jaringan bervascular Bone repair: Resorbsi bekuan darah dan sisa jaringan oleh macrophage

Proliferasi sel-sel periosteum dan endosteum, pembentukan tulang primer melalui ossifikasi endochondral dan intra membranosa membentuk callus Resorbsi callus, pembentukan tulang sekunder, remodelling 1. SYNARTHROSIS Sendi dengan gerakan yang terbatas. Gerakan dimungkinkan karena diantara dua ujung tulang sendi terdapat jaringan ikat, tulang rawan atau tulang Contoh: 1. Syndesmosis: Pada sutura tulang tengkorak. Diantara tulang terdapat ligamentum Interossea 2. Synchondrosis: Lempeng epiphysis pada masa pertumbuhan. Kedua ujung tulang dihubungkan oleh tulang rawan 3. Synostosis: Kedua ujung sendi duhubungkan oleh tulang. Terbentuk karena proses ossifikasi syndesmosis dan synchondrosis 4. Symphysis: Pada symphysis phubis dan discus intervertebralis. Diantara kedua ujung tulang terdapat jaringan penyambung padat ataupun fibrokartilago yang menyatu dengan tulang rawan sendi 5. DIARTHROSIS = Synovial joints Gerakan sendi lebih bebas Terdapat tulang rawan sendi melapisi kedua ujung tulang. Tulang rawan sendi berupa tulang rawan hyalin tanpa perichondrium Terdapat kapsul sendi yang menghubungkan kedua ujuang tulang, diperkuat oleh ligamentum yang berada didalam atau diluar kapsul Synovia: Pada permukaan dalam sendi terdapat susunan sel-sel synovia (synoviocyte) /membrana synovialis, villi synovialis dan bantalan lemak intra articular Didalam ruang sendi terdapat cairan synovia, yang berfungsi sebagai pelumas dan shock absorber. Cairan synovia merupakan dialisat plasma darah ditambah hyaluronic acic yang diproduksi oleh synoviocyte Synovial Membrane: Membrana synovialis kaya pembuluh darah. Kadang2 terjadi perdarahan kedalam sendi (hemathron) 2 JENIS SENDI:

JARINGAN OTOT Tdd sel-sel yg mengandung protein kontraktil, yg dibutuhkan utk kontraksi seluler, shg menimbulkan gerakan diantara organ tertentu dan tubuh sbg satu kesatuan. Organel2 sel otot : 1. Sitoplasma sarcoplasm 2. REP Reticulum sarcoplasm 3. Membran sel / plasmalemma sarcolemma Berdasarkan bentuk dan fungsinya, otot dibagi 3 macam : 1. OTOT RANGKA / OTOT LURIK Tiap serat atau sel otot berbentuk silindris yg sgt panjang.

Berinti banyak, lonjong, terletak pd tepi sel di bawah membran sel. Kontraksinya cepat, kuat, di bawah kemauan. Kontraksi disebabkan interaksi filamen tipis actin dan filamen tebal myosin. Otot rangka berkontraksi lbh cepat dari otot polos. Terikat pd tulang atau fascia yg mbtk daging anggota badan dan dinding tubuh. Tiap otot dibungkus jrgn ikat padat disebut EPIMYSIUM.

Di dlm nya tdd serat2 otot yg tersusun dlm berkas atau FASICULUS. Masing2 berkas dibungkus jrgn ikat disbt PERIMYSIUM. Setiap serat otot dibungkus jrgn ikat jarang ENDOMYSIUM. MC : serat otot memanjang memperlihatkan pita-pita terang (isotrop / I) dan gelap (an isotrop / A) secara berselang-seling Setiap pita I dibelah 2 oleh garis gelap Z segmen diantara 2 garis Z disbt 1 Sarchomere. Tiap pita A di bagian tengahnya tdp daerah yg lebih terang disbt pita H. Pita H dibelah 2 oleh garis M. Sarkoplasma dipenuhi berkas2 filamen silindris panjang myofibrile. MYOFIBRILE: Diameter 1-2 m Berjalan paralel thd sumbu panjang serabut otot, tdd deretan sarchomere yg tersusun spt rantai. Kead. Relaxasi pita2 itu jelas terlihat pd pot. Memanjang.

Kead. Kontraksi myofibril2 lebih tebal dan sarchomere nya memendek, jarak antara 2 garis Z memendek lebih jelas. Dengan memendeknya pita I, ujung2 pita A mendekati garis-garis Z pd saat kontraksi penuh, pita-pita A dan I tdk dpt dibedakan lagi. Filamen2 otot lurik mengandung 4 protein: 1. ACTIN Polimer berfilamen, tda 2 untai monomer globular. 5,6 nm, saling berpilin dlm btk spiral ganda. 1. TROPOMYOSIN Filamen tipis : actin, troponin, tropomyosin. Filamen tebal : mengandung ke-4 protein, t.u actin dan myosin 55%. Molekul halus, panjang 40 nm, dg 2 rantai polipeptida, saling berikatan, mbtk filamen yg berjln di atas actin. 1. TROPONIN Mrp kompleks dr 3 subunit : 1. TnT : melekat pd tropomyosin 2. TnC : terikat pd ion Ca

3. TnI : menghambat interaksi actin-myosin 4. MYOSIN Molekul besar Tdd 2 rantai berat dan 2 pasang rantai ringan Tdp tonjolan globulus kecil, mbtk kepala Sarchomere yg beristirahat tdd sbgn filamen tebal dan filamen tipis yg saling bertumpuk.

MEKANISME KONTRAKSI Selama kontraksi keduanya mempertahankan panjang yg sesungguhnya, krn kontraksi tdk disebabkan oleh pemendekan filamen scr tersendiri. Pemendekan hrs mrpkn hasil dr peningkatan jumlah penumpukan diantara filamen. HIPOTESA FILAMEN YANG BERGESER RETIKULUM SARKOPLASMA Kontraksi otot tgtg pd tersedianya ion Ca, relaxasi berhubungan dg tdk adanya ion Ca. RS khusus mengatur aliran ion Ca, yg penting utk siklus kontraksi dan relaxasi yg cepat.

SISTEM TUBULUS TRANSVERSAL Mrp invaginasi sarcolemma yg mirip jari-jari yg mbtk jaring kompleks anastomosis tubulus yg melingkari tepi pita A-I dari setiap sarkomer dlm setiap myofibril. Bertujuan agar dpt menghasilkan kontraksi yg merata. Bersebelahan dg sisi yg berlawanan dr setiap tubulus T tdp CISTERNA TERMINAL yg melebar dr Reticulum Sarcoplasma. Komplex yg khusus ini tdd unsur tubulus T dg 2 gugus lateral RS, dikenal sbg TRIAD. Pd TRIAD, depolarisasi tubulus T yg berasal dr sarcolemma diteruskan ke membran Reticulum sarcoplasma. KOMPONEN LAIN SARCOPLASMA Glikogen Banyak dlm sarcoplasma berupa granula kasar. Berfungsi sbg cadangan energi untuk kontraksi. Myoglobin Mrp protein pengikat oksigen mirip hemoglobin. Memberi warna merah gelap pd otot. Berfungsi sbg pigmen penimbun oksigen, yg diperlukan utk tingkat fosforilasi oksidatif.

INERVASI NEURAL Agar dpt berkontraksi, tiap serabut otot lurik memerlukan persarafan oleh suatu cabang saraf motorik. Saraf motoris bermyelin bercabang di dlm perimysium, masing2 saraf menghasilkan bbrp cabang terminal. Pada tempat inervasi, saraf tdk mempunyai selebung myelin dan mbtk bgn terminal yg melebar tdp dlm lekukan pd permukaan sel otot.

Disebut MOTOR END-PLATE (myoneural junction) BERDASARKAN MORFOLOGI, HISTOKIMIA DAN BIOKIMIA, SERAT OTOT TERBAGI ATAS : 1. Serat tipe I : serat lambat Kaya dg sarcoplasma yg mengandung myoglobulin memberi warna merah gelap Berhubungan dg kontraksi yg terus-menerus 1. Serat tipe II : serat cepat Berhubngan dg kontraksi cepat yg tdk terus-menerus Mengandung sedikit myoglobulin merah terang Sel otot jantung membentuk hub kompleks diantara juluran2 nya yg melebar. Sel2 di dlm suatu rantai sering bercabang 2 atau berikatan dg sel2 yg berdekatan.

OTOT JANTUNG

Jantung tdd berkas2 sel yg teranyam erat, sedemikian rupa shg menimbulkan suatu gelombang kontraksi khusus yg mengarah pd pemerasan isi ventrikel jantung. Sel otot jantung memperlihatkan pola bergaris lintang identik dg otot rangka. Berbeda dg otot rangka, setiap sel hanya memiliki 1 atau 2 nukleus, terletak ditengah.

Sifat khas otot jantung : adanya garis2 transversal yg melintasi rangkaian sel otot jantung pd interval tdk teratur DISKUS INTERKALARIS (INTERCALATED DISC) DISKUS INTERKALARIS Mrp junctional complex. Hubungan ini dpt terlihat sbg garis2 lurus atau berbentuk spt tangga. Ada 3 junction utama : 1. Zonula Adherens bgn transversal, berfungsi sbg tempat perlekatan utk filamen aktin dr sarchomere terminal. 1. Macula adherens (desmosome) Menyatukan otot jantung utk mencegah pemisahan mrk dlm kegiatan kontraksi yg terusmenerus. 1. Gap junction (nexus) Menyediakan suatu arus ion yg terus-menerus antar sel yg berdekatan penggandaan ion sinyal kontraksi berpindah dr sel ke sel dlm btk gelombang. RETICULUM SARCOPLASMA DAN SISTEM TUBULUS T Struktur dan fungsi protein kontraktil sel otot jantung = otot rangka. Sistem Tubulus T dan RS > bnyk dan > besar pd otot ventrikel drpd otot rangka. Tubulus T tdp pd ketinggian garis Z bukan pd batas A-I otot rangka. RS tdk berkembang dan berpindah2 tdk teratur mll myofilamen myofibril tdk jelas.

Tubulus T berhubungan dg satu perluasan lateral dr cisterna reticulum sarcoplasma DIAD. DIAD : tdd 1 Tubulus T dan 1 cisterna RS.

SEL OTOT JANTUNG Mengandung bnyk mitokondria, 40% vol. sitoplasma kebutuhan metabolisme aerobik dlm otot jantung terus-menerus. Glikogen sedikit dpt dipecah mjd glukosa dan dipakai sbg sumber energi selama masa stress. Sering tampak dlm sel2 yg hidupnya lama granula pigmen lipofuchsin (pigmen penuaan)di dekat kutub inti sel2 otot jantung. KONTRAKSI OTOT JANTUNG Sejak embryonal : tjd kontraksi myogenik spontan pd sel2 otot jantung. Mekanisme kontraksi = otot rangka.

Sel2 otot jantung mengalami modifikasi dan membtk sistem hantar rangsang yg mengatur denyut jantung. Rambatan rangsang tjd satu sel ke sel lain mll nexus. Sel2 otot jantung khusus dan mrp bgn dr sistem hantar rangsang. Tdp dibawah endocardium di bgn perifer. Lebih besar dan lebih tebal dr serat otot jantung biasa. Terpulas lebih pucat, dg banyak sarcoplasma sentral dan sedikit myofibril. Glikogen meningkat Diskus interkalaris tdk terlihat. Tda sel yg panjang, tdk bergaris lintang. SERAT PURKINJE

OTOT POLOS masing2 dibungkus oleh lamina basalis dan jalinan serat retikulin yg berfungsi menggabungkan kekuatan yg dibangkitkan oleh setiap serat otot polos mjd semacam aksi bersama peristaltik dlm usus. Tdp dlm dinding visera berongga : usus, uterus, ureter, dll. Sel otot polos fusiform : paling lebar ditengah, meruncing pd kedua ujungnya. Ukuran : 20m (pd pembuluh darah kecil) sampai 500m (pd uterus hamil). Setiap sel : inti tunggal di pusat. Bgn yg sempit dr satu sel berdampingan dg bgn lebar sel sebelahnya terhimpit erat . Pd kutub2 inti berkumpul mitokondria, ribosom bebas, cisterna RS, komplex golgi. Vesikel pinositik sering dekat dg permukaan sel. RS rudimenter, tubulus T tdk ada.

SEL OTOT POLOS

KONTRAKSI OTOT POLOS

Berkas myofilamen bersilangan scr oblique melewati sel mbtk suatu jalinan. Berkas tdd : 1. 5-7 nm filamen tipis mengandung actin dan tropomyosin. 2. 12-16 nm filamen tebal mengandung myosin.

Actin dan myosin otot polos berkontraksi mll mekanisme pergeseran filamen (= otot lurik).

Mekanisme agak beda : Ion Ca berikatan dg calmoduline (protein pengikat Ca yg berperan pd sel bukan otot). Kontraksi /relaksasi dpt diatur oleh hormon yg bekerja mll cAMP. Otot polos dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis dr SSO. Tdk tdp neuromuscular junction. INERVASI NEURAL

OTOT POLOS ORGAN VISERA : Gap junction >>, saraf << fungsi mirip otot rangka/jantung, kontraksi cepat, ritmik. OTOT POLOS MULTI-UNIT : dipersarafi luas, kontraksi bertahap dan sangat tepat (misal pd iris mata). Otot polos mempunyai aktivitas spontan, walaupun tanpa stimulus saraf. Spt pd otot lurik : otot polos menerima ujung saraf adrenergik dan kolinergik yg bekerja scr antagonis. Sel otot polos jg mensintesis kolagen, elastin dan proteoglikans; produk ekstrasel yg biasanya berhubungan dg fungsi fibroblast. REGENERASI JARINGAN OTOT OTOT JANTUNG Tdk punya kemampuan regenerasi stlh kanak2. Kerusakan (infark) diganti oleh ploriferasi jrgn ikat luka parut myokardial. OTOT LURIK Inti td mampu bermitosis, regenerasi jrgn terbatas.

Sumber regenerasi : SEL SATELIT (sel kecil mononukleus di L. basalis yg mengelilingi setiap serat otot, dpt dilihat dg ME). Cedera : sel satelit aktif berproliferasi mjd myoblast myoblast2 baru berfusi myotubul serat otot baru. OTOT POLOS Mempunyai respon regenerasi aktif.

Cedera sel2 yg masih hidup dan pericyte dr pembuluh darah mengalami mitosis mengganti jrgn yg rusak. http://darianmsofian.wordpress.com/ca-kul/blok-muskuloskeletal/

Penyembuhan Tulang
Ns. Lukman, SKep.,M.M Umumnya patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang mengalami cidera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut,, namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Mengutip pendapat Smeltzer (2002), tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling. Tahap Inflamasi. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira lima hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif. Tahap Pembentukan Kalus. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi). Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998) http://lukmanrohimin.blogspot.com/2008/12/penyembuhan-tulang.html

Pengertian Fraktur :
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G,2001) Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001 )

Jenis Fraktur :
Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi berdasarkan :

Lokasi Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi. Luas Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak. Konfigurasi Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang ) disebut kompresi. Hubungan antar bagian yang fraktur Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced). Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar). Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

Etiologi :
Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur : Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang. Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.

Pengkajian
Riwayat Penyakit : Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya. Pemeriksaan Fisik : 1. Inspeksi (look)

Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka). 2. Palpasi (feel) Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test. 3. Gerakan (moving) Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur. Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. 2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

Komplikasi :
Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik. Kompikasi Umum : Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT). Komplikasi Lokal : Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu : Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.

Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu aliran darah.

Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu: 1. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips. 2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja. 3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. 4. Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

Proses Penyembuhan Tulang :


Fase Inflamasi : Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah disingkirkannya material nekrotik. Fase Reparatif : Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai tidak tampak. Fase Remodeling :

Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur. http://nursingbegin.com/fraktur-patah-tulang/ Apakah patah tulang itu? Definisi patah tulang secara umum adalah terputusnya kontinutas tulang. Gejala yang umum muncul adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang patah dan nyeri ini akan semakin memberat apabila digerakkan, bengkak di sekitar bagian yang cedera, deformitas atau kelainan bentuk. Patah tulang pada dewasa dan anak karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang akan berdampak pada penanganan patah tulang. Misalnya, reduksi tertutup patah tulang pada anak tidak perlu dilakukan secara agresif karena proses penyembuhan tulang anak lebih cepat dan lebih baik daripada dewasa. Selain itu, beberapa jenis patah tulang pada anak dapat sembuh/menyambung spontan, hal ini dikarenakan anak masih dalam masa pertumbuhan. Pada orang dewasa, proses penyembuhan tulang tidak sebaik pada anak, lempeng pertumbuhan juga sudah menutup, oleh karena itu penanganan patah tulang pada orang dewasa cenderung lebih agresif. Diagnosa Patah Tulang Secara umum, dokter dapat melakukan diagnosa patah tulang melalui tahapan-tahapan berikut: 1. wawancara, untuk mengetahui kemungkinan mekanisme cedera, sehingga dapat diperkirakan seberapa parah cedera yang terjadi 2. pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan tanda-tanda obyektif patah tulang melalui tahapan inspeksi (melihat) dan palpasi (meraba) 3. pemeriksaan radiologis, atau foto rontgen. Dengan rontgen dapat diketahui dengan pasti adanya patah tulang Proses Penyembuhan Patah Tulang Penyembuhan tulang normal merupakan suatu proses biologis yang luar biasa karena tulang dapat sembuh tanpa bekas atau jaringan parut. Artinya tulang yang patah akan disambung dengan tulang yang baru. Berbeda dengan ligamen yang proses penyembuhannya akan digantikan dengan jaringan parut. Berikut akan dijelaskan secara singkat proses penyembuhan tulang secara normal (diambil dari Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosceletal System karangan Robert Bruce Salter, halaman 427-428) : 1. Fase awal penyembuhan dari jaringan lunak Pada patah tulang, akan terjadi robekan pembuluh darah kecil di sekitar tempat cedera. Setelah terjadi pendarahan maka tubuh akan merespon dan terbentuklah bekuan darah (clot/hematoma). Hematoma di tempat patah tulang ini merupakan tempat dimana proses penyembuhan patah tulang pertama kali terjadi. Akan terjadi ledakan populasi sel-sel pembentuk tulang baru (osteogenic cells) untuk membentuk callus yang berfungsi sebagai lem untuk menjaga agar tulang yang patah tidak mudah bergerak. Pada fase ini callus yang terbentuk masih lunak dan sebagian besar mengandung cairan. 2. Fase Penyambungan Tulang secara Klinis (Clinical Union) Callus semakin lama akan semakin mengeras dan sebagian akan digantikan oleh tulang immatur/belum dewasa. Pada saat callus ini telah mengeras sehingga tidak lagi terjadi pergerakan di sekitar tulang yang patah, maka dikatakan telah memasuki fase penyambungan tulang secara klinis (Clinical Union), namun garis patah tulang masih akan terlihat. Saat fase ini pasien tidak merasakan nyeri apabila bagian yang patah digerakkan. 3. Fase Konsolidasi atau Penyambungan secara Radiologis (Radiographic Union) Saat semua tulang muda (immatur) dalam callus telah tergantikan oleh tulang yang dewasa (matur) maka dikatakan telah memasuki fase Radiographic Union. Garis patah tulang tidak akan terlihat lagi.

http://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/22/kontroversi-pengobatan-alternatif-patah-tulang/

fraktur femur
I. DEFINISI Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan (Black, 2005). Menurut Price & Wilson (2006) fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. II. ETIOLOGI 1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut. 2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. 3. Proses penyakit: kanker dan riketsia. 4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang. 5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani). III. KLASIFIKASI 1. Menurut Garis Fraktur a. Fraktur komplit Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat. b. Fraktur inkomplit Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang - Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum, akan segera sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk normal. c. Hair line fraktur Garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang. 2. Menurut Jumlah Dan Garis Patah/Bentuk/Konfigurasi a. Fraktur kominutif: Lebih dari satu garis fraktur, fragmen tulang pecah, terpisah-pisah dalam berbagai serpihan. b. Fraktur segmental: Bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah c. Fraktur multipel: Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra. 3. Menurut Posisi Fragmen a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh. b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga

dislokasi fragmen. 4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar a. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 : I. Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm. II. Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm, tusukan mengenai massa otot. III. Luka besar sampai 8 cm, kehancuran otot, kontaminasi besar, kerusakan pada pembuluh darah, syaraf, otot dan kulit. b. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar): Fraktur sederhana dengan kondisi kulit fraktur tetap utuh, tulang tidak menusuk kulit. 5. Menurut bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma a. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung Garis fraktur tegak lurus, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. b. Fraktur oblique; trauma angulasi Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. c. Fraktur spiral; trauma rotasi Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. d. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. e. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela) Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen. f. Fraktur depresi: Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah). g. Fraktur epifiseal: Fraktur melalui epifisis h. Fraktur impaksi: Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya. 6. Menurut lokasi fraktur Colles fraktur : jarak bagian distal fraktur 1 cm dari permukaan sendi. Articular fraktur : meliputi permukaan sendi. Extracapsular : fraktur dekat sendi tetapi tidak termasuk ke dalam kapsul sendi. Intracapsular : fraktur didalam kapsul sendi. Apiphyseal : fraktur terjadi kerusakan pada pusat ossifikasi. 7. Fraktur patologik Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit Paget, metastasis tulang, tumor).

IV. PATOFISIOLOGI Ketika fraktur terjadi, otot-otot yang melekat di tulang menjadi terganggu. Otot tersebut dapat menjadi spasme dan menarik fragmen fraktur keluar dari posisi. Kumpulan otot yang besar

dapat menyebabkan spasme otot yang masiv seperti pada otot femur. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di tulang yang mengalami fraktur juga terganggu. Kerusakan jaringan lunak dapat juga terjadi. Perdarahan terjadi jika terjadi gangguan pada pembuluh darah dan tulang yang mengalami fraktur. Kemudian terjadi pembentukan hematoma diantara fragmen fraktur dan peristeum. Jaringan tulang di sekitar luka fraktur mati, sehingga menimbulkan respon inflamasi. Kemudian terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, keluarnya plasma dan leukosit. Proses ini mengawalai tahap penyembuhan tulang. V. TAHAP PENYEMBUHAN TULANG 1. Tahap pembentukan hematoma Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima. 2. Tahap proliferasi Dalam waktu sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan. 3. Tahap pembentukan kalus Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. 4. Osifikasi Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan. 5. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan) Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya. VI. PRINSIP PENATALAKSANAAN 1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit. a. Riwayat kecelakaan b. Parah tidaknya luka c. Diskripsi kejadian oleh pasien d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah e. Krepitus 2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu: a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang. 3. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmenfragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

4. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck). VII. TINDAKAN PEMBEDAHAN 1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION) a. Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami ceidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur b. Fraktur diperiksa dan diteliti c. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka d. Fraktur direposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali e. Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku Keuntungan: a. Reduksi akurat b. Stabilitas reduksi tinggi c. Pemeriksaan struktur neurovaskuler d. Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal e. Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat f. Rawat inap lebih singkat g. Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal Kerugian a. Kemungkinan terjadi infeksi b. Osteomielitis 2. EKSTERNAL FIKSASI Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain: Observasi letak pen dan area Observasi kemerahan, basah dan rembes Observasi status neurovaskuler distal fraktur Fiksasi eksternal Fiksasi Internal Pembidaian VIII. KOMPLIKASI 1. Komplikasi awal a. Shock Hipovolemik/traumatik Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock hipovolemi. b. Emboli lemak

c. Tromboemboli vena Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest. d. Infeksi Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik. e. Sindrom kompartemen 2. Komplikasi lambat a. Delayed union Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang. b. Non union Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fibrous union atau pseudoarthrosis. c. Mal union Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk). d. Nekrosis avaskuler di tulang Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang. IX. PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma 2. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal 3. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal setelah trauma. http://starisma.blogspot.com/2009/11/fraktur-femur.html

Terapi Latihan pada Problematik Otot


February 14th, 2010 | Author: evan physical Pengertian Terapi Latihan 1. Licht dalam Basmajian (1978) : Terapi Latihan ialah gerakan tubuh atau bagiannya untuk mengurangi symptom atau meningkatkan fungsi. 2. Kisner (1990) : Terapi Latihan adalah salah satu modalitas yang digunakan fisioterapis untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien dengan kondisi muskuloskeletal atau kardiopulmonari dengan sasaran akhir memperbaiki gerak dan fungsi. Tujuan Terapi Latihan Tujuan merupakan rangkaian proses fisioterapi setelah menegakkan diagnosis. Secara umum tujuan terapi latihan ialah mencegah disfungsi seperti mengembangkan,meningkatkan,memperbaiki dan memelihara : kekuatan,daya tahan dan kesegaran kardiovaskular,mobilitas dan fleksibilitas,stabilitas,koordinasi,keseimbangan dan keterampilan fungsional. (Kisner,1990). Manfaat Terapi Latihan Manfaat terapi latihan menurut Jones (1996), ialah : 1. Meningkatkan kemampuan adaptasi stress lebih efektif 2. Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi 3. Mengurangi lemak tubuh 4. Memungkinkan mencegah penyakit jantung koroner 5. Memungkinkan mencegah osteoporosis post menopause 6. Relaksasi 7. Meningkatkan tonus otot, kelenturan, ukuran tubuh dan postur 8. Meningkatkan fungsi kardiovascular dan respirasi 9. Meningkatkan penampilan dan kepercayaan diri. Pendekatan penyelesaian masalah klinik pada problematik otot,yaitu : Terapis :

Pemeriksaan yang efektif Menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Pemilihan prosedur yang tepat, menarik dan menantang. Mendesain program di rumah yang efektif. Memberikan koreksi dan semangat.

Komunikasi yang efektif dengan pasien Kerjasama dengan pasien Perencanaan kembali bila perlu Bertujuan untuk pasien pengambil alihan dan mandiri.

Pasien :

Komunikasikan kebutuhan, keinginan dan kekhawatiran. Memperoleh pengetahuan tentang kondisinya. Mendapat pengertian mengapa mengerjakan. Menjadi termotivasi untuk bekerja. Mendapat dorongan semangat. Memperoleh kepercayaan diri dan dari terapis. Bekerja sama dalam proses pengobatan dan administrasi.

Keluaran Pengobatan :

Pengurangan nyeri dan udema Pencegahan kerusakan lebih lanjut dan kecacatan.

Perbaikan :

Kekuatan dan power Daya tahan Keseimbangan dan stabilitas Fleksibilitas dan koordinasi Kesadaran sensoris dan proprioceptif Fungsi kardiorespirasi Peningkatan fungsi, moril dan kepuasan pasien.

Posted in Terapi Latihan | Tags: daya tahan, diagnosis, disfungsi, Fisioterapis, fleksibilitas, kardiopulmonari, kekuatan, kesegaran kardiovaskular, kesehatan pasien, keseimbangan, keterampilan fungsional, komunikasi, koordinasi, meningkatkan fungsi, mobilitas, muskuloskeletal, nyeri, pemeriksaan, stabilitas, Terapi Latihan | No Comments

Definisi/Pengertian Epidemiologi
February 13th, 2010 | Author: evan physical

Berasal dari Bhs Yunani Epi = diantara Demos = Orang Logos = Ilmu shg secara harafiah epidemiologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kejadian diantara orang . Lilienfeld (1976) ilmu yang mempelajari tentang distribusi dari suatu penyakit atau kondisi dalam suatu kelompok masyarakat (populasi) dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya distribusi tersebut. WHO (Regional Committee Meeting ke-42 1989 Bandung) ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yg meninpa sekelompok masy, dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan. Frost (1927) Ilmu ttg fenomena masy. dari suatu penyakit infeksi, atau perjalanan penyakit dari penyakit infeksi tidak hanya mempelajari ttg distribusi penyakit tetapi juga bahkan lebih cenderung kepada suatu filosofi konsisten. Maxcy,(1951) bagian dari ilmu kedokteran yg mempelajari ttg hubungan antara berbagai faktor dan kondisi yg menentukan frekwensi dan distribusi suatu proses infeksi, suatu penyakit atau keadaan psikologis pada sekelompok orang. Batasan Epidemiologi Mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen : Mengcakup Semua Penyakit Penyakit Menular & PTM Populasi masyarakat Pendekatan Ekologi Frekwensi & distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pd keseluruhan lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Manfaat Epidemiologi 1.Dpt mengidentifikasi & mengukur besarnya masalah kesehatan, menjelaskan kelompok resiko tinggi, dan menentukan penyebab dari masalah kesehatan tersebut. 2.U/ memahami perjalanan dari s/ penyakit 3.Penting u/ pengamatan & penanggulangan penyakit. 4.Merupakan masukan bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi upaya kesehatan. 5.Testing pengobatan/terapi baru. Metode-metode Epidemiologi EPID DESKRIPTIF Person (Orang) Place (Tempat) Time (Waktu) EPID ANALITIK

Studi Riwayat Kasus (Case History Studies) Studi Kohort EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF ORANG (PERSON) terdiri atas : - Umur > Angka Kesakitan & Kematian - Jenis kelamin > Faktor keturunan dan Faktor lingkungan. - Kelas Sosial > Tingkat kehidupan Ex. Pendidikan, Pekerjaan dsb - Jenis Pekerjaan > Faktor lingkungan dsb - Penghasilan > hub dgn pemanfaatan pelayanan kesehatan - Gol Etnik > Kebiasaan makan, life style, susunan gen - Status perkawinan > kawin, tdk kawin, janda, cerai - Besarnya keluarga > besar kecilnya penghasilan - Struktur keluarga - Paritas Posted in Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat | Tags: epidemiologi, ilmu kedokteran, infeksi, kesehatan, masyarakat, penyakit, psikologis | No Comments

Biomekanik Regio Ankle dan Kaki


February 12th, 2010 | Author: evan physical Regio ankle & kaki memiliki beberapa sendi.Regio ankle dan kaki sangat penting dalam aktivitas berjalan dan berlari.Kaki sangat berperan dalam menumpuh berat tubuh saat berdiri dgn pengeluaran energi otot yg minimum. Kaki juga berperan menjadi lever struktural yg kaku untuk gerakan tubuh ke depan saat berjalan atau berlari. 1. TIBIOFIBULAR JOINT Secara anatomis, bagian superior dan inferior sendi terpisah dari ankle tetapi berperan mem-berikan gerakan asesori untuk menghasilkan gerakan yang lebih luas pada ankle Tibiofibular superior joint adalah sendi sinovial plane joint dibentuk oleh caput fibula & facet pada bagian postero-lateral dari tepi con-dylus tibia.

Tibiofibular inferior joint adalah sindesmosis dgn jaringan fibrous antara tibia & fibula

Tibiofibular inferior joint ditopang oleh liga-men interosseous tibiofibular serta ligamen ti-biofibular anterior dan posterior.Gerak yg dihasilkan adalah gerak slide. Pada saat dorsifleksi dan plantarfleksi ankle terjadi sedikit gerakan asesori dari fibula : Pada saat plantarfleksi ankle, malleolus lateral (fi-bula) akan berotasi ke medial dan tertarik kearah inferior serta kedua malleoli saling mendekati. Pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah inferior. Pada saat dorsifleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi ke lateral dan tertarik kearah superior serta kedua malleoli saling membuka. Pada sendi supe-rior, caput fibula akan slide kearah superior. Pada saat supinasi kaki, caput fibula akan slide ke distal dan posterior (external rotasi). Pada saat pronasi kaki caput fibula akan slide ke proksimal dan anterior (internal rotasi). 2. Ankle Joint Ankle joint termasuk sendi sinovial hinge joint, dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula serta talus membentuk tenon and mortise joint. Diperkuat oleh ligamen deltoideum dan liga-men collateral lateral Pada sisi medial ankle joint diperkuat oleh 5 ikatan ligamen yang kuat, 4 ligamen yang menghubungkan malleolus medial tibia dengan tulang tarsal bagian posterior, calcaneus, talus dan navicular. Tibiofibular inferior joint ditopang oleh liga-men interosseous tibiofibular serta ligamen ti-biofibular anterior dan posterior. Gerak yg dihasilkan adalah gerak slide. Pada saat dorsifleksi dan plantarfleksi ankle terjadi sedikit gerakan asesori dari fibula : Pada saat plantarfleksi ankle, malleolus lateral (fi-bula) akan berotasi ke medial dan tertarik kearah

inferior serta kedua malleoli saling mendekati. Pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah inferior Pada saat dorsifleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi ke lateral dan tertarik kearah superior serta kedua malleoli saling membuka. Pada sendi supe-rior, caput fibula akan slide kearah superior. Pada saat supinasi kaki, caput fibula akan slide ke distal dan posterior (external rotasi). Pada saat pronasi kaki caput fibula akan slide ke proksimal dan anterior (internal rotasi)

Keempat ligamen tersebut secara kolektif dike-nal sebagai ligamen deltoid, terdiri atas liga-men calcaneotibial, talotibial anterior, tibiona-vicular, dan talotibial posterior. Ligamen kelima dikenal sebagai ligamen spring (ligamen plantar calcaneonavicular) yang memberikan hubungan horisontal antara os navicular & proyeksi sustentaculum tali pa-da bagian medial calcaneus.Pada sisi lateral ankle joint diperkuat oleh 3 li-gamen yang secara kolektif dinamakan ligamen collateral lateral. anterior dan posterior. Ligamen lateral lebih lemah daripada ligamen medial, dan ligamen talofibular anterior paling lemah diantara semua ligamen ankle. Permukaan yang konkaf adalah mortise, yang dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula dan permukaan yg konveks adalah talus, yang ber-bentuk kerucut dan melebar kearah anterior de-ngan apex mengarah ke medial. Karena bentuk talus tersebut, maka ketika dor-sifleksi kaki talus juga akan abduksi dan sedikit eversi, dan ketika plantarfleksi kaki talus juga akan adduksi dan sedikit inversi disekitar axis oblique. Gerak arthrokinematika ankle joint dapat dili-hat pada tabel 1. Tabel 1. Gerak Arthrokinematika Ankle Joint No. Gerak Fisiologis Gerak Arhtrokinematika 1. Dorsifleksi Slide ke posterior 2. Plantarfleksi Slide ke anterior 1. Subtalar Joint Termasuk sendi sinovial plane joint, dibentuk oleh permukaan inferior talus & superior calcaneus. Diperkuat oleh lig. deltoideum, lig. lateral, lig. talocalcanea interosseus, lig. talocalcanea pos-terior & lateral. Menghasilkan gerak pronasi & supinasi serta inversi dan eversi secara pasif. Pada saat closed kinematika, berperan mengurangi gaya rotasi dari tungkai & kaki. Permukaan yg konveks adalah calcaneus yg bergerak terhadap permukaan yang konkaf yaitu talus. Gerak arthrokinematikanya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Arthrokinematika Subtalar Joint No. Gerak Fisiologis Gerak Arhtrokinematika 1. Supinasi dengan inversi Slide ke lateral 2. Pronasi dengan eversi Slide ke medial 2. Talonavicular Joint Secara anatomis & fungsional merupakan ba-gian dari talocalcaneonavicular joint. Distabilisasi oleh ligamen deltoid, bifurcatum, & ligamen talonavicular dorsal. Bersama-sama dengan subtalar joint mengha-silkan gerak pronasi & supinasi terjadi gerak asesori navicular yg disertai oleh gerak abduksi/adduksi + inversi/eversi. 3. Transversal Tarsal Joint Biasa dikenal dengan Choparts Joint. Secara fungsional, merupakan sendi gabungan dari 2 sendi

sisi medial oleh talonavicular joint dan sisi lateral oleh calcaneocuboid joint walaupun secara anatomis terpisah. Yang paling besar menstabilisasi adalah liga-men calcaneocuboid (ligamen plantaris yang panjang & pendek). Berpartisipasi dalam gerak pronasisupinasi kaki, gerak asesori pasif (abduksiadduksi, inversi-eversi). 4. Intertarsal & Tarsametatarsal Joint Baik intertarsal maupun tarsometatarsal joint merupakan plane joint (non-axial) . Gerakan yang dihasilkan adalah gerak slide. 5. Intermetatarsal Joint Sendi-sendi ini mencakup 2 set sendi side-by-side, yaitu antara basis metatarsal I dan basis metatarsal II dan seterusnya. Sendi-sendi tersebut tergolong nonaxial joint. Sendi-sendi antara caput metatarsal adalah ba-gian yang penting dari arkus metatarsal. Gerakan yang terjadi adalah membentuk arkus & mendatarkan arkus ketika kaki weight bearing. 6. Metatarsophalangeal Joint Sendi-sendi ini adalah modifikasi condyloid joint. MTP joint ibu jari kaki berbeda dengan lainnya karena lebih besar dan memiliki 2 tulang sesa-moid diantaranya. ROM ekstensi pada MTP lebih penting daripa-da fleksi (berbeda dengan MCP). Ekstensi pada MTP sangat dibutuhkan untuk aktivitas berjalan. Demikian pula, fungsi ibu jari kaki tidak terpi-sah dengan jari-jari lainnya, tidak seperti pada ibu jari tangan. 7. Interphalangeal Joint Interphalangeal joint pada kaki sama dengan pada tangan, yaitu tergolong hinge joint. Gerak arthrokinematika MTP joint dan Inter-phalangeal joint sama dengan pada jari-jari tangan. 8. Arkus Plantaris Arkus plantaris terdiri atas : arkus longitudinal medial, lateral dan transversal. Ketiga arkus tersebut dipertahankan oleh : a. Bentuk tulang dan saling keterkaitan antara tulang satu dengan yang lainnya. b. Ligamen dan aponeurosis plantaris merupakan struktur yang paling penting dalam mempertahankan arkus c. Otot-otot plantaris : otot tibialis posterior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum longus, & peroneus longus . a. Arkus Longitudinal Medial Membentuk tepi medial kaki yg berjalan dari calcaneus melalui talus, navicular & 3 cuneiforme kearah anterior pada 3 metatarsal pertama. Talus berada pd puncak arkus & seringkali sebagai keystone (bagian sentral dari arkus). Secara normal tdk pernah menyentuh tanah/lantai. b. Arkus Longitudinal Lateral Berjalan dari calcaneus melalui cuboid kearah anterior pada metatarsal IV dan V. Secara normal selama weight-bearing, arkus ini menyentuh tanah/ lantai. c. Arkus Transversal Berjalan dari sisi ke sisi melalui 3 cuneiforme ke cuboid. Cuneiforme II merupakan keystone arkus ini. OTOT-OTOT KAKI Otot-otot pada kaki terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik. Otot ekstrinsik terletak pada bagian anterior, lateral dan posterior tungkai bawah sampai ke kaki. Otot primemover plantarfleksi ankle adalah otot two-joint gastrocnemius dan one-joint so-leus. Otot-otot lain yang memberikan kontribusi ter-hadap plantarfleksi adalah otot tibialis poste-rior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum longus, serta otot peroneus longus dan brevis. Otot tibialis posterior merupakan otot supinator dan invertor yang kuat, yang membantu me-ngontrol pronasi selama berjalan. Otot fleksor

hallucis longus dan fleksor digito-rum longus berperan sebagai primemover fleksi jari-jari kaki. otototot ini membantu meno-pang arkus longitudinal medial. Otot peroneus longus dan brevis secara utama berperan sebagai evertor kaki. Otot peroneus longus juga membantu meno-pang arkus transversal dan longitudinal lateral. Otot primemover dorsifleksi ankle adalah otot tibialis anterior (juga invertor ankle), ekstensor hallucis longus, ekstensor digitorum longus (juga ekstensor jari-jari kaki), dan peroneus tertius. Hubungan Fungsional Ankle dan Kaki Secara normal, external torsion nampak pada tibia sehingga mortise ankle menghadap seki-tar 15o kearah luar. akibatnya, saat dorsi-fleksi kaki bergerak keatas dan sedikit ke late-ral, dan saat plantarfleksi kaki bergerak ke ba-wah dan ke medial. Dorsifleksi merupakan posisi stabil dari talocrural joint (ankle joint) CPP. Plantarfleksi merupakan loose-packed position. Talocrural joint lebih peka/mudah injury pada saat berjalan dengan tumit tinggi karena ankle dalam posisi plantarfleksi yang kurang stabil. Pada closed kinematik, terjadi supinasi subtalar dan transversal tarsal joint yang disertai dengan pronasi dari kaki depan (plantarfleksi metatar-sal I dan dorsifleksi metatarsal V) hal ini meningkatkan arkus kaki dan posisi stabil dari sendi2 kaki. Selama weight bearing (closed kinematik), ter-jadinya pronasi subtalar dan transversal tarsal joint dapat menyebabkan arkus kaki menurun. terjadi supinasi kaki depan yang disertai de-ngan dorsifleksi metatarsal I dan plantarfleksi metatarsal V. Pada weight bearing, gerakan subtalar dan rota-si tibia saling mempengaruhi. supinasi subta-lar joint dihasilkan oleh lateral rotasi tibia, juga sebaliknya. Ketika weight bearing, penopang utama dari arkus adalah ligamen spring, ditambah dengan ligamen long plantaris, plantar aponeurosis, dan ligamen short plantaris. Selama fase push-off, terjadi plantarfleksi dan supinasi kaki serta extensi MTP joint sehingga meningkatkan ketegangan pada plantar aponeu-rosis yang membantu meningkatkan arkus kaki. Seseorang yang mengalami deformitas varus dari calcaneus, terjadi kompensasi saat berdiri berupa postur pronasi calcaneus . Kondisi pes planus, pronated foot dan flat foot merupakan istilah yang sering dipertukarkan pada pronated postur dari kaki belakang. Postur tersebut dapat menurunkan arkus longitudinal medial kaki. Pes cavus dan supinated foot menunjukkan pe-ningkatan arkus kaki Posted in biomekanik | Tags: anatomis, berat tubuh, plantarfleksi, Tibiofibular superior joint | No Comments

Sejarah Teknik Pemijatan


February 11th, 2010 | Author: evan physical Pemijatan adalah salah satu teknik pengobatan pada rekam medis yang lebih awal dan digunakan untuk menyambung riwayat berikutnya.Tulisan dari fisioterapis,filsuf,penyair dan ahli-ahli sejarah menunjukkan bahwa meminyaki atau memberi salep telah digunakan oleh masyarakat biasa dan manusia purba sejak zaman dahulu kala. Hippocrates (460-380 SM) dalam diskusi pengobatan dislokasi shoulder yang diikuti reduksi,berkata, pemijatan adalah kebutuhan untuk menggosok bahu dengan lembut dan halus. Seorang fisioterapis harus berpengalaman dalam segala hal,tapi juga menjamin dalam pengurutan,untuk sesuatu hal dengan nama yang sama tidak memiliki akibat yang sama. Mengurut bisa mengikat kembali sendi yang lepas dan melonggarkan sendi yang juga susah bergerak sekalipun.Bagaimanapun,kondisi dari shoulder dapat dilihat dari pijatan atau pengurutan dengan tangan halus dan lembut tapi sendi akan berpindah/bergeser tidak keras,tapi sejauh ini pemijatan bisa dilakukan tanpa harus menimbulkan nyeri. Banyak tertulis dalam sejarah kesehatan,pemujatan atau latihan gerak badan tidak ditunjukkan secara bersama dan ada perbedaan kecil dalam kesusasteraan antara keduanya. Kleen (1847-1923) dari swedia, yang buku pedomannya diterbitkan tahun 1895, sebagai yang pertama membuktikan dengan tuntas pemijatan,bukan terapi latihan.

Dalam tinjauan kesusasteraan tentang pemijatan, memiliki sedikit kekurangan dalam diskripsinya. Dalam beberapa penelitian yang baru saja, terdapat sedikit informasi tentang teknik yang sebenarnya. Ketika mengamati dengan baik perbedaan dalam teknik pemijatan yang digunakan ini dan sering terlihat jelas kekurangan dari dasar ilmiah untuk memberi pergerakan-pergerakan, suatu keanehan bagaimana kesimpulan itu bisa membuat sebagai suatu untuk dihargai atau pengobatan kehilangan nilainya. Kekurangan dari kecilnya informasi tentang teknik-teknik dan kekacauan dalam pengertian dari arus modern dengan jangka waktu yang dimiliki untuk belajar mengenai kesusasteraan. Itu tidak memberikan laporan yang lengkap mengenai sejarah pemijatan. Hanya teknik-teknik itu dianggap dan perbandingan untuk membuat pertimbangan yang ditetapkan. Jika mungkin, mereka pengaruh pembangunan yang sedang berlangsung pada saat ini dan teknik-teknik. Banyak dari informasi yang cepat tentang sejarah dari pemijatan saat ini dari belajar memiliki dari penerbitan oleh Graham (18481928), Bucholz (1874-1942), Coulter (1885-1949) dan lainnya. Belajar itu luas tapi penelitian yang lengkap dari kesusasteraan tidak memiliki usaha. Posted in Massage | Tags: bahu, dislokasi, Fisioterapis, Pemijatan, rekam medis, sendi, teknik pengobatan, Terapi Latihan | No Comments

Definisi Mengenai Fraktur


February 10th, 2010 | Author: evan physical Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan sendi,tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun parsial. Patofisiologi Umumnya fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan,terutama tekanan membengkok,memutar dan tarikan. Trauma penyebab fraktur dapat bersifat: 1. Trauma langsung - Fraktur terjadi di daerah yang mengalami tekanan langsung - biasanya kopmunitif - jaringan lunak mengalami kerusakan 2. Trauma tidak langsung - trauma dihantarkan dari daerah yang lebih jauh dari fraktur - jaringan lunak utuh Tekanan pada tulang dapat berupa : 1. tekanan berputar 2. tekanan membengkok 3. tekanan sepanjang aksis tulang 4. kompresi vertikal 5. trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu 6. fraktur oleh karena gemuk 7. trauma karena tarikan ligamen atau tendo. Klasifikasi Fraktur terbagi atas : 1.Klasifikasi Etiologis

Fraktur Traumatik terjadi akibat trauma tiba-tiba

Fraktur Patologis yaitu terjadi karena kelemahan tulang akibat adanya kelainan patologi pada tulang Fraktur Stress terjadi akibat trauma yang terus-menerus pada suatu daerah tertentu.

2. Klasifikasi Klinis

Fraktur Tertutup yaitu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur Terbuka yaitu yaitu fraktur yang berhubungan dengan dunia luar melalui luka. Fraktur dengan komplikasi yaitu fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti infeksi,malunion,delayed union,non-union.

3. Klasifikasi Radiologis

Berdasarkan lokalisasi,terdiri atas Diafiseal,Metafiseal,Intra-articuler dan fraktur dengan dislokasi. Berdasarkan konfigurasi,terdiri atas fraktur transversal,fraktur oblik,fraktur spiral,fraktur Z,fraktur komunitif,fraktur baji,fraktur avulsi,fraktur depresi,fraktur impaksi,fraktur pecah (burst), Fraktur segmental dan Fraktur epifisis. Berdasarkan ekstensi,terdiri atas Fraktur total, fraktur tidak total (crack), Fraktur turus atau buckle, Fraktur garis rambut dan Fraktur greenstick. Berdasarkan hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya terdri atas fraktur tidak bergeser dan Fraktur bergeser (bersampingan, Angulasi, rotasi, Distraksi, Over-riding,impaksi).

Diagnosis Fraktur 1. Anamnesis


Riwayat Trauma Riwayat penyakit lain (tumor,infeksi,kelainan kongenital,dll)

2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan awal perhatikan :


Syok, anemia, perdarahan. Kerusakan pada organ lain. Faktor predisposisi.

3. Pemeriksaan Lokal a) Inspeksi

Keadaan umum

Ekspresi wajah bandingkan dengan bagian yang sehat perhatikan posisi anggota gerak adanya luka perhatikan adanya deformitas anggota gerak keadaan vaskularisasi keadaan mental

b) Palpasi

Lakukan dengan hati-hati Nyeri tekan Krepitasi Pulsasi arteri dan pengisian kapiler Lakukan pengukuran panjang tungkai

c) Pergerakan

Pergerakan aktif Pergerakan pasif

d) Pemeriksaan neurologis

Saraf sensoris Saraf motoris Catat gradasi kerusakan saraf

e) Pemeriksaan Radiologis

Foto polos Pemeriksaan radiologis lainnya (Tomografi, CT-Scan, MRI, Radioisotop Scanning)

Posted in Orthopedi | Tags: Fraktur, jaringan lunak, kontinuitas tulang, kopmunitif, ligamen, tendo, trauma | No Comments

Palpasi Jaringan Lunak (Axilla) di Area Klinik


February 9th, 2010 | Author: evan physical Axilla (ketiak) adalah suatu struktur yang berbentuk quadrilateral pyramidal,dimana vena dan saraf untuk extremitas superior lewat.Berdirilah didepan pasien dan abduksikan lengannya pada satu tangan kemudian sisipkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam axilla.Setelah itu kembalikan lengan pasien ke

sisi badan dengan rileks kemudian tekan kulit dasar dari axilla dan tekankan jari-jari pada bagian atasnya..Periksa ada tidaknya pembesaran dari kelenjar limpa,dimana akan terasa sesuatu yang kecil,tersendiri dan mungkin agak halus. Dinding anterior Axilla lunak karena dibentuk oleh musculus pectoralis mayor begitu juga dengan dinding posterior yang dibentuk oleh musculus latissimus dorsi. Dinding medialnya dibatasi oleh costa kedua sampai keenam dan diatasnya ditutupi oleh musculus seratus anterior dan bagian lateralnya oleh sulcus bicipitalis. Glenohumeral joint menggambarkan puncak dari pyramid dan selanjutnya selaput kulit dan fascia dari ketiak sebagai dasarnya. Dinding anterior dan posterior menuju ke lateral di atas sulcus bicipitalis dari humerus dan menyilang ke medial secara bertolak belakang dari dinding thoraks. Saraf besar yang mempersarafi (pleksus brachialis) dan pembuluh darah besar mengaliri (arteri axillaris) extremitas superior melewati puncak dari axilla. Dari dinding medial axilla,tekan jari jari-jari secara gentle ke kosta, dan palpasi musculus serratus anterior. Yang perlu diingat kita harus membandingkan kedua sisi yang berhadapan. Kemudian palpasi dinding lateralnya,yaitu sulcus bicipitalis. Arteri brachialis merupakan struktur nyata yang dapat teraba pada seperempat lateralnya. Denyutan dapat dirasakan ketika kita menekan dengan gentle yaitu di shaft humerus diantara ropelika musculus coracobrachialis dan caput longum musculus triceps. Dinding anterior dan posterior axilla dapat dipalpasi ketika lengan pasien di abduksikan. Abduksi ini dapat memudahkan kita untuk mempalpasi musculus pectoralis mayor dan latissimus dorsi. Untuk mempalpasi dinding posteriornya, genggam latissimus dorsi diantara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian palpasi musculus latissimus dorsi yang menyebar dari atas ke bawah. Gerakan dinding anterior dan palpasi musculus pectolis mayor secara seksama. Yang perlu diingat musculus pectoralis cukup luas dimana origonya di clavicula hingga ke sternum dan selanjutnya berinsertio ke humerus. Palpasi musculus latissimus dorsi dan pectoralis mayor untuk mengetahui bagaimana tonus dan keadaannya, kemudahan bandingkan dengan sisi lainnya. Posted in Pemeriksaan fisioterapi | Tags: anterior, arteri axillaris, Axilla, kelenjar limpa, musculus coracobrachialis, pectoralis mayor, pleksus brachialis, posterior, quadrilateral pyramidal, saraf, sulcus bicipitalis, vena | No Comments

Dasar-Dasar Kimia dan Molekul pada Sel


February 8th, 2010 | Author: evan physical Sel adalah satu unit dasar dari tubuh manusia dimana setiap organ merupakan agregasi/penyatuan dari berbagai macam sel yang dipersatukan satu sama lain oleh sokongan struktur-struktur interselluler.Setiap jenis sel dikhususkan untuk melakukan suatu fungsi tertentu. Misalnya sel darah merah yang jumlahnya 25 triliun yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan.Disamping sel darah merah masih terdapat sekitar 75 triliun sel lain yang menyusun tubuh manusia,sehingga jumlah sel pada manusia sekitar 100 triliun sel. Walaupun banyak sel yang berbeda satu sama lainnya,tetapi umumnya seluruh sel mempunyai sifatsifat dasar yang mirip satu sama lain,misalnya: oksigen akan terikat pada karbohidrat,lemak atau protein pada setiap sel untuk melepaskan energi, mekanisme umum merubah makanan menjadi energi, setiap sel melepaskan hasil akhir reaksinya ke cairan disekitarnya, hampir semua sel mempunyai kemampuan mengadakan reproduksi dan jika sel tertentu mengalami kerusakan maka sel sejenis yang lain akan beregenerasi.

Secara umum sel-sel yang menyusun tubuh manusia mempunyai struktur dasar yang terdiri dari membran sel, protopalsma dan inti sel (nukleus). Ketiganya mempunyai komposisi kimia yang terdiri dari air,elektrolit,protein,lemak dan karbohidrat. Posted in Fisiologi Tubuh Manusia | Tags: energi, interselluler, inti sel, jaringan, karbohidrat, membran sel, oksigen, organ, protopalsma, sel, sel darah merah | No Comments

Struktur Jaringan Keras Pembentuk Ekstremitas Superior


February 7th, 2010 | Author: evan physical Adapun tulang pembentuk regio ekstremitas superior yaitu: Scapula, Clavicula, Humerus, Radius, Ulna, carpal, Metacarpal, Phalangs. 1. Scapula (tulang belikat) Dalam anatomi manusia, tulang belikat atau scapula adalah tulang yang menghubungkan humerus (tulang lengan atas) dan clavicula (tulang selangka). 2. Clavicula (tulang selangka) Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. 2. Humerus (Tulang Lengan Atas) Batang humerus terletak di antara batas atas pectoralis penyisipan besar proksimal dan distal ridge supracondylar. Ini merupakan tengah tiga perlima dari seluruh humerus. Bagian anterior tuberositas semakin besar meluas ke anterior punggungan yang berakhir pada fosa coronoid distal. Aspek posterior yang lebih besar terus tuberositas sebagai lateral distal ridge yang berakhir di supracondylar lateral punggungan. Melds tuberositas yang lebih kecil menjadi medial terletak punggung bukit yang membentuk punggungan supracondylar medial distal. Deltoideus Tuberculum yang membentuk lateral keunggulan hanya proksimal ke midshaft. Batang humerus memiliki posterior, sebuah anterolateral, dan anteromedial permukaan. Kanal yang meduler berakhir humerus proksimal ke olecranon fosa. Anatomi humerus memiliki implikasi yang penting untuk internal dan eksternal fiksasi Lengan dibagi menjadi kompartemen anterior dan posterior oleh fasia septae. Compartmentcontains posterior otot trisep, saraf radialis beteen panjang dan lateral kepala trisep. Anterior atau flexorcompartment berisi fleksor dari siku, biceps brachii dan brakialis, dan coracobrachialis. The brakialis telah mendapat pasokan dua saraf-satu dari muskulokutaneus dan lain dari saraf radialis.

3. Radius (Tulang Pengumpil)

4. Ulna (Tulang hasta)

5. Carpal, Metacarpal dan Phalangs

Posted in Anatomi manusia | Tags: carpal, clavicula, Humerus, Metacarpal, Phalangs, Radius, Scapula, Ulna | No Comments

Pengantar Terapi Latihan


February 5th, 2010 | Author: evan physical Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap penderita,seorang fisioterapis memilki peran dan fungsi pada pemulihan dan pemeliharaan gerak dan fungsi tubuh seseorang agar beraktivitas dan mandiri. Menurut Kepmenkes No. 1363/Menkes/SK/XII/2001,bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada individu dan atau kelompok agar mereka dapat mengembangkan,memelihara dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan secara manual,peningkatan gerak,peralatan fisik (elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi. Salah satu unsur dasar gerak dan fungsi tubuh berupa kualitas dan kuantitas otot. Tanpa otot potensi penampilan gerak dan fungsi tidak akan ada. Banyak permasalahan yang terjadi karena permasalahan otot dan sebagian besar problem neuromuscular disebabkan karena problem otot. Ada variasi ATP myosin,metabolisme dan sifat kontraktil dan serabut berbeda membentuk otot. Perbandingan jenis otot Tipe I,Tipe IIa dan Tipe IIb 1. Tipe I (Merah) Kecepatan kedutan : Lambat Aktivitas ATP myosin : Rendah Metabolisme dan enzim : Oksidatif Kecepatan kelelahan : Lambat Jumlah mitokondria : Banyak Kandungan mioglobin : Tinggi Densitar kapiler : Tinggi Ukuran serabut : Kecil Kandungan glikogen : Rendah Unit motorik dan ukuran sambungan neuromuskuler : Kecil 2. Tipe IIa (intermediate) Kecepatan kedutan : Cepat

Aktivitas ATP myosin : Tinggi Metabolisme dan enzim : Oksidatif dan Glikolitik Kecepatan kelelahan : intermediate Jumlah mitokondria : Banyak Kandungan mioglobin : Tinggi Densitar kapiler : Tinggi Ukuran serabut : Intermediate Kandungan glikogen : Intermediate Unit motorik dan ukuran sambungan neuromuskuler : Intermediate 3. Tipe IIb (Putih) Kecepatan kedutan : Cepat Aktivitas ATP myosin : Tinggi Metabolisme dan enzim : Glikolitik Kecepatan kelelahan : cepat Jumlah mitokondria : Sedikit Kandungan mioglobin : Rendah Densitar kapiler : Rendah Ukuran serabut : Besar Kandungan glikogen : Tinggi Unit motorik dan ukuran sambungan neuromuskuler : Besar Pada manusia otot lambat merupakan Tipe I dan otot cepat merupakan Tipe IIb. Otot tipe I juga disebut otot merah karena lebih merah dari otot yang lain. Otot tersebut berespon lambat dan mempunyai masa laten yang panjang diadaptasi untuk mempertahankan sikap. Otot Tipe IIb disebut otot putih yang mempunyai lama kedutan singkat dan dikhususkan untuk gerakan halus dan terampil. Posted in Terapi Latihan | Tags: ATP myosin, elektroterapeutis, Fisioterapis, fungsi tubuh, komunikasi, motorik, pelayanan kesehatan, pemeliharaan gerak, penderita, peralatan fisik | 1 Comment

Konsep Dasar Aktifitas


February 4th, 2010 | Author: evan physical Tahun 1983 telah disepakati dalam Konggres Persatuan AFR se-Amerika tentang arti dari aktifitas dalam kaitannya dengan AFR yaitu aktifitas adalah suatu tugas atau pengalaman dimana seseorang aktif terlibat didalamnya.Keterlibatan dalam aktifitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik,sistem emosional serta sistem kognitif seseorang.Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktifitas akan

mengarah perhatiannya kepada aktifitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktifitas tersebut.Aktifitas dipengaruhi oleh peran seseorang dalam kehidupannya serta mempunyai arti yang unik untuk setiap orang. Pelaksanaan aktifitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran,serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya. Kekurangan dalam pengalaman belajar,komponen pelaksana dalam pengalaman belajar dan atau dalam kehidupan mungkin akan mengakibatkan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas lingkup kehidupan. Adalaj semua yang berkaitan dengan latar belakang budaya dan lingkungan yang bersifat manusia maupun yang bukan manusia. Di dalam pemebahasan konsep dasar aktifitas ini, akan terbatas pada kepentingan aktifitas yang bertujuan yang sangat mendasari AFR. Kepentingan AFR terletak pada performance skill dan performance component yang memungkinkan terjadinya aktifitas tersebut. Aktifitas yeng termasuk didalam modalitas AFR adalah aktifitas yang mengandung tujuan terapi, antara lain : 1. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM dan koordinasi. 2. Mempraktekkan pengguna gerakan volunteer maupun refleks dalam tugas/kagiatan terarah. 3. Mengandung gerakan-gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit. 4. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja. 5. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi. 6. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi. Keunikan disini terletak dalam penekanan pada kegunaan yang sangat luas dari aktifitas bermanfaat yaitu termasuk hastakarya dan seni, olahraga dan rekreasi, bermain, pemeliharaan diri, pengelolaan rumah tangga serta kegiatan kerja. Posted in Aktifitas Fungsional dan Terapi Rekreasi | Tags: aktifitas, performance component, performance skill, sistem emosional, sistem kognitif, terapi | No Comments

Pemeriksaan Sistem Pyramidalis


February 3rd, 2010 | Author: evan physical Sistem pyramidalis terdiri atas jaras corticobulbaris dan corticospinalis berjalan dari cortex ke inti saraf otak dan sel cornu anterior medullaspinalis.Secara klinik istilah tanda pyramidalis atau tanda neuron motorik atas,menunjukkan manifestasi obyektif suatu cidera traktus pyramidalis. Bentuk-Bentuk Pemeriksaan Pyramidalis 1. Distribusi Kelemahan,Koordinasi gerakan Lesi motorik atas gerakan volunter ekstremitas atas tidak terganggu dalam derajat yang sama.Lesi pyramidalis ditandai dengan kelemahan relative dari otot antigravitasi (ekstensor ekstremitas superior dan inferior). Kelemahan untuk ekstremitas superior terlihat pada ekstensi thumb,fingers,wrist dan elbow. Sementara untuk estremitas inferior dimana gerakan eversi dan dorsofleksi ankle lebih lemah

dibanding gerakan inversi dan plantar fleksi.Lesi pyramidalis juga mempengaruhi koordinasi gerakan,dalam hal ini pasien tidak mampu melakukan gerakan secara tepat dan cepat pada sisi hemiparesis. 2. Sikap Karena kekuatan otot ekstensor dan otot fleksor ekstremitas tidak seimbang,maka pasien dapat mengambil sikap yang khas seperti : adduksi thumb dan finger,fleksi wrist dan elbow joint serta adduksi lengan (ekstremitas superior). Internal rotasi dan plantar fleksi pada ekstremitas inferior dan pada posisi tidur terlentang tungkai yang terkena akan berdeviasi ke lateral. Ujung sepatu bisa aus lebih cepat pada sisi yang terkena. 3. Tes Pronasi Tangan Tes ini dilakukan dengan cara meminta pasien mengangkat lengannya vertical di atas kepala dengan telapak tangan menghadap ke depan,dalam beberapa waktu lengan yang paresis akan pronasi. 4. Penyimpangan Lengan (Tanda Barre) dan Penyimpangan Tungkai Tes penyimpangan lengan dilakukan dengan cara minta pasien menjulurkan lengannya horisontal didepannya dengan telapak tangan menghadap ke atas serta menjaga ketinggian lengan tersebut. Pada saat menutup mata, lengan pada sisi yang paresis (lemah) secara lambat akan pronasi dan berdeviasi ke arah bawah disertai fleksi elbow. Untuk mengetes penyimpangan pada tungkai,minta pasien tidur terlentang angkat kedua tungkai ke atas sekitar 30 derajat dalam posisi knee ekstensi, kedua tungkai tidak boleh bersentuhan dan tahan. Tungkai yang paresis secara perlahan akan jatuh ke bawah. Tes penyimpangan tungkai dapat juga dilakukan dalam posisi tidur tengkurap dalam posisi knee fleksi sekitar 30 derajat. 5. Tes Menjatuhkan Lutut Tes ini didasarkan pada fakta bahwa tungkai yang paresis cenderung mengambil posisi yang ekstensi dan kembali ke ekstensi setelah di fleksikan. Tes ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang di atas tempat tidur yang keras dan halus tanpa menggunkan seprei dalam posisi knee fleksi 30 derajat dan tumit dibiarkan bersandar pada permukaan kasar. Dalam beberapa waktu, tungkai yang paresis akan terlihat meluncur ke bawah sehingga knee ekstensi. Menurut Dr. Robert Wartenberg tes ini lebih sensitif dari pada refleks babinski. 6. Tes Tonus Tes ini dilakukan untuk tonus pronator dan quadriceps. Berdasarkan fakta bahwa pada lesi neuron motorik atas sejumloah kelompok otot cenderung memperlihatkan spastis, terutama pada otot pronator dan otot quadriceps femoris.

Tes otot pronator dilakukan dengan cara fleksi elbow, selanjutnya pemeriksaan menggerakkan lengan pasien dari posisi supinasi ke pronasi secara cepat dan berulang-ulang. Spastis akan lebih terasa pada posisi pronasi dari pada supinasi. Tes otot quadriceps, dilakukan dalam posisi pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan fleksi hip 45 derajat satu tangan diletakkan dibawah lutut pasien, sementara tangan lainnya menyokong tumit pasien dan secara mendadak tangan yang manahan tumit dilepaskan. Normalnya turun/jatuhnya kaki sama, tetapi pada lesi pyramidal gerakan akan tertahan,dengan demikian jatuhnya kaki diputus oleh serangkaian gerakan sentakan.

Tes quadriceps dapat juga dilakukan dalam posisi tidur terlentang, pemeriksa menempatkan kedua tangan di bawah paha pasien dekat lutut selanjutnya menarik paha ke atas. Normalnya tumit akan meluncur sepanjang meja pemeriksaan, tetapi pada pasien dengan lesi pyramidal tumit akan menyentak cepat ke ata, kemudian jatuh ke atas meja pemeriksaan/tempat tidur.

Posted in Pemeriksaan fisioterapi | Tags: antigravitasi, cidera, corticobularis, corticospinalis, ekstensor, fleksor, hemiparesis, inti saraf otak, motorik, pasien, Sistem pyramidalis, Tes Menjatuhkan Lutut, Tes Pronasi Tangan, Tes Tonus | 1 Comment

Pengantar Anatomi Manusia


February 2nd, 2010 | Author: evan physical A. Pengertian Anatomi Anatomi berasal dari dua kata yaitu : Ana yang berati menguraikan dan Tomy berarti memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh manusia dengan jalan menguraikan dan memotong bagiannya. B. Kalsifikasi Anatomi 1. Anatomi Descrictiva atau anatomi Systematica, mempelajari susunan tiap-tiap organ yang berhubungan dengan pekerjaannya. contoh : tractus respiratorius, tractus digestivus, system cardiovascular, dan lain-lain. 2. Anatomi Topografica, mempelajari letak dari suatu organ terhadap suatu organ yang lainnya. Sebagai contoh letak saraf terhadap tulang, letak saraf terhadap otot dsb. 3. Embriologi, mempelajari perubahan-perubahan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel mulai dari saat pembuahan sampai menjadi manusia. 4. Anatomi Comparativa, mempelajari atau membandingkan suatu makhluk terhadap makhluk lainnya. 5. Anthropologi, mempelajari tentang perbedaan suku bangsa (anthropos =manusia). C. Nomenklatur Anatomi (Istilah-istilah Anatomi ) Beberapa kata latin yang penting diketahui dalam anatomi seperti : 1. Kata sifat yang menyatakan bidang : a. Medianus : Bidang yang membagi tubuh dalam dua bagian yang sama (kiri dan kanan). b. Paramedianus : Bidang yang berada disamping dan sejajar dengan bidang medianus, tetapi tidak dekat. c. Sagitalis : Selalu dekat dengan bidang medianus d. Frontalis : Bidang yang tegak lurus terhadap bidang sagitalis dan sejajar dengan permukaan perut. e. Transversalis : Bidang yang melintang tegak lurus pada arah panjang badan. 2. Kata sifat yang menyatakan arah : a. Medialis : Lebih dekat pada garis tengah. b. Lateralis : Lebih jauh dari garis tengah c. Ventralis anterior : Lebih kedepan (venter=perut, anticus=depan) d. Dorsalis posterior : Lebih kebelakang (dorsum=punggung, posticus belakang) e. Cranialis : Lebih dekat ke kepala (cranium=tengkorak) f. Caudalis : Lebih dekat pada ekor (cauda= ekor) g. Longitudinalis : Kearah ukuran panjang h. Transversal : Melintang i. Sagittalis : Tegak lurus pada bidang frontalis j. Proximalis : Lebih dekat pada pangkal anggota k. Distalis : Lebih dekat pada ujung anggota l. Volaris : Kearah telapak tangan

m. Plantaris : Kearah telapak kaki. n. Ulnaris : Kearah ulna o. Radialis : Kearah Radius 3. Kata benda yang menyatakan bangunan yang menonjol : a. Processus : Nama umum untuk taju (tonjolan) b. Spina : Taju yang tajam (seperti duri) c. Tuber : Benjolan bulat d. Tuberculum : Benjolan bulat yang kecil e. Crista : Gerigi, tepi f. Pecten : Bagian pinggir yang menonjol g. Condylus : Tonjolan bulat diujung tulang h. Epicondylus : Benjolan pada condylus i. Cornu : Tanduk j. Linea : Garis 4. Kata benda yang menyatakan bangunan lengkung : a. Fossa : Nama umum b. Fossula : Fossa yang kecil c. Fovea : Fossa yang kecil d. Foveola : Fovea yang kecil e. Sulcus : Alur f. Incisura : Takik 5. Kata benda yang menyatakan lobang,saluran dan ruangan : a. Foramen : Lubang b. Fissura : Celah c. Apertura : Pintu d. Canalis : Saluran e. Ductus : Pembuluh f. Meatus : Liang g. Cavum : Rongga h. Cellula : Ruang kecil 6. Arah gerakan : a. Fleksi : Membengkokkan/ melipat sendi b. Ekstensi : Meluruskan kembali sendi(dari posisi fleksi) c. Abduksi : Gerakan menjauhi badan/tubuh d. Adduksi : Gerakan mendekati tubuh e. Rotasi : Gerakan memutar sendi f. Sirkumduksi : Gerakan gabungan dari fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi D. Sumbu/ Aksis Gerakan 1. Aksis Sagital, adalah garis yang memotong bidang gerak sagital dengan bidang gerak transversal. 2. Aksis Trasnversal, adalah garis yang memotong bidang gerak frontal dengan bidang gerak transversal. 3. Aksis Longitidinal, yaitu garis yang memotong bidang gerak median dan frontal dan berjalan dari atas ke bawah.

E. Bidang 1. Bidang median, yaitu bidang yang melalui aksis longitudinal dan aksis sagital, dengan demikian dinamakan mediosagital. 2. Bidang Sagital (bidang paramedian), yaitu setiap bidang yang sejajar dengan bidang mediosagital. 3. Bidang Coronal atau frontal, yaitu setiap bidang yang mengandung aksis-aksis transversal dan sejajar dengan dahi dan tegak lurus dengan bidang sagital 4. Bidang transversal, letaknya tegak lurus dengan bidang-bidang sagital dan bidang coronal. Pada posisi berdiri posisi bidang horisontal. F. Sikap Anatomi Sikap anatomi adalah suatu sikap dimana badan berdiri tegak, kepala tegak, Mata memandang lurus kedepan, kedua anggota gerak lurus kebawah berada disamping badan dengan telapak tangan menghadap kedepan, kedua anggota gerak bawah lurus dan sejajar, kedua kaki sejajar dan rapat. G. Pembagian Anatomi 1. Osteologi : adalah ilmu pengetahuan tentang tulang 2. Miologi : adalah ilmu pengetahuan tentang otot 3. Arthrologi : adalah ilmu pengetahuan tentang sendi 4. Splankhologi : adalah ilmu pengetahuan tentang organ visera (organ dalam) 5. Neurologi : adalah ilmu pengetahuan tentang saraf dan struktur saraf. OSTEOLOGI Tulang Merupakan Jaringan terkeras dalam tubuh manusia dan kemampuannya menahan stress (beban) berada dibawah tulang rawan. a. Fungsi Tulang 1. Menggambarkan bentuk tubuh 2. Penentuan tinggi seseorang 3. Perlindungan organ tubuh yang lunak 4. Tempat melekatnya otot 5. Sebagai alat gerak pasif 6. Menghasilkan sel-sel darah 7. Tempat penimbunan mineral seperti; calsium dan posfor b. Klasifikasi Tulang 1. Menurut bentuknya a) Os longum (tulang panjang) misalnya : humerus, tibia, femur, dsb. b) Os brevis ( tulang pendek) misalnya : ossa carpalia, ossa tarsalia c) Os planum (tulang pipih) misalnya : scapula, cranii d) Os pneumaticum (tulang berongga) misalnya : os maxillaris, ossis ethimoidalis e) Os irreguler (tidak beraturan) misalnya : vertebra. f) Os sesamoidea, tulang yang terdapat pada persedian, misalnya : patella dan beberapa tulang pada persendian jari-jari tangan dan kaki. 2. Menurut histologisnya a) Jaringan tulang rawan b) Jaringan tulang 3. Menurut menurut Ontogeninya a) Tulang-tulang yang terbentuk secara osteogenis desmalis, biasanya adalah tulang pipih. b) Tulang-tulang yang terbentuk secara osteogenis chondralis, biasanya adalah tulang panjang

4. Menurut Letaknya (regio) a) Tulang axiale yaitu: a) Cranium b) Trunci b) Appendicularis yaitu: a) Ekstremitas Superior b) Ekstremitas Inferior c. Sistem Kerangka 1. Tulang Cranium terdiri dari : a) Tengkorak = 8 buah b) Tengkorak wajah =14 buah c) Tulang telinga = 6 buah d) Tulang lidah = 1 buah 2. Trunci terdiri dari a) Tulang kerangka dada = 25 buah b) Tulang belakang dan panggul = 26 buah 3. Tulang Ekstremitas Superior = 64 buah 4. Tulang Ekstremitas Inferior = 62 buah MIOLOGI Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang bentuknya panjang dan ramping. Tiap-tiap sel otot mempunyai serabut otot dan beberapa serabut otot ini dikumpulkan menjadi sebuah alat tubuh yang disebut otot (daging). Otot merupakan jaringan eksitabel atau jaringan peka rangsang, yang dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. a. Fungsi Otot Fungsi utama dari otot rangka yaitu, melakukan kontraksi yang menjadi dasar terjadinya gerakan tubuh. Aktivitas otot rangka dikoordinasi oleh susunan saraf sehingga membentuk gerakan yang harmonis dari posisi tubuh yang tepat. b. Klasifikasi Otot 1. Berdasarkan sifat fisiologisnya dan strukturnya. a. Otot rangka Diberbagai bagian tubuh ada kurang lebih 600 otot rangka b. Otot polos terdiri atas : 1) Otot polos unit ganda (multi-unit) 2) Otot polos unit tunggal (single unit) c. Otot jantung 2. Berdasarkan hubungan serabut otot dan tendo a. Otot fusiform, ciri-cirinya 1) Serabutnya panjang 2) Hasil gerakannya luas tapi tidak kuat 3) Tendo relatif pendek b. Otot Unipenatus,ciri-cirinya 1) Serabut pendek 2) Tendo panjang 3) Lebih kuat

c. Otot Bipenatus,ciri-cirinya 1) Serabut pendek, melekat pada kedua sisi tendo 2) Tendo panjang 3) Lebih kuat 3. Berdasarkan origo otot a. Otot dengan dua kepala contoh bicep brachii b. Otot dengan tiga kepala contoh triceps c. Otot dengan empat kepala contoh Quadriceps d. Otot dengan satu kepala mempunyai satu tendo perantara atau lebih disebut otot dengan dua venter atau 3 venter, contoh otot multi penatus 4. Berdasarkan kecepatan kontraksinya a. Otot Fasis (white muscle) b. Otot Postural (Red muscle) ATRHROLOGI Sendi adalah hubungan fungsional antara dua buah tulang atau lebih. Sendi dapat dibagi atas 3 Bagian yaitu : a. Fibrosa b. Kartilago c. Sinovial Posted in Anatomi manusia | Tags: anatomi, Anatomi Comparativa, Anatomi Descrictiva, Anatomi Topografica, Anthropologi, Cranialis, Dorsalis posterior, Embriologi, Frontalis, Lateralis, Medialis, Medianus, Paramedianus, Sagitalis, Ventralis anterior | No Comments

Palpasi Tulang pada Sudut Suprasternal, Sternoclavicular Joint dan Clavicula


February 1st, 2010 | Author: evan physical Pemeriksaan palpasi struktur tulang melengkapi pemeriksaan yang sistematis dan merupakan metode yang lebih tua dari evaluasi dan berhubungan dengan anatomi. Pasien duduk dengan pemeriksa dibelakangnya; letakkan tangan diatas Deltoid dan Acromion. Pertama-tama pegang daerah pemeriksaan dengan mantap sehingga menimbulkan rasa aman bagi pasien. Posisi pegangan tangan yang normal adalah harus lebih Efisien dan ujung jari-jari sekaligus dapat digunakan sebagai pengukur temperatur. Sudut Suprasternal Gerakan tangan ke medial dari posisi awal di atas Deltoid dan acromion hingga sudut suprasternal dapat dirasakan. Sternoclavicular Joint Sendi tepat berada di sebelah lateral sudut suprasternal dan dapat dipalpasi secara bilateral. Yang perlu diingat adalah bentuk clavicula yang ramping pada bagian posterior dari sisi Manubrium Sternum yang terhubung dengan ligamentum Sternoclavicular dan Interclavicular. Dislokasi dari clavicula biasanya terjadi pada bagian medial dan superior, Clavicula bergerak pada hubungannya dengan manibrum sternum, dan ini baru merupakan suatu posisi yang nyata terlihat asimetri jika dibandingkan dengan sisi sebelahnya . Clavicula Bergeraklah ke lateral dari sternoclavicular Joint dengan tetap mempalpasi secara meluncur dengan

halus ke permukaan anterior superior dari clavicula. Musculus-musculus yang mengikat clavicula semata-mata ada di permukaan inferior dan posterior, dibagian anterior superior ada jalur polos kecuali yang ditutupi platisma muscle. Pertama-tama palpasi bagian medial yang konvex dengan jari kedua dan ketiga, kemudian diteruskan kebagian lateral yang konkaf dari Clavicula dengan jari pertama dan ketiga, tidak adanya protuberances, krepitasi atau terputusnya hubungan bisa menandai adanya fraktur. Bagi pasien yang kurus, kita dapat merasakan nervus supraclavicular yang menyilang pada clavicula di beberapa titik yang bervariasi.

FRAKTUR TERBUKA FEMUR SUPRAKONDILER DAN INTERKONDILER (INTRAARTIKULER)


Agustus 7, 2009 at 7:25 am (Bedah / Surgery) (bedah ortopedi, fraktur, fraktur femur, fraktur terbuka) PENDAHULUAN Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. 1 Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma trauma lain yang dapat mengakibatkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cedera olah raga. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan agar dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak di sekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit, tulang, sampai struktur neurovaskuler atau organ organ penting lainnya. Fraktur bukan hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang dan bagaimana mengatasinya, akan tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan harus diatasi secara simultan. Harus dilihat apa yang terjadi secara menyeluruh, bagaimana, jenis penyebabnya, apakah ada kerusakan kulit, pembuluh darah, syaraf, dan harus diperhatikan lokasi kejadian, waktu terjadinya agar dalam mengambil tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang optimal.

A. FRAKTUR A.1. DEFINISI FRAKTUR DAN MEKANISME TRAUMA Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah 2. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. 2 A.2. GEJALA DAN TANDA Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, hilangnya fungsi, tanda-tanda inflamasi yang berupa nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal, merah/perubahan warna, dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai juga dengan deformitas, dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan, serta krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi). Pseudoartrosis dan gerakan abnormal. 3, 4 Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan Xfoto, yang harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior-posterior dan lateral. Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat ada tidaknya patah tulang, luas, dan keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang. 3, 5 Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti lain. 4 A.3. PEMBAGIAN FRAKTUR Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas 3 : complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:

1. Fissure/Crack/Hairline tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat, biasa terjadi pada tulang pipih 2. Greenstick Fracture biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna, clavicula, dan costae 3. Buckle Fracture fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi 3 : 1. Transversal garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang) 2. Oblik garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu tulang) 3. Longitudinal garis patah mengikuti sumbu tulang 4. Spiral garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih 5. Comminuted terdapat 2 atau lebih garis fraktur Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur: a. Undisplace fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya b. Displace fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas: - Shifted Sideways menggeser ke samping tapi dekat - Angulated membentuk sudut tertentu - Rotated memutar - Distracted saling menjauh karena ada interposisi - Overriding garis fraktur tumpang tindih - Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang lain Gambar 1. Tipe Fraktur menurut garis frakturnya

Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Sedangkan apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar maka disebut

fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi. 2, 6 B. PENATALAKSANAAN FRAKTUR 4, 6, 7 1. Penatalaksanaan secara Umum Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto. 2. Penatalaksanaan Kedaruratan Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di atas. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. 3. Prinsip Penanganan Fraktur Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi 4, 6: a. Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.6

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik normalnya.

Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.4 Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.

Metode reduksi : 1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. 3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. b. Imobilisasi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan. Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal (bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll). Tabel 1. Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan Tulang Fraktur

c. Rehabilitasi

Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit. Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik. Tabel 2. Ringkasan Tindakan terhadap Fraktur

C. KOMPLIKASI FRAKTUR 1, 6, 7 a. Komplikasi segera 1. Komplikasi lokal dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah (hematom, spasme arteri, dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan kerusakan organ dalam. 2. Komplikasi sistemik syok hemoragik b. Komplikasi awal 1. Komplikasi lokal sekuele dari komplikasi segera, berupa nekrosis kulit, gangren, trombosis vena, komplikasi pada persendian (artritis), dan pada tulang (infeksi/osteomielitis). 2. Komplikasi sistemik emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus, delerium tremens. c. Komplikasi lanjut 1. Komplikasi pada persendian dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi persisten, penyakit sendi degeneratif pasca trauma. 2. Komplikasi tulang yakni penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed union dan non union). Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam posisi tidak anatomis, bisa sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan angulasi, atau sembuh dengan rotasi. Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang melebihi waktu yang diharapkan, hal ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari batas waktu yaitu umumnya 3-5 bulan.6 Non union adalah keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah tulang berhenti sama sekali dan penyembuhan patah tulang tidak akan terjadi tanpa koreksi pembedahan. 3. Komplikasi pada otot miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut 4. Komplikasi saraf Tardy nerve palsy D. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut 4, 6 : 1. Stadium Pembentukan Hematom : - Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek

- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot) - Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam 2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi : - Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur - Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast - Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang - Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang - Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi 3. Stadium Pembentukan Kallus : - Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus) - Kallus memberikan rigiditas pada fraktur - Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu - Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi 4. Stadium Konsolidasi : - Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu - Secara bertahap menjadi tulang mature - Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan 5. Stadium Remodeling : - Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur - Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast - Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan tulang. Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mencakup: usia, lokasi dan jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan pada fragmen fraktur, pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai (seperti diabetes mellitus), derajat trauma, gap antara ujung fragmen dan pendarahan pada lokasi fraktur. 6, 8 E. FRAKTUR TERBUKA

E.1. KLASIFIKASI Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur 2, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 3. Derajat Patah Tulang Terbuka Menurut Gustillo dan Anderson (1976)

Kemudian Gustillo et al. (1984) membagi tipe III dari klasifikasi Gustillo dan Anderson (1976) menjadi tiga subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB dan IIIC (Tabel 2). 8

IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak, walaupun adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.

IIIB fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang terlihat jelas atau bone expose, terdapat pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai kontaminasi masif dan merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.

III C terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan bagian distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan jaringan lunak.

Tabel 4. Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh Gustillo, Mendoza dan Williams (1984)

E.2. PENATALAKSANAAN KHUSUS PADA FRAKTUR TERBUKA Fraktur terbuka merupakan suaru keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi risiko infeksi. Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka adalah 6: 1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan. 2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian. 3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.

4. Segera dilakukan debridemen dan dan irigasi yang baik. 5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya. 6. Stabilisasi fraktur. 7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari. 8. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena. Sedangkan tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka adalah sebagai berikut 6: 1. Pembersihan luka. Dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat. 1. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen). Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas. 1. Penutupan kulit. 2. Pemberian antibakteri. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis yang besar sebelum, pada saat, dan sesudah tindakan operasi. 1. Pencegahan tetanus. Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid. Tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin. 1. Pengobatan fraktur itu sendiri. F. FRAKTUR FEMUR F.1. ANATOMI FEMUR 10 Gambar 2. Anatomi Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis,

yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea. Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit. Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum. Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea. Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh permukaan

sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis. F.2. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam 5 : a. FRAKTUR COLLUM FEMUR: Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur) Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu : tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor c. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa) Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi : - tertutup - terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar. Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar. Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah) d. FRAKTUR BATANG FEMUR (anak anak) e. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi. f. FRAKTUR INTERCONDYLAIR Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur. g. FRAKTUR CONDYLER FEMUR Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas. F.3. FRAKTUR SUPRAKONDILER FEMUR DAN FRAKTUR INTERKONDILER 6 Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama dengan fraktur interkondiler yang memberikan masalah pengelolaan yang lebih kompleks.

Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton (1967) :


Tipe I ; fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T. Tipe IIA ; fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y).

Tipe IIB ; sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil. Tipe III ; fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang tidak total.

F.3.1. Gambaran Klinis Berdasarkan anamnesis ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondiler. Pada pemeriksaan mungkin ditemukan adanya krepitasi. Dapat ditemukan adanya hemartrosis yang lebih hebat karena adanya fraktur intra-artikuler. F.3.2. Pengobatan 1. Terapi konservatif.
o o o

Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson. Cast-bracing. Spika panggul.

2. Terapi operatif. Karena fraktur ini bersifat intra-artikuler, maka sebaiknya dilakukan terapi operatif dengan fiksasi interna yang rigid untuk memperoleh posisi anatomis sendi dan segera dilakukan mobilisasi.
Sumber :

1. Fraktur. Diunduh dari http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.html . Update terakhir: 3 Agustus 2008.


2. 3. 4. 5. 6. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta: 1998. pp. 1138-96 Mangunsudirejo RS. Fraktur, penyembuhan, penanganan, dan komplikasi, buku 1. Edisi 1. Semarang: 1989 Fraktur. Diunduh dari http://www.klinikindonesia.com/bedah/fraktur.php. Update terakhir: 7 Januari 2009 Fraktur Femur. Diunduh dari: http://medisdankomputer.co.cc/?p=380. Update terakhir: 15 Maret 2009 Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

Anda mungkin juga menyukai